Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)


(Mata kuliah: Keperawatan Medikal Bedah II)

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

1. LUSI YULIANI (19110014)


2. MARFUAH (19110015)
3. MEILA KUNTA (19110016)
4. MUKAROMAH (19110017)
5. RATNA AMBARWATI (19110018)
6. SULASMI (19110019)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyeleseikan makalah
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN INFEKSI SALURAN
KEMIH (ISK) ” Mata kuliah maternitas II yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kekurangan atau kesalahan yang kurang berkenan. Saya memohon kritik,
dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Yogyakarta, 27 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan Masalah........................................................................... 2
C. Manfaat penelitian....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
A. Pengertian ISK............................................................................. 4
B. Klasifikasi ................................................................................... 5
C. Etiologi ....................................................................................... 7
D. Patofisiologi ................................................................................ 7
E. Tanda dan gejala.......................................................................... 9
F. komplikasi................................................................................... 9
G. Pemeriksaan penunjang............................................................... 10
H. Penatalaksanaan .......................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 14
A. Pengkajian .................................................................................. 14
B. Analisa data ................................................................................ 19
C. Diagnose keperawatan................................................................. 20
D. Intervensi .................................................................................... 21
E. Implementasi............................................................................... 23
F. Evaluasi....................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 28
A. Kesimpulan...................................................................................... 28
B. Saran................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang
cukup serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi saluran kemih (ISK)
sering terjadi pada wanita dikarenakan uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih.
Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan urin serta
iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek
meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra
sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih (Sepalanita
2012).
ISK memunculkan gejala-gejala nyeri yang sering dan rasa panas
ketika berkemih, Spasame pada area kandung kemih, hematuria, nyeri
punggung dapat terjadi, demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang,
nyeri ketika berkemih, malaise, mual dan muntah sehingga terjadi gangguan
eliminasi urine (Samirah, dkk, 2013).
Menurut WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk
kedalam kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang
mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-
associatedinfection). Bahkan tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi
kedua tersering (23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka operasi
(29,1%) sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas
kesehatan. Sementara itu penduduk indonesia yang menderita Infeksi Saluran
Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa, Dalam daerah jawa timur
berkisar 123 juta jiwa (Kasmad, 2017). Data statistik menyebutkan 20-30%
perempuan akan mengalami infeksi saluran kemih berulang pada suatu waktu

1
dalam hidup mereka, sedangkan pada laki-laki hal tersebut sering terjadi
terjadi setelah usia 50 tahun keatas (Kayser, 2015).
Infeksi saluran kemih salah satu penyakit infeksi dengan jumlah
bakteri uria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000
/ml urin. Bakteriuria asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif
tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria simtomatik didefinisikan sebagai kultur
urin positif disertai keluhan (Kahlmeter, 2016).
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai macam bakteri
diantaranya E.coli, klebsiellasp, proteussp, providensiac, citrobacter,
P.aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali dan staphylococcus
saprophyticusnamun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli
(Sjahjurachman, 2014).
Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme ascending
dari uretra ke dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai
ginjal dipermudah dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula
kuman dari anal berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih
melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan
seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi (Liza,
2016). Ketika urin sulit keluar dari kandung kemih, terjadi kolonisasi
mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian atas secara ascending
dan merusak epitel saluran kemih sebagai host. Hal ini disebabkan karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun dan virulensiagen meningkat
(Purnomo, 2013).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
menyusun makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Infeksi
Saluran Kemih”.

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urin.

2
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urine.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urin.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urin
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien penyakit Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urin.
e. Melaksanakan evaluasi pada klien penyakit Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urin

C. Manfaat penelitian
Sebagai pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya
dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada klien Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dengan masalah gangguan eliminasi urine sehingga perawat mampu
memenuhi kebutuhan eliminasi klien selama di rawat di Rumah Sakit.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian infeksi saluran kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy., Ardaya., Suwanto.,
2001).
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene,
2016). Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi
bakteri pada saluran kemih (Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi
bakteri pada saluran kemih (Enggram., Barbara., 1998). Infeksi saluran
kemih dapat menyerang semua umur dari laki-laki atau perempuan. Akan
tetapi, dilihat dari jenis kelamin. Ternyata lebih banyak perempuan yang
mengalami infeksi daripada pria dengan angka populasi usia, kurang lebih
5-15%.
Infeksi saluran kemih pada orgaan tertentu dari saluran perkemihan
yang dikarenakan oleh suatu bakteri yaitu Echerichia coli. Risiko dan
beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, pemakaian instrument uretral baru, septicemia (Susan
Martin., dkk., 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria adalah akibat menyebarnya infeksi
dari yang bersumber dari uretra seperti juga pada perempuan. Maka dari itu,
Panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada laki-laki
dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik yang melindungi laki-laki
dari infeksi traktuis urinarius. Akibatnya, laki-laki jarang terkena ISK.

4
Namun, jika gangguan ini terjadi, berarti saat ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traaktus urinaarius.

B. Klasifikasi infeksi saluran kemih


1. Infeksi Saluran Kemih Bawah menurut Valentina L. 2008
a) Sistisis
Infeksi kadung kemihyang juga di kenal dengan infeksi saluran kemi
Penyebabnya adalah bakteria kolifrom (umumnya E. coli dan
enterococus). Anak-anak dapat mengalami sistisis virus yang di
sebabkan oleh adenovirus, tetapi ini jarang terjadi pada orang
dewasa. Pada pria sistisis biasanya di sebabkan oleh invasi bakteri ke
uretra yang menyebar keatas dan ke prostat.
b) Uretritis
Infeksi uretra yang dapat terjadi pada pria maupun wanita.
Penyababnya adalah Inveksi virus, Infeksi bakteri, organisme yang
menyebabkan penyakit/ infeksi menular seksual (gonorea, Klamidia,
dan lain-lain), keluarga besar basilus gram negative
(enterobacteriaceace, terutama E.coli) serta organisme gram positif
yang terlibat dalam infeksi saluran kemih, “hama pintar” telah
mengembangkan cara untuk mengatasi pertahanan intrinsic saluran
kemih dengan cirri khasnya seperti pili/fimbriae adesin dan
hemosilin untuk mendapatkan akses mengolonisasi, selain itu
kondisi tertentu meningkatkan perkembangan infeksi saluran kemih
bawah. Tada gejalanya gejala beragam berdasarkan sifat kondisi
apakah akut atau kronik.
c) Sistisis/ Uretritis
Manifetasi klinis nyeri panggul dan tekan dengan lokalisasi
suprapubis, disuria (sering berkemih, urgensi berkemih dan rasa
terbakar ketika berkemih), nuktoria yang tidak biasa (terbangun di

5
malam hari untuk berkemih), inkontinensia ringan, urine keruh dan
bau tajam, hematuria (darah dalam urine).
d) Prostatitis
Kelompok kondisi inflamasi dan non inflamasi yang menyerang
prostat. Tanda gejala: nyeri panggul dan peritoneum; nyeri pada
testis, area selakangan, penis, dan skrotum yang menyebar ke
punggung bawah; keengganan berkemih dengan aliran urine lemah
saat berkemih; disfungsi seksual dengan ejakulasi yang terasa nyeri
dan nyeri pasca ejakulasi di rectum dan anus; gejala sistemik
(menggigil, demem, hipotensi). Saat prostatitis kronis maka terdapat
tabda gejala perkemihan dan non perkemihan: urine menetes, nyeri
inguinal dan perineal, rasa seperti terbakar uretral, dan tanda-tanda
umum lainya (diaphoresis, keletihan dan kaki dingin)
2. Infeksi Saluran Kemih Atas menurut Valentina L. 2008
a. Glumerulonefrmenitis
Inflamasi pada glumerulus, yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk menyaring urine dan dapat terjadi diman asaja seperti
glumerulus, tubulis danjaringan intertisial sekitarnya. Penyebab
paling sering adalah infeksi streptococus yang biasanya di mulai
dengan nyeri tenggorokan, berkembang menjadi nefritis dalam 7
hingga 12 hari. Glumerulonefritis di sebebkan oleh infeksi
streptokokus yang biasanya dapat di senbuhkan dengan terapi. Tanda
gejala glumerulonefritis.
b. Sindrom nefrotik
Kerusakan glomerulus memicu kehilangan protein yang parah
memicu hipoalbumia. Penyebabnnya adalah Diabetes adalah
penyebab yang sering muncul menimbulkan sindrom nefrotik.
Penyakit autonium seperti lupus eritomatus menyebabkan tubuh
menyerang diri sendiri. Medikasi seperti OAINS, aminoglikosida,
antibiotok anfereteritis b, kemoterapi litium, perawatan kontras IV.
Beberapa penyekit yang merusak membrane glomerulus.

6
c. Pielonefrotis
Dicirikan dengan bercak infeksi interstisial dengan inflamasi di
tubulus int ertisium dengan pembentukan abses Inflamsi merusak
tubulus oleh sebab itu ginjal menjadi tidak mampu memekatkan
urine mengatur keseimbangan elektrolit dan mengeluarkan produk
sampah. Penyebab yang palimg lazim adalah refluks vesikoreteral,
yang menyebabkan bacteria naik ke pelvis ginjal organism peyebab
nya dalah E. coli dan strapilococus aureus.
d. Gagal ginjal
Sebagian besar nefron di ginjal sudah tidak berfungsi. Penyebabny
adalah cidera renal akut dapat memicu gagal ginjal akut.
e. Nefrolitiasis
Pemadatan garam mineral di sekitar materi organic yang dapat
terjadi pada ductus pengumpulan sistem perkemihan untuk di simpan
di suatu bagian ginjal: pelvis gin jal atau batu ginjal. Sebagian besar
batu ginjal terbwntuk dari kalsium, namun

C. Etiologi
Menurut penulis Rudi haryono tahun 2013 menjelaskan jenis-jenis
mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih adalah:
1. Escherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
Prevalensi penyebab ISK, antara lain:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. System imunitas menurun baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

7
D. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih dikarenakan adanya mikroorgnisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, yhaitu asending dan hematogen.
1. Secara asending
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor
anatomi dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan
urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan totsl urin yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan oleh adanya:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. System imunitas menurun baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Sisa urine yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga terjadi nyeri, keadaan ini mnegakibatkan penurunan

8
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan
fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal
yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal
dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi
adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate
yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun

E. Tanda dan gejala


1. Tanda dan Gejala ISK
a. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
b. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
c. Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mucosal
d. Rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik
e. Pungung bawah sakit
2. Urethritis biasanya memperlihatkan tanda dan gejala:
a. Mukosa terlihat merah dan edema
b. Terdapat cairaan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada uretra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Adanya nanah awal miksi
f. Nyeri pada miksi
g. Kesulitan untuk memulai miksi
h. Nyeri pada abdomen bagian bawah
3. Sistitis biasanya menunjukkaan tanda dan gejala;
a. Disuria (nyeri saat berkemih)
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Perasaan ingin berkemih
d. Adanya sel-sel darah putihdalam urin

9
e. Nyeri punggung bawah atau suprapubik
f. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang
parah

4. Pielonefritis biasanya menunjukkan tanda dan gejala:


a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri pinggang dan panggul
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah

F. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih meliputi:
1. Pembentukkan abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan atau Tes Diagnostik
a. Tes kultur dan sensitivitas
Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin.
Tes sensitivitas menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan
untuk membunuh bakteri. Laboratorium membagi spesimen urin
menjadi dua; satu bagian dikultur untuk menentukan bakteri mana
yang berkembang. Laporan persiapan harus tersedia dalam 24 jam.
Bagian kedua digunakan untuk menentukan pada antibiotik mana
organisme tersebut peka.
b. Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat
kemungkinan pertumbuhan dan tumor. Ini juga digunakana sebagai

10
alat untuk memindahkan tumor kecil, batu dan benda asing dan
untuk mendilatasi saluran kencing (uretra) dan saluran ginjal
(ureter). Suatu cystoscope dimasukan kedalam uretra ke kandung
kemih, yang membuat struktur benar-benar divisualisasikan;
misalnya uretra, kandung kemih, ureter dan prostat.
c. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk
mendeteksi batu ginjal, bisul abdominal, paralytic ileus atau
obstruksi.
d. Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan
naik pada psien dengan BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau
kanker prostat. Kenaikan tingkat PSA tidak memberi dokter cukup
informasi untuk membedakan antara kanker dan kondisi-kondisi
protat jinak, namun dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika
memutuskan apakah akan mengorder penyaringan tambahan untuk
kanker prostat. Tes ini juga digunakan untuk memonitor perawatan
dan untuk menguji kekambuhan kanker prostat.
e. Pengumpulan urin 24 jam
Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin
pasien selama 24 jam. Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur
volume dan berbagai faktor fungsi ginjal dan juga untuk menentukan
pengeluaran sehari-hari unsur tertentu seperti protein, elektrolit dan
lain-lain.
f. Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik,
kimia, dan mikroskopis. Pengujian ini meliputi sejumlah tes untuk
mengevaluasi spesimen urin mengenai penampilan, warna,
kejelasan, pH, berat jenis, dan kehadiran bakteri, darah kepingan-
kepingan, glukosa, keton leukosit, protein, RBC, dan WBC. Tes
digunakan untuk mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk memeriksa

11
diabetes karena kelebihan kadar glukosa, dan untuk memonitor
fungsi ginjal pada pasien gagsl ginjal.

g. Urine flow studies


Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry,
mengukur kekuatan dan volume per detik aliran urin dari kandung
kemih ketika pasien buang air kecil ke dalam mesin tes. Tes ini
membantu mengidentifikasi sumbatan atau kelainan Saluran kencing
dan membantu mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk
pasien buang air kecil.
h. Voiding cystogram
Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih
dan uretra selama perkemihan. Suatu material kontras radiopaque
ditanamkan ke dalam kandung kemih via kateter Foley ke dalam
sluran tubuh. Setelah sinar x diambil, kateter dipindahkan. Pasien
buang air kecil sementara sinar x diperoleh. Tes ini dilakukan untuk
mencari kelainan sistem perkemihan, tumor kandung kemih, ureter,
dan uretra, atau untuk mengeluarkan (refluks) urin dari kandung
kemih ke ureter.

H. Penatalaksanaan
1. Menurut Marlene (2016), penatalaksanaan ISK diantaranya dengan :
a. Pencegahan
1) Hindari dehidrasi: ajurkan asupan harian (recommended daily
allowance, RDA) cairan pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
2) Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan, serat diet, dan olah
raga rekreasional)
3) Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada
saluran keluar kandung kemih.

12
4) Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pasca menopause
penderita pengosongan kandung kemih tanpa sempurna dan ISK
kambuhan.
5) Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan
berkemih setelah senggama.
6) Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan
penurunan fungsi imun atau pasien dengan retensi urien, atau
disfungsi berkemih.
7) Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang
mengalami disfungsi berkemih dengan program penatalaksanaan
alternatif seperti pelatihan kandung kemih, farmakoterapi untuk
inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau berkemih
terjadwal.
b. Infeksi saluran kemih akut
1) Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang
pertama pada wanita muda yang tidak sehat; mulai
penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil kultur dan
sensitivitas untuk infeksi saluran kemih febris atau komplikasi
2) Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan
bila pielonefritis disertai dengan mual dan muntah yang
bermakna atau urosepsis
3) Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas (bila anda
indikasi), frekuensi pemberian, risiko vaginitis, biaya yang
ditanggung pasien, dan risiko peningkatan resistensi bakteri.
4) Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik; tangani infeksi
non komplikata selama 3 hari, infeksi komplikasi selama 7 hari,
dan ISK febris selama 14 hari.
5) Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem
Perkemihan (pyridium tersedia sebagai obat yang dijual bebas)
atau obat kombinasi, seperti Urised.

13
6) Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur
pada wanita dengan riwayat vaginitis saat mendapatkan terapi
antibiotika, kecuali bila diberikan nitrofurantoin.
7) Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung
kemih

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkaji : Kelompok 3
Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2020
Jam pengkajian : 11.30 WIB
1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Agama : Islam
Alamat : Sleman
Tanggal masuk RS : 05 Maret 2020
Tanggal pengkajian : 05 Maret 2020
Jam pengkajian : 11:30 WIB
Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Ruang : ASTER 4

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri saat berkemih.

3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri di perut sampai ke punggung, merasa mual,
lalu klien di bawa ke rumah sakit kemudian klien di pindah ke ruang
perawatan.
P: Nyeri muncul saat berkemih
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk

15
R: Nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri hilang timbul selama 5-15 menit
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit sebelumnya
seperti diabetes dan hipetensi
c. Riwayat keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
d. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi

4. PERUBAHAN POLA KESEHATAN (PENDEKATAN GORDON /


PENDEKATAN SISTEM)
a. Pola nutrisi
Di Rumah : klien makan 1 porsi sedang sebanyak 3 kali sehari
Di Rumah Sakit : klien makan 3 kali sehari 1 porsi habis, minum
kurang lebih 500 c/hari
b. Pola eliminasi
Di Rumah : klien BAB 1 kali dalam 1 hari warna kuning dan khas bau
feses, BAB 10x/hari warna kuning jernih
Di Rumah Sakit : klien mengatakan tidak bisa BAB ingin BAK tetapi
susah, volume urine sehari 480 cc
c. Pola istirahat tidur
Di Rumah : tidur malam mulai pukul 22.00-04.00 WIB
Di Rumah Sakit : tidur malam mulai pukul 21.00-02.00 WIB, tidur
siang pukul 11.00-12.00 WIB sering terbangun
d. Pola aktivitas
Di Rumah : mandiri
Di Rumah Sakit : istirahat total, aktivitas dibantu perawat dan
Keluarga
e. Pola reproduksi sosial

16
Klien sudah menikah mempunyai 2 orang anak, suami masih hidup,
klien masih berhubungan seksual aktif.
f. Pola penanggulangan stres
Saat ada masalah klien selalu membicarakan bersama dengan sang
suami

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah :110/80 mmhg
Pernafasan :20 x/menit
Nadi :80 x/menit
Suhu : 37,3 °C
Glascow Coma Scale :456
Kesadaran: Composmentis
Keadaan : Lemah
b. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi :bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor (paru-paru kanan dan kiri normal)
Auskultasi :suara nafas normal (vesikuler), tidak ada suara nafas
tambahan
2) B2 (Blood)
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : nyeri tekan epigastrium, Nadi 80x/menit,
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan, Tekanan Darah
110/80 mmHg, S1 S2 tunggal
3) B3 (Brain)
Inspeksi : kesadaran 4 5 6, composmentis, Keadaan umum lemah
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) B4 (Bladder)

17
Inspeksi : Terjadi oliguria (sedikit saat berkemih) <400cc/hari
dan terjadi disuria( nyeri saat berkemih)
Palpasi : ada nyeri tekan dibagian abdomen bawah
Perkusi: terdapat nyeri tekan di bagian abdomen bawah dan nyeri
saat berkemih
5) B5 (Bowel)
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timphani
Auskultasi : bising usus normal
6) B6 (Bone)
Inspeksi : tidak ada oedema, terpasang infus NS 20 tpm sebelah
kanan
5 5
5 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Darah lengkap
- Hemoglobin 12 12-16,0
- Hematokrit 33,3 37,0-47,0
- Leukosit 14.710 4.800-10.800
- Trombosit 308.000 150.000-450.000
- Eritrosit 3.63 4,20-5,40
- MCV 91,7 79,0-99,0
- MCH 32,0 27,0-31,0
- MCHC 34,8 31,5-35,0
- DIFF :
- Basofil 0 0-1
- Eosinofil 0 0-5

18
- Netrofil batang 0 2-5
- Netrofil segmen 84 50-70
- Limfosit 9 20-40
- Monosit 7 5-10
PROTEIN TOTAL 5,54 6,0-8,0
FAAL 3,80 3,5-5,2
- SGPT 21 <31
- SGOT 18 10-28
GINJAL
- Ureum 39,5 13,0-43,0
- Kreatinin 1,01 0,60-1,10
GULA
- Gula darah sewaktu 120 <200
URIN LENGKAP
Makroskopis
- Warna Kuning Kuning muda-kuning
- Kekeruhan Keruh Jernih
- Bilirubin Negatif Negatif
- Urobilinogen Normal Normal
- Keton Negatif Negatif
- Reduksi Negatif Negatif
- Protein (+)* Negatif
- Blood (++)* Negatif
- Ph 6,0 4,8-7,4
- Nitrit Negatif Negatif
- Leukosit esterase (+++)* Negatif
- Berat jenis 1.020 1.015-1.025
MIKROSKOPIS:
- Eritrosit 230,0* 0,0-25,0
- Leukosit 336,4* 0,0-20,0
- Epitel 25,9 0,0-40,0

19
- Bakteri 227,8* 0,0-100,0
- Kristal 0,0 0,0-10,0
- Jamur 22,5 0,0-25,0
- Silinder patologis 0,0 0,0-0,5
- Mucus 0,3 0,0-0,5
- Lain-lain -

7. TERAPI OBAT
Infus Ns 500cc/24 jam
Injeksi cefftrioxin 2x1 mg
Injeksi asam tranexsamat 3x50 mg

B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS: Pasien mengatakan nyeri saat Inflamasi atau Nyeri akut
DO: berkemih infeksi saluran
- Keadaan umum : lemah kemih
- Kesadaran: composmentis
- GCS : 4 5 6
- CRT : <2 detik
- TTV: TD 110/80 mmHg, N
80 x/menit, S 37,3 0C, R 20
x/menit
- P: Nyeri timbul saat
berkemih
- Q: Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R: Nyeri timbul diperut
bawah
- S: Skala nyeri 7

20
- T: Nyeri hilang timbul,
timbul selama 5-15 menit
2. DS: : klien mengatakan hanya Infeksi saluran Gangguan
BAK 1x dalam sehari
kemih eliminasi
DO: - ku : sedang
urin
- terpasang RL 20 tts/mnt
- BAK = 480cc
- Balance cairan
-  Intake
 makan = 3 x 100 =  300cc
 minum                 =  500cc
 infuse= 4 flabot   =
2000cc
                                ---------------+
                                    2800cc
- Output : 1080 cc
- Balance cairan : CM-CK
2800-1080 =1720 cc
3. DS  : - Bakteri pada Risiko
saluran kemih Infeksi
DO - TTV =
 TD : 110/80 mmHG
 N  : 80x/m
 RR: 20 x/m
 S:  37,3 C 
- Hasil Lab tgl 05 Maret 2020
- leukosit: 14.710
- bakteri 227,8

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi atau infeksi saluran kemih
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih
3. Risiko infeksi berhubungan dengan bakteri pada saluran kemih

D. Intervensi

21
Diagnosa NOC (Tujuan, kriteria Itervensi (NIC)
Keperawatan hasil)
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC:
keperawatan selama 3x24  Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan gangguan secara komprehensif termasuk
eliminasi urin hilang lokasi, karakteristik, durasi,
NOC: frekuensi, kualitas dan faktor
 Pain Level, presipitasi
 pain control,  Observasi reaksi nonverbal
 comfort level dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tinfakan  Bantu pasien dan keluarga
keperawatan selama pasien untuk mencari dan
tidak mengalami nyeri, menemukan dukungan
dengan kriteria hasil:  Kontrol lingkungan yang
 Mampu mengontrol nyeri dapat mempengaruhi nyeri
(tahu penyebab nyeri, seperti suhu ruangan,
mampu menggunakan pencahayaan dan kebisingan
tehnik nonfarmakologi  Kurangi faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri, nyeri
mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri untuk menentukan intervensi
berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non
menggunakan farmakologi: napas dala,
manajemen nyeri relaksasi, distraksi, kompres
 Mampu mengenali nyeri hangat/ dingin
(skala, intensitas,  Berikan analgetik untuk
frekuensi dan tanda mengurangi nyeri
nyeri)  Tingkatkan istirahat
 Menyatakan rasa nyaman  Berikan informasi tentang
setelah nyeri berkurang nyeri seperti penyebab nyeri,
 Tanda vital dalam berapa lama nyeri akan
rentang normal berkurang dan antisipasi
 Tidak mengalami ketidaknyamanan dari
gangguan tidur prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

Gangguan NIC:
Setelah dilakukan asuhan Manajemen eleminasi urine
eliminasi urin keperawatan selama 3x24 - Monitor eliminasi
jam diharapkan nyeri urine:meliputi: frekwensi
hilang/berkurang dengan - konsistensi, bau, volume
kriteria hasil: danwarna urine.
- Ambil spesimen urine
pancartcngah,

22
NOC: untul urinalisis.
- Kontinensia/pengendal - Ajarkan pada
ian urine adekuat klien/keluarga:tentang
- Eliminasi urineter tanda dan gejalainfeksi
kontrol saluran kemih,
Dengan kriteria hasil: datlibatkan keluarga
- Klien mampu ke toilet untukmencatat haluaral
secara mandiri. urine.
- Tidak adanya infeksi - Anjurkan klien untuk
disaluran kencing. minumsebanyak 200 cc
- Berkemih lebih dari setelahmakan., dan batasi
150cc setiap kali Bak menjelangtidur bila ada
- Eliminasi urine tidk riwayatngompol.
terganggu: bau, - Kolaborasi ke tim medis
jumlah, warna urine jikaada gejala dan tanda
dalam rentang yang infeksi
diharapkan, tidak ada
hematuri, disuria;
noktur
Risiko infeksi
NOC : NIC :
1 Immune 1 Pertahankan teknik
Status aseptif
2 Knowled 2 Batasi pengunjung bila
ge : Infection control perlu
3 Risk 3 Cuci tangan setiap
control sebelum dan sesudah
Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan
keperawatan selama…… 4 Gunakan baju, sarung
pasien tidak mengalami tangan sebagai alat
infeksi dengan kriteria pelindung
hasil: 5 Ganti letak IV perifer
1 Klien bebas dan dressing sesuai dengan
dari tanda dan gejala petunjuk umum
infeksi 6 Gunakan kateter
2 Menunjukk intermiten untuk
an kemampuan untuk menurunkan infeksi
mencegah timbulnya kandung kencing
infeksi 7 Tingkatkan intake
3 Jumlah nutrisi
leukosit dalam batas 8 Berikan terapi
normal antibiotik
4 Menunjukk 1 Monitor tanda dan
an perilaku hidup sehat gejala infeksi sistemik dan
5 Status lokal
imun, gastrointestinal, 2 Pertahankan teknik

23
genitourinaria dalam isolasi k/p
batas normal 3 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
4 Monitor adanya luka
5 Dorong masukan cairan
6 Dorong istirahat
7 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
8 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap 4
jam

E. Implementasi
Hari/ tanggal Waktu Implementasi Paraf
6 Maret 2020 08:00 1. Mendorong untuk beristirahat
08.20 2. Memberikan terapi antibiotik
yang sesuai
08.35 3. Menganjurkan klien untuk
meminum antibiotik seperti
yang di resepkan
08.45 4. Mengajarkan klien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada
penyedia perawatan kesehatan
09.20 5. Mengajarkan klien dan anggota
keluarga mengenai bagimana
menghindari infeksi
09.35 6. Membersihkan lingkungan
dengan baik setelah digunakan
untuk setiap klien
09.45 7. Membatasi jumlah pengunjung

24
10.00 8. Mengajarkan cuci tangan bagi
tenaga kesehatan
10.20 9. Menganjurkan klien mengenai
teknik cuci tangan dengan tepat
10.35 10. Menganjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan klien
10.45 11. Menggunakan sabun
antimikroba untuk cuci tangan
yang sesuai
11.00 12. Mencuci tanagan sebelum dan
sesudah kegiatan perawatan
klien
11.15 13. Memakai sarung tangan
sebagaimana di anjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal
11.30 14. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/
durasi, frekuensi kualiatas,
intensitas atau aberatny nyeri
dan faktor pencetus
11.45 15. Memastikan perawatan
analgesik bagi klien di lakukan
dengan pemantauan yang ketat
12.00 16. Menggali pengetahuan dan
kepercayaan klien mengenai
nyeri
7 Maret 2020 07:30 1. Mendorong untuk beristirahat
07:50 2. Memberikan terapi antibiotik

25
yang sesuai
07:55 3. Menganjurkan klien untuk
meminum antibiotik seperti
yang di resepkan
08.25 4. Mengajarkan klien dan anggota
keluarga mengenai bagimana
menghindari infeksi
08.35 5. Menggunakan sabun
antimikroba untuk cuci tangan
yang sesuai
08.45 6. Mencuci tanagan sebelum dan
sesudah kegiatan perawatan
klien
09.00 7. Memakai sarung tangan
sebagaimana di anjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal
09.15 8. Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi kualiatas,
intensitas atau aberatny nyeri
dan faktor pencetus
9. Memastikan perawatan
09.30 analgesik bagi klien dilakukan
dengan pemantauan yang ketat
10.Menggali pengetahuan dan
10.00 kepercayaan klien mengenai
nyeri
8 Maret 2020 08:10 1. Mendorong untuk beristirahat
08:20 2. Memberikan terapi antibiotik
yang sesuai

26
08:35 3. Mengajarkan klien dan anggota
keluarga mengenai bagimana
menghindari infeksi
4. Melakukan pengkajian nyeri
08.45 komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi kualiatas,
intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
5. Memastikan perawatan
09.00 analgesik bagi klien dilakukan
dengan pemantauan yang ketat

F. Evaluasi
Hari/ Waktu Implementasi
tanggal
6 Maret 2020 11.30 S: Klien mengatakan nyeri saat berkemih
O: Keadaan umum : lemah
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
TTV: TD: 131/80 mmHg, N: 80
x/menit, RR: 20x/menit, S: 36ᵒC
P: Nyeri timbul saat berkemih
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul di abdomen bawah
sampai ke punggug
S: skala nyeri 7
T: nyeri hilang timbul, timbul selama
5-10 menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan (1-6)
7 Maret 2020 11.00 S: Klien mengatakan nyeri saat berkemih
berkurang

27
O: Keadaan umum : lemah
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
TTV: TD: 130/80 mmHg, N: 84
x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36,1ᵒC
P: Nyeri timbul saat berkemih
Q: Nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul di abdomen bawah
sampai ke punggung
S: skala nyeri 6
T: nyeri hilang timbul, timbul selama
10-15 menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan (1-3)
8 Maret 2020 09.00 S: Klien mengatakan nyeri saat berkemih
berkurang
O: Keadaan umum : lemah
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6
TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 76
x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36ᵒC
P: nyeri timbul saat berkemih
Q: nyeri seperti diremas-remas
R: nyeri timbul di abdomen bawah
sampai punggung
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul, timbul selama
10-15 menit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di hentikan pasien pulang

BAB IV
PENUTUP

28
A. Kesimpulan
Pengkajian Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di
dalam proses perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional
menurut Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan
pengumpulan informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan
pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan
pemeriksaan fisik. Menurut NANDA (2012 - 2014)
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan
kepada pasien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan
kesehatan, status, dan mencegah serta merubah. (NANDA, 44 2011).
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada
pasien infeksi saluran kemih menegakkan sebanyak tiga diagnosa yaitu nyeri
akut, gangguan eliminasi urin, risiko infeksi
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa
dapatteratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis
tidak dapat mendokumentasikan data dengan baik sehingga untuk membuat
evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulisanya mendapatkan
data berdasarkan pedoman kasus.Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu
keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih (Enggram, Barbara, 1998).
  Infeksi saluran kemih dapatmengenai baik laki-laki maupun perempuan
dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut.
Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan angka populasi

B. Saran
1. Untuk mencegah terjadinya ISK diperlukan tindakan sebagai berikut:

29
a. Menggunakan jenis dan ukuran kateter yang sesuai
b. Lama penggunaan kateter tidak lebih dari tujuh hari
c. Kateter terfiksasi dengan baik
d. Meletakkan kantong urin di bawah bladder dan tidak menyentuh
lantai.
2. Setiap petugas kesehatan harus lebih memperhatikan teknik
pemasangan kateter yang tepat sesuai dengan prosedur yang ada
3. Indikasi pemasangan kateter harus tepat pada pasien yang memerlukan
pemasangan kateter

DAFTAR PUSTAKA

30
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri :
Elsevier.
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri :
Elsevier.
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah ,
Yogyakarta: Rapha publishing
Kahlmeter G. 2016. An International Survey of the Antimicrobial Susceptibility
of Pathogens from Uncomplicated Urinary Tract Infections. J Antimicrob
Chemother. 51(1): 69-76.
Kasmad, Rulinawaty. 2013. Studi Implementasi Kebijakan Publik. Makassar:
Kedai Aksara
Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert, J., Zinkernagel, R.M., 2015. Medical
Microbiology. New York: Thieme, pp. 481-482.
Liza. 2016. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: FK UI.
Marlene. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 1. Jakarta:
EGC.
Purnomo B. 2013. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Samirah, dkk. 2013. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran
Kemih dalam Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, Vol. 12, No. 3
Sepalanita, Widya., 2012, Pengaruh Perawatan Kateter Urin Indwelling Model
American Assosiation of Critical Care Nurse (AACN) Terhadap Bakteriuria
di RSU Raden Mattaher Jambi, Jakarta, Universitas Indonesia
Sjahrurachman A, Mirawati T. 2014. Etiologi dan Resistensi Bakteri penyebab
Infeksi Saluran Kemih di R.S. Cipto Mangunkusumo dan R.S. Metropolitan
Medical Center Jakarta. Jakarta: Medika. 9:557-62.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id
Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Managemen.
Jakarta : EGC

31

Anda mungkin juga menyukai