Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LIMFOMA

Nama Kelompok :

Hesti Intan Sari (19110011)

Kiki Feriyanti (19110012)

Lina Safitri (19110013)

Lusi Yuliani (19110014)

Marfuah (19110015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA

YOGYAKARTA

2020/2021
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Limfoma”. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan
bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi
kepada ibu Maryudella, S. Kep., Ns., M. Kep
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca sebelumnya.

Yogyakarta, 02 April 2020

Penulis
Daftar Pustaka

Kata Pengantar

Anatomi dan Fisiologi

Etiologi

Maninfestasi klinik

Patofisiologi

Patways (Bagan)

Diagnostic test

Komplikasi

Penatalaksaaan (Medis dan Keperawatan)

Kasus

Asuhan Keperawatan
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang

memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi

dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang

engandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya

mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik.

Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini

disebut limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :

· Pembuluh Limfe

· Kelenjar Limfe (nodus limfe)

· Limpa

· Tymus

· Sumsum Tulang

1. Anatomi fisiologi sistem limfatik

a. Pembuluh limfe

Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang

sangat kecil atau sebagai rongga limfe di dalam jaringan


berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus

yang disebut lakteal yang dijumpai dala vili usus.

Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi

kimia plasma darah dan mengandung sejmlah besar limfosit

yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke

dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus

disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian

besar lemak melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan

limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam

dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.

Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan

protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengankut

limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak

yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan

limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring

dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antiboi

untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi.

b. Kelenjar limfe (nodus limfe)

Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-

kira 10 – 25 mm. Limfe disebut juga getah bening, merupakan

cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah

dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak


mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida,

dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari

usus banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk

atau berasal dari cairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke

dalam kapiler – kapler limfe dan seterusnya akan masuk ke

dalam peredaran darah melalui vena.

Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing,

pembentukan limfosit, membentuk antibodi, pembuangan

bakteri, membantu reasobrsi lemak

c. Limpa

Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah

kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-

11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya

menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara

jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan

limpa dan sejumlah besar sel – sel darah.

Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa

banyak mengandung kapiler – kapiler darah, dengan demikian

banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel

darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama

limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala

limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut


dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat

dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibody

Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar

melalui vena lienalis pada vena porta. Darah dari limpa tidak

langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati.

Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang

berbeda di permukaan dalam. Pembuluh darah itu memperdarhi

pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa.

d. Thymus

Kelejar timus terletak di dalam torax, kira – kira pada

ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah – merahan dan

terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan

beratnya kira – kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya

bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 – 40 gram dan

kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada

sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai tempat

berkembangnya sel darah putih.

e. Bone marrow / sumsum tulang

Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla

ossea) adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga

interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian

besarsel darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum


merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum

kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel

darah putih dihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning

menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh

sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum

tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler

darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum

merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang

berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-

rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah

sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama pada

tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak,

tulang rusuk, tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian

lunak di ujung tulang panjangfemur dan humerus. Sumsum

kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang

panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang

sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi

sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.

2. Lokasi-lokasi nodus limfe.

Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah

palatin (langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat

folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfa.


3. Fisiologi sistem limfatik

Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :

 Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan

limfe dari jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar

selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.

 Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein

didalam cairan jaringan ke dalam aliran darah.

 Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan

berbahaya.

 Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi

yang telah dicerna, terutama lemak

4. Mekanisme Sirkulasi Limfatik.

Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang

mendekati jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya

isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak pada

Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya

pada vena, akibat kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan

mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup yang

mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat tekanan ringan

dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari

kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan

limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu


pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang

terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi

vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan

jaringan.

B. Definisi

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk

keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel

T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna =

ganas).

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi dikaitkan dengan virus Epstein Barr

yang ditemukan pada limfoma Burkitt. Dua kategori besar limfoma

dilakukan atas dasar histopatologis mikroskopik kelenjar limfe yang

terlibat. Kategori tersebut adalah limfoma penyakit Hodgkin dan Non –

Hodgkin.

Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem

pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa

berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel

limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga

beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma

bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang
tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul

di organ lain seperti perut, hati, dan otak.

KLASIFIKASI

1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel – sel Reed Stern

berg dan/ atau sel Hodgkin

Limfoma hodgkin merupakan limfoma yang khas ditandai oleh

adanya sel reed Sternberg dengan latar belakang sel-sel radang

pleomorf. Pada umumnya limfoma Hodgkin diklasifikasikan

berdasarkan klasifikasi RYE yang membagi penyakit Hodgkin menjadi

4 golongan

1. Tipe Limphocyte predominance

 Merupakan 5 % dari penyakit Hodgkin

 Pada tipe ini limfodit kecil merupakan sel latar

belakang yang domnan, hanya sedikit sel R-S yang

dijumpai

 Dapat bersifat nodular atau difus

2. Tipe mixed cellularity

 Terdapat sebanyak 30 % dari penyakit Hodgkin

 Jumlah sel R-S mulai banyak dijumpai dalam jumlah

seimbang dengan limfosit


3. Tipe lymphocyte depleted

 Kurang dari 5% limfoma Hodgkin tetapi merupakan

tipe yang paling agresif

 Sebagian besar terdiri dari atas sel R-S sedangkan

limfosit jarang sekali ditemui

4. Tipe nodular sclerosis

 Tiep ini merupakan tipe yang paling sering dijumpai

yaitu 40-69 % dari seluruh penyakit Hodgkin

 Ditandai oleh fibrosis dan sklerosis yang luas

 Sel esinofil banyak dijumpai, juga terdapat sel R-S

Tingkatan Penyakit menurut simposium penyakit Hodgkin di Amm Arbor

tingkatan penyakit Hodgkin diklasifikasikan :

 Stadium I : Penyakit menyerang satu regio KGB (I); atau satu

organ ekstralimfatik (IE)

 Stadium II : Penyakit menyerang dua atau lebih KGB pada satu

sisi diafragma (atas atau bawah diafragma); atau satu organ

ekstralimfatik dan satu atau lebih KGB pada satu sisi diafragma

(IIE)

 Stadium III : Penyakit menyerang KGB pada kedua sisi diafragma,

yang dapat disertai dengan keterlibatan limpa (III S) atau


terlokalisasi pada satu organ ekstralimfatik (IIIE) atau keduanya

(IIIE)

 Stadium IV : Penyakit menyerang KGB secara difus mengenai satu

atau lebih organ ekstralimfatik, dengan atau tanpa disertai

keterlibatan pada KGB

2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin merupakan suatu kelompok penyakit

heterogen yang didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain

penyakit Hodgkin. Klasifikasi KIEl membagi LNH menjadi dua

golongan besar berikut ini :

1. LNH dengan derajat keganasan rendah

2. LNH dengan derajat keganasan tinggi

Kalsifikasi Kiel sudah menyesuaikan dengan kompartmen dari kelenjar

getah bening serta membedakan asal sel, apakah dari limfosit B atau

limfosit T. Penentuan Derajat Penyakit LNH di bagi menjadi empat

tahap berikut :

1. Tahap I

a. Pengambilan riwayat penyakit yang cermat

b. Pemeriksaan fisik yang lengkap

c. Pemeriksan laboratorium lengkap terdiri dari

 hemogram lengkap

 gambaran darah tepi


 test faal hati dan ginjal

d. Pemeriksaan radiologi terdiri atas:

 Foto thorax

 jika perlu survei kerangka

e. Fine needle aspiaration pada klenjar getah bening yang

dicurigai pada sisi lain diafragma

2. Tahap II

Pada penderita dengan dugaan stadium I derajat keganasan tinggi

atau stadium I dan II derajat keganasan menengah dilakukan

biopsy sumsum tulang bilateral

3. Tahap III

Penderita dengan stadium I derajat keganasan tinggi atau stadium I

dan II derajat keganasan menengah dilakukan penelitian radiologi

traktus gastrointestinal

4. Tahap IV

Penderita dengan stadium I derajat keganasan tinggi atau stadium I

dan II derajat keganasan menengah dilakukan penelitian radiologi

traktus gastrointestinal

C. Etiologi

Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan –

bahan limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan,  radiasi dan

sebagainya
Penyebab limfoma Hodgkin sampai saat ini tidak diketahui secara

pasti, namun salah satu yang paling dicurigai adalah virus Epstein-barr.

Biasanya dimulai pada satu kelenjar getah bening dan menyebar ke

sekitarnya secara per kontiunatum atau melalui sistem saluran kelenjar

getah beningke kelenjar-kelenjar sekitarnya.

Meskipun jarang sesekali menyerang juga organ-organ ekstranodal

seperti lambung, testis. dan tiroid, pada penemuan statistik, penyakit ini

didapatklan pada kelas sosioekonomi lebih tinggi dan insidennya

meningkat pada keluarga dengan riwayat penyakit Hodgkin.

Etiologi dari penyakit limfoma non-Hodgkin adalah

1. Abnormalitas sitogenik seperti translokasi kromosom

2. Infeksi virus yang menyebabkan antara lain :

 Virus Epstein-Barr yang berhubunga dengan limfoma burkitt

(sebuah penyakit yang ditemukan di Afrika)

 Infeksi HTLV-1 (human T iymphotropic virus tipe 1)

D. Maninfestasi klinik

1. Pembengkakan kelenjar getah bening.

2. Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening

leher, kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu

sama lain.
Pada limfoma non-Hodgkin, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar

getah bening lain misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-

organ parenkim.

3.  Demam tipe pel Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa

hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama

beberapa hari atau beberapa minggu.

4. Gatal-gatal

5. Keringat malam

6.  Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.

7.  Nafsu makan menurun.

8. Daya kerja menurun

9. Terkadang disertai sesak nafas

10. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)

11. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan

relatif lebih lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-

Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetastasis ke

tempat yang jauh.

E. Patofisiologi

Proliferasi abnormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau

penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar

getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,

mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran

kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam,

keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun

tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma.

Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis

virus atau mungkin tuberkulosis limfa.

Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh

meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di

bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya

timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.

F. Patways (Bagan)

G. Diagnostic test

1. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran

kelenjar di dekat jantung

2. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh

di dalam perut dan panggul

3. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah

bening atau penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya


4. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan

menilai efek dari pengobatan

5. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan

untuk melihat penyebaran limfoma ke perut.

H. Komplikasi

1. Tranfusi leukemik

2. Superior vena cava syndrome

Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan

lesi di mediastinum yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava

superior. infeksi herper zooster sering menyerang penderita penyakit

hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994: 275). Sindrom Vena cava

superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran pembuluh darah

vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke jantung,

Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat

menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya

mengeluh sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan muka serta

dada bagian atas membengkak, kadang-kadang juga lengan atas. Pada

pemeriksaan selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga tampak

dilatasi dari vena-vena di leher, dinding serta lengan atas dengan

gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.


3. Ileus

I. Penatalaksaaan (Medis dan Keperawatan)

1. LIMFOMA HODGKIN

Therapy Medik

a. Konsultasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)

b. Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, therapi medik adalah

therapi utama

c. untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy

anjuran

misalnya :

obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermitten

dengan siklofosfamid dosis :

Permulaan 150 mg/m 2, maintenance 50 mg, m 2 tiap hari atau

1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu

Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid),

vinkistrin (oncovin), prednison (COP)

Dosis :

C   : Cyclofosfamid          1000 mg/m 2 iv hari I

O   : Oncovin                    1,4 mg/m 2 iv hari I

P    : Prednison                  100 mg/m 2 po hari 1 – 5

Diulangi selang 3 minggu


Ideal :

Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,

prednison (MOPP)

d. Therapy Radiasi dan bedah

e.  Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan Sebaiknya melalui tim

onkology

2. LYMFOMA NON HODGKIN

a. Therapy Medik

Konsultasi dengan ahli onkology medik Limfoma non hodkin

derajat keganasan rendah (IWF)

Tanpa keluhan : tidak perlu therapy Bila ada keluhan dapat diberi

obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari

atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu. Bila resisten dapat

diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada

LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)

Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik

adalah sebagai terapy utama

Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy

anjuran

Minimal : seperti therapy LH


Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin,

oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis :

C    : Cyclofosfamide              800 mg/m 2 iv hari I

H    : hydroxo – epirubicin       50 mg/ m 2 iv hari I

O    : Oncovin                          1,4 mg/ m 2 iv hari I

P     : Prednison                        60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5

Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu

Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant 

Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy

utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan

sedang (CHOP)

Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B

b. Therapy radiasi dan bedah

Konsultasi dengan ahli radioterapi dan ahli onkologi bedah,

selanjutnya melalui tim onkology

c. Terapi Paliatif
Masalah utama dari LNH adalah metastasis ke tulang atau saraf

tulang belakang. Bila hal itu terjadi, penanganannya sangat sulit

terutama bila mengenai daerah paraspinal. Steroid diberikan

sebagai terapi inisial yaitu dexametason parenteral 4-8 mg setiap 8

jam.

Selain medikamentosa, radioterapi juga dapat digunakan sebagai

terapi paliatif. Radioterapi yang diberikan harus mencakup batas

aman (safe margin) yaitu 3-5 cm di atas dan bawah dari batas luar

tumor. Dosis hiperfraksinasi (30 Gy/10 fraksi) mengakibatkan

dekompresi yang cepat dan perbaikan gejala neurologis pada kasus

LNH paraspinal. Dosis radiasi pada metastasis tulang adalah 30 Gy

dalam 10 fraksi selama 2 minggu atau 20 Gy dalam 5 fraksi selama

1 minggu
BAB II

KASUS

Pasien mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu sebelum masuk

Rumah sakit pertama kali disadari di leher kiri berukuran sebesar telur

ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar, mula – mula

benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 2 bulan yang lalu pada benjolan

timbul luka – luka kemerahan bila ditekan terasa nyeri, nyeri dirasakan

saat benjolan ditekan  dan tidak menyebar, nyeri tidak timbul bila tidak di

tekan dan waktu menelan terasa nyeri dileher Kemudian timbul juga

benjolan di leher kanan sebesar kelereng, p[adat dan nyeri tekan, juga

muncul benjolan yang sama  di bawah rahang kanan.

Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien sering merasa sesak  di

tenggorokan,. Banyak berkeringat di malam hari dan sulit menelan satu

minggu sebelum MRS pasien mengatakan bernafas agak susah, nyeri telan

tambah hevat di bawa ke dokter tapi tidak sembuh dan kemudian di bawa

ke RS. Pasien mengatakan nyeri saat menelan, nyeri tekan pada daerah

benjolan, terasa mau muntah jika makan terlalu banyak.

No Regester Medik     : 100.940.23

Ruang                          : Camelia II

Diagnosa Medis          : Lymfoma Non Hodgkin (LNH)


A. Pengkajian

1. Data Pasien

Nama                        : Tn “R “

Umur                        : 35 tahun

Jenis Kelamin           : Laki – laki

Agama                      : Islam

Suku/bangsa             : Jawa/Indonesia

Status Perkawinan   : kawin

Pendidikan               : SMP tamat

Alamat                     : Winomartani

2. Data Penanggung Jawab

Nama                           : Ny. “M”

Umur                           : 29 tahun

Jenis kelamin               : Perempuan.

Agama                         : Islam

Suku/bangsa                : Jawa/Indonesia

Pendidikan                  : SMA tamat

Pekerjaan                     : IRT

Hubungan dg pasien   : Istri.

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama
Nyeri pada saat menelan, nyeri tekan pada daerah benjolan, terasa

mau muntah jika makan terlalu banyak.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu sebelum

masuk Rumah sakit pertama kali disadarai di leher kiri berukuran

sebesar telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar,

mula – mula benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 2 bulan yang

lalu pada benjolan timbul luka – luka kemerahan bila ditekan terasa

nyeri, nyeri dirasakan saat benjolan ditekan  dan tidak menyebar,

nyeri tidak timbul bila tidak di tekan dan waktu menelan terasa

nyeri dileher. Kemudian timbul juga benjolan di leher kanan

sebesar kelereng, p[adat dan nyeri tekan, juga muncul benjolan

yang sama  di bawah rahang kanan. Pasien mengatakan nyeri saat

menelan, nyeri tekan pada daerah benjolan, terasa mau muntah jika

makan terlalu banyak.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien sering merasa sesak  di

tenggorokan,. Banyak berkeringat di malam hari dan sulit menelan

Satu minggu sebelum MRS pasien mengatakan bernafas agak

susah, nyeri telan tambah hevat di bawa ke dokter tapi tidak

sembuh dan kemudian di bawa ke RS

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita

penyakit yang sama dengan dirinya

Menurut klien dan keluarga dari pihak keluarga tidak ada yang

mempunyai penyakit hypertensi, penyakit DM ataupun penyakit

menular lain seperti TBC yang menyebabkan harus MRS di Rumah

Sakit.

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum     : baik, pasien tampak sakit ringan pasien bisa

melaksanakan aktivitas sehari – hari dengan baik tanpa bantuan dari

orang lain hanya kebutuhan tertentu yang mmbutuhkan bantuan

minimal dari perawat seperti minum obat.

Kesadaran               : Composmentis          GCS : E4 V5 M6

Antopometri           : TB     : 168 cm                     BB       : 57 kg

Tanda vital         :

TD : 110/70 mmHg         

 HR : 90 x/menit  

S : 36 5 o C                     

RR : 20 x/menit

Pemeriksaan Fisik (Chepalo – Cauda)

Kepala dan  Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah
leher dicabut bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri tekan. Rambut
hitam dan tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe,
tidak ditemukan adanya kutu
Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka,
ataupun benjolan abnormal
Mata : Simetris, konjungtiva tarsal warna merah muda, sclera
tidak ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tidak ada
bercak reflek cahaya (+), kornea jernih
Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum
nasi tegak berada di tengah, tidak terdapat adanya polip,
bersih dan fungsi penciuman baik
Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga
warna merah muda, bersih tidak didapatkan adanya cerumen
yang mengeras ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik
ditandai dengan pasien bisa menjawab pertanyaan dengan
spontan
Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering,
lidah   bersih, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada radang
pada tonsil,tidak terdapat stomatitis, fungsi mengunyah,
pengecapan baik.

Leher Asimetris
Terdapat pembesaran kelenjar lymfe pada leher kiri multiple
dengan diameter kurang l;ebih 20 cm, terdapat benjolan
dibawah rahang kanan diameter 4 – 5 cm terdapat benjolan
pada leher kanan dengan diameter kurang lebih 5 cm, terdapat
radang pada leher kiri, konsistensi benjolan padat, kenyal dan
nyeri tekan.
Movement tidak maksimal nyeri saat menoleh kekiri
Trachea : mengalami deviasi
Vena jugularis dan arteri carotis tak terevakuasi
Pemeriksaan Pulmonum         
Thorak Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tak tampak adanya
tarikan intercostae yang berlebihan,  pernafasan dan
iramareguler teratur,terdapat pembesaran kelenjar lymfe axila
kanan dan kiri, nafas spontan.
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan,
gerak nafasreguler, tidak ada pernafasan tertinggal, tidak ada
krepitasio
Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri
Auskiulatsi : suara nafas vesikuler, Tidak ada suara ronkhi
ataupun wheezing pada paru kanan dan kiri.

Cor
Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung
tidak tampak
Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada ICS IV – V sinestra MCL,
pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada
Perkusi : suara redup (pekak/dullness) pada daerah jantung
Batas kanan     : pada sternal line kanan
Batas kiri         : ICS V midklavikuler line kiri
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari
jantung

Abdoment Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan


atau bekas luka, supel, perut datar dan tidak membuncit.
Ø  Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba masssa
abnormal
Ø  Perkusi : Suara tympani perut
Ø  Auscultasi : Peristaltik usus 14 – 16 x/menit
Inguinal – Pembesaran kelenjar limfe inguinalis kanan dan kiri kurang
genetalia dan lebih 2 cm padat dan kenyal
anus Jenis kelamin laki – lak, bersih, tidak didapatkan adanya
jamur dan infeksi
Fungsi eliminasi lancar
Ekstremitas Atas Lengkap, jari tangan lengkap, akral hangat, tidak ada
cacat, simetris gerakan maksimal, kekuatan otot baik, agak
anemis pada jari kaki, turgor kulit baik, skala kekuatan
otot          5        5
           
Bawah
Lengkap, jari tangan lengkap
Bersih tidak ada bekas luka, simetris, movement maksimal,
tidak ad luka, tidak ada nyeri, kekuatan otot baik
Skala kekuatan otot  5 5
Integument Turgor baik, warna kulit sawo matang,  tidak ada alergi
Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur
tubuh, pergerakan maksimal
Terdapat benjolan pada leher kiri dengan diameter kuarng
lebih 20 cm
Kuku warna merah mud

D. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)

N AKTIFITAS DI   R U M A H DI RUMAH


O SEHAT SAKIT SAKIT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali Makan 3 kali Pasien
sehari, porsi sehari porsi 4 – 5 mendapatkan
satu piring sendok makan, diet TKTP
habis sakali sedikit sayur dan lunak
makan habis, lauk, nyeri teln Porsi yang
komposisi tiap kali makan disediakan RS
makan terdiri dan kadang mau dimakan 3 – 4
dari nasi, lauk mmuntah jika sendok, nyeri
seperti tahu, terlalu banyak, saat menelan
tempe, ikan, komposisi makanan  dan
telur dan makanan kadang mau
daging, lunak/bubur dan muntah jika
memakai sayur memakai sayur makan terlalu
seperti bayam Minum 5 – 6 banyak
dan sawi, gelas/hari air Minum 4 – 5
kadang snack, putih kadang the gelas/ hari air
pasien tidak pasien putih nyeri
berpantang mengatakan nyeri telan saat
terhadap jenis saat menelan air menengguk
makanan air
tertentu,
Minum 6 – 7
gelas /hari air
putih kadang –
kadang teh.
2 Pola Eliminasi Bab 1 – 2 BAB sejak 2 hari Bab 2 hari
kali/hari, Bab di yng lalu  baru 1 sekali, di WC
WC, warna kali, konsistensi konsistense
kuning agak padat, warna lunak agak
trengguli bau kuning padat, warna
khas faeces, trengguli ,di WC kuning
konsistensi jumlah faeces tak trengguli bau
lunak dan tidak terobservasi. khas faeces,
ada ahambatan BAK 3 – 4 tidak ada
dalam kali/hari  warna kesulitan
pengeluaran kuning jernih dan BAB. BAK 2
faeces tak terobservasi – 3 x/sehari
BAB 3 – 4 kali tidak ada warna kuning
sehari warna hambatan dalam jernih, bau
kuning jernih, proses khas urine,
bau khas urine, pengeluaran urine tidak nyeri
jumlah tak daerah
terobservasi kelamin,
tidak ada jumlah urine
hambatan tak
dalam proses terobservasi,
BAK tak nyeri. tidak ada
gangguan
dalam proses
mictie.

3 Pola Tidur sehari Klien tidur Tidur malam


Istirahat/tidur semalam 7 – 8 malam 7 – 8 jam kurang lebih
jam mulai jam 21.00 6 – 7 jam
Malam hari WIB dan antara jam
mulai tidur jam bangun  pad 22.00 – jam
22.00  WIB dan pukul 05.00 WIB 05.00 WIB
bangun kurang Tidur siang Siang hari
lebih jam 05.00 kurang lebih 2 tidur antara
WIB jam mulai jam jam 13.00
Siang hari tidur 13.00 WIB WIB sampai
1 – 2 jam mulai sampai dengan dengan jam
jam 13.00 – bangun jam 15.00 15.-00 WIB
14.30 WIB WIB tidur tidur
tidak ada memakai bantal memakai
gangguan tidur dan selimut di bantak,
Tidur memakai dlam kamar selimut dan
bantal dan dengan dengan
selimut dikamar penerangan penerangan
menggunakan lampu dop lampu TL
lampu tidur (lampu yang
(dop) ada di Rumah
Sakit)

4 Pola Personal Mandi 2 kali Klien mandi 2 Mandi 2 kali


Hygie sehari dikamar kali di kamar sehari di
ne mandi, mandi memakai kamar
memakai sabun sabun dan selesai mandi  Ruma
mandi dan menggunakan h sakit
selesai handuk memakai
memakai Gosok gigi 2 kali sabun dan
handuk. sehari bersamaan selesai
Gosok gigi 2 dengan mandi memakai
kali sehari, memakai pasta handuk
bersamaan Kertamas 1 kali Gosok gigi
dengan mandi seminggu atau bersamaan
 Keramas 1 kali bil;a merasa kotor dengan mandi
seminggu atau Ganti pakaian 1 memakai
bila pasien kali sehari atau psata gigi
merasa kotor bila merasa kotor. Pasien selama
keramas si RS keramas
memakai 1 kali ganti
shmphoo  dan baju 1 kali er
ganti baju hari atau bila
sehari sekali, merasa kotor.
kuku panjang
bila dipotong

5. Pola Aktifitas Pasien tidak Pasien tidak Pasien lebih


mempunyai bekerja hanya banyak di
pekerjaan tetap beraktifitas di tempat tidur
biasa bekerja di rumah dan dan kadang
proyek atau membantu ke KM atau
membangun pekerjaan rumah kadang ke
rumah/mengeca seperti menyapu WC dn jika
t rumah orang dan lain tidak ada
atau pekerjaan sebagainya. kegiatan atau
yang lain Waktu yang lain acara
Bekerja mulai untuk nonton pemeriksaaan
jam 07.00 WIB TV/mendengarka pasien kadang
sampai sore n radio atau jalan – jalan
hari kurang ngobrol dengan disekitar
lebih 17.00 dn anggota keluarga ruangan
istirahat pada dengan
siang hari ditemani
kurang lebih 1 istrinya.
jam mulai jam
13.00 sampai
dengan jam
14.00 WIB
waktu senggang
diguanakan
untuk nonton
TV atau
ngobrol
bersama
keluarga
Klien jarang
rekreasi

6. Ketergantunga Pasien Sejak menikah Pasien


n mengatakan pasien tidak lagi mendapatkan
sejak umur minuman program
kurang lebih 12 beralkohol, rokok therapy dari
tahun sampai masih dokter.
edngan mengkonsumsi
menikah umur kurang lebih 1
19 tahun bungkus sehari
mengkonsumsi
minuman
beralkohol tiap
hari merokok
sejak masuk
SMP rata – rata
sehari habis 1
bungkus
Pasien tidak
mengalami
ketergantungan
terhadap obat
dan makanan
tertentu

E. Data Penunjang

1. Pemeriksaan Diagnostik

laboratorium tgl 01/04/2020

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL


Gula darah sesaat 94 mg/dl < 120 mg/dl
Urea Nitrogen 11 mg/dl 10 – 20 mg/dl
Kreatinin serum 1,0 mg/dl Lk : < 1,5
Pr : < 1,2
Bilirubin direct 0,38 mg/dl < 0,25
Bilirubin total 1,90 mg/dl < 1,0
SGOT 17 u/l < 42
SGPT 13 u/l < 40
Fosfatase alkali 48 u/l 32 - 92

Laboratorium tanggal 02/04/2020

JENIS HASIL
PEMERIKSAAN
WBC 6,6 THSN/ CU MM
RBC 4, 48 MILL/CU MM
HGB 13,5 Grams/DL
HCT 39,3 %
MCV 87,7 Cu Microns
MCH 30,1 Picograms
MCHC 34,4 %
RDW 15,1 %
PCT 0, 169
MPV 7, 2 Cu Microns
% Lymph 22,5
% Mono 11,4
% Gran 66,1
Eosinofil
Basofil
Lymphosit 1,5 THSN/CU MM
Monosit 0,8 THSN/ CU MM
Granulosit 4,3 THSN/ CU MM

2. Pemeriksaan Patology/Sitology 01 April 2020

Bahan               : Biopsi tumor leher

Kesimpulan      : Non Hodgkin lymfoma maligna, difuse large cell,

high grade, stadium III B

Pemeriksaan foto thoraks PA 01 April 2020

Cor       : besar dan bentuk normal

Pulmo   : tak tampak proses metastasis, taka tampak kelainan

Kedua sinus frenicocostalis tajam

Tak tampak osteolistik dan osteoblastic

3. Pemeriksaan dengabn USG Abdoment 2 April 2020


Hepar                 : besar normal, intensitas ocheparencim bormal

homogen, system vena porta/vena hepatica normal, tak tampak

nodule, kiste, abcess

Gall blader        : besar normal, dinding baik, batu polyp (-)

Pancreas             : besar normal;, intensitas echoparencim baik, tak

tampak nodule kiste abcess, kalsifikasi

Lien                    : membesar intensitas echoparencim baik, systema

calyseal tak tampak estasis, tak tampak nodule, kiste abcess batu

Tak tampak pemesaran kelenjar pada aorta

Kesimpulan      : splenomegaly

Tak tampak proses metastasis pada hepar dan kelenjar pada aorta

4. Therapy medik

a. Diet TKTP lunak

b. Multivit 3 dd 1 tab

c. Prednison 3 dd 4 tab

B. ANALISA DATA
DATA Etiologi Masalah

Subyektif : kesulitan Gangguan


Pasien mengatakan bila menelan terasa bernafas pemenuhan
sakit sukunder nutrisi kurang
Pasien mengatakan bila makan terlalu terhadap dari
banyak atau minum terlalu banyak akan penekanan kebutuhan
teasa mau muntah massa pada
Pasien mengatakan berat badan sebelum oesopahgu
sakit 62 kg s
Pasien mengatakan porsi yang disediakan
RS cuma habis 3 – 4 sendok makan

Obyektif
Keadaan umum baik
T  110/70 mmHg
N 90 x/menit
S 36 5 o C
R 20 x/menit
Porsi yang disediakan RS cuma habis
setengah porsi
Pasien terlihat menyeringai saat menelan
makanan
Pasien mendapatkan diet TKTP lunak
Ä  TB : 168 cm
Ä  BB : 56 Kg
Ä  Terdapat pembesaran kelenjar limfe pada
leher kiri dengan diameter 20 cm benjolan
bawah rahang kanan diameter 4 – 5 cm
benjolan leher kanan dengan diameter
kurang lebih 5 cm konsistensi padata dan
kenyal serta nyeri tekan
Ä   Hasil PA : Non Hodgkin Lymfoma difuse
large cell high grade stad III B
Data Subyektif Perubahan Perubahan
Ä Pasien mengatakan merasa sedih karena ada bentuk konsep diri
benjolan pada lehernya anatomi
Ä Pasien mengatakan merasa malu karena tubuh
keadaannya sekarang (adanya
Lymfoma)
Data Obyektif
Ä  Pasien tampak sedih saaat diajak bicara
tentang  penyakitnya
Ä  Ekspresi muka tampak sedikit gelisah
Ä  Terdapat pembesaran kelenjar lymfe di
leher dengan diameter kurang lebih 20 cm
Ä  Pasien tampak jarang bicara dengan pasien
di sebelahnya
Ä  Pasien menutupi lehernya dengan sleyer
saat jalan – jalan diluar
Ä  PA : LNH Difuse Large cell, High Grade
Stad III B
Data Subyektif Knowledge Psikologis
Ä  Pasien mengatakan sedih karena ada deficit (cemas
benjolan pada leher kirinya tentang ringan)
Ä  Pasien menanyakan apakah penyakitnya penyakit
bisa segera disembuhkan dan bagaimana dan
prosedur pengobatannya prosedur
Data obyektif pengobatan
Ä  Keadaan umum baik
Ä  Ekspresi wajah tampak sedikit gelisah
Ä  Pasien tampak menanyakan tentang
penyakit yang dideritanya
Ä  T 110/70 mmHg
Ä  N 90 x/menit
Ä  R 20 x /menit
Ä  S 36 5 o C
Ä  PA : LNH Difuse Large Cell High Grade III
B

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Limfoma maligna adalah

limfoma non-Hodgkin dan penyakit Hodgkin. Walaupun kedua tumor ini


menyerang organ retikuloendotel, secara biologis dan klinis keduanya

berbeda. Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk

keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel

T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna =

ganas).

Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem

pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa

berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel

limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga

beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma

bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang

tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul

di organ lain seperti perut, hati, dan otak

selain itu juga penulis telah mencantumkan etiologi, tanda gejala,

klasifikasi, patofisiologi, terapi, pemeriksaan penunjang dan juga pada

aplikasi asuhan keperawatan yang berdasarkan Nic Noc.

2. Saran

Saran dari penulis unruk pembaca adalah agar pembaca memahami

tentang penyakit limfoma maligna dan pengaplikasian pada asuhan

keperawatan
Daftar Pustaka

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. 

FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.

Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.


Rohmah Nikmatur  dan Saiful Walid. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.

Jogjakarta: Ar-ruzz media

Handayani, Wiwik.Andi sulistyo H. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan

Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai