Anda di halaman 1dari 2

Analisis Kelayakan Industri

\1. Aspek Hukum

Aspek hukum mengkajii tentang legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan dioperasikan, ini berarti
bahwa setiap proyek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu haruslah memenuhi hukum
dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut

Secara spesifik analis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis bertujuan untuk:

1. Menganalis legalitas usaha yang akan dijalankan


2. Menganalisis ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan
3. Menganalisis kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan
perizinan
4. Menganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai dengan
pinjaman

Berdasarkan aspek hukum, suatu ide bisnis dinyatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai
dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah
tersebut. Secara spesifik analisis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis bertujuan untuk:
a.       Menganalisis legalitas usaha yang dijalankan
Menganalisis ketepatan bentk badan hukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan
c.       Menganalisis kemampuan bisnis yang akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan
perizinan
d.      Manganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akna dibiayai dengan
pinjaman

Beberapa faktor yang dijadikan dasar dalam penilaian kelayakan, yaitu:

1. Badan hukum apa yang paling sesuai untuk dijadikan bentuk formala badan usaha yang
akan didirikan.
2. Komoditas usaha termasuk jenis barang dagangan (komoditas) yang diperbolehkan yang
diperbolehkan atau dilarang undang-undang.
3. Cara berbisinis melanggar hukum agama atau tidak.
4. Teknis operasional mendapatkan izin dari instansi/departemen/dinas terkait atau tidak.

Penentuan dan pemilihan bentuk badan hokum yang paling sesuai dengan tujuan didirikannya
perusahaan dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu:

1. Faktor tujuan (goal)


Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah apakah tujuan utama didirikannya perusahaan.
Apakah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan atau berorientasi pada kemanfaatan semata
atau kedua-duanya, yaitu untuk mendapatkan keuntungan (profit) dan kemanfaatan (benefit).

2. Faktor kepemilikan (ownership)

Pertamyaan selanjutnya adalah berapa orangkah pemilik perudahaan yang akan didirikan
seorang, du orang atau lebih dari 20 orang. Jawaban pertanyaan itu dapat membawa konsekuensi
terhadap bentuk hokum badan usaha yang akan dibangun.

3. Faktor permodalan (capital)

Estimasi modal dasar yang diperlukan untuk mendirikan usaha akan menentukan bentuk hokum
badan usaha karena untuk badan hokum tertentu mensyaratkan modal minimal.

4. Faktor pembagian risiko (risk sharing)

Setiap usaha (bisnis) pasti mengandung  nilai resiko karena hokum ekonomi mengatakan bahwa
antara resiko dan return ada hubungan positif dan signifikan. Pembagian porsi risiko dalam
bisnis akan menentukan bentuk badan hokum yang digunakan. Ada badan hukum yang memiliki
risiko tak terbatas sampai harta pribadi pemilik dan ada juga yang risikonya dibatasi hanya pada
bagian kepemilikan modal usaha.

5. Faktor jangka waktu (timely)

Batas waktu usia organisai berpengaruh dalam menentukan jenis badan hukum organisasi yang
akan dipilih. Untuk badan hukum tertentu, pemerintah melalui undang-undang dan peraturannya
tidak membatasi namun ada badan hukum yang batas waktunya dibatasi walaupun dapat
diperpanjang lagi.

Anda mungkin juga menyukai