Anda di halaman 1dari 17

ILMU DASAR KEPERAWATAN IV

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Di susun oleh :

Nana Dwiansah Yoga Permana (1711020153)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul Proses Penyembuhan Luka ini dapat saya selesaikan.
Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen.

Dalam kesempatan ini, saya menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikirannya demi terwujudnya makalah ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini penulis sangat menghargai.

                                                                                    Purwokerto, 17 Maret 2018

Nana Dwiansah Yoga Permana


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar
suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai
cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black,
2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali
pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-
sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh
kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan
dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan, akan
memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka. Semua
tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan granulasi
jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat
penyembuhan luka bisa sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka
tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang
memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko
kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain.
           Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat;
mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol eksudat
juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana selama ini masih kurang
diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting bagi perawat, akibatnya bila
produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit,
bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses penyembuhan luka pada orang yang terkena sayatan?

2. Bagaimana proses penyembuhan luka pada orang yang patah tulang?

3. Bagaimana proses penyembuhan luka pada orang yang tekena serangan jantung
koroner?

4. Bagaimana proses penyembuhan luka pada orang dengan luka gangren?

C. Tujuan

1.    Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses penyembuhan luka pada orang yang terkena
sayatan.

2.    Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses penyembuhan luka pada orang yang patah
tulang.

3.    Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses penyembuhan luka pada orang yang terkena
serangan jantung koroner.

4.    Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses penyembuhan luka pada orang dengan luka
gangren.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyembuhan Luka Pada Pasien Yang Terkena Sayatan

       Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan
jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila
permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Proses penyembuhan luka dapat terjadi secara :

1. Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.

2. Per Sekundem yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi.
Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.

3. Per Tertiam atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa
hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).

       Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-


komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama
dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi
yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi,
imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).

       Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau
katabolik dan proses pembentukan atau anabolik.Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi
melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada
tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan
penyembuhan luka terdiri dari:

1. Fase Inflamasi

       Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan
yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah  menghentikan perdarahan
dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan
dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan
menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan
pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang  yang akan
menutup pembuluh darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-
derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Pada fase
ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat
trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1)
yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk
mensintesis kolagen. 

       Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler
stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi
vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan
lokal lingkungan tersebut asidosis.

        Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler.
Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3
hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding
dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. 
Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah:

a.       Sintesa kolagen

b.      Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblas

c.       Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi

d.      Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

      Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta
terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter
bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit
yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

2. Fase Proliferasi

         Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada
proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein
yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.

          Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang
dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan
aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,
fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru. 
          Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru
(connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan
tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat
memasuki kawasan luka.

          Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut
disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas
sintetiknya disebut fibroblasia.

Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah:

a.      Proliferasi

b.     Migrasi

c.     Deposit jaringan matriks

d.     Kontraksi luka

           Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai
arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat
penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya
proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi
kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di
daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan
oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan
dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).

            Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan “keratinocyte


growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan
dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.
Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan
kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu
jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast
yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih
menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.

          Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk,
terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet.

3. Fase Maturasi

          Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12
bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi
jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan
garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari
ajringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen
yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali
pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen
muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen
yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).

          Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen


yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan
jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.

         Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses
penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat
tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita
muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai
dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
B. Proses Penyembuhan Luka Pada Orang Yang Patah Tulang

         Agar penyembuhan atau penyambungan patah tulang terjadi secara normal, sejumlah
persyaratan harus dipenuhi: viabilty of fragment (suplai darah utuh) Artinya fragmen tulang yang
patah tersebut jaringan masih tersuplai darah dengan baik sehingga masih hidup. Immobilitas
Tulang yang patah tidak boleh bergerak, hal ini dapat dicapai dengan tidak bergerak, imobilisasi
eksternal (misalnya bidai) atau fiksasi internal) Tidak ada infeksi Proses penyembuhan umumnya
sama untuk semua jenis patah tulang, yakni melalui serangkaian tahapan, sehingga terbentuk
tulang baru dan mengisi di daerah retak atau celah antara patahan tulang sehingga menyambung
sempurna. Jika patah tulang parah, masalah yang memperlambat proses penyembuhan dapat
terjadi. Berikut tahap-tahap proses penyembuhan patah tulang: Tahap 1: Peradangan
(inflammation) Tulang patah baik terbuka atau tertutup akan menimbulkan perdarahan sekecil
apapun itu dan membuat jaringan di sekitarnya meradang yang ditandai dengan bengkak,
memerah dan teraba hangat serta tentunya terasa sakit. Tahap ini dimulai pada hari ketika patah
tulang terjadi dan berlangsung sekitar 2 sampai 3 minggu. Tahap 2: Pembentukan kalus halus
(soft callus) Antara 2 sampai 3 setelah cedera, rasa sakit dan pembengkakan akan mulai hilang.
Pada tahap penyembuhan patah tulang ini, terbentuk kalus yang halus di kedua ujung tulang
yang patah sebagai cikal bakal yang menjembatani penyambungan tulang namun kalus ini belum
dapat terlihat melalui rongsen. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 sampai 8 minggu setelah
cedera. Tahap 3: Pembentukan kalus keras (hard callus) Antara 4 sampai 8 minggu, tulang baru
mulai menjembatani fraktur (soft callus berubah menjadi hard callus) dan dapat dilihat pada x-
rays atau rongsen. Dengan waktu 8 sampai 12 minggu setelah cedera, tulang baru telah mengisi
fraktur. Tahap 4: Remodeling tulang Dimulai sekitar 8 sampai 12 minggu setelah cedera, sisi
fraktur mengalami remodeling (memperbaiki atau merombak diri) memperbaiki setiap cacat
yang mungkin tetap sebagai akibat dari cedera. Ini tahap akhir penyembuhan patah tulang yang
dapat bertahan hingga beberapa tahun. tahap proses penyembuhan fraktur Tahap – tahap proses
penyembuhan tulang Tingkat penyembuhan dan kemampuan untuk merombak (remodelling)
pada tulang yang patah bervariasi untuk setiap orang dan tergantung pada usia, kesehatan, jenis
fraktur, dan tulang yang terlibat. Misalnya, anak-anak mampu menyembuh dan merombak
fraktur mereka jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Sedangkan waktu penyembuhan rata-rata
patah tulang untuk setiap jenis tulang, yaitu: tulang jari : 3 minggu tulang metacarpals (telapak
tangan) : 4 – 6 minggu Distal radius : 4 – 6 minggu tulang lengan bawah: 8 – 10 minggu
humerus (tulang lengan atas) : 6 – 8 minggu femoralis neck (tulang paha bagian leher): 12
minggu femoral shaft (tulang paha bagian poros): 12 minggu tibia dan fibula (tulang tungkai
bawah dan tulang kering): 10 minggu Masalah Pada Penyembuhan Patah Tulang Patah tulang
dapat sembuh tanpa masalah pada kebanyakan orang. Namun, masalah fraktur hampir selalu
terjadi akibat cedera yang parah. Masalah masalah tersebut antara lain: Sindrom kompartemen
Pembengkakan parah akibat patah tulang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah
sehingga menghambat suplai darah, akibatnya aliran darah tidak cukup sampai ke otot-otot
sekitar fraktur. Penurunan suplai darah dapat menyebabkan otot-otot sekitar fraktur menjadi
mati, yang dapat menyebabkan cacat jangka panjang. Sindrom kompartemen biasanya terjadi
hanya setelah cedera yang parah. Cedera neurovaskular Beberapa fraktur begitu parah sehingga
arteri dan saraf di sekitar lokasi cedera menjadi rusak. Kondisi ini juga bisa menimbulkan
kecacatan seperti mati rasa atau lumpuh. Infeksi Fraktur terbuka (patah tulang hingga tulang
terlihat/keluar kulit) dapat terinfeksi ketika ujung tulang bergerigi yang menembus kulit terkena
udara, tanah, atau debu. Arthritis pasca-trauma Fraktur yang meluas ke sendi (fraktur intra-
artikular) dapat menyebabkan radang sendi dini. Delayed Union (penyambungan tertunda)
Penyambungan tulang patah yang lebih lama dibandingkan standar normal waktu penyembuhan
tulang. Nonunion (tidak/gagal menyambung) Fraktur yang gagal menyambung dalam jumlah
waktu yang wajar ini disebut nonunion. Solusi : operasi Malunion Penyambungan tulang yang
salah, seperti menyambung tapi miring, menyambung tumpang tindih, dan lain sebagainya.
Solusi : operasi Setelah dilakukan operasi dan tulang telah menyambung maka “pen” harus
segera dilepas, biasanya 1 tahun setelah operasi pemasangan “pen” agar tidak menimbulkan efek
penolakan tubuh yang berbahaya.
C. Proses Penyembuhan Luka Pada Orang Yang Terkena Serangan Jantung Koroner

Rehabilitasi jantung terdiri dari beberapa fase, di antaranya:

 Fase 1  : Sejak dirawat di rumah sakit, Anda bisa melakukan aktivitas ringan seperti bangun
dari tempat tidur, duduk, berjalan, atau melakukan perawatan diri sendiri. 

Fase 2 :  Mengikuti program rehabilitasi jantung, seperti: 

• Pemeriksaan medis, Meliputi pemeriksaan berat badan atau indeks massa tubuh (IMT),
tekanan darah, dan pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol). Ini bertujuan untuk
menentukan jenis rehabilitasi yang sesuai dengan kondisi Anda. 

• Latihan/olahraga 

Lakukan 3-4 kali dalam seminggu dan sesuaikan jenis olahraganya dengan kondisi tubuh. Anda
akan diajari bagaimana melakukan pemanasan, peregangan, dan teknik olahraga yang benar.
Setelah siap, Anda disarankan melakukan olahraga yang memacu aktivitas jantung seperti jalan
kaki, bersepeda. 

• Nutrisi 

Dokter gizi dapat membuatkan menu makanan sehat untuk menurunkan risiko serangan jantung
berikutnya. 

• Dukungan emosional 

Seseorang yang pernah mengalami serangan jantung berisiko terkena depresi atau perasaan
cemas berlebihan. Bila hal ini terjadi, selain pemberian terapi oleh dokter, diperlukan juga
dukungan emosional dari orang terdekat. 

• Edukasi dan mengubah gaya hidup 


Pasien diberikan informasi mengenai penyakitnya, pengobatan, kemungkinan komplikasi,
dan tanda bahaya serangan jantung. Selain itu, diperlukan perubahan gaya hidup seperti berhenti
merokok, minum-minuman keras, menghindari aktivitas sedentary life dengan lebih banyak
bergerak, menghindari makanan cepat saji, dan mengonsumsi obat-obatan secara teratur. 

Fase 3 : Menerapkan seluruh program fase 2 di rumah dan menjadikannya sebagai gaya hidup
Anda yang baru. 

Fase 4 : Setelah konsisten menyelesaikan seluruh program rehabilitasi, Anda siap untuk
menjalani hidup sehat dan lebih percaya diri. 

Rehabilitasi jantung bukanlah untuk mengubah apa yang sudah terjadi pada jantung Anda,
namun dapat membantu meningkatkan fungsi jantung di kemudian hari. Program ini tidak selalu
mudah, tetapi ingatlah bahwa apa yang Anda lakukan dapat mencegah serangan jantung
berulang. Konsultasikan dengan dokter jika ingin mengikuti rehabilitasi pasca serangan jantung.

D. Proses Penyembuhan Luka Pada Orang Dengan Luka Gangren

Fase penyembuhan luka dimulai dari Fase inflamasi yang dimulai sejak terjadinya luka
sampai hari ke-5. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami
konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala
fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-
derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan
untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan
ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit
Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi
Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya
TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
Fase Proliferasi atau rekontruksi:  berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira
minggu ke-3. Fase ini ditandai dengan adanya proliferasi sel/pembelahan sel. Peran fibroblast
sangat besar untuk menghasilkan struktur protein yang digunakan selama proses rekontruksi
jaringan. Pada saat terjadi luka fibroblast akan aktif ke jaringan sekitar luka dan berproliferasi
mengeluarkan beberapa substansi seperti kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin, dan
proteoglycans untuk rekontruksi jaringan baru. Pada fase ini juga terjadi proses pembentukan
kapiler baru dalam luka atau disebut angiogenesis. Fibroblast dan angiogenesis merupakan
proses yang terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan
makrofag (growth factor). Proses selanjutnya adalah epitelisasi, karena fibroblast mengeluarkan
Keratinocyte Growth Factor (KGF). Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan
kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan di percepat oleh berbagai growth
factor). 

Fase  Maturasi atau remodelling dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblast sudah
meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena
pembuluh darah mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat
jaringan parut dan puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Enzim kolagenase
mengubah kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi  menjadi
kolagen matang, lebih kuat, dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan
yang dipecahkan sehingga tidak terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, dan akan
menurunkan kekuatan jaringan parut,luka selalu terbuka bila kekurangan kolagen. Cara lain
untuk pencegahan harus dimulai dengan:

• Mengontrol diabetes dengan mengikuti recommendatrions dokter Anda untuk perawatan dan
gaya hidup modifikasi yang mencakup diet yang sehat , olahraga teratur, berhenti merokok dan
pemantauan berkala kadar glukosa darah

• Inspeksi harian dan pembersihan ekstremitas karena mereka lebih rentan terhadap bisul dan
luka
• Hati-hati pemangkasan kuku dengan pemangkas kuku yang aman (lihat ahli jika pasien
membutuhkan perawatan ekstra atau jika ada lesi kulit

• Selalu memakai kering, kaus kaki bersih untuk membantu melindungi kaki Anda, dan tidak
pernah berjalan tanpa alas kaki (menghindari kaus kaki ketat yang dapat mengurangi sirkulasi
darah ke kaki).
BAB III

PENUTUP
A.  Kesimpulan

Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya
yang terjadi tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam. (Menurut Koiner dan Taylan). Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana
cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri
dari fase inflamasi, fase ploriferasi dan fase maturasi.  

Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan
granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat, hanya cara tersebut yang membuat
penyembuhan luka bisa sempurna.

Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah luka
tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik yang
memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat resiko
kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul, Hidayat, Musrifatul, (2008), Keterampilan Dasar Praktik Klinik,
Salemba Medika, Jakarta.

Potter, Patricia A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


praktik Edisi 4. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan


& Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai