Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KODE ETIK PSIKOLOGI

Standar Etik Psikologi (Poin 6-10)

Disusun Oleh:

Salsabila Maharani S.D (201910230311444)

Nasta Arini Priadna Putri (201910230311464)

Nur Eliza Feby A. (201910230311465)

Maulana Muthim Al Kurtubi (201910230311478)

Edo Wardhana (201910230311489)

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2019
KODE ETIK PSIKOLOGI

Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan
dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog dan ilmuan-ilmuan
psikologi di indonesia.

Kode Etik Psikologi Indonesia merupakan ketentuan tertulis yang diharapkan menjadi
pedoman dalam bersikap dan berperilaku, serta pegangan teguh seluruh psikolog dan
kelompok ilmuan psikologi, dalam menjalankan aktivitas profesinya sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan masing-masing guna menciptakan kehidupan masyarakat yang
lebih sejahtera.

STANDAR KODE ETIK PSIKOLOGI

6. Standar tentang Biaya dan Pencatatan

Psikolog dan/atau ilmuan psikologi menjunjung tinggi profesionalitas dan senantiasa


terus meningkatkan kompetensinya. Berkaitan dengan hal tersebut, psikolog dan atau
ilmuan psikologi perlu dihargai dengan imbalan sesuai dengan profesionalitas dan
kompetensinya.
Pengenaan biaya atas layanan psikologi kepada pengguna jasa perorangan, kelompok,
lembaga atau organisasi/institusi harus disesuaikan dengan keahlian dan kewenangan
Psikolog dan/atau ilmuan psikologi, dengan kewajiban untuk mengutamakan dasar-dasar
profesional.

1. Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi saat sebelum layanan kontrak


dilakukan, menjelaskan kepada pengguna layanan mengenai hak dan
kewajiban masing-masing pihak
2. Psikolog dapat menggunakan berbagai cara termasuk tindakan hukum
untuk mendapatkan imbalan layanan yang telah diberikan.
3. Psikolog tidak menahan catatan untuk penanganan darurat terhadap
pengguna layanan hanya karena imbalan belum diterima.
4. Psikolog tidak bersedia memenuhi layanan yang diketahui melanggar kode
etik.
5. Psikolog dapat terlibat dalam aktivitas penyediaan layanan psikologi
secara suka rela.

 Rujukan dan Biaya

Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi membagi imbalan berdasarkan


layanan yang diberikan dan sudah diatur sebelum pelayanan psikologi
dilakukan.
 Keakuratan Data dan Laporan Kepada Pembayar atau Sumber Dana
Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi memastikan keakuratan data dan
laporan pemeriksaan psikologi pada pembayar atau sumber dana.

 Pertukaran (Barter)
Psikolog dapat menerima imbalan non uang dari pengguna layanan,
asalkan tidak bertentangan dengan kode etik dan pengaturan yang dihasilkan.

7. Standar Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku individu atau
kelompok atau komunitas yang bertujuan membawa ke arah yang lebih baik melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan membawa ke arah yang lebih baik
yang dapat dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi, Himpsi, Asosiasi atau Ikatan Minat
dan Praktik spesialis Psikologi atau lembaga lain yang kegiatannya mendapat
pengakuan dari Himpsi.

 Rancangan dan Penjabaran Program Pendidikan dan Pelatihan


1. Psikologi/ilmuwan psikologi yang bertanggung jawab atas program
pendidikan dan pelatihan.
2. Psikologi/ilmuwan mengambil langkah yang memadai memastikan
rencana pendidikan dan pelatihan secara tepat dengan materi yang dibahas.
3. Menyusun program pendidikan dan pelatihan berdasarkan teori dan
berorientasi pada kesejahteraan peserta.
4. Dalam melaksanakan pendidikan atau pelatihan diawali dengan menyusun
rencana berdasarkan teori yang relevan sehingga dapat dipahami.

 Keakuratan dalam Pendidikan dan Pelatihan


Mengambil langkah yang tepat guna memastikan rencana pendidikan
atau pelatihan berdasarkan perkembangan-perkembangan kemajuan
pengetahuan terkini.

 Informed Consent dalam Pendidikan atau Pelatihan


Harus memperoleh persetujuan untuk melaksanakan pelatihan
sebagaimana yang dinyatakan dalam standar informed consent.

 Pengungkapan Informasi Peserta Pendidikan atau Pelatihan


1. Mengambil langkah-langkah untuk melindungi yang akan menjadi peserta
pelatihan dari semua konsekuensi.
2. Tidak meminta peserta untuk mengungkapkan informasi pribadi mereka
dalam kegiatan yang berhubungan dengan program yang dilakukan, baik
secara lisan maupun tulisan.
 Kewajiban Peserta Pendidikan atau Pelatihan untuk mengikuti program
Pendidikan yang Diisyaratkan
Bila suatu pendidikan atau pelatihan atau suatu kegiatan merupakan
persyaratan dalam suatu program pendidikan atau pelatihan maka
penyelenggara harus bertanggung jawab bahwa program itu tersedia.

 Penilaian Kriteria Peserta Pendidikan atau Pelatihan atau Orang yang


Disupervisi
Menetapkan proses yang spesifik dan berjadwal untuk memberikan
umpan balik kepada peserta atau orang yang disupervisi.

 Keakraban Seksual dengan Peserta Pendidikan atau Pelatihan atau


Orang yang Disupervisi
Tidak terlibat dalam keakraban seksual dengan peserta atau orang yang
disupervisi.

8. Standar Penelitian dan Publikasi


Penelitian adalah suatu rangkaian proses secara sistematis berdasar
pengetahuan yang bertujuan memperoleh fakta dan/ atau menguji teori dan/ atau
menguji intervensi yang menggunakan metode ilmiah dengan cara mengumpulkan,
mencatat dan menganalisis data.Psikolog dan/ atau ilmuwan psikologi dalam
melaksanakan penelitian diawali dengan menyusun dan menuliskan rencana penelitian.
Psikolog dan/ atau ilmuwan Psikologi bersikap profesional, bijaksana, dan
jujur dengan memperhatikan keterbatasan kompetensi dan kewenangan sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari salah penafsian
serta menyesatkan masyarakat pengguna layanan psikologi.

 Psikolog dan/atau Ilmuwan psikologi dalam melaksanakan penelitian diawali


dengan menyusun dan menuliskan rencana penelitian dalam proposal dan
membuat desain penelitian, melaksanakan, melaporkan hasil yang disusun
dengan kompetensi ilmiah dan etika penelitian.

 Batasan Kewenangan dan Tanggung Jawab


1. Batasan Kewenangan
- Psikolog memahami batasan kemampuan dan kewenangan masing-
masing anggota tim yang terlibat dalam penelitian tersebut.
- Psikolog dapat berkonsultasi dengan pihak-pihak yang lebih ahli di
bidang penelitian sebagai bagian dari proses implementasi penelitian.
2. Tanggung Jawab
- Psikolog bertanggung jawab atas pelaksanaan dari hasil penelitian
yang dilakukan.
- Psikolog memberi perlindungan terhadap hak dan kesejahteraan
partisipan penelitian.
 Aturan dan Izin Penelitian
1. Psikolog harus memenuhi aturan progfesional dan ketentuan yang berlaku,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan publikasi penelitian.
2. Jika persetujuan lembaga atau instansi lain terkait dibutuhkan psikolog
harus memberikan informasi akurat mengenai rancangan penelitian.

 Partisipan Penelitian
1. Psikolog berperan untuk melindungi orang-orang yang akan menjadi
partisipan penelitian dari konsekuensi yang tidak menyenangkan.
2. Psikolog berinteraksi dengan partisipan penelitian hanya di lokasi dan
dalam hal yang sesuai dengan rancangan penelitian yang konsisten dan
ilmiah.
3. Psikolog harus memberi kesempatan adanya pilihan kegiatan lain kepada
partisipan yang sedang menjalani pemeriksaan psikologi.

9. Standar Penilaian
Psikolog dan Ilmuan Psikologi dalam bidang pendidikan, pelatihan, dan pengawasan
menetapkan proses spesifik dan terjadwal untuk memberikan umpan kepada peserta
tersebut. Informasi tersebut diberikan di awal pengawasan.
Psikolog dan Ilmuan Psikologi mengevaluasi kinerja peserta tersebut berdasarkan
persyaratan program yang relevan dan telah ditetapkan sebelumnya.

Prosedur evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis:


1. Melakukan observasi, wawancara, penggunaan alat instrumen tes sesuai dengan
kategori dan kompetensi.
2. Laporan hasil pemeriksaan berupa rangkuman dari semua proses.
3. Wajib membuat kesepakatan dengan lembaga/institusi/organisasi tempat kerja.
4. Bila penilaian tidak bermanfaat, ilmuwan psikologi tetap diminta mendokumentasikan
usahanya.

A. Penggunaan Asesmen(Penilaian)
Psikologi menggunakan teknik asesmen (penialian) psikologi dengan cara
tepat mulai dari proses adaptasi, administrasi, penilaian atau skor, menginterprestasi
untuk tujuan yang jelas.

a. Psikolog mengelola, mengadaptasi, menilai, menafsirkan, atau menggunakan


teknik penilaian, wawancara, tes, atau instrumen dengan cara dan untuk tujuan
yang sesuai cahaya penelitian atau bukti kegunaan dan penerapan teknik yang
tepat.
b. Psikolog menggunakan instrumen penilaian yang validitas dan reliabilitasnya
telah ditetapkan untuk digunakan dengan anggota populasi diuji. Ketika validitas
atau reliabilitas tersebut belum ditetapkan, psikolog menggambarkan kekuatan dan
keterbatasan hasil tes dan interpretasi.
c. Psikolog menggunakan metode penilaian yang sesuai dengan preferensi bahasa
individu dan kompetensi, kecuali penggunaan bahasa alternatif relevan dengan
masalah penilaian.

B. Basis Untuk Penilaian


A. Psikolog mendasarkan pendapat yang terkandung dalam rekomendasi, laporan, dan
pernyataan diagnostik atau evaluatif mereka, termasuk kesaksian forensik, tentang
informasi efektif dan teknik yang memadai untuk mendukung temuan mereka.
B. Psikolog menyediakan pendapat tentang karakteristik psikologis individu hanya
setelah mereka melakukan pemeriksaan terhadap individu yang memadai untuk
mendukung pernyataan atau kesimpulan mereka.
C. Ketika psikolog melakukan tinjauan rekaman atau memberikan konsultasi atau
pengawasan dan seorang individu pemeriksaan tidak diperlukan atau diperlukan
untuk pendapat tersebut, psikolog menjelaskan ini dan sumber informasi tentang
yang menjadi dasar kesimpulan dan rekomendasi mereka.

C. Persetujuan yang Diinformasikan dalam Penilaian


a. Psikolog memperoleh persetujuan untuk penilaian, evaluasi, atau layanan diagnostik,
kecuali ketika:
(1) Pengujian diamanatkan oleh hukum atau peraturan pemerintah
(2) Informed consent tersirat karena pengujian dilakukan sebagai pendidikan rutin,
kelembagaan, atau organisasi aktivitas (mis., ketika peserta secara sukarela menyetujui
penilaian saat melamar pekerjaan)
(3) Satu tujuan dari pengujian adalah untuk mengevaluasi kapasitas pengambilan
keputusan.

b. Psikolog menginformasikan orang dengan dipertanyakan kapasitas untuk


menyetujui atau untuk siapa pengujian diamanatkan oleh hukum atau peraturan
pemerintah tentang sifat dan tujuan dari layanan penilaian yang diusulkan,
menggunakan bahasa itu cukup masuk akal untuk orang yang dinilai.

c. Psikolog menggunakan layanan dari seorang juru bahasa memperoleh persetujuan


dari klien / pasien untuk menggunakan juru bahasa itu, memastikan bahwa kerahasiaan
hasil pengujian dan keamanan uji dijaga, dan termasuk di dalamnya rekomendasi,
laporan, dan diagnostik atau evaluatif pernyataan, termasuk kesaksian forensik, diskusi
tentang apa pun keterbatasan data yang diperoleh.

D. Rilis Data Uji


a. Psikolog dapat menahan diri dari melepaskan tes data untuk melindungi klien /
pasien atau orang lain dari substansial membahayakan atau menyalahgunakan
atau merepresentasikan data atau tes, mengakui bahwa dalam banyak hal
pelepasan rahasia informasi dalam keadaan ini diatur oleh hukum.
b. Dengan tidak adanya rilis klien / pasien, psikolog memberikan data uji hanya
seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau pengadilan memesan.
E. Konstruksi Uji
Psikolog yang mengembangkan tes dan teknik penilaian lainnya menggunakan
prosedur psikometri yang tepat dan pengetahuan ilmiah atau profesional terkini
untuk desain uji, standardisasi, validasi, reduksi, atau eliminasi bias, dan
rekomendasi untuk digunakan.

F. Menafsirkan Hasil Penilaian


Saat menginterpretasikan hasil penilaian, termasuk interpretasi otomatis, psikolog
memperhitungkan tujuan penilaian serta berbagai tes faktor, kemampuan
mengambil tes, dan karakteristik lain dari orang yang dinilai, seperti perbedaan
situasional, pribadi, bahasa, dan budaya, yang mungkin mempengaruhi psikolog
menilai atau mengurangi keakuratan interpretasi mereka.

G. Penilaian Oleh Orang yang Tidak Berkualitas


Psikolog tidak mempromosikan penggunaan teknik penilaian psikologis oleh orang
yang tidak memenuhi syarat, kecuali ketika penggunaan tersebut dilakukan untuk
tujuan pelatihan dengan pengawasan yang tepat.

H. Tes Usang dan Hasil Tes Usang


a. Psikolog tidak mendasarkan penilaian mereka atau keputusan intervensi atau
rekomendasi pada data atau tes hasil yang kedaluwarsa untuk tujuan saat ini.
b. Psikolog tidak mendasarkan keputusan atau rekomendasi tersebut pada tes dan
tindakan yang usang dan tidak berguna untuk tujuan saat ini.

I. Layanan Skor dan Interpretasi Tes


a. Psikolog yang menawarkan layanan penilaian atau pemberian skor kepada
profesional lain dengan tepat menggambarkan tujuan, norma, validitas, reliabilitas,
dan aplikasi dari prosedur dan kualifikasi khusus yang berlaku untuk
penggunaannya.
b. Psikolog memilih penilaian dan interpretasi layanan (termasuk layanan otomatis)
berdasarkan bukti validitas program dan prosedur juga seperti pada pertimbangan
lain yang sesuai.
c. Psikolog tetap bertanggung jawab atas penerapan, interpretasi, dan penggunaan
penilaian yang tepat instrumen, apakah mereka menilai dan menafsirkan tes tersebut
sendiri atau menggunakan layanan otomatis atau lainnya.

J. Menjelaskan Hasil Penilaian


Terlepas dari apakah penilaian dan interpretasi dilakukan oleh psikolog, oleh
karyawan atau asisten, atau dengan layanan luar otomatis atau lainnya, psikolog
mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan bahwa penjelasan hasil
diberikan kepada individu atau perwakilan yang ditunjuk kecuali sifat hubungan
menghalangi ketentuan penjelasan tentang hasil (seperti dalam beberapa organisasi
konsultasi, preemployment atau pemeriksaan keamanan, dan evaluasi forensik), dan
fakta ini telah dijelaskan dengan jelas kepada orang yang dinilai sebelumnya.
K. Menjaga Keamanan Uji
Istilah bahan tes mengacu pada manual, instrumen, protokol, dan pertanyaan tes
atau rangsangan dan tidak tidak termasuk data uji sebagaimana didefinisikan dalam
Standar Pelepasan Data Uji. Psikolog melakukan upaya yang wajar untuk menjaga
integritas dan keamanan bahan uji dan lainnya teknik penilaian yang konsisten
dengan hukum dan kontrak kewajiban, dan dengan cara yang memungkinkan
kepatuhan terhadap Kode Etik.

10. Standar Terapi


Terapi psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyembuhan dari gangguan
psikologis atau masalah kepribadian dengan menggunakan prosedur baku berdasar teori
yang relevan dengan ilmu psikoterapi.

Istilah untuk subyek yang menjalani layanan terapi psikologi adalah klien. Terapi
psikologi disebut psikoterapi. Terapi psikologi dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok. Orang yang menjalankan terapi psikologi disebut psikoterapis.

A. Informed Consent to Therapy


a. Ketika memperoleh persetujuan untuk terapi sebagaimana disyaratkan dalam
Standar Informed Consent, psikolog menginformasikan klien / pasien sedini mungkin
dalam hubungan terapeutik tentang alam dan diantisipasi kursus terapi, biaya,
keterlibatan pihak ketiga, dan batas kerahasiaan dan memberikan peluang yang
memadai bagi klien / pasien untuk bertanya dan menerima jawaban.
b. Ketika memperoleh persetujuan untuk pengobatan yang teknik dan prosedur yang
diakui secara umum belum ditetapkan, psikolog menginformasikan mereka klien /
pasien dari sifat pengobatan yang berkembang, risiko potensial yang terlibat,
perawatan alternatif yang mungkin tersedia, dan sifat sukarela dari partisipasi
mereka.
c. Ketika terapis adalah peserta pelatihan dan tanggung jawab hukum untuk
perawatan yang diberikan tinggal dengan penyedia, klien / pasien, sebagai bagian
dari persetujuan prosedur, diinformasikan bahwa terapis dalam pelatihan dan
sedang diawasi dan diberi nama pengawas.

B. Terapi Melibatkan Pasangan atau Keluarga


a. Ketika psikolog setuju untuk memberikan layanan kepada beberapa orang yang
memiliki hubungan (seperti pasangan, orang lain yang signifikan, atau orang tua dan
anak-anak), mereka mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mengklarifikasi
sejak awal:
(1) Individu mana yang merupakan klien / pasien.
(2) Hubungan yang psikolog akan bersama setiap orang.
Klarifikasi ini termasuk peran psikolog dan kemungkinan penggunaan layanan yang
diberikan atau informasi yang diperoleh.
b. Jika menjadi jelas bahwa psikolog dapat dipanggil untuk melakukan peran yang
berpotensi saling bertentangan (semacam sebagai terapis keluarga dan kemudian
menyaksikan untuk satu pihak dalam proses perceraian), psikolog mengambil
langkah-langkah yang masuk akal untuk mengklarifikasi dan memodifikasi, atau
menarik diri dari, peran dengan tepat.

C. Kelompok Terapi
Ketika psikolog memberikan layanan kepada beberapa orang dalam pengaturan
kelompok, mereka menggambarkan pada awalnya peran dan tanggung jawab semua
pihak dan batasan kerahasiaan.

D. Memberikan Terapi kepada Mereka yang Dilayani oleh Orang Lain


Dalam memutuskan apakah akan menawarkan atau memberikan layanan kepada
mereka yang sudah menerima layanan kesehatan mental di tempat lain, psikolog
dengan hati-hati mempertimbangkan masalah perawatan dan kesejahteraan klien /
pasien potensial. Psikolog mendiskusikan masalah ini dengan klien / pasien atau
lainnya secara legal orang yang berwenang atas nama klien / pasien secara berurutan
untuk meminimalkan risiko kebingungan dan konflik, berkonsultasilah dengan
penyedia layanan lain bila perlu, dan lanjutkan dengan hati-hati dan kepekaan
terhadap masalah terapeutik.

E. Keintiman Seksual dengan Terapi Saat Ini


Klien / Pasien Psikolog tidak terlibat dalam hubungan intim seksual dengan klien /
pasien terapi saat ini.

F. Keintiman Seksual dengan Kerabat atau Signifikan Lainnya dari Klien / Pasien
Terapi Saat Ini
Psikolog tidak terlibat dalam hubungan intim seksual dengan individu yang mereka
kenal sebagai kerabat dekat, wali, atau orang lain yang signifikan dari klien / pasien
saat ini. Psikolog tidak menghentikan terapi untuk menghindari standar ini.

G. Terapi dengan Mantan Pasangan Seksual


Psikolog tidak menerima sebagai klien terapi / pasien orang dengan siapa mereka
terlibat dalam hubungan intim seksual.

H. Keintiman Seksual dengan Bekas Terapi Klien / Pasien


a. Psikolog tidak terlibat dalam hubungan intim seksual dengan mantan klien / pasien
selama setidaknya dua tahun setelah penghentian atau penghentian terapi.
b. Psikolog tidak terlibat dalam hubungan intim seksual dengan mantan klien / pasien
bahkan setelah interval dua tahun kecuali dalam situasi yang paling tidak biasa.

I. Gangguan Terapi
Ketika memasuki hubungan kerja atau hubungan kontraktual, psikolog melakukan
upaya yang wajar untuk menyediakan penyelesaian tanggung jawab yang tertib dan
sesuai untuk klien / pasien dalam hal pekerjaan tersebut atau hubungan kontraktual
berakhir, dengan pertimbangan utama diberikan untuk kesejahteraan klien / pasien.

J. Mengakhiri Terapi
a. Psikolog menghentikan terapi ketika menjadi cukup jelas bahwa klien / pasien
tidak lagi membutuhkan layanan, tidak mungkin mendapat manfaat, atau sedang
dirugikan dengan layanan lanjutan.
b. Psikolog dapat menghentikan terapi ketika terancam atau hampir punah oleh
klien / pasien atau orang lain dengan siapa klien / pasien memiliki hubungan.
c. Kecuali jika dilarang oleh tindakan klien / pasien atau pembayar pihak ketiga,
sebelum pemutusan hubungan kerja psikolog memberikan konseling preterminasi
dan menyarankan penyedia layanan alternatif yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai