Anda di halaman 1dari 165

AVERTEBRATA AIR

Disusun oleh:
Cyska Lumenta

UNSRAT PRESS
2017

i
AVERTEBRATA AIR
Rancang Sampul : Art Division Unsrat Press

Judul Buku : AVERTEBRATA AIR

Penulis : Cyska Lumenta


Penerbit : Unsrat Press
Jl. Kampus Unsrat Bahu Manado 95115
Email : percetakanunsrat@gmail.com

ISBN : 978-979-3660-79-0

Cetakan Pertama 2017

Dilarang mengutip dan atau memperbanyak sebagian atau


seluruhnya dalam bentuk apa pun baik cetak, fotoprint, mikrofilm
dan sebagainya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii
KATA PENGANTAR

Mata kuliah Avertebrata Air nomor kode BDP 331 dengan


beban studi 3 SKS disiapkan sebagai materi untuk melayani
mahasiswa semester III di program studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Buku ini disiapkan buat dosen dan
mahasiswa dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dengan
menggunakan metode pembelajaran berbasis student center learning.
Hal ini untuk memotivasi mahasiswa belajar mandiri, dan
mengurangi ketergantungan pada dosen sebagai nara sumber utama
dalam proses belajar mengajar. Buku ini dikemas dari tugas – tugas
mahasiswa, melalui internet dan studi reference. Kemudian dibahas
bersama dikelas sehingga menghasilkan satu buku yang walaupun
tentunya masih banyak kekurangannya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga


pembinaan dan pengembangan pendidikan (LP3) Universitas Sam
Ratulangi yang sudah menfasilitasi penulis sehingga buku ini boleh
tersusun dengan waktu yang telah ditetapkan. Harapan penulis buku
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Manado, Oktober 2017


Penulis,

Cyska Lumenta

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I. JENIS-JENIS PROTOZOA YANG HIDUP SEBAGAI


PHYTOPLANKTON ................................................................................... 1
BAB II. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
CTENOPORA ............................................................................................. 13
BAB III. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
MOLUSKA .................................................................................................... 23
BAB IV. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
CRUSTACEA .............................................................................................. 37
BAB V. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ECHINODERMATA.................................................................................. 59
BAB VI. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
NEMATODA ................................................................................................ 77
BAB VII. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
COELENTERATA ..................................................................................... 89
BAB VIII. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
CHORDATA .............................................................................................. 101
BAB IX. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANNELIDA................................................................................................. 115
BAB X. CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ROTIFERA ................................................................................................ 123
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 145
SENARAI.................................................................................................... 147

iii
iv
BAB I

JENIS-JENIS PROTOZOA YANG HIDUP SEBAGAI


PHYTOPLANKTON

2.1 LATAR BELAKANG


Protozoa merupakan hewan berukuran mikroskopis yang
terdiri dari satu sel. Istilah Protozoa berasal dari bahasa Yunani,
protos yang artinya pertama, dan zoo berarti hewan. Setiap individu
protozoa tersusun dari organela-organela yang merupakan satu
kesatuan lengkap dan sanggup melakukan semua fungsi kehidupan.
Protozoa sebagian besar hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis
hidup sebagai parasit pada binatang dan manusia. Menurut
klasifikasi Protozoa termasuk Protista yang menyerupai hewan.
Pengelompokan dengan maksud untuk membedakan organisme yang
bukan tumbuhan dan bukan hewan. Dasar inilah ditetapkan Protozoa
disebut organisme seperti hewan (animal like).
Lokomosi merupakan patokan yang penting dalam
diferensiasi kelas pada protozoa. Amoeba bergerak dengan
mengeJuarkan tonjolan berbentuk jari, atau pseudopodia dari
tubuhnya. Siliata beralih tempat dengan bantuan gerak rambut-
rambut yang sangat kecil, yaitu silia, yang terletak dseputar selnya.
2.1.1 Tujuan Belajar

 Mengidentifikasi Jenis-Jenis Protozoa Yang Hidup


Sebagai Phytoplankton

1
2.2 SIFAT DAN CIRI UMUM
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang
merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh aktivitas
hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan
organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria. Ciri-ciri umum :
• Organisme uniseluler (bersel tunggal)
• Eukariotik (memiliki membran nukleus)
• Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
• Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
• Hidup bebas, saprofit atau parasit
• Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup
• Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela.
Protozoa merupakan kelompok lain dari protista eukariotik.
Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Beberapa organisme memiliki sifat antara algae dan protozoa. Sebagai
contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel
tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil
dan kemampuan untuk berfotosintesis.. Semua spesies Euglenophyta
yang mampu hidup pada nutrien kompleks tanpa adanya cahaya,
beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak
berklorofil, dapat dimasukkan ke
2
dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh
bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan
protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang
lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae
karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak
aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir
karena tidak dapat membentuk badan buah.
2.3 HABITAT
Hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau
daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme
inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme
sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk
manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada
permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan
kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis
protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut
yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat
berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula
protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit
atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa
berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit
serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka memakan
bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan
lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.
3
Di ekosistem air protozoa merupakan zooplankton.
Permukaan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis,
elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga
bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki
rangka luar (cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa
membentuk kista dan menjadi aktif lagi.
2.4 BENTUK SEL
Sebagian besar Protozoa uniseluler memiliki ukuran tubuh
antara 2um-2.000um, mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka
bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela.
Termasuk keluarga Protista,lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan.
Tubuh protozoa amat sederhana terdiri dari satu sel tunggal
(unisel). Namun demikian, protozoa merupakan sistem yang serba
bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa
mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya antara 3-1000 mikron.
Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat
memanjang (seperti sandal),fligel atau bersilia, bahkan ada yang
bentuknya tidak menentu serta adapula yang polimorfik, mempunyai
berbagai bentuk morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda pada
daur hidupnya.

4
2.5 STRUKTUR SEL
Umumnya struktur protozoa berupa membrane sel,
sitoplasma, vakuola makanan, vakuola kontraktil (vakuola
berdenyut), dan inti sel. Membran sel berfungsi sebagai pelindung
serta pengatur pertukaran makanan dan gas. Vakuola makanan
berfungsi mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari
proses makan sel atau sel dengan cara 'menelan' oleh setiap bagian
membrane sel atau melalui mulut sel. Zat-zat makanan hasil cernaan
dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi,
sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui
membrane plasma. Vakuola kontraktil berfungsi untuk mengeluarkan
sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui membrane sel serta
mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil merupakan vakuola
yang selalu mengembang dan mengempis. Inti sel berfungsi
mengatur aktivitas sel.
Sel Protozoa yang khas terbungkus oleh membran sitoplasma.
Banyak yang dilengkapi dengan lapisan luar sitoplasma, yaitu
ektoplasma, yang dapat dibedakan dari sitoplasma bagian dalam
yaitu endoplasma. Kebanyakan struktur seluler terdapat di dalam
endoplasma.
Setiap sel protozoa setidaknya mempunyai satu nukleus. Akan
tetapi banyak protozoa mempunyai nukleus rangkap atau multiple
nuclei disebagian besar siklus hidupnya. Siliata terdapat satu makro
nukleus besar dan satu nakleus kecil.. Tugas makro nukleus
5
mengawasi aktivitas metabolisme dan proses pertumbuhan serta
proses regenerasi, sedangkan mikronukleus mengendalikan kegiatan
reproduksi.
Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel.
Beberapa spesies amoeba, pelikel ini merupakan lapisan yang tipis
dan tidak kompak. Pelikel siliata memiliki lapisan yang tebal dan
kadang kala mempunyai lekukan-lekukan dan struktur yang
beragam. Banyak protozoa membentuk struktur kerangka yang
memberikan kekakuan kepada sel-selnya. Lapisan penutup yang
longgar ini yang ada disebelah luar pelikel dinamakan cangkang atau
cangkerang (shell). Cangkang ini terdiri dari bahan organik yang
diperkuat dengan zat-zat anorganik seperti kalsium karbonat atau
silikat. Adanya pelikel adalah sebagai penggantidinding sel yang
berfungsi sebagai penutup merupakan salah satu ciri pembeda yang
utama dalam kelompok protista. E. Pertumbuhan dan
Perkembangbiakan.

Gambar 1. Pembelahan-mitosis

6
Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan
seksual (generatif). Reprokduksi aseksual berlangsung dengan
pembelahan sel atau pembagian sel. Anak anak sel dapat berukuran
sama atau tidak sama. Apabila ada dua sel anak, maka
pembelahannya adalah pembelahan binner, jika terbentuk banyak
anak sel maka terjadi pembuahan bahurangkap (multiple fission)
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual
(vegetatif) diantaranya meliputi:
1. pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali
dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma,
kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada
Amoeba. Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara
membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu melakukan
konjugasi. Euglena membelah secara membujur /memanjang
(longitudinal).
2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa
(Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi
di dalam tubuh nyamuk Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut
sporozoid.

Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa,


diantaranya meliputi:
1. Konjugasi, Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas
alat kelaminnya. Paramaecium mikronukleus yang sudah
7
dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus, proses ini
disebut singami.
2. Peleburan garnet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan
garnet jantan dan garnet betina. Peleburan garnet ini
berlangsung di dalam tubuh nyamuk.
Beberapa protozoa mempunyai daur reproduksi yang rumit,
sebagian diantaranya harus berlangsung di dalam inang vertebrata
sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam inang-inang lain.
Contoh, banyak spesies tripanosoma menghabiskan sebgaian daur
hidupnya dalam sistem peredaran inang-inang vertebrata dan
sebagian lagi dalam avertebrata penghisap darah, seperti misalnya
serangga.

2.6 KLASIFIKASI
Filum protozoa dapat dibagi menjadi 4 kelompok yang
didasarkan dari bentuk gerak alihnya:
a. Rhizopoda (Sarcodind)
Alat geraknya berupa pseudopoda (kaki semu). Bergerak dengan
kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasma
sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian
ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang
paling mudah diamati adalah Amoeba. Amoeba sendiri terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu ektoamoeba dan entamoeba.
Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh
8
organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus
(memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola
kontraktil), Foraminifera, Arceila, Radiolaria. Entamoeba adalah
jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya
Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.
b. Flagellata (Mastigophora)
Alat geraknya berupa flagel (bulu cambuk) yang berjumlah satu
atau lebih. Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan
juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan. Flagelata dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :
1) Fitoflagelata (flagelata berbentuk seperti tumbuhan),
berkloroplas dan dapat berfotosintesis sehingga bersifat
autotrof. Contohnya: Euglena viridis, Noctiluca milliaris,
Volvox globator.
2) Zooflagelata (flagelata berbentuk seperti hewan), tidak
berkloroplas sehingga bersifat heterotrof. Contohnya :
Trypanosoma gambiens.
Genus yang dikenal dalam filum flagelata adalah Trypanosoma dan
Leishmania. Trypanosomiasis mencakup penyakit tidur Afrika
sedangkan Leishmaniasis menyebabkab lesio (luka patologis) pada
kulit.
c. Ciliata (Ciliophord)
Alat gerak berupa silia (rambut getar). Anggota Ciliata ditandai
dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang
9
digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia
lebih pendek dari flagel.Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu
makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup
sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk
reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang
dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi
seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan
hidup di laut maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium
caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.
d. Sporozoa,
Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara
bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya.
Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora
(sporozoid) sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid
memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex)
selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.
Semua sporozoa hidup sebagai parasit dan mengambil makanan
dengan menyerap nutrien dari inangnya. Contoh: Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Gregarina.

10
2.7 Peranan Protozoa
Peranan protozoa bagi kehidupan manusia :
1. Zooplankton di ekosistem perairan sebagian besar adalah protista
berklorotil yang berguna sebagai makanan ikan dan arthropoda
air.
2. Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam
proses pembusukan sisa makanan.
3. Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan
fosilnya dalam jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah
globigerina yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya
minyak bumi.
4. Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang
mati akan meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah
radiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
5. Paramaecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator
terjadinya pencemaran air oleh zat organik.

11
12
BAB II

CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI


CTENOPORA

3.1 LATAR BELAKANG


Ctenophora adalah salah satu filum hewan invertebrate .
Anggota filum ini menyerupai hewan ubur-ubur walaupun secara
klasiflkasi berbeda filum. Awalnya ctenophore dikelompokkan
dengan cnidaria dalam filum coelenterate. Adanya perbedaan
menyebabkan spesies ctenophore ditempatkan pada filum yang
terpisah, dan terdapat kurang lebih 150 spesies.
Ctenophora berasal dari bahasa Yunani , kteno : sisir dan
phore : pembawa dikenal sebagai ubur - ubur sisir (comb jelly) yang
hidup di laut. Seperti cnidaria tubuhnya terdiri dari banyak sekali
jelly dengan satu lapisan dari sel bagian luar dan lapisan lain
dibagian dalam rongga.
Ctenophora berlimpah selama berbulan – bulan pada musim
panas, disatu lokasi pantai tapi ditempat lain ctenophora tidak demikian,
dan sulit untuk di dapatkan.
Ctenophora dewasa mengawasi populasi dari organisme
zooplankton kecil seperti copepod, sebaliknya menyapu habis
phytoplankton yang merupakan bagian vital dari rantai makanan laut.

13
3.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi ctenopora

3.2 MORFOLOGI CTENOPHORA


Tubuh ctenophore berbentuk simetri radial, berdiameter
sekitar 1 -10 cm, sebagian besar berbentuk bulat atau oval namun ada
yang berbentuk memanjang seperti pita hingga mencapai 1 m.
Ctenophora tidak memiliki alat sengat nematosista sehingga
menangkap mangsanya dengan menggunakan tentakel yang
dilengkapi dengan struktur sel - sel perekat koloblas (sel lasso).
Tentakel ctenophore berjumlah sepasang berukuran panjang
dan dapat ditarik kembali. Ctenophora memiliki satu mulut untuk
memasukkan makanan dan dua lubang pengeluaran untuk
mengeluarkan air dan sisa zat padat. Ketika mangsa (berupa plankton
kecil) tentakel, maka koloblas akan membuka secara mendadak,
selanjutnya benang lengket yang dibebaskan oleh masing - masing
koloblas akan menangkap makanan, kemudian makanan disapu oleh
tentakel untuk dimasukkan ke dalam mulut.

Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat dan lonjong,


lunak dan simetris radial. Salah satu keunikan ctenophore adalah
marnpu mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sendiri. Bagian
permukaan luar ctenophore mempunyai delapan baris sisir yang
disebut dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak.

14
Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya
mempunyai dua lapisan badan yang terdiri dari dua lapisan sel
transparan yang hanya menyusun kulit terluarnya (ectoderm) dan
kulit bagian dalam (gastoderm) . Dinding tubuh ctenophore dapat
dibedakan menjadi mesoderma dan endoderma.
Ctenophora merupakan hewan terbesar yang menggunakan
silia untuk lokomosi (pergerakan). Kemiripan ctenophore dengan
cnidaria diduga merupakan hasil evolusi konvergen akibat hidup di
lingkungan yang sama. Filum ctenophore dibagi menjadi dua kelas
yaitu Tentaculata (contohnya Mertensia ovum) dan Nuda (contohnya
Neis cordigera).

Gambar 2. Morfologi Ctenopora

15
3. 3. BIOLOGI CTENOPHORA
3. 3. 1 Klasifikasi
3. 3. 1. 1 Kelas Tentaculata
Memiliki sepasang tentakel yang panjang, berbulu, kontraktil,
yang dapat ditarik kembali ke dalam sarung berbulu mata khusus.
Dalam beberapa ada yang lebih kecil, tentakel sekunder dan tentakel
utama berkurang. Tentakelnya memiliki colloblast sebagai
perangkap mangsa.
Memiliki mulut besar dan feed terutama pada moluska larva
dan copepod. Spesies ini dikenal dengan cahayanya "luminescent".
Banyak ditemukan di perairan tropis. Pada kelas Tentaculata terbagi
atas 4 ordo yaitu Cestida, Cydippida, Lobata dan Platyctenida.

Gambar 3. Mertensia ovum


(Sumber: http://jurnal.kesimpulan.com)

16
3. 3. 1. 2 Kelas Nuda
Pada kelas Nuda tidak memiliki tentakel, hewan ini
menangkap mangsanya dengan membuka rongga mulutnya dengan
lebar dan memiliki faring yang besar. Mengisi sebagian besar dari
kantong/pundi - pundi tubuhnya.
Menghasilkan makrocilia pada ujung mulutnya ini menyatu
seperti ikatan dari beberapa ribuan cilia besar yang dapat digunakan
untuk menggigit keluar mangsanya yang mungkin terlalu besar untuk
ditelan seluruhnya atau sebagian besar dari ctenophore. Kelas nuda
hanya memiliki 1 ordo yaitu Berioda.

Gambar 4. Ordo Berioda


(Sumber: http://sarykurnia44.wordpress.com)

17
3.3.2 Sistem Reproduksi Dan Perkembangan
Hampir semua spesies ctenophore adalah hermafrodit atau
memiliki alat kelamin ganda. Reproduksi ctenophore dilakukan
secara generatif, meskipun ada beberapa spesies yang melakukan
reproduksi secara vegetative dengan cara fragmentasi.
Alat reproduksi ctenophore terletah di bawah cilia. Sel ovum
dan sperma dilepaskan melalui pori pori yang ada di epidermis.
Sebagian besar spesies ctenophore melakukan pembuahan secara
eksternal atau diluar tubuh ctenophore, meskipun ada beberapa
spesies yang melakukan secara internal.
Sebagian besar spesies dewasa dapat memperbaharui jaringan
yang rusak atau hilang walaupun hanya Platyctneid yang dapat
menghasilkan cloning yaitu membagi keluar dari sisi bagian tempat
tubuhnya untuk mengembangkannya menjadi individu baru.
3. 3. 3 Struktur Tubuh Dan Pergerakan
Seperti cnidaria (ubur - ubur) tubuh ctenophore terdiri atas sel
yang secara umum relative tebal, mirip jelly yaitu mesoglea yang
disisipkan diantara dua ephitelia yakni lapisan sel yang dibatasi oleh
jaringan antar sel dan serabut tempat membrane yang mana terlihat.
Ephitelia dari ctenophore memiliki dua lapisan sel atau lebih dari
satu dan beberapa sel ada yang di lapisan atas memiliki beberapa
cilia di tiap sel.
Diluar permukaan biasanya akan ditunjang oleh 8 deretan gigi
mirip sisir (comb rows) yang digunakan untuk berenang. Barisan
18
tersebut akan berorientasi untuk bergerak dari dekat mulut (ujung
mulut) untuk berhadapan dengan dasar (ujung aboral) dan lebih
memberikan jarak atau tidak lurus disekitar tubuh . Walaupun
susunan jarak itu bervariasi dibeberapa spesies dan di sebagian besar
spesies deretan gigi sisir tersebut memanjang hanya pada sebagian
jaraknya dari aboral ujung aboral terhadap mulut.
Combs dikenal dengan ctenes atau gigi mirip sisir yang
bergerak melewati setiap deretan dan tiap bagian terdiri dari ribuan
cilia yang tidak begitu panjang sampai 2 milimeter (0,079 inch).
3. 3. 4 Cara Makan, Pencernaan, dan Pernafasan
Ketika mangsa ditelan itu akan dicairkan di faring dengan enzim
dan kontraksi molekul dari faring dan proses hasilnya akan dibawa
sampai pada sistem saluran yang akan diproses lebih lanjut di cilia dan
dicerna oleh sel nutrisi. Cilia yang ada di saluran akan membantu
pengangkutan nutrisi ke otot di mesoglea. Lubang anus akan
mengeluarkan unsure kecil yang tidak dicerna, akan tetapi sebagian
besar zat yang tidak dicerna akan dikeluarkan melalui mulut.
3. 3. 5 Warna Dan Biopendar
Sebagian besar ctenophore yang hidup dekat permukaan
sebagian besar tidak berwarna dan hamper transparan (jelas).
Bagaimanapun beberapa spesies yang hidup yang lebih dalam
tampak begitu sangat berpigmen (berwarna) sebagai contoh spesies
yang dikenal sebagai "Tortugas Red".

19
Platyctenid pada umumnya hidup melekat pada organisme
dasar laut dan seringkali memiliki persamaan warna dengan
organisme tempatnya ini. Perut dari jenis laut dalam Bathocyroe
adalah merah yang mana tersembunyi pada Biolumuniscence dari
copepods yang menelannya.
3. 3. 6 Sistem Syaraf Dan Alatindera
Ctenophora tidak memiliki otak atau sistem saraf pusat tetapi
sebagai gantinya memiliki sebuah jaringan saraf yang mirip seperti
jarring laba - laba yang membentuk seperti cincin disekitar mulut
dan paling tebal terdapat struktur seperti jajaran gigi yang
menyerupai sisir, faring, tentakel,m dan sensory (indera yang
kompleks yang berada paling jauh dari mulut).

3. 4. EKOLOGI CTENOPHORA
Ctenophora ditemukan sebagian besar di lingkungan laut dari
kutub air hingga dengan daerah tropis dekat pesisir pantai dan
dilautan tengah dari permukaan air hingga laut dalam. Dipahami
secara baik adalah berasal dari bermacam - macam golongan jenis
pleurobrachia, beroe, dan mnemiopsis, seperti terbentuknya plankton
pantai yang diantaranya sebagian besar terjadi berkelompok dekat
pantai. Tidak ada ctenophore yang ditemukan di air tawar.
Hampir semua Ctenophora dalah predator mereka tidak ada
yang vegetarian dan hanya satu jenis golongan yang sebagiannya
adalah parasit. Jika makanannya berlimpah mereka dapat makan 10
20
kali dengan berat tubuhnya per hari. Mangsa beroe sebagian besar
pada ctenophore lain, mangsa spesies air permukaan yang lain pada
zooplankton yang ukurannya berkisar sangat kecil sekali, termasuk
moluska dan telur ikan hingga krustasea kecil yang akan menjadi
dewasa seperti copepoda, amphipoda, dan bahkan krill. Anggota dari
golongan mangsa haeckelia pada ubur - ubur dan memasukkan
mangsanya nematosit (sel penyengat) kedalam tentakelnya sebagai
ganti dari colloblast.

3. 5 PERAN CTENOPHORA DALAM KEHIDUPAN


a. Menjaga keseimbangan ekosistem di laut. Hal ini karena
ctenophore suka memakan plankton tumbuhan.
b. Sumber makanan bagi hewan laut, seperti salmon, penyu, dan
ubur - ubur.
c. Ctenophora juga dapat merugikan bagi budidaya tiram
mutiara karena hewan ini memakan larva - larva tiram.(
Campbell et. Al, 2003)
d. Bila terjadi ledakan populasi maka dapat membuat ekosistem
tidak seimbang terjadi pada tahun 1989 di Laut Hitam saat
Ctenophora memakan larva ikan pelagis.
e. Selain itu tahun 1999 di Laut Kaspia bahwa 75% dari
zooplankton sudah habus sehingga mempengaruhi seluruh
rantai makanan danau.

21
f. Mnemiopsis sangat baik untuk menyerang teritori baru yang
dapat menjadi perkembangbiakan yang sangat cepat dan
membolehkan perluasan lingkungan dari suhu air dan salinitas
g. Meningkatnya secara terus menerus dari penangkapan ikan yang
berlebihan dan oleh Eutrophication yang dapat mendorong
seluruh ekosistem jangka pendek yang menyebabkan populasi
Mnemiopsis meningkat bahkan lebih cepat dari yang normal.

22
BAB III
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI MOLUSKA

4. 1 LATAR BELAKANG
Berasal dari bahasa Latin, Mollucus yang berari lunak.
Phylum Mollusca adalah hewan yang memiliki tubuh lunak dan
berlendir. Phylum Mollusca termasuk dalam hewan yang bersifat
Triploblastik Celomata (Tubuh terdiri 3 lapis, ekso, meso, dan
endodermis) dengan sebaran habitat yang sangat luas. Phylum
Mollusca merapakan filum terbesar kedua setelah Phylum
Arthropoda.
Ukuran tubuh Mollusca sangat bervariasi mulai dari yang
panjangnya hanya beberpa millimeter hingga dapat mencapai
panjang 18 meter. Bentuk tubuhnya pun sangat bervariasi yang
bersifat Simetri Bilateral.

Sistem klasifikasi modem, Mollusca dibedakan menjadi lima


kelas, yakni Amphineura, Gastropoda, cephalooda, Pelecypoda
(Bivalvia), Scaphopoda, Pembagian ini didasarkan pada ciri
morfologi, struktur tubuh, anatomi dan fisiologis dari hewan-hewan
tersebut. Masing-masing kelas tersebut memiliki ciri tersendiri yang
sangat khas dan berbeda dengan kelas-kelas yang lain. Phylum
Mollusca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan.
Beberapa spesies dari Phylum ini menjadi sumber protein bagi
manusia. Selain itu, Mollusca juga dapat menjadi hama bagi
23
pertanian dan menjadi inang bagi beberapa cacing parasit yang
sangat merugikan bagi manusia.
Molluska hidup di air laut, air tawar, payau, dan darat.
Habitat Mollusca dapat berada di _ palung benua laut sampai
pegunungan yang tinggi, dan bahkan dapat ditemukan dengan mudah
di sekitar rumah kita. Mollusca dipelajari pada cabang zoologi yang
disebut dengan malakologi (malacology).
4.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi moluska

4.2 CIRI-CIRI MOLLUSCA


1. Memiliki ukuran dan tubuh yang bervariasi
2. Mempunyai lunak dan tidak beruas-ruas
3. Merupakan tripoblastik selomata
4. Tubuh tidak bersegmen.
5. Merupakan hewan invertebrata (tidak mempunyai
tulang belakang)
6. Hidup di air dan didarat
7. Mempunyai cincin syarat yang merupakan sistem syaraf
8. Organ ekskresi berupa nefridia
9. Mempunyai radula (lidah bergigi)
10. Bersifat hewan heterotrof
11. Berkembangbiak secara seksual
12. Mollusca memiliki struktur tubuh yang simetri bilateral
24
13. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mineral
14. Merupakan hewan hermafrodit yaitu mempunyai 2 kelamin
(jantan dan betina) dalam satu tubuh.
15. Tubuhnya terdiri atas kaki muskular, dengan kepala yang
berkembang beragam menurut kelasnya. Kaki yang
beradapatasi untuk bertahan di substrat, menggali dan
membor substrat, berang atau melakukan pergerakan.

4.3 STRUKTUR TUBUH MOLLUSCA


Mollusca terdiri dari 3
bagian: 1) Kaki
Kaki berfungsi untuk bergerak. Sebagian Mollusca kaki telah
berubah menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2) Massa Viseral
Di dalam Massa Viseral terdapat organ pencernaan,
ekskresi, dan reproduksi. Massa Viseral dilindungi oleh mantel.
3) Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi Massa Viseral.
Mantel membentuk rongga mantel, yang isinya adalah tempat lubang
insang, lubang ekskresi, dan anus.

25
4.4 SISTEM ORGAN MOLLUSCA
4.4.1 Sistem Peredaran Darah Mollusca
Sistem peredaran darah Mollusca adalah sistem peredaran
darah terbuka, kecuali pada kelas cephalopoda. Arti sistem
peredaran darah terbuka adalah darah mengalir dari rongga terbuka
pada tubuh dan tidak ada arteri atau vena utamanya yang dapat
meningkatkan tekanan darah, sehingga tekanan darahnya lambat dan
juga organ tergenang oleh darah. Sistem peredaran darahnya terdiri
dari jantung dan pembuluh darah, jantung terdiri dari satu atau dua
atrium dan satu ventrikel.
4.4.2 Sistem Pencernaan Mollusca
Sistem pencernaan Mollusca terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus dan anus. Pada jenis Mollusca tertentu, dibagian
mulutnya terdapat organ seperti rahang dan lidah yang bergerigi
yang dapat bergerak ke depan dan belakang.
4.4.3 Sistem Saraf Mollusca
Sistem saraf Mollusca terdiri dari cincin saraf yang
mengelilingi esofagus dan serabut saraf lainnya dengan menyebar
dari cincin tersebut untuk mempersarafi berbagai organ.
4.4.4 Sistem Ekskresi Mollusca
Sistem ekskresi Mollusca adalah berupa Nefridia yang
berperan mirip dengan ginjal, Nefridia juga mengeluarkan sisa
metabolisme dalam bentuk cairan.
4.4.5 Sistem Respirasi Mollusca
26
Sistem respirasi Mollusca ini berbeda-beda, jika hewan yang
hidup di air maka yang berperan adalah insang, sedangkan yang
hidup di darat melalui paru-paru namun juga dapat terjadi melalui
pertukaran udara dengan menggunakan terdapat di mantel, sistem ini
berfungsi mirip dengan paru-paru.

4.5 KLASIFIKASI MOLLUSCA


4.5.1 Amphineura
Amphineura merupakan jenis Mollusca yang masih primitif.
Amphineura adalah kelompok dengan cangkang berjumlah 8 yang
tersusun dari atap rumah pada tubuhnya. Cangkang tersebut berbuat
dari zat kapur. Hewan ini mempunyai tubuh simetri bilateral dengan
tubuh seperti telur dan pipih. Hewan ini terdapat di laut dan biasanya
menempel di bebatuan dan bernapas menggunakan insang.
Sistem pencernaan berawal dari mulut dan berakhir dengan
anus. la memiliki kaki berbentuk pipih, dan memiliki struktur lidah
parut (Ranula) yang dilengkapi dengan struktur mulut di bagian
kepala. Tidak memiliki tentakel dan tidak mempunyai mata.
Anggotanya sekitar 700 spesies dan setiap larva hasil pembuahan
secara seksual disebut trafoko. Amphineura memiliki tubuh simteri
bilateral. Hidup di sekitar pantai. Contoh: Chiton.

27
Gambar 4. Chiton sp
4.5.2 Scaphopoda
Scaphopoda merupakan kelompok hewan yang mempunyai
cangkang dengan bentuk tajam yang mirip taring atau terompet.
Habitat hewan ini terdapat di daerah berlumpur atau berpasir, dan
hidup dengan menanamkan diri di daerah tersebut. Di bagian ujung
cangkangnya terdapat lubang yang berfungsi untuk beradaptasi diri
pada habitatnya. Scaphopoda mempunyai kaki kecil yang digunakan
untuk bergerak, di bagian kepala terdapat beberapa tentakel dan tidak
mempunyai insang.
Scaphopoda hidup di laut atu di pantai, memiliki cangkang
yang tajam, berbentuk seperti terompet, memiliki kaki kecil. Contoh:
Dentalium vulgare.

28
Gambar 5. Dentalium vulgare

4.5.3 Gastropoda
Gastropoda adalah hewan yang menggunakan perutnya
sebagai kaki. Istilah Gastropoda berasal dan terdiri dari 2 kata yaitu
gaster yang berarti perut dan Podos yang berarti kaki.
Gastropoda menghasilkan lendir pada bagian perut yang
berfungsi untuk melindungi dan mempermudah dalam bergerak.
Gastropoda mempunyai cangkang dengan bentuk tubuh yang simetri
bilateral. Di bagian kepala terdapat 2 buah tentakel yang berfungsi
sebagai alat indra penglihatan dan penciuman. Gastropoda
merupakan hewan hermafrodit (2 jenis alat kelamin dalam 1 tubuh),
alat kelaminnya disebut Ovotestis yang menghasilkan sperma dan
ovum.
Sistem pernapasan Gastropoda adalah paru-paru atau insang yang
terletak di dalam rongga mantel. Hewan ini memiliki mulut yang
bergerigi dapat dikatakan penuh gigi hal ini disebut dengan radula.

29
Gastropoda memakan tumbuhan, tetapi ada juga yang memangsa
hewan lainnya.
Sistem pencernaan Gastropoda lengkap dan sistem ekskresi
hewan ini melalui nefridia yang bekerja seperti ginjal. Contoh hewan
gastropoda adalah siput. Hidupnya di darat, air tawar, maupun di
laut. Umumnya Gastropoda memiliki cangkang. Contoh: Siput.

Gambar 6. Siput
Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo yaitu :
a) Archaeogastropoda, Contoh: Acmaea sp
b) Ordo Mesogastropoda, Contoh: Pleurocera sp
c) Ordo Neogastropoda, Contoh: Urosalpinx sp
4.5.4 Cephalopoda
Cephalopoda menggunakan kepalanya sebagai alat gerak.
Mempunyai endoskeleton,, eksoskeleton, atau tanpa keduanya.
Cephalopoda adalah kelompok dengan dua kaki di bagian kepalanya
dan hewan yang tidak memiliki cangkang. Tubuhnya terdiri dari
kepala, leher, dan badan. Bagian kepala relatif besar dan 2 buah mata
dan terdapat 10 bagian memanjang pada bagian kepala, 8
30
diantaranya berfungsi sebagai lengan berukuran panjang yang
disebut dengan tentakel. Hewan ini mempunyai rongga mantel yang
ditutupi oleh mantel khas yang ada padanya. Habitatnya dilaut dan
bernapas dengan insang, memiliki sistem pencernaan yang lengkap
dengan sistem peredaran darah tertutup, dan fertilisasi terjadi di air
laut. Cephalopoda dapat berubah warna denagn cepat karena
mempunyai otot khusus dan zat kromatofora yang melakukan
kombinasi perubahan warna tubuhnya. Pada umumnya melarikan diri
dari mangsanya dengan menghasilkan sejenis cairan seperti tinta.
Angggotanya dikenal adalah gurita dan cumi-cumi. Tubuhnya
simetri bilateral. Tubuhnya terdiri dari kepala, leher, dan badan.
Contoh: Cumi-Cumi.

Gambar 7. Cumi-cumi
4.5.5 Pelecypoda (Bilvalvia)
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, esofagus yang pendek,
lambung, usus, rektum dan akhirnya bermuara pada anus. Anus
terdapat pada saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air.
Makanan filum ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat

31
dalam perairan berupa plankton, terutama fitoplankton. Makanan ini
dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-
sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Hewan seperti kerang air
tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya
pembuahan dilakukan secara eksternal dan menghasilkan telur.
Sperma terdapat pada bagian yang berbeda berada didalam gonad
yang sama dan mempunyai gonaduct yang sama. Keadaan ini
terdapat pada Tridacnidae, Pectinidae, Teredinidae, Sphaeriidae air
tawar. Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan
dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan supr-
abranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan
oleh he wan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi
larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki
alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari
induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi
kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah
Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.

Pelecypoda diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.),


tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang
raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pelecypoda
memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak. Kaki
Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau
menggali pasir dan lumpur. Pelecypoda ada yang hidup menetap
32
dan membenamkan diri di dasar perairan. Pelecypoda mampu
melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena
mensekresikan zat perekat.
Makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom,
dan sejenis lainnya. Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga
hewan ini disebut juga Lamellibranchiata. Lembaran insang dalam
rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam
rongga mantel melalui sifon.
Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion
yang saling berhubungan. Tiga ganglion adalah ganglion anterior,
ganglion pedal, dan ganglion posterior. Reproduksi Pelecypoda
terjadi secara seksual. Organ seksual terpisah pada masing-masing
individu. Fertilisasi terjadi secara internal maupun
eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan
menjadi larva. Pelecypoda memiliki bentuk kaki seperti kapak yang
terletak di anterior. Bilvalvia adalah hewan bercangkang yang terdiri
atas dua bagian. Memiliki sistem saraf dan otak yang berkembang
baik. Hidup di air tawar dan laut.
Macam-macam lapisan cangkangnya:
1) Periostrakum, yaitu lapisan paling luar yang terdiri dari zat kitin
dengan fungsi Prismatic, adalah lapisan tengah yang terdiri dari
kristal CaCos.

33
2) Nakreas, ialah lapisan paling akhir yang terdiri dari CaCos halus,
yang berrungsi untuk menghasilkan sekret lapisan mutiara.

3) Kaki, hewan sebagai pelindung tubuh.


4) ini memiliki bentuk kaki mirip dengan katak yang pipih, dan
bernapas dengan insang yang berlapis-lapis. Pelecypoda
mempunyai alat keseimbangan yang disebut dengan statocis
yang terletak dekat ganglion pedal. Reproduksi jenis hewan ini
berlangsung secara seksual dan membentuk larva yang disebut
dengan glosidium. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem
peredaran darah tertutup. Anggotanya sekitar 300 spesies.

Contoh:
1) Meleagrina (kerang mutiara)
2) Anadonta (kijing)
3) Ostrea (tiram)
4) Panope Generosa (kerang raksasa)

4.6 PERAN MOLLUSCA


4.6.1 Mollusca yang menguntungkan
1. Sumber makanan yang mengandung protein tinggi,misalnya:
tiram batu (Aemaea sp), kerang (Anadara s#),kerang hijau
(Mytilus viridis), sotong (Sepia sp,),cumi-cumi (logio sp),Temis
(corbiculajjavanica),dan bekicot (Achatinafulica).
34
2. Perhiasan,misalnya tiram mutiara (pinchada margaritifera).
3. Hiasan dan Kancing,misalnya: dari cangkang tiram
batu,Nautilus dan Tiram mutiara.
4. Bahan baku teraso,misalnya cangkang tridacna sp.
5. Cumi-cumi, siput, tiram, kerang dan sotong merupakan sumber
protein hewani yang cukup tinggi selain enak rasanya.
6. Cangkang dari berbagai mollusca dijadikan bahan industry
dan hiasan karen banyak yang berwarna sangat indah.
7. Mutiara yaitu permata yang dihasilkan sejenis kerang dan
merupakan komoditas ekspor non migas yang cukup penting
terutama bagi Negara kita.
4.6.2 Mollusca yang merugikan
1. Teredo navalis, merusak kerang-kerang piaran dan
bangunan kapal.
2. Lymneajavanicasebagai inang perantara berbagai cacing fasciola
hepatica.
3. Keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak
tanaman padi. Begitu pula bekicot Achatinafulicomerupakan
hama tanaman yang sulit diberantas.

35
36
BAB IV
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI CRUSTACEA

5.1 LATAR BELAKANG


Dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang. Sehingga
Crustacea disebut juga hewan bercangkang. Crustacea telah dikenal
kurang lebih 26.000 jenis. Jenis Crustacea yang paling umum adalah
udang dan kepiting. Habitatnya sebagian besar di air tawar dan air
laut, hanya sedikit yang hidup di darat.
Tubuh Crustacea terdiri atas 2 bagian pokok, yaitu:
sefalothoraks (kepala dan dada yang menyatu) dan badan bagian
belakang (abdomen atau perut). Setiap ruas tubuhnya terdapat sepasang
kaki. Pada bagian perut, terdapat 5 kaki renang. Pa da bagian seta lot
horaks terdapat sepasang antena, sepasang rahang atas (maksila), dan
sepasang rahang bavvah (mandibula). Di bagian kepala - dada terdapat
5 pasang kaki (1 pasang capit dan 4 pasang kaki jalan). Memiliki kulit
keras (karapaks) di daerah kepala. Di bagian anterior terdapat sepasang
mata majemuk yang bertangkai. Badan belakang pada udang
melengkung diakhiri dengan ekor. Sistem pencernaannya dimulai dari
mulut ke kerongkongan ke lambung lalu usus dan yang terakhir ke anus.
Crustacea bernapas dengan insang. Sistem saramya merupakan susunan
saraf tangga tali. Sistem peredaran darah terbuka. Mengalami fertilisasi
internal. Pada umumnya

37
perkembangan melalui fase larva. Crustacea mempunyai 2 lubang
kelamin dibelakang dada.
5.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi crustacea

5.2 KLASIFIKASI CRUSTACEA


5.2.1 Anpostraca
Klasifikasi
Filum : Artropoda
Subphylum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Ordo anostraca sebagian besar tennasuk feeder filter. Panjang
rubuhnya sekitar 1 hingga 3 cm, tetapi beberapa spesies, seperti
Branchinecta gigas dapat tumbuh hingga 10 cm. Tubuh tidak
memiliki karapaks (cangkang keras atau tulang). Anostraca betina
berwaraa orange gelap, merah atau biru. Kebanyakan anggota
anostraca memiliki jenis kelamin terpisah. Pada jantan kedua
antenanya bermodifikasi menjadi organ yang berfungsi untuk
menangkap betina saat kawin. Tubuh dapat dibagi menjadi tiga
bagian yang berbeda : kepala, dada dan perut. Memiliki mata
majemuk dan dua pasang antenna. Telur dikelilingi oleh dinding
tebal yang memungkinkan mereka untuk bertahan dari kekeringan
dan suhu tinggi. Mereka memakan bahan organik, seperti detritus,
38
alga, protozoa, dan bakteri Branchinecta gigas. Kepalanya
mengandung kelenjar pencernaan.
Anostraca biasa dijumpai di kolam, danau dan air laut.
Beberapa spesies dapat ditemukan pada danau dan gunung.
Sementara yang lain, terutama Artemia ditemukan di laut di seluruh
benua, kecuali Australia, dan Parartemia hanya di Australia. Spesies
Thamnocephalus ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Spesies Dendrocephalus ditemukan di Amerika Selatan. Spesies
Branchipodopsis ditemukan di Afiika Selatan. Dan spesies
Streptocephalus dan Branchinella ditemukan di perbukitan timur laut
Thailand.
Sistem reproduksi pada anostraca termasuk biseksual. Mereka
bertelur. Pada jantan, kedua antena telah termodifikasi menjadi organ
yang digunakan untuk menahan betina selama kopulasi. Selain itu,
anostracans jantan memiiiki dua penis. Daur hidupnya melalui 3
fase. Yang pertama fase kista (telur), merupakan suatu kondisi
istirahat pada hewan Crustacea tingkat rendah seperti artemia. Yang
kedua, fase nauplius, merupakan fase dimana embrio anostraca
masih terbungkus selaput penetasan. Dan yang terakhir fase dewasa,
dimana pada fase ini larva mulai dapat berenang bebas di perairan.
Anostraca memiiiki beberapa manfaat, diantaranya:

a. Telurnya dapat digunakan sebagai sumber utama protein


hewani dan pakan ikan. Misal: Telur Artemia.
b. Spesies Streptocephalus dan spesies Branchinella dapat digunakan
39
dalam berbagai hidangan lokal.
Berikut beberapa contoh spesies Anostraca:
a. Family Streptocephalidae, contoh: Streptocephalus seali Ryder.
b. Family Chirocephalidae, contoh: Artemiopsis stephanssoni
Johansen, Eubranchipus bundyi Forbes, Eubranchipus ornatus
Holmes, dan Eubranchipus intricatus Hartland-Rowe
c. Family Artemiidae, contoh: Artemia franciscana Kellogg
d. Family Branchinectidae, contoh. Branchinecta campestris Lynch,
Branchinecta coloradensis Packard, Branchinecta gigas Lynch,
Branchinecta lindahli Packard, Branchinecta mackini Dexter,
dan Branchinecta paludosa Muiler
5.2.2 Copepoda
Copepoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Kope = "dayung"
dan Podos = "kaki". Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang
mengacu pada sepasang kaki yang sama yang bergerak bersama-sama.
Copepoda merupakan kelompok entomostraca dengan jumlah spesies
terbesar, yaitu sekitar 12.000 spesies dan sebagian besar hidup bebas
dan sekitar 25%-nya sebagian ektoparasit. Kebanyakan Copepoda
terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar, baik sebagai plankton
maupun fauna interstisial. Beberapa spesies hidup dalam hamparan
lumut dan humus. Rata-rata ukurannya antara 0,5-15 mm tetapi ada
yang dapat mencapai 25 cm yang biasanya sebagai parasit, misalnya
Panella sebagai ektoparasit pada ikan laut dan ikan hiu.
Klasifikasi
40
Kingdom : Animalia
Filum : Arthtropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Maxillopoda
Subkelas : Copepoda
Tubuh kelompok ini berbuku-buku dengan bentuk pipih
memanjang dan berkaki pendek dimana anterior lebih lebar. Bentuk
dewasa mempunyai sebuah alat penginderaan pertama yaitu antena
yang tersusun dari banyak segmen. Sedangkan antena kedua
berfungsi untuk memegang. Pada daerah oral tubuh, dari beberapa
kelompok yang termasuk parasit Copepoda termodifikasi sebagai
mulut yang berbentuk pipa (mouth-tube) yang berfungsi untuk
menyedot makanan, dengan mandibula berbentuk seperti panitan
dibagian dalamnya.
Adaptasi secara morfologis yang terjadi pada parasit Copepoda
berupa tambahan Cephalothorax yang kompleks pipih memanjang dan
bagian ventral cembung dengan sebuah lempeng penghisap (sucking
disc). Selain itu ada yang mempunyai struktur seperti jangkar, berfungsi
untuk menjaga parasit agar tetap menempel pada hospes selama
hidupnya. Contohnya pada Lernaecopodidae dan bangsa
Siphonostomatoida. Copepoda dewasa berukuran antara 1 dan 5 mm.
Bagian depan meliputi 2 bagian yakni cephalotoraks dan abdomen yang
lebih kecil dibandingkan cephalotoraks. Pada bagian kepala memiliki
inata di bagian tengah dan antenna yang pada
41
umumnya sangat panjang. Copepoda yang bersifat planktonik pada
umumnya suspension feeders.
Copepod dibagi menjadi 10 ordo, yaitu: Calanoid,
Harpacticoid, Cyclopoid, Gelylloida, Harpacticoida, Misophrioida,
Monstrilloida, Platycopioida, Poecilostomatoida, Siphonostoida, dan
Argulidae. Sebagiari besar anggota dari Copepoda adalali parasit
pada invertebrata lain atau ikan. Kelompok-kelompok parasit
menunjukkan sejumlah besar keanekaragaman morfologi dan
memiliki spesialisasi yang luar biasa banyak untuk gaya hidup
mereka parasit. Tiga kelompok yang paling sering hidup bebas,yaitu
Calanoida, Harpactacoida, dan Cyclopoida. Para Harpactacoida
bersifat bentik terbukti dengan berbentuk ulat mereka (berbentuk
cacing). Para Calanoida dan Cyclopoida bersifat planktonik dan
keduanya sangat penting dalam jaring makanan pada ekosistem.
Copepoda berenang menggunakan kaki renang dengan
gerakan yang sangat cepat dan menyentak-nyentak (jerky sudden
motions). Bila gerakan kaki renang berhenti, maka antena pertama
(antenul) membuka ke arah lateral supaya tidak tenggelam. Bila
sedang berenang, antenul mengarah ke belakang.
Kebanyakan copepoda planktonik di luar terdapat pada
lapisan permukaan sampai kedalaman 50 m, namun banyak spesies
dijumpai sampai 1666 m, bahkan beberapa spesies lebih dalam lagi.
Banyak spesies copepoda melakukan migrasi vertikal, dan dalam hal
ini dipenganihi cahaya. Harpacticoida dan cyclopoida penghuni dasar
42
perairan merayap atau meliang (burrow) dalam substrat
menggunakan kaki thorax dan gerak undulasi rubuh. Banyak
harpacticoida hidup sebagai fauna interstisiai mempunyai tubuh
langsing dan antenna yang pendek.
Copepoda planktonik umumnya bersifat filter feeder dan
memakan plankton. Banyak pula jenis yang menangkap orgariisme
lebfli besar disamping sebagai filter feeder, bahkan beberapa spesies
merupakan predator. Beberapa jenis Cyclopoida seperti beberapa
spesies Cyclops juga predator. Kebanyakan Harpaticoid benthic
memakan bakteri dan detritus. Cadangan makanan dalam bentuk
butir-butir minyak merupakan penyebab utama warna merah cerah
pada beberapa spesies Diaptomus.

Tubuh Copepoda dibagi menjadi dua daerah,yaitu prosomal


dan urosomal. Wilayah ini dipisahkan oleh artikulasi utama atau titik
meregangkan dalam tubuh. Kelompok copepoda yang berbeda
memiliki nomor yang berbeda dari segmen dalam prosome, sehingga
generalisasi tidak dapat dibuat. Pada bagian prosomal dibagi menjadi
dua bagian yaitu cephalotoraks (kepala dengan toraks dan segmen
toraks ke enam) dan abdomen yang lebih kecil dibandingkan
cephalotoraks, sedangkan urosomal merupakan bagian segmen
toraks ke-t sampai ekor. Hampir semua bagian tubuh ditemukan pada
segmen prosomal kecuali untuk bagian spiney pada segmen tubuh
terakhir disebut caudal ramus.

43
Cephalotoraks mempunyai 5 pasang anggota tubuh yaitu
antena pertama, antena kedua, mandible, maxila pertama, maxilla
kedua. Antena pertama berjumlah 25 segmen yang berfungsi sebagai
alat sensor, gerak dan proses pembuahan/copulasi (jantan) untuk
menempel pada betina. Antena kedua lebih pendek & berfungsi alat
sensor jika ada mangsa atau saat terancam maka antenna ini yang
akan mengirim sensor ke otak. Mempunyai sebuah mata nauplius
median (di tengah) yang terdiri atas 3 buah ocelli yaitu 2 lateral dan
sebuah median. Selain itu juga terdapat sepasang maksilliped dan
masing pasangan mempunyai kaki renang yang biranius (3 segmen
eksopod & 3 segmen endopod). Pada betina memiliki egg sac atau
kantung telur untuk menyimpan telur. Bagian abdomen juga terdapat
kaki renang yang biramus yang berjumlah lima pasang.

Habitat copepoda bermacam-macam, antara


lain: a) Habitat Laut
Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana air
tersedia tetapi sebagian besar yang dikenal hidup di laut. Karena mereka
adalah biomassa terbesar di lautan. Beberapa menyebut mereka
serangga laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di
dasar laut, ditemukan pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam.
Setidakriya sepertiga dari semua spesies hidup sebagai asosiasi,
commensals atau parasit pada invertebrate dan ikan. Salah satu hotspot
keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di IndoPacific,
Beberapa spesies karang adalah host untuk sampai dengan
44
8 spesies copepoda. Seperti flat pasang mangrove berkerumun
dengan kehidupan copepoda.
b) Habitat Air Tawar
Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah
berhasil dijajah semua jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk
danau gletser tinggi di Himalaya. Meskipun keanekaragaman jenis di air
tawar tidak setinggi dalam kelimpahan laut copepoda terkadang cukup
besar untuk noda air. Bahkan di air tanah copepoda khusus telah
berevolusi. Beberapa spesies copepoda dapat ditemukan pada inusim
gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah, kadang-
kadang dalam kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut
atau bahkan dalam phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils
meninggalkan tanaman) dari bromeliad dan tana man iainnya.

Copepoda dapat bertahan hidup degan baik pada berbagai


habitat karena dapat bertahan pada perubahan kondisi lingkungan
yang ekstrim. Hidup pada salinitas 25 sampai 35 ppt dan pada suhu
17-30°C pada PH 8.
Walaupun memiliki tubuh yang kecil tetapi Copepoda memliki
banyak manfaat yang sangat penting salah satunya memegang peranan
penting dalam rantai makanan pada suatu ekdsistem perairan. Copepoda
ftiemiliki peran pentiag pada rantai ffiakanan di lautan karena
peranannya sebagai sumber makanan utama bagi karnivor, termasuk
jenis-jenis ikan untuk kepentingan komersial. Dalam industri
peinbenihan ikan laut saat ini, copepoda mulai banyak
45
dirnanfaatkan sebagai pakan alami untuk larva ikan. Copepoda cocok
sebagai pakan larva ikan karena selain mempunyai nilai nutrisi yang
tinggi juga karena ukuran tubuh yang bervariasi sehingga sesuai tingkat
perkembangan larva ikan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
copepoda dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan laut yang lebih
cepat dibandingkan Rotifer dan Artemia.

Copepoda memiliki kandungan protein yang tinggi (antara 44


dan 52%) dan struktur asam amino yang baik kecuali metionin dan
histidin. Komposisi asam lemak dari copepoda bervariasi tergantung
pakan yang diberikan selama kegiatan budidaya.
Fase nauplius: 3,5% EPA; 9% DHA; 15% HUFA(n-
3) Fase dewasa:
- Pakan Dunaliella(6% EPA; 17% DHA)
- Pakan Rhodomonas (18% EPA; 32% DHA)
Copepoda (copepodit dan copepoda dewasa) juga dipercaya
raemiliki level enzim pencernaan yang lebih tinggi dan berperan
penting untuk menunjang kebutuhan nutrisi larva. Padahal pada fase
awal dari larva ikan-ikan laut belura memiliki perkembangan pada
sistem pencernaan dan yang lebih dipercaya berperan hanyalah
cadangan makanan exogenous (pakan dari luar) sebagai cadangan
makanan alami untuk organisme. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Pederson (1984 dalam Lavens dan Sorgeloos, 1996), yang
menguji pencernaan pada awal pemeliharaan larva, dan ditemukan

46
bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan cepat melewati usus serta
lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia.
Copepoda kaya akan protein, lemak, asam amino esensial
yang dapat mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan
tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan ikan. Keunggulan
copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena kandungan
DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulushidupan larva. Copepoda juga
mempunyai kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Artemia sehingga dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih
baik bagi larva ikan. Perairan Indonesia kaya akan kehadiran
berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar untuk memilih jenis
pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau penggand
Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Selain itu, beberapa copepoda memiliki beberapa manfaat
tambahan. Mereka adalali "detritivores", yang berarti mereka akan
mengais sisa-sisa makanan ikan, kotoran ikan, dan bakteri di dalam
ekosistem. Mereka dapat membantu mengontrol kualitas air dengan
memakan makanan yang tidak terpakai yang akhirriya dapat
menyebabkan overload bakteri dalam kolam ikan.
Pembudidayaan copepoda memiliki kelebihan dan kekurangan,
antara lain:

47
a. Kelebihan Copepoda:
- Kandungan protein yang tinggi (44-52%)
- Kandungan asam amino yang tinggi: meningkatkan daya
reproduksi induk, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan
daya tahan tubuh serta mencerahkan warna pada udang dan
ikan.
- Kandungan EFA (Essential fatty acid), DHA, serta (n-3)
HUFA (highly unsaturated fatty acid) sangat tinggi pada
tahap nauplius
- Lebih mudah untuk dicerna dibanding Artemia
- Dapat didistribusikan dalam berbagai tahap liidup (nauplii
atau copepodit) sesuai kebutuhan
b. Kekurangan Copepoda
- Sulit untuk diproduksi secara masal, terkait dengan siklus hidup
Copepoda betina mempunyai sebuah atau sepasang ovary
dan sepasang seminal receptacle, Copepoda jantan yang hidup bebas
biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. Pada
waktu kopulasi, copepoda jantan memegang yang betina dengan antena
pertama atau kakt renang keempat atau kelima yang berbentuk capit,
dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal
receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai
13 kelompok telur, Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau
sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50
butir telur. Copepoda betina mengerami telur
48
sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan
keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepoda betina
tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru.
Stadia nauplius sebnyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi
copepodid sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa.
Copepoda dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan
dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai
satu tahun. Copepoda hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai
satu tahun lebih. Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan
buruk, beberapa caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan
telur dengan cangkang tipis dan telur dorman dengan cangkang tebal.
Jenis air tawar yang lain, ada instar copepodid atau dewasa
melakukan estivasi dengan membungkus diri dengan selubung
organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk mempertahankan
diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste juga
merupakan sarana penyebaran keturunan.
Copepoda hidup bernafas dengan permukaan tubuh. Kelenjar
makila merupakan alat ekskresi. Tidak ada jantung ataupun pembuluh
darah. Darah beredar dalam hemocoel karena adanya gerakan otot,
apendik saluran pencernaan. Hanya calanoid yang mempunyai jantung
semacam kantung. Susunan syaraf terpusat, dan benang syaraf tidak
melewati thorax. Copepoda yang hidup sebagai parasit lebih dari 1000
spesies. Kebanyakan sebagai ektoparasit, namun banyak juga sebagai
endoparasit dalam tubuh polychaeta, usus leli laut, saluran
49
pencernaan tunica dan kerang, bahkan pada Crustacea lain.
Endoparasit acapkali tidak mempunyai mulut, dan makanan
diabsorbsi langsung dari inang.
5.2.3 Cirripedia
Cirripedia merupakan salah satu ordo yang termasuk dalam
Entomostraca atau Crustacea rendah. Tubuhnya terdiri dari kepala dan
dada yang ditutupi karapaks berbentuk cakram yang hidup melekat di
laut. Cirripedia bersifat parasit dengan cara hidupnya yang
beranekaragam. Salahsatu diantaranya yaitu Teritip.
Klasifikasi Teritip:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Subclass : Cirripedia
Teritip sering diabaikan karena kita lebih tertarik pada
hewan-hewan laut yang berwarna-warni. Teritip biasa dikenal
dengan nama baraakel. Mereka dianggap sebagai salah satu makhluk
hidup tertua di bumi, karena diperkirakan hidup jutaan tahun yang
lain. Teritip merupakan Crustacea yang mirip dengan kepiting dan
udang. Mereka termasuk dalam kelas Cirripedia.
Teritip memiliki 6 tentakel yang digunakan untuk menangkap
makanan yang disebut dengan "cirri'*. Enam tentakel tersebut
dilengkapi dengan bulu-bulu yang berfungsi untuk menarik air ke
50
dalam cangkang, sehingga mereka bisa makan. Teritip mengeluarkan
tentakel dan memperluas bulu-bulunya ketika air laut pasang. Bulu-
bulu tersebut tersegmentasi untuk mengumpulkan plankton dari air.
Setelah mendapatkan makanan, tentakel membentuk seperti sendok
dimana partikel-partikel makanan yang didapatkan diteruskan ke
mulut. Tentakel kedua digunakan untuk menyaring kadar polusi dan
mendeteksi perubahan kondisi air, sehingga mereka bisa hidup
meskipun kondisi air tidak baik.
Ada sekitar 1000 spesies teritip yang telah diketahui. Terkadang
sulit dibedakan dengan mollusca karena cangkang luaraya yang keras.
Cangkang teritip digunakan sebagai mantel untuk menutupi tubuhnya
yang terbuat dari kalsit. Teritip hidup sebagai sessile (menempel pada
substrat). Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki lem dari kelenjar
khusus yang mengandung protein, dimana lem tersebut dapat mengeras
dengan cepat di bawah air dan tekanan tinggi. Lem tetap dapat melekat
kuat meskipun teritip sudah mati. Mereka sering ditemukan menempel
di cangkang kepiting, ikan paus, batu, cangkang penyu, dan dinding
perahu. Kerak dari teritip dapat berkembang dengan cepat di dinding
kapal. Hal hit dapat mengurangi kecepatan kapal dan meningkatkan
konsumsi bahan bakar meskipun sudah dicegah dengan melapisi
dinding kapal menggunakan cat beracun. Namun, dengan cara tersebut
teritip masih bisa hidup karena mereka dapat mengakumulasi logam
berat yang berguna sebagai bio-indikator untuk mengukur polusi air.
Meskipun beberapa spesies
51
teritip bersifet parasit, namun sebagian besar teritip tidak berbahaya.
Hal tersebut dikarenakan teritip feeder filter, Teritip juga tidak
mengganggu dan tidak merugikan hewan lain.
Panjang tubuh teritip antara 1 sampai 7 cm. Rata-rata bisa hidup
5 hingga 10 tahun. Teritip merupakan hewan hermaprodit. Tetapi
mereka tidak membuahi dirinya sendiri. Mereka juga tidak mclcpaskan
telur dan sperma ke dalam air pada saat bersamaan. Setelah terjadi
pembuahan silang, telur akan dierarrii pada kantung telur yang terdapat
dalam rongga mantel. Telur akan menetas menjadi larva naupilus. Larva
ini berenang bebas. Ukurannya sekitar 500 mikron hingga 2mm. Pada
sudut-sudut depan larva terdapat duri seperti tanduk. Larva naupilus
tidak niakati. la memiliki antetia dan satu buah mata, Tubuhaya
berbentuk perisai, Juga mengalami molting (pergantian kulit) beberapa
kali. Pada tahap ini, sistem sarafhya mulai berkembang, yang digunakan
untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Fase Nauplius:
Kemudian larva naupilus berkembang menjadi larva cyprid.
Pada tahap ini, larva mulai mencari dan menempel pada substrat yang
cocok. Ketika menemukan substrat yang cocok, ia akan mengeluarkan
lem dari kelenjar khusus di antenanya untuk menempelkan dirinya
sebelum bermetamorfosis ke tahap dewasa. Setelah itu, ia akan
membentuk struktur yang keras seperti cangkang mollusca. Bersifat
fototropik negatif atau menjauhi cahaya. Larva ini menjelajahi
permukaan substrat dengan merayap. Otak larva cyprid cukup
52
kompleks. la memiliki sistem sensori ganda yang digunakan untuk
mendeteksi tetnpat hidup yang sesuai.
Fase cyprid:
Setelah dewasa, tubuhnya bisa mencapai 7 cm. Untuk
mencapai tahap dewasa, larva teritip membutuhkan waktu lebih dari
enam bulan. Karapaks sudah menyatu dengan tubuhnya, sehingga
hanya ada celah untuk jalan keluar masuk tentakel agar tetap bisa
makan serta celah untuk penis.
Fase dewasa
Predator teritip sangat banyak, seperti: cacing, siput, bintang
laut, dan ikan. Selain itu, teririp tidak mampu bertahan hidup apabila
ada iinibah minyak. Mereka juga saling bersaing mendapatkan
habitat yang layak bagi dirinya.
Teritip mengandung protein yang tinggi sehingga ia bisa dijadikan
sumber makanan bagi ikan-ikan. Fosilnya juga dapat dijadikan
sebagai tempat hidup hewan-hewan kecil.

53
5.3 STRUKTUR TUBUH CRUSTACEA
5.3.1 Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepaJa dada yang
menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen).
Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan
5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki eapit (keliped) dan 4
pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang
antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat
ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk
menyimpan telurnya. Tubuh Crustacea bersegmen (beraas). Pada bagian
kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
 2 pasang antena

 1 pasang mandi bula, untuk menggigit mangsanya

 1 pasang maksilla

 1 pasang maksilliped

Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan
dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu
pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang,
merangkak atau menempel di dasar perairan.
5.3.2 Sistem Gerak
Crustacea menggunakan kaki - kakinya untuk bergerak.
Terdiri dari lima pasang kaki yang masing - masing untuk sepasang

54
kaki paling depan dan paling besar di gunakan untuk mencapit
sesuatu, empat kaki sesudahnya di gunakan untuk berjalan dan juga
memiliki lima pasang kaki di bagian belakang yang fungsinya untuk
berenang (kaki renang). Serta ia juga menggunakan ekornya untuk
bergerak.
5.3.3 Sistem Peredaran Darah
Sistein peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah
terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah
tidak mengandung hemoglobin, meiainkan hemosianin yang daya
ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.
5.3.4 Sistem Pencernaan
Crustacea memiliki system pecernaan yang sempurna, karena
di tubuhnya sudah ada mulut dan anus.. Alat pencernaan berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus,
lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini
memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala - dada
di kedua sisi abdomen.
5.3.5 Sistem Pernafasan
Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh
permukaan tubuhnya. O2 masuk dari air ke pembuiuh insang,
sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. C*2ini akan
diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui pembuiuh darah.
5.3.6 Sistem Ekresi
55
Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan
tumbuhan. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga
dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di
dalam kepala
5.3.7 Alat Indra dan Saraf
Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali,
dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba),
mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).
5.3.8 Alat Reproduksi
Hewan ini bersifat hemaprodit. Alat reprodiiksi pada
umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat
kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat
kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan
terjadi secara eksternal (di luar tubuh).

5.4 HUBUNGAN CRUSTACEA DENGAN MANUSIA


Sebagian besar Malacostfata dimanfaatkan manusia sebagai
makanan yang kaya protein hewani, contohnya adalah udang,
kepiting, dan rajungan. Namun, beberapa jenis
Crustacea juga dapat meragikan manusia, contohnya yuyu yang dapat
merusak tanaman p a di d i s a w a h d a n k e t a m k e n a r i p e r u s a k t
a n a m a n k e l a p a d i M a l u k u . S u b - kelas Entomostraca juga
dimanfaatkan manusia sebagai pakan ikan unruk industri perikanan.

56
Crustacea disebut juga kelompok udang-udangan. Hewan ini
pada umumnya hidup di perairan baik di air danau, laut, maupun
sungai. Crusta- cea mempunyai rangka luar dari kitin yang mungkin
menjadi keras karena mengandung kapur. Crustacea sering juga
disebut hewan bercangkang. Untuk mempelajari macam-macam
Crustacea.

Gambar 8. Crustasea
Crustacea mempunyai dua pasang antena. Pada umumnya,
Crustacea mempunyai kaki satu pasang pada tiap ruas tubuh. Pada
udang dan kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan. Kaki selain
digunakan untuk berjalan, juga dapat digunakan untuk berenang atau
menempel di dasar perairan. Kepala mungkin bergabung dengan
dada membentuk kepala-dada atau sefalotoraks. Ukuran Crustacea
sangat bervariasi, dari ukuran plankton yang sangat kecil sampai
sejenis kepitingA (kepiting laba-laba) yang hidup di dasar

57
laut dengan panjang kakinya kira-kira 3,5 m. Udang laut yang sangat
besar dapat mencapai berat lebih dari 10 kg.
Di alam, Crustacea mempunyai peran yang cukup penting.
Sebagian besar zooplankton di laut dan samudra adalah Crustacea.
Hewan ini terdapat di laut mulai dari pantai sampai laut yang dalam.
Crastacea juga mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting,
karena beberapa jenis tertentu merupakan bahan makanan yang baik
bagi manusia, yaitu mengandung banyak protein.
Selain itu, juga banyak yang hidup sebagai zooplankton yang
menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis ikan. Hanya sedikit
Crustacea yang bersifat merusak, misalnya ada yang biasa membuat
lubang pada kayu bagian luar dari perahu atau kapal.

58
BAB V
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ECHINODERMATA

6.1 LATAR BELAKANG


Binlang kail dan sebagian besar echinodermata berasal dari
bahasa Yunarri yang artinya echin,"berduri" dan derma,"kulit"jadi
echinodermata adalah hewan sesil atau hewan yang bergerak lamban
dengan simetri radial sebagai hewan dewasa
Bagian internal dan ekstemal hewan itu menjalar dan tengah
atau pusat, seringkali berbentuk Kmajari-jarL Kiitit tips menutupi
eksoskefcton yang teftuat dari lempengan keras. Sebagian besar hewan
echinodermata bertubuh kasar karena adany'a tonjolan keras yang
memiliki berbagai fungsi yang khas dari echinodennata adalah system
pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan sahaan
hidrolikyangbeicabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung
(tube feet) yang berfungsi sebagai tokomosi, makan, danpettukatan gas.

Reproduksi seksual anggota filum echinodennata umumnya


melibatkan individu jantandan bctinayang tetpisahdanmembebaskan
gametnya kedalam airlaut. Diantara 700 atau lebih anggota filum
Echinodermata, semuanya adalah hewan laut.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan dan ordo serta peranan dan
dampak keberadaan Echinodermata dalam kehidupan sehari-hari.

59
6.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi echinodermata

60
6.2 KELAS DAN ORDO PADA FILUM ECHINODERMATA

KELAS CONTOH CIRI-CIRI


Crinoidea Lilia laut, bulu laut Sessil, menempel menggunakan
batang; lengan bercanbang; kaki
tabung bersilia dipakai untuk
makan; beberapa spesies
berenang bebas

Asteroidean Binatang laut Bergerak bebas dengan kaki


tabung; tangan bercabang dari
cakram pusat

Ophiuroidea Binatang ular, Bergerak bebas; lengan luwes


binatang rapih, yang tipis memancar dari
binatang keranjang cakram; kaki tabung dipakai
sebagai indera dan untuk makan

Echinoidea Dollar p-asir, Bergerak bebas; badan menyatu


biscuit laut; bulu dalam lempengan atau cakram
babi lempeng, tanpa sinar bebas,
tertutup dengan lempeng kapur;
beberapa spesies tertutup
dengan duri
61
Holothuroidea Teripang Bergerak bebasl tubuh luwes &
panjang dengan mulut di satu
ujungnya; kadang memiliki
tentakel; unsur kerangka kulit
sudah mulai lenyap

6.3 KARAKTERISTIK FILUM ECHINODERMATA


Berikut ini karakteristik filum echinodermata secara umum :
1. Semua echinodermata hidup di air laut;
2. Simetri radial atau pentaradial, selalu terbagi 5 bagian;
3. Tidak ada kepala;
4. Tidak bersegmen;
5. Tubuh memiliki banyak kaki tabung yang befimgsi untuk
bergerak dan
menangkap makanan;
6. Tubuh ditutupi oleh epidermis yang di sokong oleh skeleton
yang tetap
dan spina;
7. Sistem pencernaan sederhana (beberapa di antaranya
dilengkapi dengan
anus), rongga tubuh bersilia, biasanya luas, di isi
dengan/mengandung sel
bebas (amoebosit);
62
8. Respirasi dengan papulae, kaki tabung atau dengan pohon
respirasi;
9. Jenis kelamin terpisah, gonat besar, fertilisasi eksternai,
telur banyak, larva
mikroskopik, bersilia, biasanya berenang bebas,
mengalami metamorfosis.
(Stoner, 1961:270);
10. Semua echinodermata hidup di laut;
11. Sebagian besar spesies mampu bergerak dengan merangkak
dan sangat
lambat
12. Tampilan khusus anggota filum ini seluruhnya memiliki
duri. Tepat
13. dibawah kulitnya, duri dan lempeng kapurnya
membentuk kerangka.
14. Tubuhnya berkembang dalam bidang lima antimere yang
memancar dari
sebuah cakram pusat dimana mulutnya berada di tengah
15. Mereka memiliki sistem peredaran air yang terdiri dari
sederet tabung
berisi cairan yang dipakai dalam pergerakan

6.4 ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN FILUM


ECHINODERMATA
63
Secara umum, permukaan Echinodermata umumnya
berduri, baik itu pendek tumpul atau runcing panjang.Duri
berpangkal pada suatu lempeng kalsium karbonat yang disebut testa.
Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya disebut ambulakral.
Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang
menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung
ambulakral. Kaki ambulakral memiliki alat isap.

64
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung,
usus, dan anus.Sistem ekskresi tidak ada. Pertukaran gas terjadi
melalui insang kecil yang merupakan pemanjangan kulit. Sistem
sirkulasi belum berkembang baik. Echinodermata melakukan
respirasi dan makan pada selom.
Sistem saraf Echinodermata terdiri dari cincin pusat saraf dan
cabang saraf. Echinodermata tidak memiliki otak. Untuk reproduksi
Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus.
Reproduksi seksual pada anggota filum ini umumnya melibatkan
hewan jantan dan betina yang terpisah (dioecious) dan pembebasan
garnet dilakukan di air. Hewan dewasa yang radial berkembang dari
larva bilateral melalui proses metamorfosis.
Berikut ini akan dijabarkan deskripsi umum mengenai
anatomi dan fisiologi tubuh kelas-kelas yang termasuk dalam
fium Echinodermata.
6.4.1 Crinoidea
Crinoidea memiliki bentuk tubuh menyerupai bunga atau
tumbuhan. Crinoidea merupakan anggota filum echinodermata yang
memiliki spesies paling sedikit (sekitar 550 spesies) dan merupakan
kelompok paling primitif dari filum echinodermata. Hewan ini hidup di
pantai sampai dengan kedalaman laut 3.500 meter di bawah permukaan
laut. Tubuhnya tidak memiliki duri, dan apabila memiliki tangkai
disebut lilia laut (Apabila bertangkai ia akan menempel pada dasar

65
laut dengan sirri, yaitu bagian ujung tangkai yang memiliki zat tanduk),
sedangkan yang tidak memiliki tangkai disebut bintang laut berbulu.

Pada bagian dasar tubuh (kaliks) jenis ini terdapat sisi oral
(mulut) dan sisi anus sedangkan lengannya berjumlah banyak
mengelilingi bagian kaliks tersebut. Biasanya jumlah lengan Crinoidea
merapakan kelipatan lima dan memiliki cabang yang disebut pinula.
Pada sisi oral terdapat celah bersilia yang disebut celah ambulakral.
Celah ini berfungsi untuk menangkap makanan, yaitu cairan,
zooplankton, atau partikel lainnya yang tersebar di air laut.

Gambar 9. Crinoidea
6.4.2 Asteroidea
Salah satu contoh hewan yang tennasuk dalam kelas
Asteroidea adalah Bintang laut (Asteropecten irregularis). Sesuai
namanya, bintang laut adalah sejenis hewan yang berbentuk bintang
dengan 5 lengan. Dipermukaan kulit tubuhnya terdapat duri-duri

66
dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai depantai.
Organ-organ dalam tubuh bintang laut bercabang ke seluruh
lengannya. Berikut ini adalah struktur tubuh dan pernanannya:
• Madreporit : merupakan lubang tempat masuknya air dari luar
tubuh letaknya di sisi aboral, ini berbeda dengan Ophiuroidea
yang berada di sisi oral.
• Saluran batu : saluran penghubung antara madreporit dengan
salurang cincin
• Saluran cincin : saluran yang melingkar yang bisa mengakses ke
semua lengan
• Saluran radial : saluran yang berasal dari saluran cincin meluas
ke seluruh lengan, saluran ini dari saluran cincin berpencar ke
tentakel masing masing
• Saluran lateral : saluran yang berasal dari saluran radial
yang mengalirkan air ke ampula.
• Ampula : suatu wadah menyerupai baton yang elastis , ketika
terisi air akan membentuk tonjolan seperti kaki yang menyerapai
tabung disebut kaki tabung.
• Kaki tabung : kaki yang terbentuk karena tekanan air di
ampula sehingga kaki bisa dipijakkan ke obyek sehingga
bias menggerakkan tubuhnya
• Sistem ambulakral ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau
membuka mangsa.

67
Untuk mekanisme fisiologis dari kelas Asteroidea dalam hal ini
bintang laut adalah sebagai berikut:
Sistem pencernaan, yang terdiri dari organ mulut, kerongkongan,
lambung, kemudian makanan yang diolah akan didistribusikan ke
cabang lengan kemudian melalui kantung pilorus dan
dikeluarkan lewat anus.
- Sistem saraf yang terdiri dari cincin saraf di mulut dan bercabang
ke masing-masing lengan.
- Sistem respirasi menggunakan branchia dermalis/papilla berupa
kantong tipis yang ada di setiap kulit lengan berupa tonjolan-
tonjolan.
- Sistem ekskresi. Untuk zat-zat sisa yang sisa proses metabolism
akan dikeluarkan melalui branchia dermalis.
- Sistem reproduksi

Gambar 10. Asteroidea

68
6.4.3 Ophiuroidea
Ophiuroidea terdiri dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang
ular (Ophiothrix). Ophiuroidea (dalam bahasa yunani, ophio = ular)
berbentuk seperti asteroidea, namun lengannya lebih langsing dan
fleksibel. Cakram pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral
(dorsal) yang halus atau berduri tumpul. Ophiuroidea tidak memiliki
pediselaria. Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya.

Bintang ular merupakan echinodermata yang paling aktif dan


paling cepat gerakannyaJenis kelamin terpisah, fertilisasi eksternal,
mengalami tahap larva yang disebut pluteus. Hewan ini pun juga
dapat beregenerasi. Beberapa spesies Ophiuroidea merupakan hewan
pemakan suspensi, dan yang lain adalah predator atau pemakan
bangkai.
Bintang ular memiliki cakram tengah yang jelas terlihat dari
tangannya panjang sehingga memudahkannya bergerak. Kaki tabung
(kaki ambulakral) tidak memiliki alat isap dan bintang mengular
bergerak dengan mencambukkan lengannya Hidup di perairan
dangkal dan dalam, bersembunyi di bawah batuan atau rumput laut,
mengubur diri di pasir, aktif di malam hari.
Ophionereis reticulate (Bintang Mengular )makanannya
adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah).
Alat-alat pencernaan makanan holozoik atau saprozoik.
Terdapat bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak di pusat
tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini
69
tidak memiliki anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang
berupa 5 kelompok lempeng kapur. Makanan dipegang dengan satu
atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan
tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang
tidak tercerna dibuang ke keluar melalui mulutnya.
Sedangkan untuk siklus hidup dan reproduksi adalah sebagai
berikut. Ophionereis reticulata menggunakan lengan mereka untuk
bergerak. Mereka, tidak seperti bintang laut, bergantung pada kaki
tabung. Bintang laut bergerak dengan menggerakan lengan mereka
yang sangat fleksibel dan membuat mereka bergerak seperti ular.
Pergerakan mereka mirip dengan hewan simetri bilateral.
Sistem reproduksi Ophionereis reticulata yaitu generatif
(berumah dua, fertilisasi eksternal). Jenis kelamin hewan ini terpisah.
Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan hasil pembuahannya
akan tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia,
disebut piuteus. Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi
bentuk seperti bintang laut dan akhirnya menjadi bintang ular.

Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang


bercelah di sekitar mulut, alat ini berhubungan dengan saluran alat
reproduksi (gonad).

70
Gambar 11. Ophiuroidea
6.4.4 Echinoidea
Echinoidea berbentuk bola atau pipih, tanpa lengan.
Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi (Diadema
saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulatd). Hidup pada batuan
atau lumpur di tepi pantai atau dasar perairan. Makanannya adalah
rumput laut, hewan yang telah mati, biasanya nocturnal. Pennukaan
tubuh hewan ini berduri panjang.
Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu tembolok
kompleks yang disebut lentera aristoteles. Fungsi dari tembolok
tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa
ganggang atau sisa-sisa organisme.
Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir
(Echinarachnius parmd). Pennukaan sisi oral tubuhnya pipih,
sedangkan sisi aboralnya agak cembung. Tubuhnya tertutupi oleh duri
yang halus dan rapat.Durinya berfungsi untuk bergerak, menggali, dan

71
melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran. Kaki ambulakral
hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi utuk mengangkut makanan.
Organisme yang tergolong kelas echinoidea ada yang bernapas
dengan insang namun ada pula yang bernapas dengan melakukan
modifikasi podia pada permukaan aboral atau yang biasanya dikenal
dengan istilah kaki tabung (tube feet). Organisme yang bernapas dengan
insang tergolong dalam echinoidea regular. Pada umumnya memiliki 5
pasang insang. Contohnya adalah golongan bulu babi.

Echinoidea yang bernapas dengan tube feet tergolong dalam


echinoidea irregular. Contohnya seperti sand dollars. Pada proses
pernapasan seperti ini, podia petaloid yang biasanya berfungsi dalam
membantu pergerakkan kemudian berubah fungsi menjadi organ
respirasi. Kaki tabling akan berhubungan dengan petalloids dan
membentuk suatu sistem pernapasan. Kaki tabung akan mendorong
air sehingga terjadi pertukaran gas yang berlawanan arah dengan
sistem vaskular air. Kaki tabung pernafasan bentuknya panjang,
rendah, flat (datar) yang terletak pada alur konjugasi membentang
dari satu pori ke pori yang lain, tabung memanjang jauh dari
permukaan tubuh dan dilengkapi dengan bulu atau rambut yang
teratur.

Reproduksi echinoidea dengan fertilisasi eksternal dan


bersifat hermafrodit. Telur echinoidea yang menetas akan
berkembang menjadi larva yang disebut larva echinoploteus.

72
Melimpahnya jumlah landak laur menandakan kondisi yang tidak
bagus.

Gambar 12. Echinoidea


6.4.5 Holothuroidea
Hewan yang termasuk dalam kelas Holothuroidea adala
timun laut. Apabila dilihat secara sepintas, timun laut yang
merupakan salah satu anggota filum Echinodermata tidak terlihat
mirip dengan hewan Echinodennata lainnya. Anggota kelas ini
umumnya tidak memiliki duri dan endoskeleton yang keras sangat
tereduksi. Tubuh ketimun laut memanjang sepanjang sumbu oral-
aboral sehingga memberikan bentuk ketimun seperti namanya.
Namun demikian, setelah diteliti lebih lanjut ternyata di tubuhnya
terdapat lima baris kaki tabung (kaki ambulakral) yang merupakan
sistem pembuluh yang hanya terdapat pada hewan Echinodermata.
Kaki tabung (kaki ambulakral) yang terdapat di

73
sekitar mulut kemudian dikembangkan menjadi tentakel untuk
makan.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari timun laut:
• Bentuk tubuh menyerupai mentimun yang berkulit lunak.
• Tidak mempunyai lengan dan duri mereduksi menjadi spikula
• Daya regenerasi tinggi.
• Benvarna hitam coklat dan hijau.
• Dilengkapi alat pembelaan diri berupa zat perekat yang di
hasilkan dari anullus.
• Mulut dan anus terletak pada ujung berlawanan.
• Mulut dikelilingi oleh tentakel
Bagian tubuh Holothuroidea dan fungsinya:
• Tentakel: berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan
alat penagkap mangsa.
• Stomach/perut: sebagai alat pencernaan
• Gonad : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil
hormone kelamin.
• Saluran kelamin : Berfungsi sebagai saluran menuju gonad.
• Madreporit: Lempeng tali lapisan pada ujung saluran air.
• Esofagus: saluran di belakang rongga mulut berfungsi
menghubungkan rngga mulut dan lambung.
• Dorsal mesentery: berfungsi sebagai pembungkus usus dan
menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
• Anus : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
74
• Cloaca: sebagai alat pencernaan.
• Intestin : sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pylorus
hingga usus. (Naidra 2012)

Gambar 13. Holothuroidea


6.5 MANFAAT DAN DAMPAK KERUGIAN YANG DAPAT
DITIMBULKAN OLEH HEWAN-HEWAN YANG
TERMASUK DALAM FILUM ECHINODERMATA
Echinodermata yang dimanfaatkan manusia, antara lain:
1) Bulu babi dapat diambil gonadnya untuk dikonsumsi. Jepang
memiliki peternakan bulu babi yang luas. Di wilayah Indonesia,
terdapat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kendari.

2) Holothuria (mentimun laut) diperdagangkan sebagai teripang


kering atau kerupuk teripang. Hongkong merupakan pusat
perdagangan teripang dunia. Di negeri China, mentimun laut
dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
3) Echinodermata memakan bangkai-bangkai, sehingga pantai
75
menjadi bersih
4) Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal.
Para ilmuwan biologi sering mengggunakan garnet dan embrio
landak laut.
5) Telur landak laut (Arbacia punctulata) yang banyak dikonsumsi
di jepang.
6) Keripik dari timun laut yang banyak dijual di Sidoarjo,
Jawa Timur
Sedangkan dampak kerugian dari Echinodermata antara lain:
1) Bintang laut sering memakan kerang mutiara di tempat budidaya
kerang mutiara.
2) Achanbasther merupakan hama pada terumbu karang, karena
memakan polip Coelenterata.
3) Bulu babi dan landak laut bisa sangat merugikan bagi para turis
yang ingin menikmati olahraga air, karena duri bulu babi dan
landak laut yang beracun bisa menyebabkan kematian jika tidak
ditangani secara cepat.

76
BAB VI
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
NEMATODA

7.1 LATAR BELAKANG


Di antara semua hewan yang paling tersebar luas, cacing gilig
(nematoda) ditemukan pada sebagian besar habitat akuatik, di dalam
tanah lembap, di dalam jaringan lembap tumbuhan, dan di dalam
cairan tubuh dan jaringan hewan. Sekitar 90.000 spesies kelas ini
telah diketahui, dan yang sebenarnya ada mungkin mencapai sepuluh
kali jumlah tersebut.
Pada Nematoda telah ditemukan otot di sebelah luar selom
dan bukan sel-sel epitel. Disini tidak ada silia sama sekali. Nematoda
yang hidup mandiri mempunyai mulut yang majemuk dan beberapa
alat perasa dan mata. Cacing yang hidup parasit, struktur tubuhnya
lebih sederhana. Tubuhnya tertutup oleh kutikula, dan biasanya
kedua ujung tubuhnya meruncing. [1][3] Nematoda memiliki
pencernaan yang sempurna. Mereka tidak memiliki sistem sirkulasi,
tetapi nutrient diangkut ke seluruh tubuh melalui cairan dalam
pseudoselom. Otot nematode semuanya longitudinal, dan
kontraksinya menghasilkan gerakan mendera.

Reproduksi nematoda umumnya adalah secara seksual. Jenis


kelamin umumnya terpisah pada sebagian besar spesies, dan betina
umumnya berukuran lebih besar dibandingkan dengan jantan.
77
Fertilisasi terjadi secara internal, dan seekor betina dapat meletakan
100.000 atau lebih telur yang dibuahi per hari. Zigot sebagian besar
spesies adalah sel resisten yang mampu bertahan hidup pada
lingkungan yang tidak bersahabat.
Kata Nematoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu nematos
yang berarti benang atau tambang. Cacing ini berukuran kecil
(mm) sampai satu meter atau lebih, telur mikroskopis.
Ciri-ciri dari nematoda adalah sebagai berikut:
1. Bilateral simetris, triploblastik, pseudoselomatik, tidak
bersegmen.
2. Tubuh ramping silindris, ditutupi oleh kutikula yang kuat
3. Saluran pencernaan lengkap, bentuk lurus (tabunag) dimulai
mulut sampai anus.
4. Tubuh dilengkapi serabut otot longitudinal.
5. Tidak mempunyai alat respirasi, sirkulasi, dan alat ekskresi
sederhana.
6. Memiliki cincin saraf yang mengelilingi esophagus, 6
saraf anteriror, 6
atau lebih saraf posterior.
7. Jenis kelamin terpisah, jantan lebih kecil dari betina
7.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi nematoda

78
7.2 MORFOLOGI FILUM NEMATODA
Secara morfologi, bentuk tubuh nematoda jantan dan betina
longitudinal. Ukuran tubuh nematoda beragam, mulai dari kecil
sampai besar. Di daratan cacing ini bergerak merayap seperti ular,
sedangkan di air dengan cara berenang seperti belut Kebanyakan
spesies yang hidup ditanah berukuran kecil dengan kisaran panjang
1-2 mm, dengan lebar 1/20 mm kurang. Bentuk tubuh nematoda ada
2 yaitu fusiform dan filiform. Bentuk tubuh nematoda pada ujung
anterior dan posterior yaitu meruncing.
Pada bagian anterior terdapat suatu cekungan (amphid), Pada
bagian posterior terdapat bentuk yang sama (phasmid). Keduanya
berfungsi sebagai chemoreceptor. Bentuk dasar nematode ada dua
macam, yaitu:
1. Fusiform yaitu bagian tengah tubuh mempunyai diameter yang
paling besar, jadi bentuk tubuhnya seperti gelondong.
2. Fuliform yaitu diameter tubuh dari anterior - posterior sama
besar, jadi bentuk tubuhnya seperti benang.

79
Gambar 14. Morfologi Nematoda

7.3 ANATOMI NEMATODA


Umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang
panjang nya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar
daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti
benang dengan ujung-ujung yang meruncing. memiliki sistem
percenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus.
Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada
ujung posterior. Beberapa Nematoda memiliki kait pada mulutnya.
Nematoda tidak memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui cairan pada pseudoselom. Nematoda tidak
memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam
individu berbeda. Sistem ekskresi terdiri dari dua saluran lateral yang
bermuara dilubang bagian ventral

80
7.4 FISIOLOGI REPRODUKSI DAN REGENERASI
7.4.1 Reproduksi
Anggota filum nematoda hanya melakukan reproduksi secara
seksual yaitu dengan peleburan garnet jantan dan garnet betina, ada
hewan jantan dan betina. Belum pernah ditemukan adanya anggota
nematoda yang berkembangbiak secara aseksual.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin
jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi
terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista
dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak
menguntungkan.
Jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah terpisah
(uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang
dua testis tubuler. Secara
berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai
tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka.
Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya
ditemukan latau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi).
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-
kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.

Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu


yang berupa sayap sedangkan yang melebar membentuk

81
bentukan yang disebut Bursa. Tahap- tahap pertumbuhan nematoda
yaitu :
1. Telur
2. Juvenil tahap pertama : perkembangannya masih dalam telur
dan terjadi
molting yang pertama.
3. Juvenil tahap kedua : menetas dari telur dan terjadi molting yang
kedua
4. Juvenil tahap ketiga : molting ketiga
5. Juvenil tahap keempat: molting keempat
6. Dewasa : mampu menghasilkan sperma dan ovum
7.4.2 Regenerasi
Pada kebanyakan nematoda terbukti regenerasi dapat
dilkukan sangat terbatas, misalnya hanya beberapa segmen saja dari
bagian anterior yang dapat dibentuk, dan jumlah segmen ini
tergantung pada spesies.Pada cacing tanah Alloobophora foetida
jumlah itu empat atau lima saja. Apabila lima segmen itu kurang
dipotong dari dari bagian anterior dari cacing ini, maka regenerasi
akan terjadi secara lengkap.
Tetapi apabila lebih dari lima segmen dipotong, maka hanya
empat atau lima segmen baru yang dibentuk, dan dengan demikian
cacing ini akan lebih pendek dari aslinya. Apabila potongan
dilakukan di belakang segmen genital (segmen 10-14), maka hanya
empat atau lima segmen kearah anterior yang
82
dibentuk dan alat genital yang ikut terpotong tidak pernah
diperbaharui. Dengan demikian tipe regenerasi yang terjadi adalah
epimorfis. Epimorfis umum dijumpai pada hewan tingkat tinggi.

7.5 NILAI EKONOMIS FILUM NEMATODA


Berdasarkan temuan para ahli anggota filum nematoda
sebagian besar merugikan manusia karena bersifat parasit, baik di
dalam tubuh manusia maupun mahkluk hidup lainnya (tumbuhan )

Beberapa Contoh anggota nematoda yang parasit pada manusia :


 Ascaris lumbricoides/ cacing perut

 Ancylostoma duodenale ( cacing tambang di Asia/Afrika)

 Necator americanus ( cacing tambang Amerika)

 Oxyuris vermicularis (cacing kremi)

 Filaria branchofti ( cacing filarial), penyebab kaki gajah /
elephantiasis

 Trichinella spiralis ( cacing otot)
Contoh anggota yang parasit pada tanaman :
 Heterodera radicicola

Nematoda dari segi peranannya biasanya dikelompokkan menjadi:



Parasit pada manusia - dengan jumlah yang sedikit (kira-kira 30
spp) menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan juga
menyebabkan kematian pada manusia misalnya

83
Trichinella spiralis, penyebab trichinosis (parasit pada
adenophoreanparasite).

Parasit pada mammalia lain, burung dan ikan
- kira-kira 8000 spp.
Contohnya Syngamus trachea - gapeworm of
galliform birds, trachea partially blocked by worms (a
secernentean parasite).

Parasit pada invertebrata (berhubungan dengan kontrol biologis,
misalnya serangga) - kira-kira 3500 spesies - contoh
Agamermis decaudata -parasit pada orhtoptera. S Peranan
nematoda bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang
menguntungkan bahkan merugikan.

Parasit pada tanaman - kira-kira 4000 spp dari endo dan 
ektoparasit -contohnya Nacobbus, Meloidogyne, Belonolaimus,
Tylenchorhynchus and Scutellonema.

Nematoda laut yang hidup bebas - kira-kira4000 spp - metazoa
yang paling melimpah di sedimen dasar laut
contohnya Draconema cephalatum.

 6500 -
Nematoda tanah dan air tawar yang hidup bebas - kira-kira
memakan bakteri, fungi, alga, detritus, dan juga sebagai
hewan mangsa -contohnya Cervidellus spitzbergensis nematoda
pemakan bakteri.
 Habitat

84
Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi
ada juga sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman
atau dalam saluran pencernaan.

7.6 Klasifikasi Filum Nematoda


7.6.1 Ascaris lumbricoides (cacing perut)
Ascaris adalah salah satu contoh cacing gilig parasit, tidak
punya segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus,
bergerak dengan gerakan seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam
usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.

Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan


dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris
lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual. Ascaris
lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang
menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi untuk
membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat
kawin.
Siklus hidup dari Nematoda Ascaris lumbricoides (cacing
perut yaitu telur berembrio tertelan melalui makanan atau minuman
yang mengandung telur; telur menetas menjadi larva; larva
meninggalkan usus masuk ke peredaran darah sehingga sampai
kejantung danparu. Selanjutnya cacing dewasa di dalam usus.

85
7. 6. 2 Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di
pertambangan daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai
parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus
manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari
cacing perut.Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior
melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin
atau gigi pada sisi ventralnya.Kait kitin berfungsi untuk menempel
pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing tambang jantan
terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan
memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva
(organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.

7.6.3 Oxyuris vermicularis (cacing kremi)


Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang
sangat kecil sekitar 1 0 - 1 5 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus
besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang
berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak me
merlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan
makanan yang terkontaminasi telur cacing ini.Pengulangan daur
infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita
sendiri. Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan
rasa gatalJika penderita sering

86
menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan,
maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali.
7.6.4 Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.Tempat
hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan
penyakit kaki gajah (elefantiasis), yaitu pembengkakan tubuh.
Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh
limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah
banyak.Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.
7.6.5 Trichinella spiralis (cacing otot)
Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan
penyakit trichinosis atau kerusakan otot. Manusia yang terinfeksi
cacing ini karena memakan daging yang tidak dimasak dengan baik.
Cacing betina dewasa melubangi dinding usus halus,
keturunan yang hidup terbawa oleh aliran darah menuju otot rangka
kemudian menjadi kista.

87
BAB VII
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
COELENTERATA

8.1 LATAR BELAKANG


Coelenterata berasal dari kata coilos (rongga) dan enteron
(ums). Coelenterata adalah kelompok hewan berongga, daiam daur
htdupnya dapat hidup sebagai polip atau medusa. Coelenterata terdiri
atas dua filum, yaitu Ctenophora dan Cnidaria. Anggota dari filum
ini beium memiliki rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), tetapi
hanya rongga central yang disebut coeleneteron. Coelenteron
berfungsi sebagai pencernaan makanan dan mengedarkan sari — sari
makanan. Dinding tubuh terdiri dari dua lapisan yaitu : lapisan
epidermis dan gastrodermis atau endodermis. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat lapisan non seluler (mesoglea). Mesoglea
merupakan hasil sekresi dari lapisan epidermis dangastrodermis.
8.1.1 Tujuan Belajar

 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi


coelenterata

8.2 MORFOLOGI
Cnidaria termasuk ke dalam hewan yang memiliki simetri
radial. Hcwanradial hanya memiliki bagian dorsal (atas) dan bagian
ventral (bawah) ataubagian oral (mulut) dan bagian aboral, tapi tidak
89
ada bagian anterior (kepala) danposterior (ekor). Bentuk tubuh dasar
hewan Cnidaria terdiri dari dua variasi, yaitu polip danmedusa yang
secara bergantian terjadi pada siklus hidupnya.
Polip adalah bentuk seperti tabung yang tnenetap dan
menempel pada substrat, seperti batu,dibagian aboral (beriawanan
dengan muiut) pada tubuhnya. Pada bagian atasterdapat mulut dan
anus yang menjadi satu sebagai tempat makan dan pengeiuaran
limbah. Organ ini dikeliiingi oleh tentakel. Karena menempel pada
substrat, polip bersifat pasif dalam mencari makanan dan
menggunakan tentakel untuk menangkap mangsa. Padaumumnya
ketika berbentuk polip, Cnidaria akan bereproduksi secara aseksual.
Membentuk koloni (jika progeninya tetap melekat satu sama lain)
atau klon (jikatcrpisah progeninya).

Polimorfisme terjadi di koloni dari beberapa spesieshydrvzoa


dan anthozoa, dimana polipnya memiliki fungsi-fungsi yang khusus
seperti mencari makan, pertahanan din, dan reproduksi aseksual.
Beberapa koioni polip, yang diiengkapi dengan tentakei
berfungsi untuk mengambilmakanan dan sebagai alat pertahanan diri.
Polip lain yang tidak bertentakel dikhususkan untuk bereproduksi
dcngan mcnghasiikan medusa kecil melaluipertunasan secara
aseksual.
Ukuran Cnidaria polip tidak lebih dart satu millimeter atau
lebih, namun bila berbentuk koloni dapat mencapai satu meter Iebih
untuk diameternya. Sedangkan medusa, berbentuk hampir sama
90
dengan polip hanya letakmulut / anus berada di bawah. Berbeda
dengan polip, medusa dapat bergerak bebas di air karena terbawa air
atau proses kontraksi tubuhnya yang berbentuk seperti lonceng.
Cnidaria medusa akan bereproduksi seksual menghasilkan larvayang
bermetamorfosis mcnjadi polip.
Dengan demikian, pada dasarnya polip adalah fase anak dan
medusa adalah bentuk dewasa. Contoh Cnidaria dalam bentuk
medusa adalah ubur-ubur. Namun tidak semua hewan Cnidaria
melewatikedua tahapan bentuk tersebut. Kebanyakan jenis Hyrozoa
amScyphozoa yang mciewati tahap polip dan medusa, sedangkan
Anihozoa hanya berbentuk polip dan tidak memiliki tahap medusa.

Gambar 15. Morfologi Coelenterata


8.3 ASATOMI
Hewan Cnidaria termasuk hewan diploblastik. Cnidaria
menunjukkan penyusunan lapisan selyang lebih rumit daripada
porifera. Tubuh mereka memperlihatkan adanya dua lapisan yang
berbeda, Oleh karena itu. mereka dinamakan hewan

91
diplopblastik.Dua lapisan tersebut adalah epidermis atau ektodermis
pada hagian luar darrgastrodermis ata« endodermis di hagian hiar,
Lapisan tersebut dipisah olehmesoglea, sebuah serabut non seluler
bermateri seperti jeli yang tipis dibeberapa kelompok seperti hydra
namun cukup tebal pada ubur-ubur untukmenolongnya sehingga
dapat mengapung.
Sel-sel Pembentuk Lapisan Epidermis. Epidermis terdiri dari
lima tipe dasar sel, yaitu:
• Sel Epitneliomuskular (sel epitei otot) yang mempunyai ciri
bagian dasarnya melebar dan menempel pada mesoglea dan
berisi myofibril yang kontraktif. Sel ini berfungisi sebagai
peiindung tubuh dan otot longitudinal sejajar sumbuoral-
aboral.
• Set interstitial adaiah dasar sei yang dapai membentuk tipe sel
lain seperti sperma, sel telur atau cnidosil. Sel ini memiliki
berukuran kecil, agak bulat, nukieus besar, dan terietak di
antara sei epitei otot. Jadi, sel ini merupakandasar bag!
regenerasi dan perbaikan segala bagian tubuh.
• Sel Ketenjar lendir berfungsi menghasiikan lendir yang
digunakan sebagai pel indung, untuk menagkap tnangsa dan
meiekat pada substrat.
• Sel Sensori (sef indent) memiliki bentuk panjang langsing dan
tegak lurus epidermis. Pangkal sel indera berhubungan dengan

92
sel saraf yang tersusun seperti jala pada epidermis defeat
mesoglea.
• Sel Saraf berbentuk mirip multipolar neuron. Sel ini terletak
pada dasar ephel otot dan sejajar mesoglea.

Sel-sel Pembentuk Lapisan Gastrodermis. Gastrodermis terdiri dari


beberapa macam sel, antara lain:
1) Sel Otot Peneema (nutritive muscle cells) yang berflageia
berftmgsi untuk pencernaan dan sebagai otot yang berkerja tegak
lurus terhadap sumbu oral-aboral, membentuk lapisan otot
melingkar.
2) Sel Kelenjar Enzim menghasilkan enzim untuk pencernaan di
dalam rongga gastrovaskuler.
3) Sel Kelenjar Lendir (mucus secreting cells) banyak terdapat di
sekitar mulut.

8.4 FIS1OLOGI
8.4.1 Pergerakan
Pergerakan terjadi karena kontraksi otot. Kontraksi otot
berpengaruh terhadap cairan di dalam rongga gastrovaskuler yang
berfungsi sebagai rangka hidrostatik, PoKp banya dapat bergerak
meliuk-liuk, sedangkan medusa dapat berenang bebas dengan cara
berdenyut akibat kontraksi otot melingkar. Gerakan yang dihasilkan

93
searah vertikal, sedangkan gerakan horisontal bergantung pada arus
laut.
8.4.2 Cara Makan
Kebanyakan Coelenterata adalah karnivora dan makanan
mereka sebagian besar terdiri dari krustasea kecil, Mereka
menangkap mangsanya dengan cara agak pasif melayang melalui
tentakel mereka yang Coelenterata melepaskan nematosis menyengat
yang melumpuhkan mangsanya. Mereka menggunakan tentakei
mereka untuk menarik makanan ke dalam mulut mereka dan rongga
gastrovaskuler. Makanan masuk ke dalam mulut dengan bantuan
tentakel, kemudian masuk ke rongga gastrovaskuler. Di dalam
rongga gastrovaskuler terdapat enzim semacam tripsin untuk
mencerna protein. Makanan akan hancur dan kemudian diaduk
hingga merata oleh gerakan flagela. Sel otot pencerna memiliki
pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikei makanan.
Pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Sari makanan hasil
pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh secara difusi, sebagian
disimpan sebagai cadangan makanan berupa iemak dan glikogen.
Sisa pencernaan makanan dibuang melalui mulut Cnidaria tidak
memiliki anus.

94
8.4.3 Pernapasan dan ekskresi
Cnidaria tidak memiiiki alat pernapasan dan ekskresi.
Pertukaran gas diiakukan oiefa seiuruh permukaan tubuhnya secara
difusi. Sisa-sisa metaboiisme berupa amonia juga dibuang secara
difusi. Pertukaran gas berlangsung secara iangsung di permukaan
tubuh dan iimbah mereka dilepaskan baik meialui rongga
gastrovaskuler mereka atau dengan difusi meialui kulit mereka.

8.5 REPRODUKSI
Cnidaria berkembang biak secara aseksual dan seksuai.
Reproduksiaseksual terjadi pada stadium polip dan diiakukan dengan
jalan pertunasan(budding), pembelahan atau pencabikan telapak
kaki. Suatu tunas terjadi dari dinding tubuh yang menonjol keluar
diikuti perluasan rongga gastrovaskular kemudian pada ujungnya
terbentuk mulut dan tentakel, Reproduksi aseksual dimungkinkan
terjadi karena kebanyakan Cnidaria mempunyar daya generasiyang
besar. Tentakel yang putus akan diganti dengan yang baru.
Reproduksi seksual umumaya terjadi pada tahap medusa. Set telur
atau sperma sebagian besar berasal dari set interstisial yang
mengelompok sehingga membentuk ovari atau testis.

95
Gambar 16. Siklus Reproduksi

Bentuk, ukuran dan daur bidup jenis-jenis Cnidaria sangat


beraneka ragam hingga dikelompokkan menjadi tiga kelas.
1) Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani hydro-air, zoa = hewan).
Sebagian besar hidup di laut, hanya sedikit hidup di air tawar,
terdapat daiam bentuk poHp dan medusa pada sebagian besar
spesies, fase polip seringkaH membentuk koloni. sebagian besar
memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya
Hydrozoa dapat hidup soliter.

Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan Physalia. Untuk


Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut. Obelia
memiliki bentuk polip dan medusa daiam siklus hidupnya.
96
Gambar 17. Hydrozoa
2). Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk zoa =
hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus
hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medwsa
umumnya berukuran 2-40 cm.
Reproduksi diiakukan secara aseksuai dan seksuai. roiip yang
benikuran kecii menghasilkan medusa secara aseksuai. Contoh
Scyphozoa adalah Cyanea dan C'hrysaora fruttescens.

Gambar 18. Scyphozoa

97
3) Anthozoa
Anthozoa (dalara bahasa yunaw, anthus = buoga, zoa =
hewan) memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti
bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk mednsa hanya bentak polip-
polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata
lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkolonia. Anthozoa
bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta
reproduksi seksual menghasilkan garnet

Gambar 19. Anthozoa

8.6 EKOLOGI
Kebanyakan Cnidaria bentuk polip memerlukan substrat
padat untuk tempat menempel, meskipun beberapa bersembunyi
dalam sedimen lembut dan memperpanjang mahkota tentakelnya di
permukaan laut. Polip berlimpah diperairan dangkal tetapi anemon
98
laut hidup daerah laut dalam. Medusa mempertahankan hidupnya di
dalam air dan terbawa oleh arus. Beberapa jenis seperti
Hydomedusae dan scyphameduscie hidup di permukaan air, umunya
diteluk dan sepanjang pantai, sedangkan yang lainnya berlimpah di
laut terbuka.
Cnidaria teiah berevoiusi dengan memiliki perrafaanan kimia
yang unik sehingga secara efektif mencegah predator untuk
memangsanya. Cnidarians masuk ke dalam kompleks asosiasi
dengan berbagai organisasi lain, termasuk uniseluler ganggang, ikan,
dan udang-udangan. Banyak Cnidaria terutama Anthozoa yang
menggantungkan diri pada zooxantheallae simbiosis dart jenis
Dinoflagellates dalam jaringan untuk bertahan hidup.
Zooxanthealla merupakan mikroalgae autropik yang termasuk
dalam Dinoflagellates. Zooxantheallae hidup bersimbiosis dalam
jaringan polip koral dan memberikan koral produksi nutrisi melalui
aktifitas fotosintesisnya.
Aktifitas ini memiiiki manfaat bagi koral dengan melepaskan
senyawa karbon untuk meningkatkan klasifikasi. Sedangkan polip
koral juga memberi keuntungan bagi zooxanthealla dengan
memberikan proteksi lingkungan agar dapat hidup didalamnya dan
menyediakan karbondioksida dari hasil respirasi Cnidaria untuk
proses fotosintesisnya.

99
8.7 PERAN/MANFAAT
a) Koral atau karang laut Koral dari kelas Anthozoa berfungsi
sebagai kompooen utama pembeniukckosisiem ierumbu karang.
Seperti yang telah kita ketahui terumbu karang memainkan
peran penting dalam kehidupan di lautan. Banyak makhluk
hidup yang tergantung padanya. Contoh : berbagai jenis ikan,
ganggang dan hewan laut lainnya yang memanfaatkan terumbu
karang sebagai tempai hidupnya, Seiam rtu, kemdahan terumbu
karang dapat dijadikan objek wisata yang menghasiIkan devisa
bagi negara. Karang di pantai juga dapat menahan ombak untuk
mencegah pengikiksan pantai.
b) Beberapa jenis Chidaria diperjualbelikan sebagai hewan hias
untuk akuarium laut hingga diekspor ke Singapura, Eropa,
Amerika Serikat, dan Kanada.
c) Untuk dikomsumsi dan diperdaganakan sebagai ubur-ubur asin,
contohnya adaah jenis Scyopozoa yang tidak beracun yaitu
Rhopflema Escuhlata Rhizosioma Octopus dan Pelagia
Nocliluca.
d) kerangka koral digunakan sebagai materiai bangunan untuk
membuat semen
e) kerangka Cnidaria juga dibuat sebagai perhiasan.

100
BAB VIII
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
COELENTERATA

9.1 LATAR BELAKANG


Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keanekaragaman hayatinya baik flora maupun fauna. Fauna yang
merupakan kingdom Animalia memiliki manfaat yang sangat besar
bagi kehidupan manusia. Jika manusia dapat mengoptimalkan
kemampuannya untuk mengembangkan keanekaragaman fauna,
maka akan banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari usaha
tersebut. Namun, sebagian besar manusia tidak memahami.benar
mengenai kingdom animalia itu sendiri. Kebanyakan Masyarakat
Indonesia tidak mengetahui benar klasifikasi Kingdom Animalia
serta jenis-jenisnya. Untuk itu, penulis tergerak hatinya untuk
membuat makalah yang menjelaskan salah satu filum dari kingdom
animalia, yaitu "Chordata". Diharapkan hal ini dapat mendorong
masyarakat lainnya untuk mengenai filum-filum yang lain.

Chordata adalah salah satu filum dari kingdom animalia.


Chordata berasal dari bahasa Yunani yang berarti tali. Hewan yang
termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong
tubuh dalam. Ciri - Ciri Chordata:
a. Memiliki notokorda pada masa embrionik, yaitu sumbu
penyongkong tubuh primer
101
b. Memiliki celah faring atau celah insang pada beberapa tahap
selama masa perkembangannya
c. Memiliki tali saraf dorsal
d. Memiliki ekor, paling tidak pada masa embrionik Sedangkan

Sifat-sifat Chordata adalah:


1. Adanya chorda dorsalis, pada keadaan embrio, larva atau seumur
hidup, chorda dorsalis terjadi dari entoderm primer.
2. Pada dinding pharynx ada sulci pada keadaan embrio, atau
lubang-lubang pada keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-
lubang ini ialah celah-celah insang.
3. Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau
hanya pada keadaan larva. Rongga ini disebut neuroceia.
9.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi chordata

9.2 ASAL USUL CHORDATA


1. Teori Anelid Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral
simetris dan bersegmen. Organ-organ ekskresi bersegmen, selom
tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh darah
longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda
saramya di sebelah dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran
darahnya akan sama dengan yang terdapat pada chordata.
Namun, mulut anelida itu lalu ada di sebelah dorsal, tidak seperti
102
pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula
berbagai hubungan dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi,
annelida itu tidak mempunyai struktur yang serupa dengan
notokorda atau celah-celah insang.

2. Teori Araknid Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda


/anian Paleozoik) dan ostracoderm (chordata pada zaman purba),
yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun demikian, kordata tidak
mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda
saramya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda
sarafhya ada di sebelah ventral.
3. Teori Ekinodermika Larva tornaria dari cacing lidah
Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) dan larva bipinnaria
dari echinodermata, semuanya transparan, bersilia eksternal,
dengan ruang selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu
memang terjadi kekeliruan, yaitu larva cacing lidah itu
diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah

dikemukakan, bahwa larva Echinodermata larva hemichordate
  
larva tunikata amfioksus ostracoderm. Jika hipotesis itu
benar, maka tidak ada lagi kemungkinan akan ditemukan fosil
chordata purba.

103
9.3 KLASIFIKASI CHORDATA
9.3.1 Sub Filum Hemichordata
Kedudukan Hemichordata dalam phylum Chordata sulit
untuk dibedakan, karena dalam sub phylum ini terdapat beberapa
jenis binatang yang mempunyai bentuk seperti cacing. Anatomi
hemichordata ialah lunak dan berbentuk silinder seperti cacing.
Dataran badan dilapisi epidermis yang terdiri atas satu lapis sel yang
mempunyai cilia. Pada badan dapat dibedakan:
 Proboscis, yang berbentuk seperti conus.

 Collare, yang berbentuk sebagai leher baju dan menglilingi
colum dan basis proboscis.

 Truncus, yang panjang agak pipih.

Gambar 20. Hemichordata

9.3.2 Sub Filum Urochordata


Terdapat di laut dari daerah tropis sampai kutub pada pantai
sampai kedalaman 4.803 m. Beberapa hidup bebas, dan beberapa

104
melekat atau sesil, setelah masa larva yang hidup bebas. Nothocord
hewan-hewan ini terdapat pada ekor pada masa larva saja. Bentuk
hewan ini berrnacam-macam, ada yang kecil ada yang besar.
Beberapa hidup secara soliter bererapa hidup secara koloni. 4
Anatomi Salah satu contoh dari sub phylum Urochordata adalah
Ascidia berbentuk sebagai silinder atau bulat memanjang. Pada satu
ujung ia melekat pada sesuatu. Tubuhnya ditutup oleh tunica yang
dibuat dari cellulose atau tunicin. la dibuat oleh cel-cel mesoderm.
Tunica melapisi pallium, ialah suatu lapisan yang tersusun dari
ectoderm, jaringan pengikat dan serabut-serabut otot, yang terutama
berjalan melingkar. Pada ujung yang bebas terdapat satu lubang yng
disebut lubang oral.

Gambar 21. Urochordata


9.3.3 Sub Filum Chepalochordata
Bentuk seperti ikan dan meliputi 30 species dan diantara yang
terkenal adalah Amphioxus dan Lancelet. Hewan ini biasanya
menguburkan diri dalam pasir yang bersih di dasar tepi laut yang

105
aman dengan mencuatkan bagian anteriornya. Di dalam air biasanya
berenang lincah sekali. Sebutan Lancelet disebabkan ujung akhir
tubuh runcing. Ciri Chordata pada chepalochordata jelas sekali bila
dibandingkan dengan Sub Phylum Hemichordata dan Tunicata. la
adalah runcing pada kedua ujung. Ujung cranial disebut rostum. Pada
tepi dorsal terdapat suatu lipatan median longitudinal, ialah ship
dorsal yang melanjutkan diri ke caudal sebagai sirip caudal yang
kemudian melanjtkan diri ke venral cranial sampai dimana
penampang melintang badan menjadi segitiga, sebagai sirip ventral.
Embryologi Fertilisasi berlangsung external. Pembelahan melalui
meridional, kemudian sampir equatorial, sehingga terjadi micromer
dan macromer dan terjadi bentuk morula. Kemudian terjadi bentuk
blastula disusul oleh bentuk glastula. Bentuk glastrula terjadi oleh
karena adanya invaginasi secara epiboli. Bentuk gastrula semula
berbentuk seperti piring, tetapi kemudian archenteron mendalani dan
gastoporus mengecil dan terdapat pada ujung yang akan menjadi
ujung caudal, di dataran yang akan menjdi dataran dorsal. Dataran ini
mendatar padahal dataran yang akan menjadi dataran ventral tetap
melengkung.

106
Gambar 22. Chepalochordata
9.3.4 Sub Filum Vertebrata
Filum Chordata merupakan salah satu dari tiga filum hewan
yang terbanyak anggota jenis hewannya saat ini. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya subfilum vertebrata. Kebanyakan hewan
yang kita kenal termasuk di dalam subfilum ini, misalnya: ikan,
katak, ular, burung, dan mamalia
Ciri khas vertebrata yaitu :
a. pada tingkat dewasa, korda dorsalisnya diganti oleh tulang
punggung (kolumna vertebralis) yang tersusun dari tulang biasa.
Di sebelah dorsal tulang punggung terdapat tulang Samsung
punggung.
b. Otak terdapat pada bagian anterior sumsum punggung. Otak
dilindungi oleh tulang tengkorak. Subfilum ini dibagi atas dua
superklas (induk kelas), yaitu Superkelas Pisces dan Superkelas
Tetrapoda
1. Superkelas Pisces
Superkelas ini dibagi atas tiga kelas, yaitu :
107
a. Kelas Agnatha.
Hewan yang termasuk kelas ini tidak mempunyai rahang.
Berdasarkan fosil yang ditemukan, pemula vertebrata termasuk
dalam klas ini. Pada zaman dahulu klas ini mempunyai banyak jenis
anggota. Pada masa kini, anggota jenisnya hanya dua yaitu
"cyclostoma" dan "lamprey". Hewan-hewan ini termasuk
mempunyai rahang dan pasangan snip. Korda dorsalisnya tetap ada,
selama hidupnya. Hanya sebagian saja yang diganti oleh tulang
rawan. Hidup secara parasit pada ikan. Mulutnya bertindak sebagai
batil pengisap untuk melekatkan diri pada tubuhikan, dan
memperoleh makanan dengan mengisap jaringan tubuh ikan yang
ditumpanginya. b. Kelas Chodrichthyes (Ikan Bertulang Rawan)
Yang termasuk kelas ini, misalnya ikan hiu dan ikan pari.
Hampir semuanya hidup di laut, hanya sedikit sekali yang hidup di
air tawar. Mempunyai rahang yang kuat, pasangan ship dan kerangka
yang tersusun atas tulang rawan. Celah insang tampak karena tidak
berpenutup insang. Ikan hiu merupakan jenis ikan karnivor yang bisa
menyerang manusia.
c. Kelas Osteicthyes (Ikan Bertulang Biasa)
Semua hewan yang termasuk kelas ini mempunyai kerangka
yang tersusun atas tulang biasa. Jumlah jenis beribu-ribu, habitat air
tawar atau laut. Yang termasuk klas ini, misalnya: ikan mas, ikan
lele, ikan salem. Celah insang tidak tampak karena ditutup oleh
operkulum (penutup insang). Siripnya ada yang berpasangan dan ada
108
yang tunggal. Ship yang berpasangan misalnya ship dada dan ship
perut. Sirip tunggal misalnya : ship punggung, ship ekor dan ship
belakang. Mempunyai gelembung renang yang berfungsi sebagai alat
hidrostatik.
2. Superkelas Tetrapoda
Hampir semua hewan yang termasuk superklas ini mempvmyai dua
pasang anggota gerak. Ada
beberapa jenis yang tidak mempunyai anggota gerak seperti
ular. Superkelas tetrapoda dibedakan atas 4 kelas, yaitu:
a. Kelas Amphibia
Amphibia merupakan hewan yang mempunyai 2 alam berbeda,
yaitu di darat dan air. Amfibia dewasa bernafas dengan paru-paru
dan berjalan dengan 4 kakinya. Keadaan demikian merupakan
penyesuaian dengan kehidupan darat. Kulitnya tipis dan lembab.
Karena kulimya tipis, maka air mudah menguap dari tubuh melalui
kulit. Agar tidak terlalu banyak penguapan, amfibi menyenangi
tempat-tempat yang basah atau lembab. Amfibi memerlukan air
untuk perkembangbiakannya. Telur dibuahi dan diletakkan di dalam
air. Telur kemudian menetas menjadi larva yang bernafas dengan
insang. Pada suatu periode dari pertumbuhan larva mengalami
metamorforsis menjadi katak dewasa.
Kelas ini dibedakan atas 3 ordo, yaitu:

109
1. Ordo Uredela: merupakan amphibi yang berekor, misalnya:
salamander. Salamander hanya terdapat di daerah subtropis.
Salamander mempunyai empat kaki yang berukuran sama.
2. Ordo Anura: merupakan amfibi yang tidak berekor, misalnya
katak. Kaki belakang mempunyai ukuran yang lebih besar dari
kaki depan.
3. Ordo Apoda: merupakan amfibi yang berbentuk seperti cacing,
tidak mempunyai kaki, misalnya caecilia. Caecilia terdapat di
hutan-hutan tropis.
b. Kelas Reptil
Reptil merupakan hewan yang menyesuaikan diri terhadap
kehidupan di darat. Reptil bernafas dengan menggunakan paru-paru,
mempunyai 2 pasang kaki. Kulitnya tebal, kering, dan bersisik. Kulit
berguna untuk mencegah penguapan air dari tubuhnya. Reptil
mampu hidup di daratan yang sangat kering. Perkembangbiakannya
tidak memerlukan air. Kebanyakan meletakkan telur di tanah atau
pasir. Telur dilindungi oleh cangkang dari kapur dan selaput;
cangkang bersifat kedap air sehingga berguna sebagai pelindung
kekeringan. Telur harus dibuahi sebelum berbentuk cangkang,
sehingga sperma dapat mencapai sel telur. Pembuahan terjadi di
dalam tubuh. Hewan jantan mempunyai alat kopulasi yang berguna
untuk menyampaikan sperma kedalam tubuh betina. Berdasar fosil
yang ditemukan, dahulu jenis reptil banyak dan tubuhnya lebih besar

110
dari sekarang. Contoh reptil tersebut antara lain dinosaurus dan reptil
terbang.
Sekarang hanya terdapat 4 ordo, yaitu
: l. OrdoChelonia
Misalnya kura-kura dan penyu. Hewan tersebut mempunyai
tulang rusuk yang besar dan berbentuk lempeng yang berpadu
dengan cangkang yang melingkupi permukaan tubuh. Kura-kura
hidup pada lingkunga darat. Penyu hidup di lingkungan air. Umur
kura-kura panjang sampai puluha tahun. Ada penyu yang umurnya
mencapai 150 tahun.
2. Ordo Squamata
Misalnya kadal dan ular. Kedua hewan tersebut hanya
ditemukan pada daerah kering, dan ada juga yang hidup di daerah air
tawar dan laut.
3. Ordo Crocodilia
Misalnya buaya dan alligator. Perbedaan antara keduanya
adalah alligator mempunyai moncong runcing, giginya menonjol
keluar dan menyenangi air asin. Reptil merupakan golongan hewan
pertama yang menyesuaikan diri dengan kehidupan darat. Namun
banyak juga raptil yang hidup di air. Meskipun demikian, ciri
kehidupan darat seperti bernafas dengan paru-paru dan meletakkan
telur di darat tetap ada.
4. Ordo Rhynchocephalia

111
Ordo ini hanya mempunyai satu jenis hewan saja, yaitu
Sphenodon. Habitatnyapun sangat terbatas, hanya hidup di pantai-
pantai Selandia Baru. Hewan ini bertampang primitif, masih sama
dengan nenek moyangnya zaman dahulu, sering dikatakan sebagai
fosil hidup.
c. Kelas Aves
Tubuh aves terbungk us oleh bulu, memiliki dua pasang
anggota gerak, yaitu berupa sepasang sayap dan sepasang kaki.
Masing-masing kaki berjari empat buah, cakar terbungkus oleh kulit
yang menunduk dan bersisik. Pada mulut terdapat paruh atau sudu
(cocor) yang terbungkus oleh zat tanduk. Respirasi dilakukan dengan
paru-paru dan berhubungan dengan kantung udara (saccus
pneumaticus). Suhu tubuh tidak dipengaruhi oleh lingkungan,
disebut homoitermis, sehingga suhu tubuh tetap.

Hewan ini tidak memiliki kantong kencing. Pada hewan betina


hanya terdapat ovarium dan oviduk kiri. Fertilisasi terjadi didalam
tubuh hewan betina (fertilisasi internal). Kelas ini dikelompokkan
antara lain menjadi ordo - ordo berikut.
1). Archaeornithes
Burung - burung dari kelompok ini masih memiliki sifat —
sifat Reptilia, yaitu pada rongga mulut terdapat gigi, pada sayap
terdapat kait kuku panjang, kaki belakang bersisik, dan ekor tampak
panjang. Semua kelompok ini sudah punah. Contohnya
Archaeopteryx lithografis.
112
2). Struthioniformes
Burung dari kelompok ini tidak dapat terbang, hidup di darat,
memiliki kaki dengan dua jari. Contohnya Struthio camelus (burung
unta) yang hidup di afrika dan Jazirah Arab.
3). Galliformes
Kaki dari kelompok ini berguna untuk berlari dan mengais
tanah, memiliki paruh pendek. Contohnya Gallus gallus bankiva
(ayam hutan); Megachepalon maleo (maleo, terdapat di Sulawesi
Utara); dan Maleagris gallopavo (ayam turki, berasal dari Amerika
Utara).
4). Columbiformes
Hewan berparuh pendek dan langsing pada pangkalnya. Contoh:
Geopelia striata (perkutut); Streptopelia chinensis (tekukur);
Columba livia (merpati).
5). Passerifoimes
Kebanyakan burung ordo ini dapat berkicau dengan indah. Jari
kaki ada empat. Tiga jari menunjuk ke muka, satu jari menunjuk ke
belakang, berguna untuk bertengger. Contohnya: Leucopsar
rothschildi (jalak); Gracula religiosa (beo); Paradisea apoda
(cenderawasih), dan Pycnonotus aurigaster (ketilang)
6). Anseriformes
Hewan ini memiliki paruh melebar dari bahan tanduk, tetapi
keras pada ujungnya. Kaki berjari tiga, dilengkapi dengan selaput

113
berenang (web), ekor pendek dengan banyak bulu. Contohnya
Cygnus sp. (angsa) dan Dendrocygna javanica (belibis).
D. Kelas Mammalia
Disebut mammalia karena hewan-hewan yang termasuk
dalam klas ini mempunyai kelenjar susu (mammae). Kelenjar ini
menghasilkan susu. Pada tubuhnya terdapat bulu. Semua hewan yang
termasuk mammalia benafas dengan paru-paru. Suhu tubuhnya
konstan. Giginya berbeda dengan vertebrata yang lain.
Gigi mamalia dibedakan atas tiga tipe, yaitu:
1. gigi serf (insisor), untuk memotong makanan
2. gigi taring (kaninus), untuk mencabik-cabik makanan
3. gigi geraham (molar), untuk menggiling makanan.

114
BAB IX
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANNELIDA

10.1 LATAR BELAKANG


Annelida disebut kelompok hewan dengan bentuk tubuh
seperti susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata
Annelida berasal dari bahasa Yunani dari kata annulus yang berarti
cincin, danoidosyang berarti bentuk. Annelida merupakan cacing
dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati
(hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya. Terdapat sekitar
15.000 spesies annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm-3 m.
Filum Annelida hidup di air tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya
annelida hidup secara bebas, meskipun ada yang bersifat parasite.

10.1.1 Tujuan Belajar


 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi annelida

10.2 Ciri-Ciri Annelida (Cacing Gelang)

 Memiliki tubuh bersegmen (beruas-ruas yang mirip dengan


cincin) dan memiliki otot.

 Bersifat tripoblastik selomata, simetri bilateral, dan metameri

 Mempunyai sistem pencernaan sempurna (mulut, kerongkongan, perut otot,
tembolok, usus, dan anus).
115
 Tubuh dilapisi dengan kutikula tipis dan lembab

 Sistem respirasi melalui permukaan kulit dan berlangsung difusi

 Sistem saraf berupa ganglion otak dan tali syaraf yang tersusun dari
tangga tali.

 Sistem peredaran darah annelida adalah tertutup dengan tersusun dari
pembuluh darah yang mempunyai hemoglobin

 Sistem ekskresinya berupa nefridia atau nefrostom

 Sifat kelamin annelida adalah hermaprodit, jadi reproduksi secara
generatif dengan cara konjugasi, dan secara vegetatif dengan
fragmentasi/ generasi (mempunyai daya regenerasi yang tinggi)

10.3 CARA HIDUP ANNELIDA


Umumnya Annelida hidup bebas, tetapi ada juga yang hidup
dengan parasite menemel dan bergantung pada inangnya. Kebanyakan dari
Annelida hidupnya di perairan laut dan air tawar, dan sebagian lagi hidup
ditanah dengan tempat lembab.

10.4 SISTEM ORGAN ANNELIDA

 Sistem peredaran darah: Annelida memiliki sistem peredaran darah


tertutup dan pada pembuluh darah mengandung hemoglobin, sehingga
darah berwarna merah. Fungsi pembuluh darah annelida adalah
menghantarkan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Di bagian kulit,
terdapat sejumlah pembuluh darah kecil, karena bernafas melalui kulit.

 Sistem pernafasan: Annelida dalam sistem pernafasan berlangsung di
seluruh kulit permukaan tubuhnya, tetapi ada sumber yang menyatakan
bahwa, ada juga spesies yang melalui insang.
116
 Sistem pencernaan: Annelida memiliki sistem pencernaan lengkap
yang teridir dari mulut, faring, esofagus, usus, dan anus.

 Sistem ekskresi: Annelida memiliki organ ekskresi berupa nefridia
(organ ekskresi yang merupakan saluran), nefrostom (corong bersilia
dalam tubuh), dan nefrotor (pori tubuh tempat kotoran keluar). Setiap
segmen memiliki organ ekskresinya masing-masing.


 Sistem reproduksi: Annelida memiliki sistem perkembangbiakan secara
seksual. Satu Annelida mempunyai 2 alat kelamin yaitu
jantan dan betina (hermafrodit), tetapi reproduksi secara
aseksual tetap membutuhkan dua individu yang akan mengatur dirinya
sedimikian rupa sehingga dapat menukarkan sperma. Lalu, dari hasil
sperma tersebut, akan dilepas dari kepala cacing, tinggal dan
berkembang dalam tanah. Sebagian annelida bereproduksi secara
aseksual dengan fragmentasi diikuti dengan regenerasi.

10.5 Klasifikasi Annelida


10.5.1 PolyChaeta
PolyChaeta merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang
terdiri dari 2 kata yaitu Poliyang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut.
Sehingga PolyChaeta adalah kelas dengan rambut paling banyak di filum
Annelida. PolyChaeta memiliki bagian tubuh yang terdiri dari kepala,
mata, dan sensor palpus. Sedangkan hidup PolyChaeta hidup di air.
PolyChaeta mempunyai tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging
yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut Parapodia (tunggal
^parapodium). Berflingsi sebagai alat gerak. Sebagian besar dari

117
PolyChaeta, memiliki Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat
pembuluh darah halus. Di setiap parapodium terdapat rambut halus yang
sifatnya kaku yang biasanya disebut seta, rambut dilapisi kutikula sehingga
licin. Umumnya ukuran tubuh PolyChaeta adalah 5-10 cm.

Gambar 23. PolyChaeta


Jenis PolyChaeta adalah Eunice viridis (Cacing Palolo), sebagai
bahan makanan (mengandung protein tinggi) Lysidice oele (Cacing
Wawo), sebagai bahan makanan (mengandung protein tinggi) Nereis
domerlili, Nereis Virens, Neanthes Virens (cacing air laut). Arenicola sp,
Ciri-Ciri PolyChaeta:
 Berambut banyak

 Hidup di laut dan dapat dibedakan antara jantan dan betina

 Mempunya parapodia (alat gerak)

 Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm, dengan diameter 2-10
mm.

 Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup bebas

 Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan
peristomium (segmen pertama).
10.5.2 OligoChaeta
118
OligoChaeta berasal dari bahasa Yunani dari kata Oligo yang
berarti sedikit, dan Chaeta yang berarti rambut. Kelas OligoChaeta
merupakan kelas filum Annelida yang mempunya sedikit rambut. Banyak
anggota dari OligoChaeta yang hidup di dalam tanah atau tempat lembab,
tetapi ada juga yang hidup di air. Karena mempunyai sedikit rambut seta
dan tidak mempunyai parapodia, sehingga kepalanya kecil, tidak memiliki
alat peraba, dan tidak memiliki bintik mata. Pada lapisan kulit terdapat
bagian saraf dengan fungsi untuk menerima rangsangan.
OligoChaeta bersifat hermaprodit/monoceus dengan
perkembangbiakan secara generatif dengan perkawinan, dan secara
vegetatif dengan regenerasi. Terdapat Kitellum (Selzadel) yang berfungsi
sebagai alat reproduksi. Pada ruas 9-11 terdapat receptaculum seminis yang
berfungsi sebagai penampung sel-sel spermatozoa.

Gambar 24. OligoChaeta


Contoh Jenis OligoChaeta:

 Moniligaster houtenil (Cacing tanah Sumatra) Tubifex sp (Cacing


air tawar/sutra), berperan sebagai indikator pencemaran air.

119
 Lumbricus terestris, Pheretima sp (Cacing Tanah), berperan
membantu aerasi tanah sehingga menyuburkan tanah

 Perichaeta musica (C.Hutan)

Ciri-Ciri OligoChaeta:
 Tidak mempunyai parapodia

 Mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen

 Memiliki sedikit rambut

 Kepala berukuran kecil, tanpa alat peraba/tentakel dan mata

 Mengalami penebalan antara segmen ke 32-37, yang disebut
dengan klitelum.

 Telur terbungkus oleh kokon

 Daya regenerasi tinggi

 Hidup air tawar atau darat

 Hermafrodit
10.5.3 Hirudenia
Hirudenia merupakan kelas Ilium Annelida yang tidak memiliki
seta (rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh
Hirudinea yang pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit
runcing. Di segmen awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi
dalam bergerak dan menempel. Gabungan dari alat penghisap dan
kontraksi serta relaksasi otot adalah mekanisme pergerakan dari Hirudinea.
Kebanyakan dari Hirudinea merupakan ekstoparasit yang sering didapati di
permukaan luar inangnya. Ukuran Hirudinea beragam dari 1-30 cm.

120
Hirudinea hidup pada inangnya untuk menghisap darah dengan
cara menempel. Sebagian mereka membuat luka pada permukaan tubuh
inang sehingga dapat menghisap darahnya, sedangkan sebagian lain
mensekresikan suatu enzim yang dapat melubangi kulit, dan jika itu terjadi
maka waktunya mensekresikan zat anti pembeku darah, kebanyakan tidak
terasa saat kelas ini menempel pada inangnya karena ia menghasilkan suatu
zat anastesi yang dapat menghilangkan rasa sakit. Jenis ini dikenal dengan
sebutan lintah.

Gambar 25. Hirudenia


Contoh Jenis Hirudenia:

 Heaemodipso zeylanice (Facet), hidup di darat, tempel lembab, dan


menempel pada daun

 Hirudo javanica (lintah yang terdapat di pulau jawa).

 Dinobdelia Ferox (lintah yang terdapat di India)

 Hirudo medicinalis (lintah), hidup di air tawar.
Ciri-Ciri Hirudenia:
 Tidak memiliki parapodia dan seta di segmen tubuhnya

 Ukuran tubuh beragam mulai dari 1-30 cm.

 Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang
121
meruncing.
 Hidup air tawar, darat, dan air laut.

 Memiliki zat antikoagulasi

10.6. PERANAN ANNELIDA


10.6.1Peranan Annelida yang mengutungkan/bermanfaat

 Makanan manusia, karena cacing memiliki sumber protein yang


berpotensi dimasukkan sebagai bahan makan manusia seperti
halnya daging sapi dan ayam

 Bahan baku ternak, memiliki kandungan protein, lemak dan
mineral yang tinggi, cacing tanah dimanfaatkan sebagai makanan
ternak misalnya unggas, udang, kodok, dan ikan.

 Bahan baku obat, Cacing tanah dipercaya dapat meredakan
demam, menurunkan tekanan darah,

 menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.

 Bahan baku kosmetik, Cacing tanah diolah untuk dgunakan
sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.

 Lintah digunakan untuk membersihkan nanah pada luka yang telah
terinfeksi

 Hirudin bermanfaat menyimpan darah untuk keperluan transtusi
darah
10.6.2 Peranan Annelida yang merugikan

 Menimbulkan penyakit cacing pita, cacing darah, cacing hati,


cacing perut, cacing kremi, cacing tambang, cacing filaria.

 Menyebabkan anemia, seperti cacing darah, cacing tambang,
pacet, dan lintah.
122
BAB X
CIRI, MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI
ROTIFERA

11.1 LATAR BELAKANG


Dalam usaha budidaya pembenihan ikan air tawar, tahapan
dalam pemeliharaan larva ikan adalah salah satu hal yang cukup
sulit dan banyak pembudidaya yang gagal dalam melewati tahapan
ini. Perawatan larva ikan dapat dikatakan sulit karena larva ikan
dapat dengan mudali terserang penyakit, hama, serta keterbatasan
pakan yang cocok untuk larva ikan. Bila kita langsung memberikan
pakan buatan, larva ikan biasanya tidak langsung cocok dengan apa
yang kita berikan, dan akibatnya adalah larva ikan banyak yang
raati.
Adapun solusi terbaik untuk menangani masalah ini adalah
dengan menggunakan pakan alami dari larva ikan tersebut. Selain
gizi yang baik untuk larva nafsu makan larva ikan pun menjadi
bagus karena rangsangan naluri alaminya. Sebelum memberikan
pakan alami kepada larva ikan, tentu saja kita harus mengetahui
kriteria pakan alami yang baik untuk larva ikan, adapun kriteria-
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
• Bentuk serta ukuran pakan alami harus sesuai dengan lebar
mulut larva ikan

123
• Pakan alami harus mudah kita kembangbiakan untuk
persiapan pasokan
• Kandungan nutrisi dalam pakan alami tersebut harus tinggi
• Pakan alami tidak beracun dan tidak juga mengeluarkan racun
Rotifera merupakan salah satu jenis pakan alami untuk larva
yang biasa diberikan dan memenuhi kriteria di atas, serta sudah
banyak pembudidaya mengembangbiakannya. Pakan alami
merupakan salah satu solusi bila larva ikan kurang respon terhadap
pakan buatan, tetapi bila memang pakan buatan tersebut kandungan
gizi serta nutrisinya dan respon ikan untuk makan cukup baik maka
kita tidak perlu lagi menggunakan pakan alami, pakan alami kita
gunakan sebagai pakan selingan saja.
Rotifera (biasa disebut hewan roda) membuat sebuah filum
dari mikroskopis dan dekat-mikroskopis pseudocoelomate hewan.
Mereka pertama kali dijelaskan oleh John Harris pada tahun 1696,
dan bentuk lain yang dijelaskan oleh Anton van Leeuwenhoek pada
tahun 1703. Kebanyakan rotifera sekitar 0,1-0,5 mm panjang
(walaupiin ukuran mereka dapat berkisar dari 50 pM menjadi lebih
dari 2 mm), dan umum di air tawar lingkungan di seluruh dunia
dengan beberapa laut spesies, misalnya, orang-orang dari genus
Synchaeta. Beberapa rotifera berenang bebas dan benar-benar
planktonik , bergerak lain dengan inchworming sepanjang substrat,
dan beberapa sessile , hidup di dalam tabung atau holdfasts gelatin
yang melekat pada substrat.
124
11.1.1 Tujuan Belajar
 Menjelaskan ciri, morfologi, anatomi dan fisiologi rotifer

11.2 KLASIFIKASI ROTIFERA
Menurut Hyman (1951) dan Suzuki (1983) dalam Julianty
(1999), Brachionus plicatilis memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Klas : Aschelmintes
Sub klas : Rotaria
Ordo : Eurotaria
Family : Brachionidae
Sub family : Brachioninae
Genus : Brachionus
Species : Brachionus plicatilis

Gambar 26. Brachionus plicatilis

125
Berdasarkan fase reproduksinya, Phylum Rotifera dibagi
menjadi tiga kelas:
a. Kelas Bdelloidea
Mempunyai jumlah spesies kurang lebih 350 spesies.
Tubuhnya tidak dilindungi oleh kutikula. Kelas Bdelloidea biasanya
hidup bersimbiosis dengan lumut. Ketika mengalami keadaan
lingkungan yang tidak dapat diprediksi, mereka dapat hidup dalam
keadaan kekeringan sekalipun. Mereka akan mengalami peristiwa
yang dinamakan anhydrobiosis. Anhydrobiosis merupakan keadaan
dormansi yang disebabkan oleh kurangnya air pada habitat yang
mereka tinggali. Mereka akan m engubah bentuk tubuhnya yang
dinamakan tun. Dengan mengecilnya jaringan dan sel yang ada
didalam tubiihnya, kepala dan ekor mereka akan masuk kedalam
tubuhnya untuk mengurangi keluarnya air.
Semua anggotanya parthenogenetic, mereka hanya mempunyai
satii betina yang bereproduksi secara aseksual, untuk menghasilkan
lebih banyak keturunan betina. Telurnya tidak dapat dibuahi oleh sel
sperma, ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi betina. Setiap
induk biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja.
Menggunakan cilia yang tedapat pada corona untuk pergerakan dan
mengarahkan makanan ke dalam mulutnya. Contoh :

PModina roseola, Rotifer


neptunis b. Kelas Monogonata

126
Mempuyai spesies yang paling banyak, sekitar 1500 spesies.
Mereka hidup sebagai parasit pada bryophyte (alga liijau).
Mempunyai reproduksi seksual dan aseksual, ukuran jantan lebih
kecil dibandingan dengan betina. Betina memproduksi telur yang
tidak dapat dibuahi yang nanti akan menjadi betina (reproduksi
aseksual). Pada reproduksi seksual terjadi k etika pada lingkungan
yang tidak menguntungkan (terlalu kering atau terlalu basah). Ketika
betina memproduksi telurnya pada fase seksual, apabila telurnya
dapat dibuahi, maka akan menjadi betina dan sebaliknya apabila
tidak dapat dbuahi, telur tersebut akan menjadi jantan. Contoh :
Notommata copeus, Notommata werneckii, Branchionns sp.
c. Kelas Seisonidea
Merupakan kelas yang mempunyai spesies primitif.
Habitatnya di laut atau hidup pada ingsang Crustaceans. Semua
anggotanya parthenogenetic, mereka hanya mempunyai satu betina
yang bereproduksi secara aseksual, untuk menghasilkan lebih banyak
keturunan betina. Telurnya tidak dapat dibuahi oleh sel sperma,
ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi betina. Setiap induk
biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja. Contoh:
Hydratina senta

11.3 ANATOMI ROTIFERA


Rotifera memiliki simetri bilateral dan berbagai bentuk yang
berbeda. Tubuh rotifer adalah dibagi ke dalam batang, kepala, dan
127
kaki, dan biasanya agak silindris. Ada berkembang dengan baik
kutikula, yang mungkin tebal dan kaku, memberikan suatu binatang
seperti bentuk kotak, atau fleksibel, memberikan hewan a-seperti
bentuk cacing; rotifera tersebut masing-masing disebut loricate dan
illoricate. kutikula kaku sering terdiri dari beberapa piring, dan
mungkin beruang dun, pegunungan, atau ornamen lainnya.
Fitur yang paling khas dari rotifera adalah adanya bersilia
struktur, yang disebut korona, di kepala. Dalam spesies yang lebih
primitif, ini bentuk cincin sederhana dari silia sekitar mulut dari
mana sebuah band tambahan bulu mata membentang di atas
belakang kepala. Pada sebagian besar rotifera, namun ini telah
berkembang menjadi sebuah struktur yang lebih kompleks.
Modifikasi rencana dasar korona termasuk perubahan dari
bulu mata ke dalam bulu atau jumbai besar, dan baik ekspansi atau
kehilangan band bersilia sekitar kepala. Dalam genera seperti
Collotheca , korona dimodifikasi untuk membentuk saluran sekitar
mulut. Pada banyak spesies, seperti Testudinella , bulu mata sekitar
mulut telah menghilang, meninggalkan hanya dim band lingkaran
kecil di kepala. Dalam bdelloids , rencana ini lebih lanjut
dimodifikasi, dengan membelah band atas menjadi dua roda
berputar, dibangkitkan pada alas menonjol dari permukaan bagian
atas kepala.
Batang pohon membentuk bagian utama tubuh, dan
membungkus sebagian besar organ internal. Proyek-proyek berjalan
128
kaki dari belakang bagasi, dan biasanya jauh lebih sempit,
memberikan penampilan ekor. Kutikula atas kaki sering bentuk
cincin, sehingga muncul tersegmentasi, meskipun struktur internal
seragam. Banyak rotifera dapat menarik kembali kaki yang sebagian
atau seluruhnya ke dalam bagasi. Kaki berakhir di dari satu sampai
empat jari kaki, yang, pada spesies sessile dan merangkak,
mengandung kelenjar perekat untuk melampirkan hewan ke
substratum tersebut. Dalam spesies yang berenang bebas banyak,
kaki secara keseluruhan berkurang ukurannya, dan bahkan mungkin
tidak ada.

11.4 MORFOLOGI ROTIFERA


Ukuran Brachionus antara 60 - 80 mikron, sampai 300
mikron. Tubuh Brachionus terdiri dari sekitar 1000 sel yang
seharusnya tidak dianggap sebagai tanda-tanda tunggal, tetapi sebuah
plasma area. Pertumbuhan hewan ini diyakini sebagai peningkatan
plasma dan biikan pembelahan sel.
Epidermis mengandung lapisan padat yaitii protein keratin
yang disebut lorika. Bentuk lorika dan penampakan spina (tulang
punggung), serta ornamen yang ada membedakan antar spesies.
Tubuh Brachionus dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, tubuh,
dan kaki. Bagian kepala terdapat organ untuk berputar ataukorona
yang disebut cilia anular dan memiliki nama asli rotatoria. Bagian
depan korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai gerakan
129
air untuk mengambil partikel makanan kecil (terutama alga dan
detritus). Bagian tubuh terdiri dan sistem pencemaan, sistem
pengeluaran, dan organ genitalia. Karakteristik organ Brachionus
adalah mastax (yang dilengkapi dengan bagian yang keras karena
kapur disekitar mulut), dimana sangat efektif untuk menggiling
partikel yang susah dicerna. Kaki berupa struktur yang dapat ditarik
masuk dengan benfuk melingkar tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4
jari.

Gambar2.1 Struktur Tubuh Rotifera

11.5 SISTEM PENCERNAAN ROTIFERA


Bulu mata koronal menciptakan anis yang menyapu
makanan ke dalam mulut. Mulut terbuka ke dalam karakteristik

130
mengunyah tekak (disebut mastax itu), kadang-kadang melalui
tabung bersilia, dan kadang-kadang langsung. Faring memiliki
dinding otot yang kuat dan mengandung kecil, kaku, seperti struktur
rahang disebut trophi.
Bentuk trophi bervariasi antara spesies yang berbeda,
tergantung sebagian pada sifat makanan mereka. In pengumpan
suspensi, yang trophi tercakup dalam bubungan penggilingan,
sedangkan pada spesies
karaivora lebih aktif, mereka mungkin berbentuk seperti
forceps untuk membantu menggigit menjadi mangsa. Dalam
beberapa ectoparasitic rotifera, mastax ini disesuaikan dengan
pegangan ke tuan rumah, walaupun, orang lain, kaki melakukan
fungsi ini sebagai gantinya.
Dibalik mastax terletak sebuah kerongkongan, yang
membuka ke perut di mana sebagian besar pencemaan dan
penyerapan terjadi. perut terbiika menjadi pendek usus yang berakhir
di kloaka pada permukaan posterior punggung binatang. Sampai
tujuh kelenjar ludah yang hadir dalam beberapa jenis, mengosongkan
ke mulut di depan kerongkongan, sementara perut dikaitkan dengan
dua kelenjar lambung yang menghasilkan enzim pencernaan.
Sepasang protonephridia terbuka ke dalam kandung kemih
yang mengalir ke kloaka. Organ-organ ini mengeluarkan air dari
tubuh, membantu menjaga keseimbangan osmotik.

131
11.6 SISTEM SARAF ROTIFERA
Rotifera memiliki otak kecil, terletak tepat di atas mastax,
dari mana sejumlah saraf memperpanjang selunih tubuh. Jumlah
saraf bervariasi antara spesies, meskipun sistem saraf biasanya
memiliki susunan yang sederhana. Dekat dengan otak terletak sebuah
organ retrocerebral, terdiri dari dua kelenjar kedua sisi dari suatu
kanrung medial, kantung ini mengalir ke saluran yang membagi
menjadi dua sebelum membuka melalui pori-pori pada bagian paling
atas kepala. Fungsinya tidak jelas.

Rotifera biasanya memiliki satu atau dua pasang pendek


antena dan sampai lima mata. Mata sederhana dalam struktur,
kadang-kadang dengan hanya satu sel fotoreseptor tunggal. Selain
itu, bulu dari korona sensitif terhadap sentuhan, dan ada juga
sepasang pit sensor kecil dilapisi oleh silia di daerah kepala.

11.7 REPRODUKSI DAN SIKLUS HIDUP ROTIFERA


Rotifera adalah dioecious dan bereproduksi secara seksual
atau parthenogenetically. Mereka adalah seksual dimorfik, dengan
perempuan selalu menjadi lebih besar daripada laki-laki. Dalam
beberapa spesies, ini relatif ringan, tetapi di lain wanita mimgkin
sampai sepuluh kali ukuran jantan. Dalam spesies partenogenesis,
laki-laki dapat hadir hanya pada waktu tertentu tahun, atau tidak ada
sama sekali.

132
Sistem reproduksi wanita terdiri dari satu atau dua ovarium,
masing-masing dengan kelenjar vitamin A yang memasok telur
dengan kuning. Bersama-sama, setiap ovarium dan vitamin A bentuk
tunggal syncitial struktur di bagian anterior hewan, membuka
melalui saluran telur ke dalam kloaka.
Pria biasanya tidak memiliki sistem pencernaan fungsional,
dan karena itu pendek-tinggal, seringkali sudali secara seksual subur
saat lahir. Mereka memiliki satu testis dan saluran sperma , terkait
dengan sepasang struktur kelenjar disebut sebagai " prostat
"(meskipun mereka tidak berhubungan dengan organ vertebrata
dengan nama yang sama). Duktus sperma membuka ke gonopore di
ujung belakang binatang, yang biasanya diubah untuk membentuk
sebuah penis, gonopore ini homolog dengan kloaka betina, tetapi
pada spesies yang paling tidak memiliki koneksi ke sistem
pencernaan vestigial, yang tidak memiliki sebuah anus.

Pemupukan bersifat internal. Baik laki-laki memasukkan


penisnya ke dalam kloaka betina atau menggunakannya untuk
menembus kulitnya, menyuntikkan sperma ke dalam rongga tubuh.
Telur mengeluarkan shell, dan terpasang baik ke substratum,
tanaman di dekatnya, atau tubuh sendiri betina. beberapa spesies,
seperti Rotaria , adalali ovoviviparous , penahan telur dalam tubuh
mereka sampai mereka menetas.
Sebagian besar spesies menetas sebagai versi miniarur orang
dewasa. spesies Sessile, bagaimanapun, adalah lahir sebagai
133
berenang bebas larva , yang sangat mirip orang dewasa spesies yang
berenang bebas terkait. Betina tumbuh dengan cepat, mencapai
ukuran dewasa mereka dalam beberapa hari, sementara pria biasanya
tidak tumbuh dalam ukuran sama sekali. Rentang hidup
monogononta perempuan bervariasi dari beberapa hari sampai
sekitar tiga minggu.

11. 8 Habitat dan Sifat Rotifera


Brachionus di alam hidup di perairan telaga, sungai, rawa,
maupun danau. Tetapi jumlah yang terbanyak di air payau.
Brachionus terdapat melimpah pada perairan yang kaya
nannoplankton dan detritus. Brachionus bersifat omnivor, jenis
makanannya terdiri atas perifiton, nannoplankton, detritus dan semua
partikel organik yang sesuai dengan lebar mulutnya. Makanan masuk
ke dalam mulutnya dibantu oleh silia yang terletak di sekitar mulut
sebelah atas. Makanan dipecah oleh alat disebut trophy. Makanan
yang sudah dipecah masuk ke dalam lambung untuk dicerna.

11.9 ROTIFERA DALAM BUDIDAYA PERIKANAN


11.9.1 Prinsip Kultur Rotifera
Pada suatu unit pembenihan, penyediaan pakan alami untuk
larva ikan dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu kultur murni atau
skala laboratorium dan kultur massal atau dalain bak bervolume
besar, Brachionus sp. dapat berkembang dengan baik jika dipelihara
134
di tempat yang mendapat sinar matahari (Mujiman, 1998).
Brachionus plicatilis bersifat euthermal.
Brachionus ditemukan di perairan tawar, payau, atau laut,
tergantung jenisnya (Mudjiman, 1984). Pertumbuhan populasi
Brachionus sp. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu,
pH, salinitas, konsentrasi oksigen terlarut.
Pada umumnya berbagai faktor lingkungan meinpunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis,
faktor lingkungan yang dimaksud antara lain: suhu, derajat keasaman
dan salinitas (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).
a. Suhu
Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih dapat tumbuh,
tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10°C
akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35°C akan
menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30°C
merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan
reproduksi.
b. Salinitas
Isnansetyo & Kurniastuty,(1995) menyatakan bahwa
Brachionus plicatilis betina dengan telurnya dapat bertahan hidup
pada salinitas 98 ppt, sedangkan salinitas optimahrya adalah 10-35
ppt, disamping itu Brachionus plicatilis juga bersifat euryhalin.
c. Derajat keasaman

135
Keasaman air turut mempengaruhi kehidupan rotifera.
Rotifera Brachionus plicatilis ini masih dapat bertahan hidup pada
pH 5 dan pH 10, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan
reproduksi berkisar antara 7,5-8,0 (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).
d. Oksigen terlarut (DO)
Menurut Anonimus (1990) kualitas air media dengan
kandungan oksigen terlarut tidak kurang dari 4,15 ppm layak bagi
rotifera.
11.9.2 Teknik Kultur Rotifera
Menurut Juliaty (1999), teknik kultur rotifera secara massal
dilakukan dalam bak beton berukuran 100 ton. Dalam kegiatan ini
hal yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan bibit rotifera mumi,
ketersediaan phytoplankton sebagai pakan rotifera, juga ketersediaan
pakan rotifera lainnya (ragi). Lebih lanjut dikatakan bahwa teknik
kultur rotifera dilakukan dengan dua metode yaitu metode panen
harian dan metode panen transfer.
Metode panen harian, rotifera dikultur dengan kepadatan 20
individu/mL kemudian dipanen pada hari ke-5 setelah mencapai
kepadatan 100-150 individu sebanyak 30% dari total kultur.
Selanjutaya bak kultur rotifera diisi kembali dengan phytoplankton
(kepadatan 3-4 juta sel/mL) pemanean dilakukn dengan
raenggunakan plankton net 40 mikron dan disaring kembali dengan
plankton net 250 mikron untuk memisahkan kotoran.

136
Metode kultur rotifera lainnya adalah metode panen transfer
dalam metode ini diperlukan beberapa bak kultur alga hijau. Pada
bak pertama ditebar rotifera dengan kepadatan awal 20 individu/mL
setelah kepadatnnya mencapai 100 sampai 150 individu/mL rotifera
dipanen dan hasil panen tersebut digunakan sebagai bibit pada bak
kultur ke-2 dan seterusnya. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari
pada bak kultur rotifera yang berbeda.
Teknik kultur Rotifera pada umumnya terdiri dari pembibitan,
pemeliharaan, dan pemanenan.
a. Pembibitan
Rotifera merupakan pakan alami yang membutuhkan teknik
yang matang dalam melakukan pembibitan untuk mendapatkan
kultur Rotifera yang bagus. Langkah pertama yaitu menyiapkan
wadah berupa bak tembok atau bakjiberglass dengan ukuran 25 liter
atau wadah lain tersedia. Wadah dibersihkan dengan cara mencuci
kemudian mengeringkannya di bawah sinar matahari.
Media pemeliharaan yang dipakai adalah ekstrak pupuk
kandang seperti kotoran ayam atau kotoran kuda. Media
pemeliharaan dibuat dengan cara merebus kotoran ayam atau kuda
dalam panci sebanyak 500 g/liter air. Setelah dimasak, kotoran
disaring dengan menggunakan kain trilin.
Cairan hasil penyaringan ditampimg dalam bak fiberglass
ukiiran 25 liter dan diencerkan dengan menambahkan air kolam 5-10
liter. Penambahan air kolam bertujuan agar bakteri dan jasad renik
137
sebagai pakan rotifera dapat tumbuh. Pada hari ketujuh, bibit rotifera
yang diperoleh dari perairan umum dimasukkan ke dalam media
pembibitan. Untuk memastikan ada tidaknya Rotifera dalam air
harus dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Dalam waktu 1-2
minggu rotifera sudah berkembang dengan baik, dan dapat
diinokulasikan untuk dipelihara. (Mujib, 2008)
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan setelah pembibitan. Inokulum yang
sudah siap digunakan akan dikultur melalui 2 metode, yaitu:
1). Dalam akuarium (terbatas)
Ukuran akuarium yang dapat digunakan sebagai wadah
pemeliharaan adalah 60 x 40 x 50 cm, sedangkan fiberglass yang
biasa dipakai adalah yang berukuran hingga 1 ton. Wadah dicuci
bersih dan dikeringkan di bawah terik matahari.
Akuarium diisi dengan air kolam dan volume air yang
dimasukkan dihifung. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan
junilah pupuk yang akan digunakan. Pupuk yang digunakan adalah
kotoran ayam atau kotoran kuda dengan dosis 300-400 g/liter air.
Pemberian pupuk dilakukan dengan jalan membungkus pupuk
tersebut dalam kain, kemudian digantung hingga seluruh pupuk
terendam air.
Setelah tujuh hari, kondisi air media sudah siap ditebari bibit
Rotifera. Panen dapat dilakukan pada minggu berikutnya ketika
populasi Rotifera mencapai puncak. Pemanenan dilakukan dengan
138
menggunakan plankton net. Kepadatan populasi akan bisa
dipertahankan tetap tinggi selama satu bulan apabila setiap 5-6 hari
dilakukan pemupukan ulang sebanyak separuh dosis pupuk awal.
2). Dalam kolam (massal)
Kolam yang digunakan bisa kolam tembok atau kolam tanah
2
yang berukuran antara 100-00 m . Kolam dikeringkan slama 2-4 hari
hingga dasarnya menjadi pecah-pecah. Pencangkulan dan
pembajakan dilakukan untuk membalik tanah dasar kolam sehingga
udara dapat masuk ke dasar kolam. Perbaikan-perbaikan dilakukan
pada saluran pemasukan serta kebocoran-kebocoran yang ada pada
tanggul ditutup.
Perbaikan pH tanah air dan membunuh bibit-bibit penyakit
dilakukan pengapuran dengan memakai kapur pertanian atau Kapur
2
Tohor 200-300 g/m . Pemupukan dilakukan dengan cara menebar
2
irisan jerami atau daun kol secara merata dengan dosis 500 g/m air.
Kolam diisi air hingga menggenang.
Penyemprotan insektisida dilakukan pada hari keempat
setelah penggenangan. Insektisida yang dipakai adalah Sumithion 50
EC dengan dosis 4 ppm untuk membunuh organisme lain seperti
Cladocera yang menjadi pemangsa Rotifera.
c. Pemanenan
Pemanenan Rotifera dapat dilakukan seminggu setelah
pemeliharaan. Rotifera sudah mencapai populasi puncak. Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan plankton net. Cara pemanenannya
139
yaitu dengan mengambil air kolam kemudian air yang terkonsentrasi
pada tabling plankton net ditampung dalam ember. Cara lain panen
Rotifera adalah dengan menggunakan pompa air yang dialirkan pada
wadah tertentu.

Pemupukan ulang perlu dilakukan untuk mempertahankan


populasi Rotifera dengan dosis sebanyak setengah dosis pemupukan
awal. Sebaiknya pemupukan dilakukan setiap 5-6 hari sekali.
Rotifera hidup pada perairan yang banyak tersuspensi bahan organik.
Kesukaannya memakan organisme lain yang mempunyai ukuran
lebih kecil, seperti ganggang renik, ragi, bakteri, dan protozoa. Pada
tubuhnya terdapat organ khusus yang disebut korona. Organ ini
bentuknya bulat dan dilengkapi bulu getar sehingga tampak seperti
roda (Mujib, 2008).

11.9.3. Peranan Rotifera Dalam Budidaya Perikanan


Brachionus plicatilis merupakan jenis plankton hewani yanng
hidup di perairan literal dan termasuk pakan larva ikan laut yang
penting. Dalam percobaan pembenihan ikan laut, rotifera diberikan
sebagai pakan larva selama kurang lebih satu bulan.
Kegunaan Brachionus plicatilis secara tidak langsung mulai
berkembang. Brachionus plicatilis merupakan pakan hidup bagi
jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat
diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa plankton
nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia, seringkali
140
menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan
hidup larva ikan. Brachionus plicatilis sangat penting dalam
menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan yang baik
pada larva ikan maupun udang.
Budidaya ikan secara komersial dari berbagai jenis species-
species diantaranya bivalve, crustaceae, dan ikan bertulang belakang
akan mengalami permasalahan yang serius apabila didalam proses
produksinya tidak tersedia pakan alami yang kontinyii baik kiiantitas
maupun kualitasnya. Hal ini dikarenakan masih banyak jenis kultivan
budidaya yang masih tergantung input pakan dari pakan organisme
hidup, terutama untuk pemeliharaan kultivan dalam bentuk larva. Dilain
pihak, budidaya pakan alami hanis menyesuaikan dengan kebutuhan
kultivan ikan yang dipelihara. Untuk memenuhi kebutuhan kultivan
tersebut disyaratkan sifat fisiologi jenis/species pakan hidup yang
dikultur, ukuran, kecepatan reproduksi, kemampuan tumbuh, dan nilai
nutrisi dari setiap jenis pakan alami. Dengan perkembangan kebutuhan
pangan penduduk dunia saat ini, maka peningkatan budidaya perikanan
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pengembangan
budidaya perikanan baik di perairan tawar, payau maupun laut
diberbagai negara merupakan suatu bentuk revolusi pertumbuhan
industri baru. Kenyataan ini selaras dengan bertambahnya populasi
penduduk dunia dari tahun ketahun, permintaan akan pangan dunia,
potensi produksi perikanan yang sudah mencapai maximum sustainable
yield, produksi pertanian
141
yang semakin menurun akibat pergeseran tata guna lahan untuk
keperluan lain dan permintaan kualitas hidup perkapita meningkat.
Dengan demikian permintaan akan pangan dari sumber hewani juga
akan meningkat, lebih-lebih dilihat dari kandungan protein ikan yang
mempuyai kandungan asam amino yang lebih lengkap dari pada
sumber protein hewani lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan gizi dari
sumber protein hewani ikan diperlukan pengembangan budidaya
perikanan dan untuk mendukung produksi sesuai dengan kuantitas
maupun kualitas produk ikan, maka diperlukan ketersediaan pakan
alami. Penyediaan pakan alami baik kuantitas, kualitas dan
kontinuitas diperlukan pengetahuan tentang teknik dasar budidaya
pakan alami yang baik agar kontinyuitas produksi ikan hasil
budidaya dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.

Sebagaian besar larva ikan umumnya memakan tumbuhan


dan atau hewan yang berukuran 4-200 mikron. Jenis tumbuhan dan
hewan tersebut termasuk didalamnya adalah plankton, yakni
organisme yang hidup melayang dalam air gerakannya selalu
mengikuti arus. Namun demikian dari sejumlah spesies yang
diketahui tidak selunihnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami
bagi pemeliharaan larva, organisme yang bisa dimanfaatkan sebagai
pakan alami dalam pemliharaan larva harua memenuhi kriteria
tertentu yaitu: ukuran sel sesuai dengan bukaan mulut larva,
kandungan nutrisi cukup tinggi, mudah dicerna dan dapat diserap
dalam tubuh larva, gerakannya lambat sehingga larva ikan mudah
142
menangkapnya, mudah dikultur dan mampu bertahan hidup terhadap
lingkungan yang fluktuatif salinitas, suhu, dan intensitas cahaya,
pertumbuhan populasi membutuhkan waktu yang relatif cepat
sehingga dengan segera dapat digunakan dalam keadaan segar dan
hidup, usaha pembudidayaannya memerlukan biaya yang relatif
sedikit, selama daur hidupnya tidak menghasilkan bahan beracun
yang dapat membahayakan kehidupan larva.
Dari kriteria tersebut Brachionus plicatilis telah memenuhi
syarat untuk dapat digunakan sebagai pakan alami larva ikan karena
memiliki ukuran yang relatif kecil, lambat dalam berenang, mudah
dibudidayakan, mudali dicerna dan mempunyai nilai gizi yang tinggi
serta diperkaya dengan asam lemak dan antibiotik (Murtiningsih,
1985). Brachionus plicatilis menjadi pakan dari berbagai organisme,
Orgnisme - tersebut antara lain:
• Pada larva ikan bandeng
• Larva ikan kakap putih
• Larva Lobster
• Maupun Larva udang windu
• Larva Udang putih
• Crustacea
• Bivalve
• dan larva lainnya

143
144
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, R.M., 1981. The chordates. 2nd edition. Cambridge:


Cambridge University Press.

Anonymous. 2016. Ciri-ciri Coelenterata atau cnidari.


(http://www.sridianti.com/ciri-ciri-coelenterata-atau-
cnidaria.html)

Anderson, D.T., 1998. Invertebrate zoology. Oxford university press

Barnes, R.D., 1987. Invertebrate Zoology. 5th edition.


Philadelphia: Saunders College Publishing.

Clifford, Hugh F. 2007. Aquatic Invertebrates of Alberta: Copepod.


http://invertebrates.si.edu/copepod. Diakses tanggal 10
Desember 2011.

Dahuri, R. 2006. Kumpulan Koleksi Bivalvia. Pusat Penelitian


Kelautan. Jakarta.

Hibberd, Ty and Kirrily Moore. 2009. Field Identification Guide


to Heard Island and McDonnal Islands Benthic
Invertebrates!. Australian antartic Division. Australia

Jasin, M., 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata.


Sinar Wijaya.Surabaya. Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III
Edisi V. Erlangga. Jakarta.

Kimbal, John W. 1983. Biology, Fifth Edition. Jakarta: Erlangga.


145
Laila, Siti.2007. Biologi sains dalam kehidupan. Surabaya
: Yudhistira.

Marshall, A.J., 1972. Textbooks of Zoology Invertebrata. The


Macmillan Press LTD. London.

Pelczar, Michael J dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.


Jakarta: Universitas Indonesia(UI)-Press.

Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. (2007).


BIOLOGI SMA Jilid 1 untuk Kelas XBerdasarkan Standar Isi
2006. Jakarta: Penerbit ErlanggaJSBN : 979-781 -726-1.

Romimohtarto, K., 2007. Biologi lout. Djambatan. Jakarta.

146
SENARAI

Amoeba : Amoeba adalah anggota dari kelas Rhizopoda dan filum


Protozoa. Amoeba termasuk mikroorganisme yang
bergerak dengan pseudopodia atau kaki semu. Amoeba
mampu hidup diluar tubuh organisme lain atau disebut
sebagai ekto amoeba. Amoeba juga bisa hidup dalam
organisme lain seperti manusia disebut ento amoeba.

Anatomi : cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan


organisasi dari makhluk hidup.

Anhydrobiosis (terhitung) : Suatu bentuk cryptobiosis yang terjadi


dalam situasi yang ekstrim pengeringan.

Antikoagulasi : sebuah proses di mana kemampuan darah untuk


membentuk bekuan dikurangi

Apicomplexa : protista yang memiliki organel unik yang disebut


apical complex

Artemia : plankton yang biasa hidup di air.

Atrium : ruang jantung yang menerima darah ke jantung dan


mendorongnya ke dalam ventrikel, atau bilik, untuk
memompa darah dari jantung.

Bioluminesensi : emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup


karena adanya reaksi kimia tertentu.

147
Biseksual : orientasi seksual di mana organisme tertarik baik kepada
lawan jenis maupun sesama jenis

Branchia dermalis : papilla berupa kantong tipis ada di setiap kulit


lengan berupa tonjolan.

Caudal : Ke arah bawah/bagian bawah tubuh.

Cephalotoraks : kepala, caput dan dada/toraks yang menyatu

Ciliata : protozoa yang bergerak dengan menggunakan silia (rambut


getar).

Detritivor : Pemakan bangkai adalah organisme heterotrof yang


memperoleh energi dengan cara memakan sisa-sisa
makhluk hidup.

Detritus : hasil dari penguraian sampah atau tumbuhan dan binatang


yang telah mati.

Diploblastik : hewan yang selama perkembangan embrio memiliki


dua lapis jaringan utama,yaitu ektoderm dan
endoderm

Dorsal : Bagian Punggung

Ektoderm : bagian terluar dari tiga lapisan massa sel yang muncul di
awal perkembangan embrio

148
Endoderm : merupakan lapisan embrio bagian dalam, akan
berkembang menjadi epitel pada saluran pencernaan
/pernapasan dan kelenjar gondok

Entomostraca : crustacea yang berukuran mikroskopik, hidup


sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga
ada yang sebagai parasit.

Epimorfis : regenerasi yang melibatkan diferensiasi struktur dewasa,


dan melibatkan perbanyakan sel.

Epithelium : jaringan pembatas dan pelapis yang menyelubungi atau


melapisi permukaan organ, rongga, dan saluran, baik di
luar maupun di dalam tubuh.

Esofagus : tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu


makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Esophagus : tabung yang berlubang/berrongga yang mengangkut


makanan dan cairan dari tenggorokan ke lambung.

Euglenophyta : divisi kecil dari kerajaan Protista, terdiri dari


ganggang air yang sebagian besar uniseluler, memiliki
bintik mata berwarna merah (stigma), tidak memiliki
dinding sel, memiliki flagela, dan dapat bergerak aktif
(motil) seperti hewan.

149
Eukariotik : jenis sel yang memiliki selaput atau membran untuk
membungkus materi genetik yang terkandung di dalam
inti sel agar tidak tersebar.

Euryhaline : organisme (tanaman atau hewan) yang dapat beradaptasi


dengan kadar salinitas.

Eurypterid : termasuk dalam kumpulan hewan yang sangat berhasil


hidup untuk jangka waktu kurang lebih 250 juta tahun

Eurythermal : organisme yang mempunyai sifat bias atau mampu


bertoleransi dengan perbedaan suhu yang luas.

Exogenus : Tumbuh dengan penambahan ke luar.

Filiform : bentuk tubuh yang menyerupai tali.

Filter feeder : hewan yang memakan partikel dan materi organik dan
makhluk hidup yang tersuspensi di air.

Fligel : Fligel atau flagel yaitu alat gerak berupa flagel ( bulu
cambuk) bersilia yaitu memiliki alat gerak berupa cilia
atau rambut rambut halus.

Fotoreseptor : jenis khusus dari syaraf yang ditemukan di retina yang


memiliki kemampuan foto transduksi. Sel fotoreseptor
berfungsi mengubah cahaya yang masuk ke retina
menjadi sinyal yang dapat menstimulasi proses biologi.

150
Fragmentasi : bentuk reproduksi aseksual atau kloning dimana
organisme memecah diri menjadi fragmen-fragmen.

Fragmentasi : klonal pada organisme multi seluler atau kolonial


adalah bentuk reproduksi aseksual atau kloning dimana
organisme memecah diri menjadi fragmen-fragmen.

Fusiform : bentuk torpedo (bentuk cerutu) yaitu suatu bentuk yang


sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium
tanpa mengalami banyak hambatan.

Ganglion : kumpulan padat sel saraf yang berada diluar sistem saraf.

Gastrodermis : Lapisan kulit yang berfungsi sebagai usus dan


jaringan yang membatasi rongga pencernaan pada
coelenterata.

Konvergen: Pergerakan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak


saling mendekati satu dengan yang lain dimana gaya
yang bekerja pada gerak ini adalah gaya kompresional.

Gastrodermis : merupakan rongga yang berfungsi untuk mencerna


makanan.

Glikogen : hasil akhir dari formasi glukosa dalam tubuh yang


tersimpan dalam sel dan hati sebagai cadangan energi.

Glochidium : fase larva mikroskopik khusus dari kupang air tawar


besar, yaitu jenis kerang air tawar Margaritifera sp.

151
Gonokoris : organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu
yang berbeda

Hemoglobin : metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di


dalam sel darah merah

Hemosianin : protein biru yang membawa oksigen mengandung


tembaga, mirip dengan hemoglobin, yang hadir dalam
darah.

Hermafrodit : individu yang memiliki 2 alat/ organ kelamin yaitu


jantan dan betina, berfungsi penuh.

Heterotrof : dikenal sebagai "konsumer" atau tidak dapat membuat


makanan sendiri dalam rantai makanan dan hanya
bergantung pada yang lain.

Histidin : tergolong sebagai asam amino esensial

Holozoik (holozoic) : Sifat makhluk yang mengambil makanan dari


lingkungannya dalam bentuk padat.

Homoiterm : hewan berdarah panas.

Inokulum : kultur mikrobia yang diinokulasikan kedalam medium


pada saat kultur mikrobia tersebut pada fase
pertumbuhan.

Interstisial : wilayah berisi cairan yang mengelilingi sel-sel suatu


jaringan tertentu, juga dikenal sebagai ruang jaringan.

152
Kitin : polisakarida struktural yang digunakan untuk menyusun
eksoskleton dari artropoda

Klitelum : Segmen pada cacing tanah yang mengalammi pembuahan


dan berperan sebagai sistem reproduksi

Kloning : proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam dan


dialami oleh banyak bakteria, serangga, atau tumbuhan.

Koloblas : sepasang tentakel panjang yang mengandung struktur


lengket

Korona : bagian paling luar dari atmosfer matahari yang dicirikan


oleh rendahnya massa jenis dan tingginya temperatur.

Kromatofora : Sel pigmen yang mengandung penjuluran yang dapat


membesar karena pengerutan serabut otot yang
melekat pada membran sel.

Kutikula : lapisan bukan sel yang berada di atas lapisan epidermis,


dapat berupa permukaan yang halus, kasar,
bergelombang, atau beralur.

Lokomosi : Sistem Lokomosi adalah Struktur dalam organisme


hidup yang bertanggung jawab untuk bergerak, pada
manusia terdiri dari otot, sendi dan ligament dari anggota
tubuh bagian bawah serta arteri dan syaraf

153
Luminescence : cahaya yang biasanya terjadi pada temperatur
rendah, dan dengan demikian bentuk tubuh dingin
radiasi .

Maksiliped : menyaring dan memasukkan makanan ke dalam mulut

Malakologi ; cabang zoologi yang mempelajari semua aspek


kehidupan (biologi) moluska.

Massa viseral : bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam


massa viseral terdapat organ-organ seperti organ
pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

Mastax : berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan,


bentuknya beraneka asesuai dengan tipe kebiasaan makan
rotifera.

Mesoglea : lapisan bukan sel , yaitu berupa gelatin yang terdapat


diantara ectoderm dan mesoderm

Metamorfosis : suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang


melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau
struktur setelah kelahiran atau penetasan.

Metionin : asam amino mengandung sulfur dan essensial


(undispensable)

Morula : suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus.

154
MSY (Maximum Sustainable Yield): adalah hasil tangkapan terbesar
yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu
perikanan.

Nannoplankton (Nannofosil) : merupakan salah satu mikrofosil yang


penting dalam studi biostratigrafi, ini merupakan sisa-
sisa dari coccolithophore.

Nefridia : organ ekskresi yang terdiri dari saluran-saluran

Nefridia : organ ekskresi yang terdiri dari saluran-saluran.

Nefrostom : corong terbuka dan bersilia pada saluran ekskresi


nefridia Annelida.

Nefrotor : Pori pada permukaan tubuh, tempat keluarnya kotoran.

Neuron : sel yang sangat khusus Yang Mampu mencerna informasi


dalam bentuk neurotransmitter, sinyal kimia itu bisa
memicu Berbagai kegiatan atau tanggapan.

Nukleus : organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini


mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan
bentuk molekul DNA linier panjang yang membentuk
kromosom bersama dengan beragam jenis protein.

Operkulum : flap (lipatan) pada tulang yang melindungi insang ikan.

155
Ostracoderms : ikan vertebrata terbungkus baju besi tulang, tidak
seperti masa kini ikan tanpa rahang, yang kurang
tulang pada sisik mereka.

Ovoviviparous : telur berkembang di dalam tubuh induk setelah


pembuahan internal tetapi menerima sedikit atau
tidak ada nutrisi dari induk, tergantung bukan pada
kuning telur.

Partenogenesis : bentuk reproduksi aseksual di mana betina


memproduksi sel telur yang berkembang tanpa
melalui proses fertilisasi.

Pelikel : lapisan tipis dari protein air

Pentaradial: Echinodermata dewasa dapat dikenali dengan bentuknya


yang simetri radial. Simetri ini tidak benar-benar simetri
radial seperti pada Cnidaria dan Ctenophora, melainkan
memiliki lima sumbu.

Perifiton : kumpulan jasad renik hewan maupun tumbuh-tumbuhan


(kumpulan ganggang cyanobacteria dan
mikroinvertebrata) yang hidup menetap di sekitar epifiton
dalam perairan tawar.

Pharynx : (faring) tenggorok atau kerongkongan yang merupakan


bagian dari sistem pencernaan dan sistem pernapasan.

156
Podia petaloid : berfungsi dalam membantu pergerakkan kemudian
berubah fungsi menjadi organ respirasi.

Polimorfik : mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat-


tingkat yang berbeda pada daur hidupnya

Posterior : istilah anatomi yang berarti struktur bagian belakang


sebagai lawan anterior, bagian depan.

Prokariotik : merupakan sel dengan tidak adanya selaput atau


membran yang melapisi inti sel, sehingga materi
genetik yang terkandung di dalam inti tidak
terbungkus oleh selaput atau membran.

Protista : kelompok makhluk hidup eukariotik (memiliki dinding sel)


yang tidak termasuk kedalam kingdom animalia (hewan),
plantae (tumbuhan), dan Fungi (Jamur).

Ranula : bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang


terdapat pada dasar mulut.

Retrocerebral : organ glandula kecil pada otak.

RNA : molekul polimer yang terlibat dalam berbagai peran biologis


dalam mengkode, dekode, regulasi, dan ekspresi gen.

Saprozoik : mengambil makanannya dari hewan-hewan yang telah


mati.

157
Sefalotoraks : penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan
bagian toraks (dada).

Simetri bilateral : menggambarakan hewan yang tubuhnya tersusun


bersebelahan dengan bagian lainnya.

Sitoplasma : merupakan bagian cair pada sel yang terbungkus oleh


membran sel.

Spora : satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang
terbungkus oleh lapisan pelindung.

Suprabranchial : ruang di atas insang, mirip tetapi lebih primitif


daripada organ labirin ikan anabantoid

Trichinosis (Trichinellosis) : suatu infeksi yang disebabkan oleh


Trichinella.

Trypanosoma : genus dalam kelas Kinetoplastida, sebuah kelompok


monofiletik parasit uniseluler protozoa flagellata.

Vakuola : merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap
dalam bahasa Inggris) yang berupa rongga yang diselaputi
membran (tonoplas)

Vegetatif : Perkembangbiakan secara tak kawin atau aseksual

Ventrikel : ruang jantung yang mempunyai tanggung jawab untuk


memompa darah

158
Vestigialitas : Suatu karakter pada organ organisme
berhomologi yang tampaknya telah kehilangan seluruh
ataupun kebanyakan fungsi awal organ tersebut melalui
proses evolusi.

159

Anda mungkin juga menyukai