MIKROTEKNIK
Oleh :
Muh. Taqwin 1814041015
Pendidikan Biologi A
A. Pengerian Fiksasi
Fiksasi jaringan adalah proses mengawetkan jaringan agar awet dan kondisinya sama
seperti hidup. Dilakukan dengan merendam jaringan ke lartutan fiksasi (volume min 10x besar
jar) selama 24 jam Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses adalah menghambat proses
pembusukan dan autolysis, pengawetan jaringan, pengerasan jaringan, pemadatan koloid,
diferesiansi optic, dan berpengaruh terhadap pewarnaan. Sejumlah factor akan mempengaruhi
proses pengawetan yaitu dapar, penetrasi, volume pengawet, konsentrasi, interval waktu, suhu,
dan jenis larutan pengawet
Fiksasi merupakan proses pengawetan jaringan tumbuhan di larutan fiksatif atau
pengawet. Ada beberapa macam larutan fiksatif tunggal misalnya alkohol 70%, sedangkan
larutan fiksatif majemuk misalnya FAA, Nawaschin atau CRAFT, dll. Fiksasi bertujuan untuk
mengawetkan jaringan tumbuhan seperti saat masih hidup. Fiksasi pada jaringan tumbuhan
dilakukan bersama dengan aspirasi yakni mengeluarkan gas atau udara yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan dengan aspirator yang dipompa dengan vakum.
Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar
tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran. media
yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif. Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia
yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan
dapat mempertahankan struktur jaringan.
B. Manfaat dan Tujuan Fiksasi
Fiksasi terhadap jaringan harus dilakukan secepat mungkin, segera setelah jaringan hewan
atau manusia diambil dari tubuhnya dengan tujuan
a. Mencegah terjadinya proses autolisis yaitu larutnya sel yang diakibatkan oleh proses
proses yang dipengaruhi enzim dari dalam sel itu sendiri.
b. Mencegah proses pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan yang diakibatkan oleh
aktifitas bakteri dan biasanya disertai dengan pembentukan gas.
c. Memadatkan dan mengeraskan agar mudah untuk dipotong. Untuk jaringan yang lunak
seperti jaringan otak akan sulit dipotong jika tanpa dilakukan oleh cairan fiksasi.
d. Memadatkan cairan koloid, mengubah konsistensi dari bahan seperti cairan yang terdapat
didalam jaringan menjadi konsistensi lebih padat.
e. Mencegah keruskan struktur jaringan. Dengan proses masuknya cairan fiksasi kedalam
sel lewat membran sel yang bersifat semipermeabel secara osmosis atau penyerapan
Fiksasi N2 dari atmosfer merupakan proses biologi terpenting kedua setelah fotosintesis.
Dalam proses tersebut terjadi reduksi gas N2 menjadi 2 molekul ammonia yang dilakukan oleh
mikroba yang memiliki enzim nitrogenase. Fiksasi N2 dapat terjadi secara simbiosis antara
tanaman legume dengan rhizobia penambat N2. Proses tersebut dapat menyumbangkan lebih dari
100 juta m3 ton N per tahun dan memenuhi 66 % kebutuhan nitrogen untuk lahan pertanian.
Penambatan N2 melalui tanaman leguminose hanya terjadi di dalam bintil akar efektif
yang mengandung bakteroid rhizobium. Tanaman leguminose yang tidak membentuk bintil akar
atau memiliki bintil akar yang tidak efektif tidak dapat menambat N2. Bintil akar efektif
terbentuk apabila perakaran tanaman leguminose diinfeksi oleh spesies rhizobium yang sesuai
secara genetik. Jumlah spesies Rhizobium yang telah dikenal selama ini terdiri dari 16 spesies
yang tergolong ke dalam 4 genus (Tabel 2). Pembentukan bintil akar dikendalikan oleh gen nod
A, B, C, dan D yang terdapat pada seluruh Rhizobia (Gambar 3), sedangkan gen yang menyandi
kesesuaian rhizobia dengan inang adalah nod E, F, G, H, I, J, K, L, M, P, Q. Penambatan N2 oleh
rhizobia terjadi melalui reduksi molekul N2 menjadi ammonia dengan reaksi berikut :
Nitrogen yang difiksasi melalui tanaman leguminose dapat secara langsung dan tidak
langsung ditransfer kepada tanaman lainnya yang tumbuh di sekitar tanaman leguminose.
Proses transfer nitrogen oleh tanaman leguminose dapat melalui beberapa mekanisme. Transfer
N terbesar dapat dilakukan setelah proses mineralisasi N organik menjadi N anorganik. Dengan
adanya proses transfer N tersebut merupakan salah satu faktor pendukung terbentuknya asosiasi
tanaman leguminose dengan jenis tanaman lainnya.
N2
Protein (tanaman dan
Rhizobium (legume), Azospirillum,
Fiksasi Biologi N2 mikroba)
Azolla, Azotobacter, Frankia, dll
Detritus
Perombakan Detrivora (siput, cacing tanah, dll)
Dekomposer (Aspergillus,
Ammonia (NH3)
Pelapukan Trichoderma, Bacillus, dll)
Ammonifier
Pseudomonas stutzeri,
Denitrifikasi N2
Pseudomonas aeruginosa,
Paracoccus denitrificans