Anda di halaman 1dari 27

PROTISTA MIRIP TUMBUHAN (ALGA)

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Protista

Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si

Disajikan pada, 7 Maret 2017

Disusun oleh :

Kelompok 5 Offering B 2016

1. Mawaddatul Nur Hasanah :160341606058


2. Merinda Oktaviana :160341606002
3. Teny Yasinta :160341606052

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

Maret 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………......................... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan…………..……………………………………………………….... 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Mempelajari Alga bagi Mahasiswa............………................... 3
2.2 Klasifikasi Alga............……………………………………....…............... 4
2.3 Ciri Umum Alga.......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………………….. 25
3.2 Saran………………………………………………………………………. 25

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………. 26

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alga adalah protista yang bersifat fotoautotrof karena memiliki


kloroplas yang mengandung klorofil atau plastida yang berisi berbagai
pigmen fotosintetik lainnya. Alga mudah ditemukan di lingkungan perairan,
baik di air tawar maupun di air laut. Ada yang hidup menempel di suatu
tempat atau melayang-layang di dalam air.
Ganggang menyebabkan air danau, air sawah, air kolam, atau akuarium
tampak berwarna hijau. Namun, masyarakat sering keliru menyebutnya
dengan lumut. Ganggang berbeda dengan lumut. Lumut tidak terendam air,
sedangkan ganggang hidup di dalam air. Bila dipegang, lumut terasa seperti
beludru dan lebih kering, sedangkan ganggang terasa basah, licin, atau
berlendir.
Di laut, ganggang mudah ditemukan, kadang-kadang terdampar di
pantai, berbentuk menyerupai tumbuhan yang berwarna-warni (merah, hijau,
coklat, atau kuning). Orang awam menyebutnya dengan rumput laut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

1. Apa pentingnya mempelajari Alga bagi mahasiswa?


2. Bagaimana pengklasifikasi dari Alga?
3. Bagaimana ciri – ciri Umum Alga?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah adalah
sebagai berikut :

1
1. Mengetahui dan memahami pentingnya mempelajari Alga bagi
mahasiswa
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi Alga
3. Mengetahui ciri-ciri umum Alga

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui dan memahami pentingnya mempelajari Alga bagi
mahasiswa
2. Dapat mengetahui dan lebih memahami klasifikasi Alga
3. Dapat mengetahui hubungan ciri- ciri umum Alga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Mempelajari Alga bagi Mahasiswa

Protista dibagi menjadi dua yaitu protista mirip tumbuhan dan protista
mirip tumbuhan. Untuk mengetahui masing masing karakter protista
diperlukan pembelalajaran dan pengetahuan mengenai protista tersebut.
Dengan mengetaui karakter dari suatu protista mahasiswa dapat
mengindentifikasi apakah sesuatu itu protista mirip hewan ataukah tumbuhan.
Istilah alga (jamak algae) dalam bahasa indonesia disebut ganggang
mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan dikalangan ahli biologi sendiri
terdapat perbedaan dalam meberikan batasan istilah alga. Sulit untuk
mendefinisikan dalam rangkaian kalimat yang singkat. Definisi berikut
dirangkum dari smith (1955) dan Bold and Wyne (1985):
“Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talus
(uniselular maupun multiselular), alat reproduksi pada umumnya erupa sel
tunggal meskipun ada juga alga yang alat reproduksi tersusun dari banyak
sel”
Menurut Fritsch dalam Gupta (1981), alga mencakup semua organisme
yang dapat melakukan fotosintesis kecuali lumut dan tumbuhan berpembuluh.
Menurut Bold an Wyne (1985) ada 3 ciri reproduksi seksual pada alga yang
dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain.
Ketiga ciri yang dimaksud adalah:
1. Pada alga uniselular sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin
(gamet)
2. Pada alga multiselular gametangium (organ penghasil kelamin) ada
yang berupa sel tunggal, dan adapula gametangium yang tersusun dari
banyak sel.
3. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan
jika tersusun daari banyak sel. Semua penyusun sprangium bersifat
fertil. Pada gametangia yang tersusun dari banyak sel, setiap sel
3
penyusun gametangium bersifat fertil sehingga berfungsi sebagai
gamet.
Dengan mengetahui definisi dan batasan
4. Sporangium (organ penghasil spora)dapat berupa sel tunggal dan
jika tersusun dari banyak sel. Semua penyusun sporangium bersifat
fertil.
(Saptasari, dkk, 2007)

2.2 Klasifikasi Alga


Berdasarkan konsep klasifikasi alga yang modern didasarkan pada
beberapa kriteria berikut :
a. Pigmen
b. Bentuk/wujud cadangan makanan
c. Flagel
d. Dinding sel
(Saptasari, dkk, 2007)

Sifat diagnostik beberapa divisi alga adalah sebagai berikut :

Divisi Cadangan Flagela Aparatus Aparatus Dinding sel


Makanan Fotosintesis
Chlorophyta Amilum 1,2 atau 4, Genetik inti Kloroplas Selulose
sama, dengan inti dengan 2-6
interior, centromeric tilakoid
akronematik chromosomes didalam
pirenoid
didalam
pirenoid
dengan
selapis
amilium
Chrysophyta Luecosin atau 1 anterior Seperti Kromatofor Silika

4
chrysolamana pantonematik Chlorophyta dengan dengan
rin tilakoid membentuk
dua lapis
valva
Phaeophyta Lamanarin 2 unequel Seperti Pirenoid Selulose
mannitol dan lateral, 1 Chlorophyta tanpa dengan
leucosin acronematik lapisan alginat dan
dan amilum asam
pantonematik fusinat
Rhodopyta Floridean Tidak ada Seperti Kromatofor Polisakarida
siaron, Chlorophyta dengan atau dengan
floridiosida tilakoid xylan,
dan galactan yang galaktosa
sulphate terpisah, dan xylosa
polymers parenoid
tanpa
lapisan
amilum
Cyanophyta Protein Tidak ada Inti tidak ada Tanpa Muopolyme
Cyanopysin Kromofor ric
dan tepung
cyanophysin
Tabel 2.1
Sifat Diagnostik
Saptasari, dkk, 2007

Klasifikasi menurut Divisi Alga adalah sebagai berikut :


a. Chlorophyta
- Chlorophy ceae
- Charophyceae
b. Euglenophyta
- Euglenophyceae
c. Pyrrophyta
5
- Desmophyceae
- Dinophyceae
d. Chrysophyta
- Chrysophytaceae
- Xanthophyceae
- Bacillariophyceae
e. Phaeophyta
- Isogenerateae
- Heterogenerateae
- Cyclosporae
f. Cyanophyta
- Myxophyceae
g. Rhodophyta
- Rhodophyceae
h. Algae of uncertain position
- Chloromonadales
- Crytophyceae

(Saptasari, dkk, 2007)

2.3 Ciri Umum Alga


A. Habitat dan Distribusi
Habitat alga adalah tempat yang berair, sungai, kolam, rawa, laut,
tanah dan yang lembab, pohon, dan sebagainya. Distribusi alga
kosmopolit. Alga ditemukan di sumber air panas, di salju daerah kutub dan
puncak gunung yang tinggi, bahkan di perairan yang mengandung boraks
di lamongan juga ditemukan alga.
Berdasarkan habitatnya, alga dapat dikelompokkan menjadi:
1. Hidrofit, alga yang hidup mengapung di permukaan air, atau terendam di
air. Kelompok ini dapat dibedakan menjadi:

6
a) Bentofit, alga yang tumbuh melekat di umpur atau dasar perairan.
Contohnya Chara dan Nitella, serta beberapa jenis alga coklat yang
lain.
b) Epaktifit, alga yag tumbuh di sepanjang tepian kolam atau danau.
Misalnya: Chaetophora, Oedogonium, dan Rivularia.
c) Termofit: alga yang hidup di mata air panas dengan suhu 70-80°C.
Beberapa jenis ganggang biru dapat bertahan hidup pada suhu
lebih dari 85°C.
d) Planktofit: alga yang hidup meayang di permukaan air, msalnya
diatora anggota dari bangsa Chlorococcales, Spirogyra, Zygnema,
Nostoc, dan masih banyak yang lain.
e) Halofit: alga yang hidup di air dengan kadar garam yang tinggi.
Contoh: Prasiola, Enteromorpha, Dunalilella salina.
f) Epifit: alga yang hidup menempel pada tumbuhan lain, misalnya
Oedogonium, Rhizoclonium, Bulbochaete, Coleochaeta.
g) Epizofit: alga yang hidup menempel pada hewan (cangkang
moluska, ikan, kura-kura). Contoh: Protoderma menempel pada
punggung kura-kura, Characium menempel pada kaki depan
Branchipus.
2. Edapofit (alga darat) adalah kelomok alga yang hidup di permukaan tanah
(saprofit) atau di bawah permukaan tanah, satu meter atau lebih (kriptofit).
Contoh saprofit adalah Botrydium, Vaucheria, Protosiphon, sedangkan
contoh kriptofit adalah Clorella dan beberapa jenis ganggang biru yang
lain.
3. Aerofit adalah alga yang tempat hidupnya menyebabkan dominan
berinteraksi degan udara, misalnya di batu-batuan yang lembab, tembok,
patahan ranting ohon, dan sebagainya. Contoh: Scytonema, Vaucheria,
Stigonema dan Calothrix.
4. Kriofit adalah alga yang tumbuh di permukaan es atau salju, memiliki
kemampuan adaptasi pada suhu beku. Warna ganggang ini bervariasi, ada
yang merah, kuning, hijau. Warna hijau pada salju di kawasn eropa dan

7
kutub disebabkan oelh spesies dari marga Chlamydomonas,
Anistrodesmus, dan Mesotaenium. Warna merah pada salju merupakan
warna spesies Chlamydomonas, Scotiella, dan beberapa jenis diatom.
5. Endofit adalah ganggang yang hidup di dalam tubuh tanaman lain,
misaslnya Anabaena azollae pada tanaman Azolla, Anabaena cycadae
didalam akar Cycas, Nostoc didalam talus Anthoceros, Sphagnum, dan
Cycas.
6. Simbiotik beberapa jenis laga hidupnya bersimbiosis dengan jamur, dan
kerjasama ini menghasilkan bentuk tanaman yang disebut Lunches (lumut
kerak). Jenis alga yang menjadi simbion berasal dari marga Microcytus,
Gloecocapsa, Nostoc, Scytonema, Rivularia, Chlorella, dan lain-lain.
7. Endozoofit adalah ganggang yang hidup didalam tubuh hewan, mislanya
Zoochlorella yang hidup didalam tubuh Hydra.
8. Parasit adalah ganggang yang hidup parasit pada tanaman lain. Contoh
Chepaleuros yang menyebabkan penyakit cabuk merah pada daun
mangga, kopi, dan teh
(Saptasari, dkk, 2007)

Gambar 2.1 Chephaleuros Virescens pada Daun avocado

B. Struktur /Susunan Tubuh


Ganggang uniselular ada yang dapat bergerak (motil) dengan bantuan
bulu cambuk (flagel), misalnya Chlamydomonas. Ganggang uniselular yang
tidak dapat bergerak, misalnya Chlorella, Synecoccus. Organisasi talus
ganggang multi selular dibedakan menjadi 5 tipe:
8
1. Koloni Senobium
Koloni yang tersusun beberapa sel dengan jumblah tertentu, bentuk
dan ukurannya tetap untuk setiap spesies. Sel-sel ada yang tertanam dalam
matriks bersifat seperti lendir (musilagenous); atau setiap sel dilapisi lendir
kemudian semua sel menyatu menjadi senobium. Bentuk koloni senobium
ada yang dapat bergerak, misalnya Volvox, Pandorina, Eudorina. Koloni
senobium yang tidak bergerak antara lain Hydrodiction, Pediastrum,
Scenedesmus.
2. Koloni agregat
Tidak seperti senobium, agregasi sel-sel tidak memiliki bentuk dan
ukuran yang tetap. Sel-sel yang beregrasi tertanam didalm matriks seperti
gelatin dalam susunan yang kurang teratur. Sel dapat membelah tanpa
memecah dinding gelatin. Dua sel hasil pembelahan kemudian memisah dan
menambah jumlah sel dalam agregat. Ada tiga tipe agregat:
a) Bentuk palmeloid: sel-sel alga tertanam didalam suatu massa lendir
yang tidak teratur. Contoh: Tetraspora, Palmella, Gleocapsa.
b) Koloni dendroid: agregasi sel-sel berbentuk menyerupai pohon. Sel-
sel bersambung dengan perantara lendir yang disekresikan oleh sel-sel
itu sendiri. Contoh: Prasinocladus, Chaemosiphon fuscus.
c) Koloni rhizopodial: sel-sel amubid dengan jumlah yang bervariasi
bergabung dengan perantara beberapa tonjolan sitoplasma. Contoh:
Rhizochrysis.

3. Filamen
Filamen dihasilkan dari pembelahan sel yang berulang-ulang, dan sel-
sel hasil pembelahan tidak memisah tetapi membentuk rangkaian sel. Bentuk
filme atau benang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu (1) filamen tidak
bercabang, mislanya Ulothrix, Spirogyra. Dan (2) filamen bercabang,
contohnya Cladophora. Pada Stigeoclonium, Chaetophora, Ectocarpus,

9
Coleochaete, Draparnaldia, percabangan dibedakan menjadi bagian/cabang
prostat dan cabang tegak (heterotrikus).

4. Sifoneus
Talus mengandung anyak inti (multinukleus) tetapi tidak terbagi-bagi
menjadi sel-sel, kecuali pada waktu membentuk unit-unit reproduktif. Contoh
Bryopsis, Vaucheria.

5. Seperti jaringan parenkim (parenkimateus)


Jika pembelahan sel berlangsung pada lebih dari satu bidang akan
menghasilkan struktur talus seperti arenkim. Contoh: Ulva, Pprhyra,
Punctaria. Talus seperti parenkim berkembang bagus pada orde Laminariales
dan Fucales. Talus alga coklat menunjukkan adanya diferesiasi, yaitu adanya
pembuluh. Misalnya pada Macrocystis, Laminaria, dan Sargassum. Berikut
ini ditunjukkan organisasi talus beberapa laga (dari Gupta, 1981).

A B C

D E

10
Gambar 2.2 Organisasi Tlus Alga, A: Chlamydomonaas , B:
Hydrodictyon , C: Volvox, D: Tetraspora, E: Prasinocladus.

A B C
Gambar 2.3 A: Luminaria, B: Sargassum, C: Ulva.

C. Susunan Sel
Alga merupakan kelompok tumbuhan rendah terdapat dua tipe sel
baik yang bersifat prokariotik maupun eukariotik. Pada sel prokariotik
invaginasi membran belum empurna, oleh karena itu tidak dilengkapi
organela. Dengan demikian sel tanpa dilengkapi palstida, mitokondria, ini,
bdan golgi, dan flagela. Hal ini berbeda dengan alga yang bersifat aukariotik,
telah dilengkapi organela tersebut diatas.
Sel eukariotik dilindungi oleh dinding sel yang tersusun oleh
polisakarida, sebagian dibentuk atau disekresi oleh bdan golgi. Membran
plasa (plsmalema) menyelubungi bagian sel. Membran adalah struktur hidup
yang bertanggung jawab untuk mengatur keluar masuknya bahan dalam
protoplasma. Beberapa alga memiliki alat gerak, flagel. Flagel diselubungi
oleh membran plasma dan tersusun oleh mikrotubula yang jumlah dan arah
geraknya tertentu.

Dinding sel dan Lendir

11
Dinding sel alga pada umunya terdiri dari dua komponen. Komponen
fibriler yang akan membentuk rangka dinding dan komponen nn fbriler
erbentuk matriks. Tipe umum dari komponen fibriler adalah mengandung
selulosa. Selulosa di lapisi oleh mannan, misalnya terdapat pada Prophyra
dan Bangia (Rhodophyta). Selaian itu ada pula yang diselubungi xylan.
Komponen non fibriler berlendir terdapat ada sebagian besar
Phacophyta dan Rhodophyta. Komponen tersebut merupakan poliskarida dan
telah secara komersial diperdagangkan. Asamalginat terdapat pada ruang
antar sel dan dinding sel Phacophyta. Garam alginat di sektor industri
berfungsi sebagai pengental, perekat, dan stabilisator. Pemanfaatan terutama
pada industri makanan, kosmetik, farmasi, kedokteran dan tekstil.
Pada rhodophyta komponen non fibriler dinding sel tersusun dari
galaktanatau polimer dari galaktosa. Yang termasuk galaktan antara lain
adalah agar, karaginin, porpiran, furkeleran, dan funoran. Dinding sel
Cyanophyta adalah lebih kompleks dan berupa engan bakteri.
Sel vegetatif dan sebagaian besar alga yang berflagela, zoospora,
gamet tidak dilengkapi oleh dinding sel dan hanya dibatasi oleh membran
sitoplasma. Beberapa jenis alga pada dinding selnya tidak terdapat penebalan
dinding. Bagian yang tidak mengalami penebalan disebut noktah, oleh karena
itu terdapat hubungan antara sel satu dengan sel lainnya (plasmodesmata).
Plastida
Tipe plastida yang dijumpai pada alga adalah kloropla. Proplastida
adalah organela yang tak berwarna, lebih kecil dari kloroplas dan tidak
mempunyai grana. Proplastida dianggap sebagai plastida muda atau belum
dewasa, meskipun beberapa alga heterotrof tetap menjadi proplastida. Di
dalam kloroplas terdapat pigmen – pigmen yang dierlukan untuk fotosintesis.
Pigmentasi
Pigmen yang paling banyak dalam kloroplas adalah klorofil. Terdapat
berbagai jenis klorofil tergantung pada rantai samping yang mengikat inti
porifirinnya (klorofil a, b, c, d, dan e). Jenis yang terdapat pada alga adalah
klorofil a, b, c, dan d. Klorofil a adalah pigmen fotosintesis utama pada semua

12
alga, berperan sebagai reseptor cahaya dalam fotosistem I dari reaksi cahaya.
Klorofil a adalah tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol, benzena,
dan aseton.
Berbeda dengan klorofil a yang merupakan pigmen fotosintesis utama
pada semua alga, klorofil yang lain terbatas baik penyebaran dan fungsinya.
Klorofil b ditemukan pada Euglenophyta dan Chlorophyta. Karakteristik
kelarutan dari klorofil a serupa dengan klorofil b. Klorofil c ditemukan pada
Dinophyceae, Bacillariophyceae, Xantophyceae, dan Phaeophyta. Klorofil c
kemungkinan berfungsi sebagai pigmen tambahanpada fotosistem II. Pigmen
inti larut dalam este, aseton dan metanol, tetapi tidak larut dalam air. Klorofil
d adalah komponen minor yang dapat dijumpai pada Rhodophyta, fungsi
dalam fotosintesis belu diketahui.
Selain klorofil di dalam kloroplas juga terdaat karotenoid. Karotenoid
adalah pigmen warna kuning, orange atau merah. Karotenoid yang banyak
dijumpai karote dan xantofil. Sebagian besar karoten pada alga β-karoten,
sedangkan xantofil sangat bervariasi. Pada Chlorophyta mempunyai xantofil
sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi fukosantin adalah xantofil pada
alga yang coklat kekunningan (Chrysophyta) yang memberi warna
karakteristik. Seperti klorofil, karotenoid larut dalam alkohol, benzen dan
aceton tetapi tidak larut dalam air.
Fikobilinprotein adalah penting dalam klasifikasi pada tingkat merga.
Bentuk kloroplas pada alga sangat bervariasi. Seperti bentuk mangkuk dapat
dijumpai pada Chlamydomonas, bentuk cakram terdapa pada Vaucheria,
bentuk jala pada oedogonium, bentuk spiral pada Spyrogyra dan bentuk
bintang dijumpai pada Zygnema.
Kloroplas dapa terletak parietal (ke arah tepi) atau aksilar( ke arah
pusat). Pada sebagian besar alga mempunyai satu kloroplas setiap sel tetapi
pada Siphonales, Conjugales, dan Characeae terdapat lebih dari satu kloroplas
setiap sel.

13
A B

C D E
Gambar 2.4
Variasi Bentuk Kloroplas pada Alga
Belcher, dkk 1976
Pirenoid
Pirenoid merupakan organela yang tersusun oleh senyawa protein
terletak di dalam atau pada permukaan kloroplas perannya adalah untuk
sintesis amilum atau untuk menyimpan cadangan makanan. Jumlah pirenoid
setiap kloroplas bervariasi. Misalnya pada Chlamydomonas terdapat satu
pirenoid sedangkan Oedogonium terdiri dari banyak pirenoid. Pirenoid
terdapat pada sebagian besar alga. Alga yang memiliki pirenoid
dipertimbangkan sebagai ciri primitif secara evolusioner.
Cadangan Makanan
Cadangan Makanan pada alga terutama disimpan di dalam sitoplasma.
Beberapa ada di dalam kloroplas, tempat berlangsungnya fotosintesis.
Cadangan makanan yang paling umum adalah tepung, senyawa menyerupai
tepung, lemak, atau minyak.

14
Cadangan makanan pada alga dikelompokkan sebagai berikut.
Komponen yang mengandung berat molekul besar :
1. Ikatan glukan α – 1,4
a. Tepung florideae
Terdapat pada Rhodophyta, struktur serupa dengan aminopektin
pada tumbuhan tinggi
b. Tepung myxophycin
Ditemukan pada Cyanophyta, struktur serupa dengan glikogen,
cadangan makanan ini tersimpan dalam granula (α – granula)
dengan bentuk bervariasi
c. Tepung
Terdapat pada Chlorophyta, tepung ini terdiri dari amilose dan
amilopektin seperti tumbuhan tingkat tinggi. Terbentuk di dalam
kloroplas dalam bentuk butir tepung.
2. Ikatan glukan β-1,3
a. Laminarin
Merupakan komponen utama dari phaeophyta. Laminarin terdapat
sebagai cairan seperti minyak di luar kloroplas. Pada umumnya
dalam vesikel mengelilingi pirenoid
b. Krisolaminarian (leukosin)
Terdapat pada Chrysophyta. Krisolaminarin terletak di dalam
verisikel, terdapat di luar kloroplas
c. Paramylon
Terdapat pada Euglenophyta. Paramylon larut dalam air dan
terdapat di luar kloroplas.
3. Fruktosan
Acetabularia (Chlorophyta) mempunyai cadangan makanan
seperti inulin. Fruktosan dijumpai pada Cladophorales.
Badan yang mengandung berat molekul rendah :
a. Gula

15
Chlorophyta dan Euglenophyta membentuk sukrosa sebagai
cadangan makanan. Trehalosa ditemukan pada Cyanophyta
b. Glikosida
Florisida dan isofloridosida dijumpai pada Rhodophyta
c. Polyol
Manitol secara umum berada pada Phaeophyta. Gliserol bebas
terdapat secara luas pada alga hasil fotosintesis penting pada
beberapa Zooxathella (Endosimbiotik alga pada bintang) dan
beberapa Volvocales yang hidup di air laut, khususnya
Dunaviella.

Inti

Pada alga yang bersifat eukariotik seperti pada tumbuhan yang lain,
inti diselubungi oleh membran dan berisi DNA. Menurut Evans (1974)
proses mitosis pada kelompok Euglenoid dan Dinophyceae yang bersifat
eukariotik berbeda dibandingan pada alga dibedakan menjadi dua tipe
yaitu :

1. Terjadi pada Dinophyceae dan Euglenophyta


2. Terjadi pada alga yang bersifat eukariotik lainnya
Pada Dinophyceae dan Euglenophy mempunyai inti yang disebut
tipe mesokariotik, dengan ciri sebagai berikut .
1. Mempunyai kromosom yang secara permanen kondensasi selama
siklus mitosis
2. Nukleus (endosom) tidak hilang selama pembelahan inti
3. Ukuran inti besar
4. Komponen melekat pada membran inti dan tidak ada benang
spindle (mikrotubula) dari dalam inti
5. Membran inti tetap utuh selama siklus mitosis.
Sedangkan pada alga yang bersifat eukariotik dengan ciri sebagai
berikut :

16
1. Kromosom terjadi kondensasi pada propase dan hilang selama
telopase
2. Nukleous hilang selama propase
3. Inti kecil
4. Kromosom melekat pada benang spindle
5. Kemungkinan membran inti hilang atau tetap selama pembuahan
inti
Sel pada banyak alga memiliki satu inti tetapi pada Siphonales,
Charales, dan Heterosiphonales mempunyai banyak inti (senosit).
Ukuran, bentuk, dan letak inti dalam sel bervariasi.

Vakuola
Pada alga biru karena invaginasi membran belum sempurna, oleh
karena itu belum dijumpai vakuola. Tetapi terdapat pseudovakuola atau
vakuola gas. Vakuola gas merupakan rongga dalam protoplasma yang
berisi gas atau zat yang kental. Terbentuk karena terjadi pernapasan an
aerob yang disebabkan kadar O2 di dasar perairan sangat kurang.
Dengan pengecualian pada alga biru, sel alga dewasa memiliki satu
atau lebih vakuola yang dibatasi oleh membran. Vakuola berperan dalam
hubungan osmotik
Kemampuan sel alga untuk mengatur perubahan salinitas dari medium
adalah aspek penting dari fisiologi sel. Pada sel yang dilengkapi dinding
osmoregulasi diatur dengan adanya tekanan turgor. Sedangkan sel yang
tidak berdinding diatur oleh vakuola kontraktil.
Banyak alga yang berflagel mempunyai dua vakuola kontraktil
terletak di bagian ujung anterior sel. Vakuola kontraktil akan penuh
dengan larutan encer (diastol) dan kemudian mengeluarkan larutan encer
dari sel dan mengkerut (sistol). Vakuola kontraktil secara berirama
berulang – ulang melakukan proses tersebut. Apabila terdapat dua
vakuola kontraktil, biasanya isinya yang penuh dan kosong terjadi secara
bergantian. Vakuola kontraktil terjadi lebih sering pada alga air tawar

17
daripada alga air laut. Fenomena ini membuktikan teori bahwa vakuola
kontraktil berperan dalam mempertahankan keseimbangan air dalam sel.
Sel alga yang hidup di air tawar mempunyai konsentrasi lebih tinggi
substansi larutan dalam protoplasmanya daripada lingkungan sekitarnya.
Diniphyceae mempunyai struktur serupa vakuola kontraktil disebut
pusula, kemungkinan mempunyai fungsi sama tetapi lebih kompleks.

Mitokondria
Mitokondria pada sel alga terdapat 2 tipe :
1. Mitokondria dengan kristae lamelar, terdapat pada Rhodophyceae,
Euglenophyyta, dan Charophyta. Kristae lamelar dihubungkan
dengan alga yang mempunyai pigmen fikobiliprotein atau klorofil
a dan b bersama sama.
2. Mitokondria dengan kritae tubular terdapat pada Chrysophyta.
Kelompok ini tidak pernah mempunyai fikobiliprotein atau
klorofil a dan b bersama.

Gambar 2.5
a. Mitokondria dengan kristae lameral
b. Mitokondria dengan kristae tubular

Flagella

Flagella terdiri dari aksonema yang terletak di bagian pusat yang


diselubungi oleh selubung plasma. Dalam irisan melintang aksonema
tersusun oleh 9 dublet. Mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat
2 singlet mikrotubulus. Struktur semacam ini dikenal sebagi susunan

18
9+2. Susunan 9+2 adalah struktur dalam flagel sel eukariotik ditemukan
pada sel motil pada semua organisme kecuali bakteri.

Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut


disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap
flagela disebut blepharoplas. Granula tersebut masing – masing
dihubungkan oleh benang yang letaknya melintang disebut paradesmosa.
Rhizhoplas merupakan benang tegak dan lurus menghubungkan salah
satu dari granula (blepharoplas) dengan struktur intranuklear dari inti
disebut sentrosom.

Jumlah, letak, dan struktur flagela mempunyai nilai taksonomi.


Flagela adalah alat gerak dan letaknya dapat apikal, subapikal atau
lateral. Sel motil alga dapat mempunyai perbedaan susunan berdasarkan
jumlahnya. Jika flagela hanya satu disebut tipe monokon. Flagela
tersusun oleh dua flagela dengan panjang yang sama disebut isokon,
sedangkan dua flagela dengan panjang tidak sama disebut anisokon.
Selain itu ada yang tersusun dua flagela, satu flagela tegak dan yang lain
melingkari. Susunan seperti ini disebut tipe stefanokon.

Pada selubung plasma dari flagela sering terdapat struktur


berambut disebut mastigonem. Berdasarkan ada atau tidaknya
mastigonem dibedakan dua tipe flagela.

1. Tipe Whiplash (acronematic)


Flagela tipe ini, permukaan selubung plasmanya halus tanpa
dilengkapi mastigonem
2. Tipe tinsel (pantonematic)
Pada permukaan selubung plasmanya terdapat struktur seperti
rambut, letaknya lateral. Struktur sperti rambut tersebut
berasal dari aksonem. Rambut atau bulu halus (mastigonem)
yang terdapat pada flagela berperan untuk menambah luas
bidang permukaan dan membantu gerakan pada flagela
sebagai pendorong.
19
Stigma atau Bintik Mata
Pada alga uniseluler yang motil atau senobium mempunyai
organela berpigmen yang dikenal sebagai stigma. Stigma sebernarnya
adalah plastida yang berubah struktur dan fungsi menjadi semacam lensa.
Perannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya cahaya.

(Saptasari, dkk, 2007)

D. Nutrisi
Pada umumnya alga bersifat autrotof, beberapa alga ada yang
bersifat heterotrof. Alag yang bersifat heterotrof, berdasarkan cara
pengambilan makanan dikelompokkan sebagai berikut:
a. Fotogropik
alga yang menyerap bahan makanan secara keseluruhan ke
dalam vesikel untuk dicerna. Contoh : Ochromonas oxyrrhis
b. Osmotrof
Alga yang menyerap bahan makanan dalam bentuk larutan
melalui membrane plasma.
c. Saprofit
Alga yang hhidup secara heterotrof pada bahan yang sudah
mati yang mengandung bahan organic.
d. Parasit
Alga yang hidup pada organisme lain dan memperoleh
makanan dari inangnya.
e. Auksotrofik
Alga yang memerlukan sebagian bahan organic, seperti
vitamin tambahan.
f. Miksotrof
Alga yang dapat bersifat autrotof maupun heterotrof.
Contohnya : kelompok euglenoid.

(Saptasari, dkk, 2007)

20
E. Perkembangan
Ada 3 cara:
1. Vegetative
2. Sporik
3. Gametik

1. Cara vegetative
Perkembangbiakan dengan cara vegetative adalah tanpa
pembentukan sel khusus.
Pembelahan Sel
Alga yang berbentuk sel tunggal seringkali mengadakan
perkembangbiakan dengan pembelahan sel, yaitu pembelahan biner.
Fragmentasi
Pada umumnya cara perkembangbiakan ini dilakukan oleh
alga yang susunan tubuhnya berbentuk filament. Benang dapat
terputus menjadi dua atau beberapa bagian untuk tumbuh menjadi
individu baru
Pembentukan tunas

2. Cara Sporik

Spora mampu untuk tumbuh menjadi individu baru, tanpa


adanya persatuan sel kelamin jantan dan betina. Pada jenis tertentu
spora terbentuk di dalam sel vegetative khusus disebut sporangia,
sedangkan pembentukan spora terjadi melalui proses sporogenesis.
3. Cara gametik
Perkembangan secara gametik terjadi melalui pembentukan
sel gamet dan akan terbentuk individu baru apabila terjadi
persatuan gamet jantan dan gamet betina melalui proses fertilisasi.
Berdasarkan sifat gamet yang beranekaragam, maka dibagi
beberapa tipe perkembangbiakan gametik:
1. Isogami: persatuan antara 2 gamet yang mempunyai ukuran
dan bentuk yang sama
21
2. Anisogami: persatuan antara 2 gamet yang tidak sama
ukurannya tetapi bentuknya sama. Gamet yang yang lebih kecil
adalah gamet jantan
3. Oogami: persatuan antara antherozoid dengan sel telur. Sel
telur ukurannya relative lebih besar dan tidak bergerak.

d. daur hidup dan pergantian generasi


Daur hidup adalah proses yang dimulai dari satu individu
sampai membentuk generasi baru yang serupa. Melalui
perkembangbiakan gametik, jumlah kromosom diploid direduksi
menjadi haploid oleh pembelahan meiosis. Tumbuhan yang
mengandung generasi dengan inti haploid disebut gametofit dan
yang mengandung inti diploid disebut sporofit. Urutan secara
teratur darii gametofit dan sporofit disebut pergantian generasi.
Berdasarkan jumlah kromosom, ada 3 tipe daur hidup
dalam reproduksi generative yaitu:
1. Haplobiontik
Alga yang termasuk kelompok ini hanya terdiri dari satu
macam tumbuhan dalam daur hidupnya. Dibagi menjadi dua:
a. Haplontik
Dalam daur hidupnya tumbuhan bersifat haploid, hanya zigot
yang diploid.
b. Diplontik
Dalam daur hidupnya tumbuhan bersifat diploid dan hanya
gamet yang haploid.
2. Diplobiontik
Alga yang termasuk daur hidup ini memilik 2 tipe tumbuhan
(haploid dan diploid).
Contohnya: Ulva, Entheromorpha, Ectocarpus.
Ada 2 tipe yaitu:
a. Isomorf

22
Apabila generasi gametofit dan sporofit secara morfologi
adalah sama.
b. Heteromorf
Apabila 2 generasi (gametofit dan sporofit) tidak sama secara
morfologi.
Daur hidup alga berdasarkan jumlah generasi,
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Monogenetic
Tumbuhan kelompok ini secara morfologi hanya satu generasi
yang dominan, contoh: chlamydomonas, Volvox
2. Dimorfik
Tumbuhan kelompok ini, terdapat 2 generasi yang berbeda
secara morfologi, contoh:Ulva, Enthemorpha
3. Trimorfik
Tipe ini terdapat 3 generasi yang berbeda, contoh:
Polysiphonia.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pentingnya mahasiswa mempunyai wawasan lingkungan adalah
mengetahui karakteristik protista mirip tumbuhan dan dapat
membedakan antara protista mirip hewan dengan protista mirip
tumbuhan
2. Klasifikasi pengelompokan Alga dapat secara divisi dan juga berupa
klasisifikasi modern yang terdiri atas beberapa kriteria.
3. Ciri umum alga adalah berdasarkan pada habitat, struktur atau
susunan tubuh, susunan sel, nutrisi dan cara perkembangannya
3.2 Saran
1. Sebaiknya kita lebih mengetahui dan memahami pentingnya
memperlajari protista mirip tumbuhan (Alga)
2. Sebaiknya kita mengetahui dan memahami bagaimanakah klasifikasi
pengelompokan alga
3. Sebaiknya mahasiswa mengetahui ciri umum alga..

24
DAFTAR RUJUKAN

Smith, GM. 1955. Cryptogamic Botany Vol. 1. Algae & Fungi. Mc. Graw-Hill.
Book Company Tokyo.
Bold, Harold C. Dan Wyne, Michael, J. 1985. Introduction to the Algae. Second
Edition. Englewood Cutt. Prentice-Hali. Inc
Gupfa, J. S. 1981. Text book of Algae. Oxford & IBH Publishing. Co. New dehli.
Saptasari, Murni, IP Triastono dan M Susriati. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan
Beratalus Alga. Malang : Universitas Negeri Malang FMIPA Jurusan
Biologi.
Belcher, Hilary dan Swale Erica. 1976. A beginner's guide to Freshwater Algae.
London : Institute Terrestrial Ecology Natural Environtmen Research
Council.

25

Anda mungkin juga menyukai