Disusun Oleh :
Nama: Fransisca Gandi Ismail
NIM : 201710300511105
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI
1. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum masa persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan
normal 8-10% wanita hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Dalam teori
lain mengatakan bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi
diatas 37 minggu usia kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak angka kejadiannya.
2. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan dari membrane atau
meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh adanya kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga disebabkan dari faktor lain
seperti, inkompetensi serviks polihidramnion, mal presentasi janin (letak lintang)
dan juga infeksi vagina/serviks.
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar.
b. Peningkatan tekanan intrauterin
Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a) Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b) Gemeli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebih, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan pula. Hal ini
terjadi karena jumlahnya yang berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak
c) Makrosomia
Makrosomia adalah dimana berat badan neonatus >4000 gram, kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi
tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah.
d) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi
secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat
tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo
pelvic disproporsi).
e. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya
selaput ketuban >24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi ini menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
h. Riwayat KPD sebelumya
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
4. FAKTOR RESIKO
1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap
kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di
bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan
persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem
reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
2. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya, terutama
dalam fasilitas kesehatan.
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Riwayat melahirkan beberapa kali dan
pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran
yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada KPD biasanya meliputi mudah terjadinya infeksi
intra uterin, partus premature, dan prolaps bagian janin terutama tali pusat. Terdapat
tiga komplikasi utama yang dapat terjadi pada KPD yaitu peningkatan morbiditas
neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelariran, dan
resiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Ketuban pecah dini yang terlalu dini
dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi
muka dan anggota tubuh janin, serta hipoplasi pulmonal. Komplikasi akibat KPD
pada bayi diantaranya, IUFD, asfiksia dan prematuritas. Sedangkan pada ibu
diantaranya adalah partus lama, infeksi intra uterin atonia uteri, infeksi nifas, dan
perdarahan post partum.
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina,
kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
d. Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara signifikan, dan/ atau
mencapai 38 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikan.
e. Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
f. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apapun.
2. Penatalaksaan agresif
a. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
b. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai pemberian pitocin
c. Berikan cairan per IV, pantau janin
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 6
d. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
e. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diindikasi,
kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu
persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan
tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai.
f. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi.
GAGAL BERHASIL
SECTIO CAESAREA
- Reaksi uterus tidak ada
Persalinan
- Kelainan letkep pervaginam
- Fase laten dan aktif serta
Luka jahitan p.sc
memanjang
- Rupturuteri
- CPD
Nyeri Resiko
Akut Infeksi