s
ABSTRACT
The gradual increase of request on land has been one of the factors that triggers land use change. This study
discussed the forest land use change (FLUC) in Asahan District, North Sumatra. The result showed that
most of the forest area in Asahan District including protection forest, limited production forest, production
forest, and conversion forest have been changed into other land uses such as settlement, estate, rice field, fish
pond and others. One of the causes was no clear boundary demarcation of the forest area which could
potentially trigger community and company to encroach the forest and changed its function.
Keywords: Forest function, land use change, Asahan District
ABSTRAK
Permintaan terhadap lahan yang terus berkembang menjadi salah satu faktor pendorong perubahan
penggunaan lahan. Penelitian ini membahas perubahan fungsi hutan di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi hutan di Kabupaten Asahan, baik hutan lindung, hutan produksi
terbatas, hutan produksi, dan hutan konversi sebagian telah berubah fungsi menjadi penggunaan lahan lain
seperti pemukiman, perkebunan, sawah, tambak, dan sebagainya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh
belum adanya tata batas pada kawasan hutan tersebut sehingga dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan seperti masyarakat dan perusahaan untuk merambah dan merubah fungsinya.
Kata kunci: Fungsi hutan, perubahan penggunaan lahan, Kabupaten Asahan
pilihan dalam penggunaannya seperti ha atau 13% dari total wilayah DAS Cili-
mengutamakan faktor jarak dan ling- wung bagian hulu (14.867 ha). Angka ini
kungan (locational rent dan environment relatif sangat mendukung fungsi kawasan
rent), hanya kualitas lingkungan (envi- sesuai dengan Keputusan Presiden No. 79
ronment rent), dan atau lain sebagainya. Tahun 1985 yang menetapkan peruntuk-
Penggunaan lahan melalui mekanisme an DAS Ciliwung bagian hulu sebagai
pasar umumnya kurang mempertimbang- kawasan konservasi dan wisata. Namun
kan environment rent dan hanya memper- demikian, kenyataan di lapangan menye-
timbangkan ricardian rent dan locational butkan bahwa sampai dengan tahun 1996
rent di mana gabungan keduanya disebut telah tercatat alokasi penggunaan tanah
land rent. Hal ini disebabkan karena untuk budidaya non-pertanian mencapai
land rent merupakan dinamisator dari 3.807 ha (26% dari total wilayah hulu)
transformasi penggunaan lahan dan kare- atau telah terjadi ketidaksesuaian dengan
na land rent tidak memperhitungkan en- peruntukan non-pertanian dalam RUTR
vironment rent sehingga perkembangan (naik sebesar 396%) dan RDTR (terjadi
ekonomi merusak lingkungan (Rustiadi, peningkatan sebesar 101%).
2004). Contoh di atas memberikan suatu
Pertambahan jumlah penduduk serta gambaran bahwa permintaan terhadap la-
berkembangnya kegiatan perekonomian han yang terus berkembang dari waktu ke
menyebabkan permintaan terhadap lahan waktu dapat menjadi faktor pendorong
semakin tinggi untuk berbagai keperluan perubahan penggunaan lahan seperti de-
seperti pertanian, perkebunan, pemukim- forestasi daerah pertanian atau non perta-
an, industri, dan sebagainya. Dalam kon- nian. Salah satu kecenderungan proses
disi ini, lahan merupakan hambatan da- penggunaan lahan adalah proses defores-
lam penggunaan lahan di mana penawar- tasi yang terjadi akibat dari aktivitas log-
an lahan bersifat tetap sedangkan permin- ging, pengembangan areal pertanian, dan
taan lahan cenderung selalu berkembang. pemukiman (Kitamaru dan Rustiadi,
Di beberapa tempat, tingginya perminta- 1997). Padahal hutan sebagai salah satu
an terhadap lahan ini telah menimbulkan sumberdaya alam yang dapat memberi-
persoalan yang kompleks dan dapat bera- kan manfaat yang cukup besar bagi ke-
kibat pada terjadinya bencana. Sebagai makmuran rakyat yang seharusnya dike-
contoh, salah satu faktor pemicu terjadi- lola secara bijaksana agar fungsinya seba-
nya banjir di Jakarta pada tahun 1996 dan gai pelindung tata air dan penyangga ke-
2002 adalah tidak berjalannya kebijakan hidupan dapat dipertahankan secara lesta-
penataan ruang termasuk dalam hal alo- ri.
kasi peruntukan lahan. Hasil penelitian Kondisi dan potensi hutan di Kabupa-
yang dilakukan Rusdiana et al. (2003) ten Asahan pada umumnya mempunyai
menyebutkan bahwa dokumen Rencana potensi yang telah menurun bahkan di be-
Umum Tata Ruang (RUTR) Kawasan berapa tempat telah berubah fungsi men-
Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur) tahun jadi areal penggunaan lain. Tulisan ini
1996 telah mengatur mengenai alokasi bertujuan untuk mengetahui perubahan
luas areal untuk non-pertanian yaitu sebe- fungsi hutan menjadi penggunaan lain di
sar 5% dari luas wilayah hulu Ciliwung. Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Ha-
Sementara di dalam Rencana Detail Tata sil kajian ini diharapkan dapat digunakan
Ruang (RDTR) DAS Ciliwung bagian sebagai bahan masukan bagi Pemda se-
hulu tahun 1996, sebagai penjabaran le- tempat dalam mengatur peruntukan lahan
bih lanjut dari RUTR Bopunjur, lahan hutan dan non hutan sehingga fungsi hu-
yang diperuntukkan bagi budidaya non- tan sebagai pengatur tata air dan pe-
pertanian (rumah industri, pemukiman, nyangga kehidupan tidak terabaikan.
dan lain-lain) adalah hanya seluas 1.890
308
Perubahan Fungsi Hutan di Kabupaten Asahan…(Bambang Setyo antoko, dkk.)
Tabel (Table) 1. Kawasan hutan di Kabupaten Asahan (Forest area in Asahan District)
No. Fungsi hutan Luas (Area) Persentase
(No.) (Forest function) (ha) (Percentage) (%)
1. Hutan lindung (Protection forest) 61.969,25 42,30
2. Hutan produksi terbatas (Limited production forest) 29.248,90 19,97
3. Hutan produksi tetap (Production forest) 34.667,60 23,66
4. Hutan produksi yang dapat dikonversi (Convertible 20.611,93 14,07
Production forest)
Jumlah (Total) 146.497,68 100
Sumber (Source): BPKH Medan, 2005
309
Info Hutan Vol. V No. 4: 307-316, 2008
Lima Puluh
Tanjung Tiram Legenda :
Talawi
Meranti Hutan Lindung
Air Joman
Kisaran Barat
Hutan Produksi Terbatas
Air Batu Sei Kepayang
Buntu Pane
Hutan Produksi
Simpang Empat
Hutan Konversi
Bandar Pasir Mandoge
Pulau Rakyat
Bandar Pulau
Gambar (Figure) 1. Peta kawasan hutan di Kabupaten Asahan (Map of forest area in Asahan District)
Kawasan hutan di Kabupaten Asahan hutan banyak yang sudah berubah fungsi
secara keseluruhan adalah 146.497,68 ha menjadi areal penggunaan lain seperti pe-
atau sebesar 31,68%. Menurut Undang- mukiman, perkebunan/perladangan, mau-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang pun persawahan.
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan Berdasarkan hasil penafsiran citra
menyebutkan bahwa luasan kawasan hu- landsat tahun 2006, penggunaan lahan di
tan yang harus dipertahankan minimal Kabupaten Asahan disajikan pada Tabel
30% dari luas daerah aliran sungai dan 2 sedangkan peta penggunaan lahan disa-
atau pulau dengan sebaran yang propor- jikan pada Gambar 2.
sional. Dari segi regulasi, luasan hutan Berdasarkan hasil analisis SIG dengan
ini telah memenuhi batasan minimum lu- melakukan tumpang tindih (overlay) peta
as hutan yang harus dipertahankan se- penggunaan lahan dan kawasan hutan
hingga kawasan hutan tersebut mampu Kabupaten Asahan diketahui bahwa telah
menjamin asas kelestarian (ekologi, pro- terjadi perubahan fungsi hutan menjadi
duksi, dan sosial). penggunaan lahan lain seperti disajikan
Keputusan penunjukan kawasan hutan pada Tabel 3 dan diagram disajikan da-
di Kabupaten Asahan tersebut ternyata lam Gambar 3.
menimbulkan permasalahan karena ma- Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
syarakat dan perusahaan banyak menga- pada semua fungsi hutan di Kabupaten
jukan keberatan atas penunjukan kawasan Asahan sebagian telah berubah fungsi
hutan tersebut. Hal ini terjadi sebagai menjadi penggunaan lain seperti pemu-
akibat ketidaksesuaian antara kondisi ak- kiman, perkebunan, sawah, tambak, dan
tual yang terjadi di lapangan dengan pe- tanah terbuka. Hutan lindung yang mem-
nunjukan kawasan hutan di atas peta. Da- punyai luas 61.969,25 ha telah berubah
lam hal ini terkait dengan luas dan kon- fungsi menjadi pemukiman, perkebunan,
disi nyata di lapangan di mana kawasan sawah, tambak, dan tanah terbuka seba-
310
Perubahan Fungsi Hutan di Kabupaten Asahan…(Bambang Setyo antoko, dkk.)
nyak 3.247,44 ha (5,24%). Hutan pro- menjadi perkebunan dan tanah terbuka
duksi terbatas dengan luas 29.248,90 ha sebesar 6.831,07 (19,70%). Kawasan hu-
telah berubah fungsi menjadi pemukim- tan produksi yang dapat dikonversi seba-
an, perkebunan, sawah, tambak, dan ta- nyak 20.611,93 ha telah berubah fungsi
nah terbuka sebanyak 7.648,00 ha menjadi perkebunan dan sawah sebesar
(26,14%). Hutan produksi seluas 13.516,14 ha (65,57%).
34.667,60 ha juga telah berubah fungsi
Tabel (Table) 2. Penggunaan lahan di Kabupaten Asahan tahun 2006 berdasarkan penafsiran citra landsat
(Land use in Asahan District based on land satellite imagery interpretation, 2006)
No. Penggunaan lahan Luas (Area) Persentase
(No.) (Land use) (ha) (Percentage) (%)
1. Belukar (Shrubs) 15.109 3,27
2. Danau/air/perairan (Lake/water/waters) 2.684 0,58
3. Hutan lahan kering sekunder (Secondary dry land forest) 37.631 8,14
4. Hutan mangrove sekunder (Secondary mangrove forest) 3.224 0,69
5. Hutan rawa sekunder (Secondary swamp forest) 20.387 4,41
6. Pemukiman (Settlement) 1.691 0,37
7. Perkebunan (Estate) 154.918 33,50
8. Pertanian lahan kering (Dry land farming) 24.100 5,21
9. Pertanian lahan kering campur semak (Dry land farming 164.469 35,57
and shrubs)
10. Rawa (Swamp) 633 0,14
11. Sawah (Rice field) 27.769 6,00
12. Semak belukar rawa (Swampy shrubs) 6.454 1,39
13. Tambak (Fishpond) 1.180 0,26
14. Tanah terbuka (Degraded land) 2.192 0,47
Jumlah (Total) 462.441 100
Sumber (Source): BPKH Medan, 2006 dan (and) hasil analisis (result of analysis)
Medang Deras
Air Putih
Legenda :
Lima Puluh
Tanjung Tiram Belukar
Danau/Air
Talawi
Hutan Lahan Kering Sekunder
Meranti Hutan M angrove Sekunder
Air Joman Hutan Rawa Sekunder
Kisaran Barat Pemukiman
Perairan
Air Batu Sei Kepayang Perkebunan
Buntu Pane Pertanian Lahan Kering
Simpang Empat Pertanian Lahan Kering Campur Semak
Rawa
Sawah
Bandar Pasir Mandoge Semak Belukar Rawa
Pulau Rakyat
Tambak
Bandar Pulau
Terbuka
Gambar (Figure) 2. Peta penggunaan lahan Kabupaten Asahan berdasarkan penafsiran citra satelit, 2006
(Land use map of Asahan District based on land satellite imagery interpretation, 2006)
311
Info Hutan Vol. V No. 4: 307-316, 2008
Tabel (Table) 3. Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Asahan (Land use changes in Asahan District)
Persentase perubahan
Fungsi hutan/luas
No. Perubahan penggunaan lahan Luas penggunaan lahan
(Forest function/
(No.) (Land use change) (Area) (ha) (Percentage of land use
Area) (ha)
change) (%)
1. Hutan lindung Pemukiman (Settlement) 1,95 0,06
(Protection forest) Perkebunan (Estate) 2.305,64 70,99
(61.969,25) Sawah (Rice field) 248,10 7,64
Tambak (Fishpond) 170,20 5,24
Tanah terbuka (Degraded land) 521,55 16,06
Jumlah (Total) 3.247,44 5,24
2. Hutan produksi Pemukiman (Settlement) 123,77 1,62
terbatas (Limited Perkebunan (Estate) 1.785,33 23,34
production forest) Tambak (Fishpond) 954,97 12,48
(29.248,90) Sawah (Rice field) 4.322,34 56,52
Tanah terbuka (Degraded land) 461,59 6,03
Jumlah (Total) 7.648,00 26,14
3. Hutan produksi Perkebunan (Estate) 6.828,40 99,96
(Production forest) Tanah terbuka (Degraded land) 2,67 0,04
(34.667,60)
Jumlah (Total) 6.831,07 19,70
4. Hutan produksi Perkebunan (Estate) 10.021,80 74,15
yang dapat Sawah (Rice field) 3.494,34 25,85
dikonversi
(Convertible
production forest)
(20.611,93)
Jumlah (Total) 13.516,14 65,57
Total perubahan (Total changed) 31.242,65 100,00
Total perubahan terhadap luas hutan (Total of changes to forest areas) 21,33
Sumber (Source): Hasil analisis (result of analysis)
100
80
60 HL
HPT
40 HP
HK
20
0
A B C D E
Gambar (Figure) 3. Persentase perubahan fungsi hutan di Kabupaten Asahan 2005-2006 (Percentage of
forest land use changes (FLUC) in Asahan District 2005-2006)
Keterangan (Remarks):
A. Pemukiman (Settlement); B. Perkebunan (Estate); C. Sawah (Rice field); D. Tambak (Fishpond); E. Tanah
terbuka (Degraded land); HL. Hutan lindung (Protection forest); HPT. Hutan produksi terbatas (Limited
production forest); HP. Hutan produksi (Production forest); HK. Hutan konversi (Conversion forest)
312
Perubahan Fungsi Hutan di Kabupaten Asahan…(Bambang Setyo antoko, dkk.)
dan andilnya terhadap banjir Jakarta. Le- faktor yang mempengaruhi deforestasi
bih lanjut dijelaskan bahwa analisis ter- hutan di Indonesia akibat lemahnya pene-
hadap pengaruh faktor bentukan manusia gakan hukum.
berupa penggunaan lahan di bagian hulu Untuk meningkatkan fungsi hutan se-
dan tengah terhadap debit sungai dengan bagai pengatur dan pelindung tata air ma-
menggunakan data perubahan lahan di ka perlu dilakukan rehabilitasi terhadap
bagian hulu dan tengah DAS Ciliwung kawasan lahan terbuka atau semak belu-
menunjukkan bahwa perubahan penggu- kar menjadi penutupan lahan berupa hu-
naan lahan tahun 1981 menjadi penggu- tan. Perlu juga dilakukan peningkatan lu-
naan lahan tahun 1999 telah meningkat- asan kawasan hutan sehingga memenuhi
kan debit Sungai Ciliwung Hulu sebesar batasan minimum sebesar 30% dari luas
67% dan Sungai Ciliwung Tengah 24% keseluruhan daerah seperti yang diama-
serta telah meningkatkan volume banjir natkan oleh UU No. 41 Tahun 1999.
di hulu sebesar 59% dan di tengah sebe- Menurut Sitorus (1998), meningkatnya
sar 17%. kebutuhan dan persaingan dalam penggu-
naan lahan memerlukan pemikiran yang
C. Alternatif Penanggulangan seksama dalam mengambil keputusan pe-
Permasalahan perubahan pengguna- manfaatan yang paling menguntungkan
an lahan yang sering terjadi bukan hanya dari sumberdaya lahan yang terbatas, na-
menjadi masalah daerah saja namun su- mun pemikiran terhadap tindakan konser-
dah berskala nasional bahkan global. vasinya untuk pengggunaan masa menda-
Terkait dengan proses perubahan fungsi tang juga harus dilakukan. Terkait de-
hutan menjadi penggunaan non hutan ti- ngan hal di atas dan semakin mendesak-
dak dapat dipecahkan melalui pendekatan nya permasalahan perubahan fungsi hu-
parsial semata namun harus integratif ka- tan menjadi penggunaan lahan yang
rena kompleksnya akar penyebab dan mengancam keberadaan dan kelestarian
stakeholders yang berkepentingan. Un- hutan dan lingkungan secara keseluruhan
tuk kasus di Kabupaten Asahan ini dapat di Kabupaten Asahan diperlukan perhati-
memberikan gambaran mengenai pen- an yang serius dari pihak-pihak yang ber-
tingnya melakukan pengecekan ke la- wenang seperti Dinas Kehutanan Daerah,
pangan sebelum suatu kawasan ditetap- Dinas Kehutanan Provinsi, Departemen
kan menjadi kawasan hutan dan melaku- Kehutanan, dan pihak lain. Upaya lain
kan koordinasi dengan stakeholders ter- yang mendesak untuk dilakukan di Kabu-
kait untuk menghindari konflik yang akan paten Asahan adalah melakukan pembe-
timbul akibat penunjukan tersebut. nahan tata ruang termasuk penghentian
Tata batas sebagai salah satu bagian konversi lahan hutan menjadi non hutan
dari kegiatan perencanaan hutan memer- pada kawasan hutan. Terkait dengan hal
lukan biaya yang cukup besar dalam pe- tersebut maka seluruh stakeholders yang
laksanaannya sehingga masih banyak ka- berkepentingan perlu dilibatkan secara
wasan hutan yang belum dilakukan tata aktif mulai dalam proses perencanaan
batas. Kondisi ini seringkali dimanfaat- sampai dengan monitoring dan evaluasi.
kan oleh pihak-pihak yang berkepenting-
an untuk mengelola dan merubah fungsi IV. KESIMPULAN DAN SARAN
penggunaan lahan karena tingginya per-
mintaan terhadap lahan. Ketika di la- A. Kesimpulan
pangan ditemukan perubahan fungsi 1. Luas kawasan hutan di Kabupaten
hutan menjadi penggunaan lahan, salah Asahan berdasarkan Keputusan Men-
satu cara yang bisa dilakukan adalah pe- teri Kehutanan Nomor 44/Menhut-
negakan hukum (law enforcement). Sela- II/2005 tentang Penunjukan Kawasan
ma ini faktor penegakan hukum menjadi Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera
315
Info Hutan Vol. V No. 4: 307-316, 2008
343