Anda di halaman 1dari 2

Tugas Bahasa Jawa : Semantik

Materi Semantik Bahasa Jawa

Lengkapilah bagian yang rumpang dalam teks berikut! Tuliskan jawabanmu pada file lain!

Makna selalu berkaitan dengan bentuk bahasa. Makna dapat dilihat secara leksikal dan secara
gramatikal. Makna leksikal mengacu pada pemahaman suatu bentuk kata dengan memanfaatkan 1
kamus Misalnya, untuk mengetahui makna dari kata bur maka kita perlu melihat kamus agar kita
mengetahui makna 2 sebuah kata yang sesuai dengan konteks atau gagasan kalimat. Makna gramatikal
dipengaruhi oleh bentuk 3 bahasa yang lain dalam sebuah konteks bahasa. Misalnya, bentuk ibu,
methiki ‘memetik’, dan kembang ‘bunga’ akan saling berhubungan untuk membentuk makna gramatikal
4 kalimat tersebut.

Satu kata dapat memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteks bahasa. Kata-kata
tersebut memiliki hubungan atau relasi dalam sebuah kajian bahasa, istilah yang dimaksud yaitu relasi 5
makna. Dalam bahasa Jawa hubungan antarkata tersebut meliputi sinonim, homonimi, antonim, dan
polisemi. Sinonim dalam bahasa Jawa disebut dasanama dan tembung padha tegese 6. Dasanama
artinya satu kata yang memiliki sepuluh (banyak 7 nama. Misalnya kata omah ‘rumah’, dalam konteks
dasanama memiliki persamaan makna dengan kata griya, wisma, panti, dan graha.

Hominimi adalah satuan bahasa yang memiliki wujud sama namun memiliki makna yang
berbeda. Homonimi dibedakan menjadi dua yaitu homofoni dan homografi. Homofoni adalah kata yang
pengucapan dan pelafalannya sama namun berbeda maknanya 8. Kata punk ‘aliran musik’ dan pang
‘dahan’ adalah contoh dari homofoni. Homografi adalah kata yang tulisannya 9 sama namun berbeda
pengucapan dan maknanya. Kata kalong yang bermakna berkurang sedikit dan kata kalong yang
bermakna kelelawar berukuran besar, keduanya termasuk homografi.

Antonim dalam bahasa Jawa disebut tembung kosok balen. Tembung kosok balen memiliki
hubungan berkebalikan 10 antara kedua katanya. Kata dhisik ‘dahulu’ dan kari ‘akhir’adalah kata yang
berkebalikan. Sedangkan polisemi adalah satu kata yang memiliki banyak makna. Kata baya memiliki
tiga makna yaitu nama hewan melata, terserah, dan berbahaya. Oleh karena memiliki banyak makna
kata maka kata baya termasuk polisemi 11 dalam bahasa Jawa.

Idiom merupakan wujud kesantunan masyarakat Jawa dalam bertutur dan bersosialisasi. Idiom
merupakan nasihat atau larangan yang khas dan indah dan memiliki nilai kebudayaan. Idiom dalam
bahasa Jawa berbentuk tembung entar, paribasan, saloka, pepindhan, panyandra, isbat, sanepa, dan
bebasan. Tembung entar adalah sekelompok kata yang memiliki makna kiasan atau makna konotatif 12.
Paribasan adalah sekelompok kata yang memiliki susunan tetap dan berisi nasihat, prinsip hidup, dan
aturan hubungan manusia 13 dengan alam. Saloka adalah sindiran tentang kondisi seseorang yang
disamakan 14 dengan hewan atau tumbuhan. Pepindhan adalah perumpamaan 15 dalam bahasa Jawa
dengan ditandai penggunaan kata kaya ‘seperti’, pinda ‘bagai’, dan lir ‘bak’. Panyandra adalah pujian 16
untuk keindahan tubuh manusia. Isbat adalah kalimat yang mengandung ajaran ilmu filsafat Jawa.
Sanepa adalah kelompok kata yang memiliki makna sangat 17 dari kata yang diacu pada kata kedua.
Bebasan adalah ungkapan dengan menggunakan kata lain yang memiliki makna yang mirip 18.
Termasuk idiom yang manakah kelompok kata-kelompok kata berikut?

Gunakanlah Pepak Basa Jawa sebagai bahan referensi!

1. Cahyane nglentrih kaya rembulan karainan ‘rona wajahnya pucat seperti bulan kesiangan’.
2. Padha pleg pindha jambe sinigar ‘sama persis bagai buah pinang dibelah’.
3. Bening leri ‘sebening air cucian beras’.
4. Suwe mijet wohing ranti ‘seperti lamanya memencet tomat ranti’.
5. Adus luh ‘mandi air mata’.
6. Manis rembuge ‘ucapannya manis’.
7. Pakulitane ngulit langsep ‘kulitnya seperti kuliat buah langsep’.
8. Swarane ngombak banyu ‘suaranya mengalun’.
9. Anak polah bapa kepradah ‘anaknya bertingkah ayahnya yang bertanggung jawab’.
10. Cincing-cincing meksa klebus ‘mengangkat rok atau celana ternyata basah kuyup’.
11. Diwenehi ati ngrogoh rempelo ‘diberi hati meminta lambung’.
12. Kandhang langit, bantal ombak, kemul mega ‘berumah langit, berbantal ombak, berselimut
awan’.
13. Iwak lumebu wuwu ‘ikan masuk ke perangkap ikan’.
14. Jarit lawas ing sampiran ‘kain lama di gantungan baju’.
15. Golek banyu bening ‘mencari air jernih’
16. Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh ‘pelan-pelan bertindak, mendapatkan keinginan’.

Anda mungkin juga menyukai