Anda di halaman 1dari 29

Makalah Standar

Pelayanan Kebidanan BPM Melita

Oleh:
Ai Rahmawati

195401426067

Kelas C1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
TAHUN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu

alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi, dalam meningkatkan

produktifitas dan menjamin mutu produk dan / atau jasa, sehingga dapat mingkatkan daya

saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun

kesehatannya. (Djoko Wijono, 1999 : 623).

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka

kematian ibu ( AKI) yang menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup,

mengalami penurunan yang lambat, yaitu menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT

1995). Angka ini 3-6 kali lebih besar dari Negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali

dari angka dinegara maju.

Angka kematian bayi (AKB) di indinesia, menurut hasil Survey Demografi Kesehatan

Indonesia 1997 adalah 52/100 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Neonatal 25 per

1000 kelahiran hidup. Dibandingaka Negara ASEAN lainnya, AKB indonesia2-5 kali lebih

tinggi. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal

merupakan penyebab utama kematian bayi (33,5%) di luar pulau jawa – bali dan merupakan

penyebab kematian kedua (26,9%) diluar jawa – bali.

Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi

yang diperlukan bidan dalalm menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan

sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan

kurikulum pendidikan. Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan

kebutuhan operasional untuk penerapannya , misalnya kebutuhan akan pengorganisasian ,


mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana kebidanan

dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan

sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik. Salah satu indikator

keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien. (Djoko

Wijono, 1999 : 623).

2.   Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Untuk mengetahui Standar Pelayanan persalinan di BPM Melita

2.      Tujuan Khusus

a.       Mengetahui Standar – Standar apa saja yang dapat meningkatkan pelayanan yang bermutu

b.      Mengidentifikasi Standar Masukan di BPM Melita.

c.       Mengidentifikasi Standar Lingkungan di BPM Melita.

d.      Mengidentifikasi Standar Proses di BPM Melita

3.      Manfaat Penelitian

1.      Bagi Kelompok

a.       Peneliti dapat menambah wawasan baru, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan

tentang meningkatkan mutu pelayanan di BPS.

b.      Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.

2.      Bagi Instansi Pendidikan

a.       Sebagai sumber materi ilmiah.

b.      Sebagai sumber pengembangan ilmu kebidanan.

3.      Bagi Tempat Penelitian

a.       Sebagai acuan dalam meningkatkan pelayanan yang bermutu.

b.      Dapat memberikan kepuasan kepada pasien.


BAB II

PEMBAHASAN

Standar Pelayanan Kebidanan

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan standar di bawah ini perlu

dipantau serta dinilai secara objektif dan berkesinambungan. Apabila ditemukan

penyimpangan perlu segera di perbaiki. Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-

masing unsur palayanan kesehatan standar dalam program menjaga mutu dapat dibedakan

atas 2 macam.

1.      STANDAR PERSYARATAN MINIMAL

a.      Standar Masukan (INPUT)

1.      Standar of personel

Kriteria standar of personel dalam persalinan di BPM Melita

1.    Lulusan D3

2.    Sebagai pegawai puskesmas

3.    Sebagai bidan BPS

4.    Bidan Delima


2.      Standar of fasilitas

No Jenis alat jumlah


1.       2 klem Kelly 2 pasang

2.       Gunting tali pusat 2 buah

3.       Benang tali pusat 2 bungkus

4.       Kateter nelaton 2 buah

5.       Gunting episiotomi 2 buah

6.       Alat pemecah selaput ketuban atau ½ kocher 2 buah

2 pasang sarung tangan DDT

7.       Kasa atau kain kecil 2 pasang

8.       Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum ada

9.       IM sekali pakai 1 bok

Kateter penghisap De Lee

10.   Patograf 2 buah

11.   Kertas kosong atau formulir rujukan 1 lembar

12.   Pena 1 lembar

13.   Termometer 1 buah

14.   Pita pengukur 1 buah

15.   Doppler 1 buah

16.   Jam yang mempunyai detik 1 buah

17.   Stetoskop 1 buah

18.   Tensimeter 1 buah

19.   Larutan klorin 1 buah

20.   Sabun dan deterjen 1 buah

21.   Sikat kuku dan penggunting kuku 1 bak


22.   Celemek 1 buah

23.   Kain plastik untuk alas ibu bersalin 1 buah

24.   Kantong plastik 2 buah

25.   3 botol larutan ringer laktat 500 ml 2 buah

26.   Set infus 3 buah

27.   2 kateter intravena ukuran 16-18 G 3 buah

28.   2 ampul metil ergometrin malet 0,2 mg 2 buah

29.   3 ampul oksitosin 10 U 1 dos

30.   10 misoprostol 1 dos

31.   2 vial larutan magnesium sulfat 40% 10 buah

32.   2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 21/2 ml 2 buah

33.   Bahan –bahan untuk penjahitan episiotomi 2 buah

34.   1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta

jarumnya 1 buah

35.   20 ml larutan lidokain 1% Ada

36.   Pemegang jarum 2 buah

37.   Pinset 2 buah

38.   Jarum jahit 1 bungkus

39.   Benang catgut 2 bungkus

40.   1 pasang sarung tangan DDT 1 pasang

Standar fasiltas di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd. Keb.

Jenis alat Ju mlah


1.      2 klem kelly 4 pasang

2.      Gunting tali pusat 4 buah

3.      Benang tali pusat Tidak ada (klem

tali pusat)

4.      Kateter nelaton 3 buah

5.      Gunting episiotomi 4 buah

6.      Alat pemecah selaput ketuban atau ½ kocher 4 buah

7.      Kasa atau kain kecil Ada

8.      Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum IM 2 bok

sekali pakai

9.      Kateter penghisap De Lee 2 buah

10.  Termometer 4 buah

11.  Pita pengukur 3 buah

12.  Doppler -

13.  Jam yang mempunyai detik 3 buah

14.  Stetoskop 4 buah

15.  Tensimeter 3 buah

16.  Larutan klorin Ada

17.  Sabun dan deterjen Ada

18.  Celemek 4 buah

19.  Kain plastik untuk alas ibu bersalin 3 buah

20.  Kantong plastik 2 bungkus

21.  3 botol larutan ringer laktat 500 ml Ada

22.  Set infus 3 buah

23.  2 kateter intravena ukuran 16-18 G Ada


24.  2 ampul metil ergometrin malet 0,2 mg 1 dos

25.  3 ampul oksitosin 10 U 2 dos

Bahan –bahan untuk penjahitan

episiotomi

26.  1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta 2 bok

jarumnya

27.  20 ml larutan lidokain 1% Ada

28.  Pemegang jarum 4 buah

29.  Pinset 4 buah

30.  Jarum jahit 4 bungkus

31.  Benang catgut 5 bungkus

32.  1 pasang sarung tangan DDT 2         dos

b.      Standar lingkungan

1.      Standar Organisasi

Banyak upaya telah di lakukan organisasi profesi untuk tetap meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan antara lain:

1.      Mengharuskan setiap anggotanya untuk mempunyai standart kompetensi minimal dan

terus meningkatkan katerampilan serta pengetahuan mereka.

2.      Pelatihan APN dalam rangka mengurangi risiko kematian pada ibu melahirkan dan

mengurangi serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.

3.      IBI tahun 2004, meluncurkan program bidan delima. Bidan delima merupakan program

mencapai standart pelayanan tinggi sesuai dengan aturan organisasi kesehatan dunia (WHO),
seperti kemampua bidan menolong persalinan sampai asuhan masa nifas, masa inerval, KB,

memperlakukan pasien secara manusiawi

4.      IBI selalu mengupayakan anggotanya dapat meningkatkan kualitas diri dan pelayanannya,

baik untuk jenjang pendidikan bidan maupun kemudahan penyediaan sarana klinik bidan

swasta, seperti menjalin kerja sama dengan organisasi dan badan keuangan untuk penyediaan

kredit modal kerja berupa obat-obatan bebas maupun obat-obatan kontrasepsi.

5.      Memberi motivasi kepada anggotanya melalui pemberian penghargaan kepada bidan.

Misalnya, IBI DKI memberi penghargaan kepada bidan dengan kriteria ”Bidan Bersih

Berprestasi”, “Bidan Bintang”, “Bidan Sahabat”, “Bidan Delima”.

(Erna juliana simatupang, SKM : 30)

2.      Standar dasar hukum

1.      UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

2.      PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

3.      KepMenKes RI No.900/Menkes/SK/VII/2002/tentang registrasi dan praktik bidan

4.      Keputusan kepala badan kepegawaian negara No.6 tahun 2004 tentang tunjangan

fungsional bidan

5.      Keputusan Menteri Negara pendayaan aparatur negara No.932/Kep/M.PAN/II/2001 tentang

jabatan fungsional bidan dan angka kreditnya

c.          Standar Proses

Terdapat 4 standar dalam pertolongan persalinan sebagai berikut:


1.      Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I

Pernyataan Standar

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan

pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses

persalinan berlangsung.

PROSES:

1.      Mengijinkan ibu untuk memilih orang yang akan mendampinginya selama proses

persalinan dan kelahiran.

Kenyataan di BPM: bidan mengijinkan ibu untuk memilih orang yang akan

mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.

2.      Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu bahwa persalinan sudah mulai/ ketuban

sudah pecah.

Kenyataan di BPM: bidan mendatangi ibu hamil ketika diberitahu bahwa ketuban sudah

pecah.

3.      Cuci tangan dengan sabun air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul

kering dengan handuk bersih setiap kali sesudah dan setelah kaontak dengan pasien. (kuku

harus dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan apapun menangani benda yang

terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua

pemeriksaan vagina.

Kenyataan di BPM: bidan mencuci tangan dengan sabun air bersih yang mengalir,

kemudian mengeringkan dengan handuk bersih setiap kali sesudah dan setelah kontak dengan

pasien. Bidan juga menggunakan sarung tangan dalam menangani benda yang terkontaminasi

oleh darah atau cairan tubuh. Serta menggunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua

pemeriksaan vagina.

4.      Menanyakan riwayat ibu secara lengkap.


Kenyataan di BPM: bidan menanyakan riwayat ibu secara lengkap.

5.      Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan membeerikan perhatian terhadap

tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah

ketuban pecah).

Kenyataan di BPM: bidan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan

membeerikan perhatian terhadap tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan

lama kontraksi dan apakah ketuban pecah).

6.      Melakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan.(jika his teratur

dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital ibu/janin

normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam).

Kenyataan di BPM: Bidan melakukan pemeriksaan dalam secara asptic dan sesuai dengan

kebutuhan

7.      Dalam pemeriksaan dalam cukup setiap empat jam dan selalu secara aseptic.

Kenyataan di BPM: Dilakukan VT tetapi disesuaikan dengan keadaan pasien.

8.      Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak

dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam persalina

disebabkan oleh komplikasi septeri plasenta previa,segera rujuk kepuskesmas atau rumah

sakit terdekat (ikuti langkah yang tercantum dalam standar 16).

Kenyataan di BPM: Bidan tidak melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari

vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan.

9.      Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan

partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera

berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas / rumah sakit yang tepat.

Kenyataan di BPM: Bidan mencatat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan

seksama pada kartu ibu dan partograf pada saat asuhan diberikan.serta apabila menemukan
komplikasi atau masalah, segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas /

rumah sakit yang tepat.

10.  Catat sema temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan catatan

kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih jika diindikasikan.

Catatan harus selalu memasukkan denyut jantung janin, periksa dalam, pecahnya ketuban,

perdarahan cairan vagina, kontraksi uterus, tanda-tandavital ibu (suhu, nadi, dan tekanan

darah), urin, minuman, obat-obatan yang diberikan, dan informasi yang berkaitan lainnya

serta semua perawatan yang diberikan.

Kenyataan di BPM: Bidan tidak melakukan pencatatan karena pada fase laten waktu

pemantauannya lama dan kebanyakan pasien datang sudah pada fase aktif.

11.  Catat semua temuan pada patograf dan kartu ibu pada ssat ibu datang pada saat fase aktif

(pembukaaan 4 cm atau lebih).

Kenyataan di BPM: Bidan mencatat semua temuan pada patograf dan kartu ibu pada saat

ibu datang pada saat fase aktif (pembukaaan 4 cm atau lebih).

12.  Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu bersalin.

Kenyataan di BPM: Bidan melengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu bersalin.

13.  Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses

persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100x/menit atau lebih dan

180x/menit), harus dilakukan tiap 15 menit.

Kenyataan di BPM: Bidan memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap

30 menit selama proses persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari

100x/menit atau lebih dan 180x/menit), harus dilakukan tiap 15 menit.

14.  Memantau dan mencatat pada partograf hasil pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering

jika ada indikasi medis).


Kenyataan di BPM: Bidan melakukan pemantau dan pencatatan pada partograf hasil

pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering jika ada indikasi medis).

15.  Catat pada partograf kontraksi uterus tiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan

lamanya kontraksi selama 10 menit.

Kenyataan di BPM: Bidan mencatat pada partograf kontraksi uterus tiap 30 menit pada fase

aktif.palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.

16.  Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam

dan teruskan setiap periksa dalam.

Kenyataan di BPM: Bidan mencatat pada partograf dan amati penurunan kepala janin

dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan setiap periksa dalam.

17.  Pantau dan catat pada partograf

-          Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi

-          Suhu tiap 2 jam, lebih sering jika ada komplikasi

-          Nadi setiap 4 jam

Kenyataan di BPM: Bidan memantau dan mencatat pada partograf

-          Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi

-          Suhu tiap 2 jam, lebih sering jika ada komplikasi

-          Nadi setiap 4 jam

18.  Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf

jumlah pengeluaran urine setiapz kali ibu buang air kecil, dan cata protein aseton yang ada

dalam urine.

Kenyataan di BPM: Bidan menganjurkan pasien untuk buang air kecil, tetapi pasien tidak

mau membuang air kecil dikarenakan pasien sudah merasa kesakitan.


19.  Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang

dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah

pecah.

Kenyataan di BPM: Bidan menganjurkan ibu untuk tetap aktif bergerak seperti biasa, dan

memilih posisi yang dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala

sementara ketuban sudah pecah

20.  Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari dehidrasi

gawat janin.

Kenyataan di BPM: Bidan membuatkan pasien air gula dan menganjurkan ibu untuk cukup

minum, guna menghindari dehidrasi gawat janin.

21.  Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap

kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada

orang terdekat ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan dan

dukungan kepada ibu selama persalinan.

Kenyataan di BPM: Bidan memberikan dukungan moril dan perlakukan yang baik dan

peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi.

Menganjurkan pada orang terdekat ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan

kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.

22.  Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu

ibu kemajuan persalinan secara berkala.

Kenyataan di BPM: Bidan menjelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu,

suami dan keluarganya.

23.  Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.

Kenyataan di BPM: Saat proses persalinan berlangsung bidan bersiaplah untuk menghadapi

kelahiran bayi.
24.  Lakukan lakukan pertolongan persalinan secara bersih dan aman.

Kenyataan di BPM: Bidan melakukan pertolongan persalinan secar bersih dan aman.

OUT PUT

1.      Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila diperlukan.

Kenyataan di BPM: Bidan dapat memberikan pertolongan darurat yang memadai dan tepat

waktu, serta disesuaikan dengan keadaan seperti factor ekonomi, geografi,dan social budaya.

2.      Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikasi persalinan dan komplikasi lainnya yang

ditolong tenaga kesehatan terlatih.

Kenyataan di BPM: Menurunkan cakupan persalinan dan komplikasi persalinan serta

komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih.

Hal ini terbukti dari hasil laporan peningkatan cakupan tiap bulan.

3.      Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama.

Kenyataan di BPM: Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama.

2.      Standar 10: Persalinan Kala II Yang Aman

Pernyataan Standar

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan

terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

PROSES:

1.      Menghargai ibu selama proses persalinan.

Kenyataan di BPM: Bidan menghargai ibu seperti mendengarkan semua keluh kesahnya

dan memberikan motivasi.


2.      Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan

kelahiran.

Kenyataan di BPM: Bidan mengijinkan ibu untuk memilih orang yang akan

mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran seperti suami, orang tua dll

3.      Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua

handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayu, yang lain untukan dipakai

kemudian), tempat untuk placenta.

Kenyataan di BPM: Bidan memberikan ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk

persalinan, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayu, yang lain

untukan dipakai kemudian), tempat untuk placenta.

4.      Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-

betul kering dengan handuk bersih.

Kenyataan di BPM: Bidan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,

kemudian mengeringkan dengan handuk bersih.

5.      Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman baginya.

Kenyataan di BPM: Bidan menganjurkan pada ibu untuk miring kiri karena posisi miring

kiri dapat mempercepat penurunan kepala.

6.      Pada kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi

sudah kelihatan.

Kenyataan di BPM: Pada kala II bidan anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin

atau saat kepala bayi sudah kelihatan.

7.      Pada kala II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his terakhir, irama dan frekuensinya

harus segera kembali normal.

Kenyataan di BPM: Tidak selalu dipantau karena disesuaikan dengan keadaan pasien
8.      Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menarknya kearah

luar.

Kenyataan di BPM: Bidan melakukan gerakan menyapu karena dengan gerakan menyapu

akan mempercepat pengeluaran kepala

9.      Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.

Kenyataan di BPM: Memakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.

10.  Jika ada kotoran keluar dari rectum, bersihkan dengan kain bersih.

Kenyataan di BPM: Jika ada kotoran keluar dari rectum, bidan membersihkan dengan kain

bersih.

11.  Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantar his.

Kenyataan dipBPS: Bidan membantu mengeluarkan kepala bayi secara perlahan – lahan.

12.  Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan dengan

cara yang tepat.

Kenyataan di BPM: Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bidan

melahirkan bahu dengan cara biparietal dan tehnik POLDA (jempol didada)

13.  Segera setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan segera keringkan bayi

dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk bersih

dan hangat.

Kenyataan di BPM: Segera setelah lahir, bidan memeriksa keadaan bayi, dan meletakkan

diperut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering,

selimuti bayi dengan handuk bersih dan hangat.

14.  Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong diantara dua

klem dengan gunting tajan steril/DTT.


Kenyataan di BPM: Bidan melakukan pengekleman dengan menggunakan klem tali pusat

dan pemotongan tali pusat menggunakan gunting tali pusat

15.  Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.

Kenyataan di BPM: Tidak dilakukan karena IMD sulit diterapkan didaerah pedesaan karena

setelah di selimuti, bayi langsung diminta keluarga untuk di adzanni.

16.  Menghisap lendr dari jalan nafas bayi selalu diperlukan.

Kenyataan di BPM: Bidan tidak melakukan penghisapan lender karena akan menyakiti bayi.

17.  Untuk melahiran plasenta, mulailah langkah-langkah untuk penatalaksanaan manajemen

aktif kala tigayang tercantum distandar 11.

Kenyataan di BPM: Bidan melahiran plasenta dengan langkah-langkah penatalaksaan

manajemen aktif kala tiga.

18.  Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan uttuh dengan mengikuti langkah-langkah

penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga (lihat standr 11), lakukan masase uterus agar terjadi

kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.

Kenyataan di BPM: Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan uttuh dengan

mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga (lihat standr 11),

lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.

19.  Segera satelah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau

perineum.

Kenyataan di BPM: Segera satelah plasenta dikeluarkan, bidan memeriksa apakah terjadi

laserasi pada vagina atau perineum.

20.  Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit diukur dan sering

diperkirakan lebih sedikit).

Kenyataan di BPM: Bidan memperkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat


21.  Bersihkan perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah dijemur.

Kenyataan di BPM: Bidan melakukan pembersihan perineum tapi hanya menggunakan

waslap.

22.  Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.

Kenyataan di BPM: Bidan memberikan plasenta kepada suami/keluarga ibu setelah

dibingkus dengan kendi.

23.  Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI.

Kenyataan di BPM: Bidan memastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman dan memberikan

bayi kepada ibu untuk diberi ASI.

24.  Untuk perawatan bayi baru lihat standar 13.

Kenyataan di BPM: Bidan melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.

25.  Catat semua temuan dengan seksama.

Kenyataan di BPM: Bidan memcatat semua temuan dengan seksama.

OUT PUT

1.      Persalinan yang bersih dan aman

Kenyataan di BPM: Bidan memberikan pelayanan persalinan yang bersih dan aman

2.      Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan

Kenyataan di BPM: Meningkatnya kepercayaan pasien terhadap bidan

3.      Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan

Kenyataan di BPM: Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan

4.      Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia neonatorum, trauma

kelahiran

Kenyataan di BPM: Menurunnya komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia

neonatorum, trauma kelahiran


5.      Menurunnya angka sepsis puerpuralis

Kenyataan di BPM: Menurunnya angka sepsis puerpuralis

3.      Standar 11: Pengeluaran Plasenta Dan Peregangan Tali Pusat

Pernyataan Standar

Bidan melakuakn penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta

dan selaput ketuban secara lengkap.

PROSES:

1.      Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tetntang prosedur penatalaksanaan aktif

persalinan kala tiga

Kenyataan di BPM: Bidan memberikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang

prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga

2.      Masukkan oksiitosin 10 IU IM ke dalm alat suntik steril menjelang persalinan

Kenyataan di BPM: Bidan memasukkan oksitosin 10 IU IM ke dalm alat suntik steril

menjelang persalinan

3.      Setelah bayi lahir (lihat standar 10). Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong di antara

du klem dengan gunting tajam steril/DTT.

Kenyataan di BPM: Setelah bayi lahir. Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong di

antara du klem dengan gunting tajam steril/DTT.

4.      Memeriksa fundus uteri untuk memastikkan kehamilan ganda.

Kenyataan di BPM: Biidan memeriksa fundus uteri untuk memastikkan kehamilan ganda.

5.      Tunggu uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terus – menerus sementara

tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan kearah atas

(dorsokranial). Ulangi langkah ini tiap kali ada his. Berhati – hati jangan menarik tali pusat

berlebihan karena akan menyebabkan inversion uteri


Kenyataan di BPM: Menunggu uterus berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terus –

menerus sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan

kearah atas (dorsokranial). Ulangi langkah ini tiap kali ada his.

6.      Bila plasenta belum lepas setelah melakukan manajemen aktif persalinan kala tiga dalam

waktu 15 menit:

-          Ulangi 10 unit oksitosin IM

-          Periksa kandung kemih, lakukan katerisasi bila penuh

-          Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk

-          Teruskan melakukan penatalaksaan aktif persalinan kala tiga selam 15 menit pertama.

-          Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit

Kenyataan di BPM: Bila plasenta belum lepas setelah melakukan manajemen aktif

persalinan kala tiga dalam waktu 15 menit.

7.      Bila sudah ada terasa pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali

pusat ditegakkan kea rah bawah kemudian keatas sesuai dengan survey jalan lahir hingga

hingga plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong fundus karena dapat mengakibatkan

inversion).

Kenyataan di BPM: Bila sudah ada terasa pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran

sedikit pada saat tali pusat ditegakkan kea rah bawah kemudian keatas sesuai dengan survey

jalan lahir hingga hingga plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong fundus karena

dapat mengakibatkan inversion).

8.      Setelah plasenta tampak divulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu,

pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.


Kenyataan di BPM: Meneruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang

plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

9.      Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, lakukan masase uterus supaya

berkontraksi.

Kenyataan di BPM: Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, bidan

melakukan masase uterus supaya berkontraksi.

10.  Sambil melakukan masase fundus uteri periksa plasenta dan selaput ketuban untuk

memastikan plasenta utuh dan lengkap.

Kenyataan di BPM: Sambil melakukan masase fundus uteri, bidan memeriksa plasenta dan

selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.

11.  Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, ikuti standar 20. Jika terjadi atonia uteri atau

perdarahan pasca persalinan lihat standar 21.

Kenyataan di BPM: Bila plasenta tidak dilahirkan utuh dan lengkap, mengikuti standar 20.

Jika terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21.

12.  Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat(ingat perdarahan sulit diukur dan sering

diperkirakan lebih sedikit).

Kenyataan di BPMs: Bidan memperkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat

13.  Bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tuttup dengan pembalut wanita/ kain

bersih/ telah dijemur.

Kenyataan di BPM: Bidan membersihkan vulva dan perineum dengan waslap dan tuttup

dengan pembalut wanita/ kain bersih/ telah dijemur.

14.  Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan seksama. Berikanplasenta kepada

suami atau keluarga ibu.


Kenyataan di BPM: Bidan memeriksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan

seksama. Berikan plasenta kepada suami atau keluarga ibu.

15.  Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama.

Kenyataan di BPM: Bidan memcatat semua perawatan dan temuan dengan seksama.

OUT PUT

1.      Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan kala tiga

Kenyataan di BPM: Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada saat persalinan

kala tiga

2.      Menurunkan terjadinya atonia uteri

Kenyataan di BPM: Menurunkan terjadinya atonia uteri

3.      Menurunkan terjadinya retensio plasenta

Kenyataan di BPM: Menurunkan terjadinya retensio plasenta

4.      Memperpendek waktu persalinan kala tiga

Kenyataan di BPM: Memperpendek waktu persalinan kala tiga

5.      Menurinkan terjadinya post partum akibat salah penanganan kala tiga.

Kenyataan di BPM: Menurinkan terjadinya post partum akibat salah penanganan kala tiga.

4.      Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi

Pernyataan Standar

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang aman, dan segera

melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan

penjahitan perineum.
PROSES:

1.      Memperliatkan alat steril/DTT untuk tindakan ini

2.      Memberitahu ibu tetang perlunya episiotomy dilakukan dan yang akan dirasakannya.

3.      Kenakan sarung tangan sreril/DTT

4.      Jika kepala janin meregangkan perineum, anastesi local diberikan (pada saat his).

Masukkan dua jari tangan kiri kedalam vagina untuk melindungi kepala sbayi, dan dengan

tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting (sebaiknya dilakukakn

insisi medio-lateral). Sebelum menyuntikannnya, tarik jaruum sedikit (untuk memastikan

jarus tidak menembus pembuluh dararh). Masukan anastesi perlahan-lahan, sambil menarik

alat suntik perlahan sehingga garis yang akan digunting teranastesi.

5.      Tunggu satu menit agar anastesinya bekerja, lakukan tes kekebalan/ mati rasa

6.      Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian lakukan

pengguntingan tunggal secar mantap, (sebaiknya medio lateral).

7.      Tangan kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar

tidak terjadi defleksi terlalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu meneran diantata dua his,

kemudian lahirlah bayi secara normal.

8.      Begitu bayi lahir, keringkan dan selimuti bayi. Mulai melakukan resusitasi bayi baru lahir

jika diperlukan.(lihat standar 24)

9.      Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikutti langkah-

langkahpenatalaksanaan aktif kala tiga, sesuai dengan standar 11.

10.  Periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomy, perluasan episisotomi dan/atau

laserasi

11.  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan menggunakan tehnik

aseptic, berikan anastesi local (lidokain 1%), lalu jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan

peralatan steril/DTT. (lhat standar 12).


12.  Lakukan jahitan sekitar 1 cm diatas ujung luka episiotomy atau laserasi si dalam vagina.

Lakukan penjahitan secar berlapis. Mulai dari vagina kea rah perineum, lalu dengan perineum

13.  Sesudah penjahitan, lakuakan masase uterus untuk memastikan bahwa uterus kontraksi

dengan baik. Pastikan, bahwa tidak ada kasa yang tertinggal I vagina dan masukan jari

dengan hai-hati ke rectum untukmemastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding

rectum. Bila hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahit ulang. Lepaskan sarung

tangan yang sudah berkontaminasi.

14.  Kenakan sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum dengan air matang, buatlah merasa

bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti. Bila

perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomy, temukan titik

perdarahan dan segera ikat, jiak bukan, ikuti standar 21.

15.  Pastikan ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering, serta menggunakan

pembalut wanita/kain bersih yang telah dijemur.

16.  Catat semua perawatan an temuan dengan seksama. Ikti standar untuk perawatan postpartum.

OUT PUT

1.      Komplikasi segera dideteksi dan di rujuk.

2.      Penurunan kejadian infeksi pada Ibu dan bayi baru lahir,

3.      Penurunan kelahiran akibat perdarahan pasca perslinan

4.      Pemberian ASI dimulai 1 jam pertama sesudah persalin.

5.      penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat

6.      Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua


2.      Standar Penampilan Minimal

Dari standar personel, standar fasilitas,standar lingkungan serta standar proses dalam

proses pertolongan perasalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd, Keb. di atas sudah cukup baik

di lihat dari alat-alat sudah cukup lengkap dan dalam proses pertolongan persalinan baik
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin serta plasenta dari uterus melalui jalan

lahir. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya yaitu dengan

cara ibu meneran apabila ada kontraksi. Peran petugas adalah memantau persalinan dan

mendeteksi adanya tanda bahaya yang akan terjadi saat persalinan, dalam hal itu bidan harus

memenuhi standar persyaratan minimal yaitu standar personel, standar fasilitas, standar

proses serta standar lingkungan sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang kita

berikan dalam pelayanan kebidanan.

Standart pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang di

perlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standart pelayanan akan sekaligus

melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat

dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standart pelayanan, yang dapat di

bandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai

kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan.

Dari pembahasan yang kami bahas di atas maka dapat di simpulkan bahwa standart

pelayanan minimal pertolongan persalinan di BPM Melita wilayah kerja puskesmas Sepatan

sudah memenuhi standar. Serta manajemen di BPS sudah baik dan terencana sehingga

mendapatkan output yang baik.


3.2 Saran

Diharapkan pada mutu pelayanan di BPM dapat ditingkatkan untuk menjadi lebih baik

lagi. sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan nyaman lebih

bermutu.
DARTAR PUSTAKA

http://www.cindycomputer.com/standar-pertolongan-persalinan.html

dr wijono, wibisono. 2006. Buku 1 standar pelayanan kebidanan, Jakarta: pengurus pusat

ikatan kebidanan

Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta,2007.

Manajemen Pelayanan Kebidanan, ECG, Jakarta,2008.

Anda mungkin juga menyukai