Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA KASUS SYOK

A. KONSEP SYOK
1. Pengertian Syok
Syok didefinisikan sebagai kondisi kompleks yang mengancam
jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan
sel-sel tubuh dan akhirnya akan menyebabkan kematian bila tidak
ditangani (Smeltzer & Bare 2013).
Syok merupakan sindrom klinis bukan diagnosa yang terjadi akibat
menurunnya tekanan darah secara persisten yang menyebabkan perfusi
memburuk serta malfungsi organ vital (Nurarif & Kusuma, 2016).
Syok adalah kombinasi kegagalan perfusi dan mengoksigenasi
organ vital yang membutuhkan penanganan identifikasi cepat. Dimana
pengobatan harus ditujukan pada penyebab syok bukan secara
umum/resusitasi cairan umumnya (Crouch, 2017).
2. Fase syok
a. Fase kompensatori
Tekanan darah pasien masih dalam batas normal. Vasokontriksi,
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kontraktilitas jantung,
semua berpengaruh dalam mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
b. Fase progresif
Mekanisme yang mengatur tekanan darah tidak mampu untuk
terus mengkompensasi dan tekanan arteri rerata (MAP). Meskipun
semua organ terganggu akibat hipoperfusi pada tahap ini, dua
peristiwa terjadi yang lebih jauh memperjelas sindrom syok.
Pertama, jantung yang bekerja keras menjadi iskemik yang
mengarah pada gagal pemompaan jantung bahwa ketika penyebab
mendasar syok bukan berasal dari jantung. Kedua, fungsi otoregulasi
mikrosirkulasi gagal berespons terhadap berbagai mediator kimiawi
yang dilepaskan oleh sel-sel, yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas kapiler.
c. Fase ireversibel
Menunjukkan titik sepanjang kontinum syok dimana kerusakan
organ sudah sangat parah sehingga pasien tidak berespons terhadap
pengobatan dan tidak mampu bertahan

Fase Fase Progresif Fase Ireversibel


Kompensatori
Frekuensi jantung > 100x/menit > 150x/menit Eratik atau sistol
Tekanan darah Normal TDS <80-90 Membutuhkan
mmHg dukungan
mekanik atau
farmakologis
Status respiratori > 20 Cepat, pernafasan Membutuhkan
dangkal; krekels intubasi
Kulit Dingin dan kusam Bercak, petekie Ikterik
Haluaran urine Menurun <20 ml/jam Anuria,
membutuhkan
dialisis
Fungsi mental Kelam pikir Letargi Tidak sadar
Keseimbangan Respiratori Metabolik, Asidosis hebat
asam-basa alkalosis asidosis

3. Klasifikasi Syok
Menurut Elselvier, (2010) terdapat tiga klasifikasi syok yaitu sebagai
berikut:
a. Syok hipovolemik
1) Pengertian
Syok yang diakibatkan karena kehilangan cairan yang
bersirkulasi dan bukan hanya karna trauma
2) Penyebab berdasarkan Crouch, (2017)
a) Kehilangan darah akut: pendarahan intraperitoneal, rupture
aortic eneurysm, gastrointestinal (GI).
b) Kehilangan cairan: luka bakar, kehilangan cairan
gastrointestinal (muntah dan diare)
3) Patofisiologi syok hipovolemik

Penurunan volume
darah

Penurunan arus
balik vena

Penurunan isi
sekuncup

Penurunan curah
jantung

Penurunan perfusi
jaringan

(Smeltzer & Bare 2013)


.
4) Manifestasi klinis
a) Kulit pucat dan dingin
b) Pusing dan lemah
c) Oliguria-anuria
d) Penurunan kesadaran
e) Sesak nafas
f) Haus
5) Penatalaksanaan syok hipovolemik
Tujuan utamanya adalah (1) memulihkan volume
intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat, (2)
meredistribusi volume cairan dan (3) memperbaiki penyebab
yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Menurut Paula Krisanty, dkk (2009) terdapat beberapa
penatalaksanaan dengan menggunakan prinsip gawat darurat
a) Pemberian oksigen dan perbaikan jalan nafas
b) Pemberian terapi cairan atau obat-obatan intravena
 Cairan fisiologis atau ringer laktat
 Pemberian tambahan darah
c) Hentikan pendarahan kalau ada
d) Volume sirkulasi dimonitor
 Tingkat kesadaran
 Tekanan darah, suhu, pernafasan dan denyut jantung
 Keadaan ekstremitas
 Jumlah urine yang keluar
 Pemeriksaan elektrolit dan hematokrit
1. Syok kardiogenik
a. Pengertian
Merupakan syok yang disebakan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung (Panace, 2013). Syok ini terjadi ketika kemampuan jantung
untuk memompa darah mengalami kerusakan. Pasien dalam syok
kardiogenik dapat mengalami angina dan terjadi distritmia (Suzanne
& Smeltzer, 2013).
b. Penyebab
1) Koroner seperti: infark miokardium
2) Non-koroner seperti: kardiomiopati, kerusakan katup,
tamponade jantung dan distritmia.
c. Patofisiologi

Penurunan
kontraktilitas
jantung

Penurunan volume
sekuncup

Penurunan curah
Kongesti pulmonari
jantung

Penurunan perfusi
jaringan

d. Manifestasi
1) Kulit (dingin, lembap dan bakteri banyak)
2) Dada (tidak ada kelainan atau dapat juga ditemukan tanda-tanda
gagal jantung kongestif)
3) Vena-vena leher (mungkin didapatkan adanya pembendungan)
4) TTV (takipnea, hipotensi, takikardi atau bradikardi)
5) Gallop: gesekan atau bising jantung mungkin dapat didengar
(Smeltzer & Bare, 2013)
e. Penatalaksanaan
1) Resusitasi cairan dan obat inotropik
2) Apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah dilakukan terapi
cairan maka dibutuhkan pemberian vasopressor
3) Memodifkasi tonus pembuluh darah dengan agen vasopressor
4) Menentukan secara dini anatomi koroner
5) Melakukan revaskularisasi dini
2. Syok distributif
Merupakan pergerakan cairan karena vasodilatasi terutama karena
anafilaksis atau sepsis, ini menyerupai hipovolemia tapi kehilangan
cairan tidak terlihat.indikator awal dari syok distributif adalah tekanan
nadi yang melebar sebagai tekanan darah diastolik (Oxford, 2017).
Karenanya syok ini dapat disebabkan baik oleh kehidupan tonus simpatis
atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel.

a. Menurut Smeltzer dan Bare (2013) ada beberapa kondisi yang


menempatkan pasien pada risiko syok distributif
1) Syok neurogenik: cedera medula spinalis dan anestesi spinal
2) Syok anafilaktik: sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi
dan alergi sengatan lebah
3) Syok septik : imunosupresif, usia yang ekstrim (< 1 tahun dan >
65 tahun), manutrisi, penyakit kronis dan prosedur
invasif
b. Patofisiologi

vasodilatasi

Malnutrisi volume
darah

Penurunan arus
balik vena

Penurunan volume
sekuncup

Penurunan curah
jantung
Penurunan perfusi
jaringan

c. Klasifikasi syok distributif terbagi 3 yaitu:


1) Syok sepsis
Terjadi akibat infeksi luka atau jaringan lunak,abses,
peritonitis, dan merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
tekanan darah disertai tanda kegagalan sirkulasi. Syok ini
merupakan penyebab kematian utama dalam unit perawatan
intensif (Smeltzer & Bare 2013).
2) Syok anafilaksis
Disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anitibodi terhadap benda asing
(antigen) mengalami reaksi antigen-antibodi sistemik(Smeltzer
& Bare 2013).Penyebabnya adalah obat-obatan seperti panisilin,
aspirin, karena makanan seperti kacang-kacangan, sengatan
serangga seperti lebah tawon, demut api dan karena tanaman
seperti serbuk sari yang terhirup.
Tanda dan gejalanya adalah: lesu, lemah, rasa tak enak, rasa
tak enak didada dan perut, rasa gatal dihidung dan palatum
(Nurarif & Kusuma, 2016).

a. Syok neurogenik
Vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anestesi
spinal dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai
akibat kerja obat-obatan depresan atau kekurangan glukosa
(misalnya reaksi insulin atau syok). Tanda dan gejalanya seperti kulit
kering, hangat, lembap dan bradikardia.
Pemeriksaan penunjang
Kultul darah
Kimia serum termasuk elektrolit, BUN dan kreatinin
DPL dan profil koagulasi
AGD dan oksimetri nadi
Pemeriksaan curah jantung
Laktat serum
Urinalisis
Elektrokardiogram (EKG), foto thoraks dan ultrasonografi jantung
Tes fungsi ginjal dan hati
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Observasi tingkat kesadaran
b. Monitor TTV, dan saturasi oksigen
c. Pasang monitor dengan defibrillator
d. Rekam EKG, mungkin menunjukkan denyut ektopik ventrikel
e. Kaji nyeri
f. Beri CVP (Central Venous Preesure) yang dibutuhkan
g. Pertahankan keseimbangan cairan
h. Status ginjal
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan
a. Kekurangan volume cairan
Intervensi:
 Observasi terhadap kehilagan cairan yang tinggi elektrolit
 Pantau pendarahan
 Berikan cairan sesuai kebutuhan
 Pantau status hidrasi
 Tingkatkan asupan oral
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

c. Ketidakefektifan pola nafas


Intervensi:
 Pantau adanya pucat dan sianosis
 Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
 Catat perubahan saturasi oksigen
 Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
d. Penurunan curah jantung
Intervensi:
 Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya siaonosis,
status pernafasan dan status mental
 Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler dan suhu serta
warna ekstrremitas
 Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama dan
nadi.
 Kolaborasikan pemberian titrasikan obat antiaritmia,
inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator
e. Nyeri akut
f. Risiko syok
Intervensi:
 Pantau kondisi yang dapat mengarah ke hipovolemia
 Kaji kondisi jantung dan kondisi sirkulasi
 Pantau asupan dan haluaran, termasuk luka, drain, muntah
dan diare
 Kolaborasi pemberian obat vasoaktif, antimikroba dan
glikosida jantung).

Anda mungkin juga menyukai