Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

PERTEMUAN 4,5 dan 6 (5-7 JUNI 2020)

A. Latar Belakang

Keperawatan gerontik merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan

professional yang mencakup berbagai macam disiplin ilmu dalam

mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual pada

individu dengan usia lanjut. Pelayanan ini berupaya untuk memfasilitasi lansia ke

arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, melalui pendekatan pada

pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi

sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama

dalam menghadapi kematian (Dewi, 2014).

Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan

merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang diberi karunia umur panjang

(Rohmah, Purwaningsih, & Bariyah, 2012). Secara konsep, seseorang dinyatakan

sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah diri sendiri untuk

keperluan sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Mubarak, 2006).

Pada pertemuan pertama, perawat telah melakukan pengkajian tahap awal

dan telah mendapatkan data sebagai berikut : nenek H yang beralamat di bener

meriah, umur 70 tahun dengan status menikah, beragama islam, suku gayo, tidak

pernah bersekolah, saat ini tinggal bersama dengan suami, nenek H memiliki anak
sebanyak 7 orang. Pada hari tersebut perawat juga melakukan pengkajian pada

lansia. Setelah melakukan pengkajian fisik umum lansia, pengkajian fungsional,

status mental, aspek kognitif serta menanyakan keluhan yang dialami oleh nenek

H.

Pada pertemuan pertama sampai ketiga, didapatkan data pengkajian fisik

dimana Nenek H mengeluh pandangan kabur dan pusing. Selalu merasa Lelah saat

beraktivitas. Ketika beraktivitas banyak jantung berdebar dan sakit. Tanda-tanda

vital semua dalam batas normal. Jarang BAB dan ketika BAB nenek mengeluh

sakit dan kotorannya keras. Dengan abdomen kembung. Pada bagian ekstemitas

tidak ada masalah. Nenek H terlihat saat ini sedang mengkonsumsi obat untuk

jantung yaitu Concor, Spironolacton dan alprazolam.

Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi

fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya (Rohmah, Purwaningsih,

& Bariyah, 2012). Juga depresi tanpa kesedihan sering terdapat pada usia lajut,

sindroma penurunan berupa penarikan diri,apatis, kekurangan energi atau kurang

aktif. Bentuk lain adalah gangguan distimia, berupa gangguan kronik yang kurang

intensitasnya dibawah gangguan depresi mayor. Keadaan ini dapat berawat

sebelum usia lanjut dan menetap hingga usia lanjut (Margarita & Maramis, 2014).

Pada saat diwawancara nenek mengatakan makan 3 kali sehari dengan 1

porsi habis secara dipaksa karena harus minum obat. Nenek juga mengatakan

mudah terbangun ketika tidur dimalam hari, perut sakit tapi BAB jarang dengan

konsistensi keras. Masih mampu beraktivitas namun cepat merada lelah, nenek H
mengatakan pernah jatuh di rumah sekali, tempat tidur dan tempat duduk nenek H

tinggi dengan penerangan rumah yang tidak memadai.

Pada aspek psikososial, nenek H tidak mengalami masalah emosi dan

mampu bersosialisasi dengan baik dengan lansia lainnya. Pada pengkajian

fungsional didapatkan data Nenek H dapat melakukan aktivitas sehari hari secara

mandiri seperti mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinen dan makan

secara mandiri

Depresi pada lansia dapat menyebabkan penyakit fisik ataupun

memperburuk gangguan fisik yang sudah ada. Minsalnya ketidakpatuhan karena

penurunan semangat dan penurunan aktivitas akibat gangguan depresi pada pasien

berkomodibitas dengan hipertensi dapat menyebabkan stroke, gagal ginjal, juga

dapat menjadi gangguan kardiovaskuler dam komplikasi lain (Margarita &

Maramis, 2014).

Pada pengkajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diagnose

yang dapat ditegakkan untuk kasus nenek H yaitu Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan defekasi tidak teratur, Gangguan pola

tidur berhubungan dengan kurang kendali tidur dan Risiko jatuh berhubungan

dengan gangguan penglihatan. Pertemuan selanjutnya perawat masih melakukan

pengkajian pada lansia yaitu pengkajian status mental lansia dan Mini-Cog,

Pengkajian Short Physical Performance Battery (SPPB) serta Pengkajian

Inventaris Depresi Beck.


B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen
b. Konstipasi berhubungan dengan kebiasaan defekasi tidak teratur
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kendali tidur
d. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan
2. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan data-data terkait tentang kesehatan lansia sesuai dengan

format pengkajian keperawatan gerontik.

3. Tujuan Khusus

a. Selama 1 x 40 menit kunjungan pertama, dapat dilakukan :

1) Pengkajian Short Physical Performance Battery (SPPB)

b. Selama 1 x 40 menit pada kunjungan kedua, dapat dilakukan :

1) Pengkajian status mental lansia (MMSE, Mini-Cog)

c. Selama 1 x 40 menit pada kunjungan ketiga, dapat dilakukan :

1) Pengkajian status depresi (Invetaris Depresi Beck)

C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian keperawatan gerontik

2. Metode : Wawancara, pengkajian fisk.

3. Media : Format pengkajian


4. Waktu : 3 x 40 menit

5. Strategi pelaksanaan

a. Pertemuan I (Jum’at, 5 Juni 2020)

No Alokasi waktu Kegiatan


1 11.00 – 11.05 Fase orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi
d. Validasi perasaan
e. Membuat kontrak waktu, tempat dan topik
2 11.05-11.35 Fase interaksi: melakukan wawancara dan
observasi tentang pengkajian gerontik meliputi
:
a. Pengkajian Short Physical Performance

Battery (SPPB)
3 11.35-11.40 Fase terminasi
a. Membuat kesimpulan hasil pertemuan
b. Memberi reward positif
c. Validasi perasan
d. Membuat kontrak waktu, tempat dan
topik pertemuan selanjutnya
e. Mengucapkan salam

b. Pertemuan ke II (Sabtu, 6 Juni 2020)


No Alokasi waktu Kegiatan
1 9.30 – 9.35 Fase orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi
d. Validasi perasaan
e. Membuat kontrak waktu, tempat dan topik
2 9.35-10.05 Fase interaksi: melanjutkan pengkajian
gerontik meliputi
a. Pengkajian status mental lansia (MMSE,

Mini-Cog)

3 10.05-10.10 Fase terminasi


a. Membuat kesimpulan hasil pertemuan
b. Memberi reword positif
c. Validasi perasaan
d. Membuat kontrak waktu, tempat dan topik
pertemuan selanjutnya
e. Mengucapkan salam

c. Pertemuan ke III (Minggu, 7 Juni 2020)


No Alokasi waktu Kegiatan
1 09.00 – 09.05 WIB Fase orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi
d. Validasi perasaan
e. Membuat kontrak waktu, tempat dan
topik
2 09.10 – 09.30 WIB Fase interaksi: melanjutkan pengkajian
gerontik meliputi
a. Pengkajian status depresi (Invetaris

Depresi Beck)
3 09.30 – 09.40 WIB Fase terminasi
a. Membuat kesimpulan hasil pertemuan
b. Beri reword positif
c. Validasi perasaan
d. Membuat kontrak waktu, tempat dan
topik pertemuan selanjutnya
a. Mengucapkan salam

6. Kriteria evaluasi

a. Evaluasi struktur

1) Tersedianya format pengkajian

2) Adanya kontrak waktu antara mahasiswa dan lansia

b. Evaluasi proses

1) Lansia mengikuti kegiatan secara penuh selama 3 x 40 menit

2) Lansia memberikan informasi/menjawab pertanyaan dari mahasiswa

c. Evaluasi hasil

1) Mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menentukan masalah sesuai

dengan informasi kondisi klien


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit


Deepublish.
Mubarak, Wahit. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.
Margarita & Maramis. (2014). Depresi lanjut usia. Jurnal Widya Medika Surabaya.
2(1).
Rohmah AI., Purwaningsih, & Bariyah, K. (2012). Kualitas hidup lanjut usia. Jurnal
Keperawatan, 3, 2, 120-132

Anda mungkin juga menyukai