Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH RESIKO PERBANKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Resiko

Dosen Pengampu :
Asman, SE, MM

Disusun oleh :

Anna Andreani

1320170050

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFIIYAH
TAHUN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur saya persembahkan kepada ALLAH SWT


yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat menyelesaikan
makalah  mata kuliah Manajemen Resiko ini .

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Resiko.

Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun untuk pembuatan makalah-makalah  selanjutnya sangat diharapkan
agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini
juga berguna untuk kita semua.

Jakarta, 23 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

                                                                                                                                              

KATA PENGANTAR...................................................................................................        ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................      iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.....................................................................................................        1

B.     Rumusan Masalah.............................................................................................         1

C.     Tujuan/Manfaat..................................................................................................        1

BAB II PEMBAHASAN     

A. Pengertian Resiko Perbankan.............................................................................   2

B.    Bank Devisa dan Bank Non Devisa....................................................................      2

C. Tindakan Pemerintah dalam Mengatasi Perbankan Bermasalah....................    2

D.   Jenis Jenis Resiko Perbankan............................................................................ 3

E.     Dampak dari Resiko Perbankan..........................................................................  5

F. Pengawasan Perbankan sebagai bagian Menghindari Resiko............………..... 6

G.    Biaya Resiko dan Kredit Macet...........................................................................      6

H.     Memperhitungkan Biaya Resiko........................................................................ 7

I.     Perlunya Penerapan Risk Management Di Perbankan International.............      7

BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan..........................................................................................................       9

         DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis
perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta meningkatnya
kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi
perusahaan. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi
perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola risiko
dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis dengan pengelolaan risikonya sehingga
perusahaan akan mendapatkan hasil optimal dari operasionalnya.

Perbankan merupakan lembaga yang rentan atau berdekatan dengan risiko, khususnya
risiko yang berkaitan dengan uang (money). Posisi perbankan sebagai mediasi yaitu pihak
yang menghubungkan mereka dengan surplus dan deficit financial telah menempatkan
perbankan harus selalu menjaga hubungan baik dengan kedua pihak tersebut. Keputusan
perbankan harus bersifat moderat yaitu mempertimbangkan keinginan kedua pihak tersebut
karena tanpa kedua pihak tersebut perbankan tidak bisa menjalankan aktivitas secara
maksimal. Dalam artian jika perbankan memiliki tingkat likuditas yang tinggo karena ia
memiliki financial yang begitu surplus ia juga dianggap tidak baik, karena ia menjalankan
fungsinya sebagai agent of development. 

B.        Rumusan Masalah

1.   Apa definisi Risiko Perbankan ?


2.   Apa saja Jenie Jenis Resiko Perbankan ?
3.   Bagaimana cara Bank menghindari Resiko Perbankan ?
4.   Apa yang dimaksud Biaya Risiko dan Kredit Macet ?

C.       Tujuan

1.      Mengetahui Defenisi Resiko Perbankan.


2.      Mengetahui Jenis Jenis Resiko Perbankan.
3.      Mengetahui Cara Bank Menghindari Resiko Perbankan.
4.      Mengetahui Definisi Biaya Risiko dan Kredit Macet.

BAB II
PEMBAHASAN

1
A.   Pengertian Resiko Perbankan

Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan sebagai
bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan
penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso, dan berbagai bentuk
keputusan financial lainnya, dimana itu telah menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut,
dan kerugian terbesar adalah dalam bentuk financial. 

    Risiko perbankan adalah berfokus pada masalah financial karena bisnis perbankan adalah
bisnis yang bergerak di bidang jasa keuangan. Bank menyediakan fasilitas yang mampu
memberikan kemudahan kepada public sebagai nasabahnya untuk memperlancar segala
urusan-urusan yang menyangkut dengan masalah keuangan. 

      Fungsi bank sebagai mediasi, berarti bank harus mampu menyediakan atau memberikan
kemudahan itu, seperti keamanan simpanan, kemudahan menarik kembali dana dalam jumlah
yang disesuaikan, kemudahan dalam urusan mencairkan kredit termasuk rendahnya biaya
administrasi yang ditanggung, suku bunga kredit yang rendah dan diperhitungkan yang
dilakukan secara cepat dan akurat. 

B.  Bank Devisa dan Bank Non Devisa

Dari segi kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi valas, bank
swasta nasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :  

a.  Bank devisa, adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional     seperti ekspor
dan impor, jual beli valas, dan segala aktivitas lainnya yang sejenis. Contohnya bank  

b. Bank Non-Devisa, adalah bank yang dalam aktivitasnya tidak dapat mengadakan transaksi
internasional, namun bank tersebut bisa mengubah statusnya menjadi bank devisa asal ia
memenuhi beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhinya. contohnya Bank Artha
Graha.

Dengan begitu risiko yang dialami oleh Bank Devisa lebih kompleks dibandingkan
dengan apa yang dialam oleh bank non-devisa, apalagi jika ini ditinjau dari segi penggunaan
kredit dalam mata uang asing.

C.  Tindakan Pemerintah dalam Mengatasi Perbankan Bermasalah

Pada saat pemerintah melihat suatu perbankan bermasalah maka secara umum ada
tiga tindakan yang diambil, yaitu : 

a. Pembinaan, pada kondisi ini pemerintah sifatnya akan masih menganggap bank
tersebut membutuhkan pembinaan atau advise saja baik avise (nasihat) pada sisi
keuangan maupun non-keuangan guna menstabilkan kembali posisinya kearah yang
diharapkan.

2
b. Tindak lanjut Pengawasan Bank, pada kondisi ini Bank Indonesia bertugas untuk
melakukan pemantauan secara intensif terhadap setiap kebijakan dari bank tersebut dan
bagaimana ia menyelesaikan berbagai permasalahannya serta sesuatu yang menyangkut
kemampuannya menciptakan likuiditas kemampuanna memenuhi CAR (capital
adequency ratio) sesuai yang ditetapkan oleh BI dll. 

c.  Likuiditas Bank, pada posisi ini Bank Indonesia telah merundikan secara mendalam
bersama pemerintah untuk melakukan kebijakan melikuiditasi atau menghentikan
aktivitas bank tersebut.

D.   Jenis Jenis Resiko Perbankan

Bank Indonesia melalui PBI 5/8/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi Bank dalam aktivitas
bisnisnya, walaupun mengadopsi Basel II namun terdapat perbedaan mengenai definisi
tersebut. Adapun jenis risiko yang wajib dikelola bank adalah:

a.    Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh ketidak-mampuan para debitur
dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana yang perlu dipersyaratkan oleh pihak
kreditur. Hasil riset menyebutkan bahwa risiko yang terbesar yang dialami oleh pihak
perbankan adalah risiko kredit. Dalam upaya untuk mengendalikan risiko kredit, sering bank
menetapkan sejumlah kondisi yang berkaitan dengan kredit.

b.   Risiko Pasar 

         Risiko pasar merupakan risiko yang disebabkan karena adanya pergerakan pasar dari
kondisi normal ke kondisi di luar prediksi atau yang tidak normal sehingga kondisi tersebut
menyebabkan pihak perbankan mengalami kerugian. Risiko pasar secara umum disebabkan
karena dua hal : 

a)    Risiko nilai tukar adalah risiko yang disebabkan karena perubahan nilai tular mata uang
asing di pasaran internasional sehingga perubahan ini mempengaruhi kepada kondisi yang
tidak pasti pada nilai perusahaan. Seperti perubahan pada nilai tukar mata uang dollar
Amerika. 

b)   Risiko tingkat bunga adalah risiko yang disebabkan karena berubahnya tingkat suku
bunga (interest rate) yang menyebabkan suatu perusahaan menghadapi dua tipe risiko
selanjutnya, yaitu :

 Risiko perubahan pendapatan, dimana perubahan itu menyebabkan berubahnya


atau berkrangnya nilai dari yang diharapkan.

 Risiko perubahan nilai pasar yaitu terjadinya penurunan nilainya atau menjadi
lebih kecil dari yang semula.

c.    Risiko Operasional 

3
        Risiko operasional merupakan risiko yang timbul karena faktor internal bank sendiri
yaitu seperti kesalahan pada system computer, human error, dan lainnya sehingga kejadian
seperti itu telah menyebabkan timbulnya masalah pada bank itu sendiri.

d.    Risiko Likuditas 

Risiko likuditas merupakan risiko yang dialami oleh pihak perbankan karena
ketidakmampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Risiko Likuiditas dibagi
menjadi 2, yaitu :

 Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu
melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas
pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption)

 Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu
mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

e.    Risiko Hukum

        Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

f.    Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

g.    Risiko Strategik

        Risiko strategik merupakan risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat
atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

h.    Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam
prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan
perundang-undangan seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan KPMM, KAP, PPAP,
BMPK. Risiko Pasar terkait dengan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko strategik terkait dengan
ketentuan rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) Bank dan risiko lainnya yang terkai
dengan ketentuan tertentu. Mencermati jenis-jenis risiko dan akibat yang ditimbulkannya
bagi Bank, menuntut paradigma baru bagi Bank tentang risiko perbankan. Jika dulu kita
hanya mengenal risiko kredit sekarang tidak cukup hanya dengan risiko kredit saja. Jika dulu
pemantauan risiko hanyalah merupakan fungsi auditor, sekarang merupakan tanggung jawab

4
Direksi. Jika dulu risiko hanya sebagai suatu faktor negatif yang harus dikontrol, sekarang
risiko diterjemahkan sebagai suatu opportunity bagi bank.

E.    Dampak dari Resiko Perbankan

1.  Dampak terhadap pemegang saham

Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain yaitu sebagai berikut:

a. Penurunan nilai investasi yang akan berpengaruh terhadap penurunan harga atau penurunan
keuntungan.

b. Hilangnya peluang dalam memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat
dari turunnya keuntungan perusahaan.

c. Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah kebangkrutan
perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disektor.

2.      Dampak terhadap karyawan

Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang
menimbulkan risk lossterkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut dapat berupa
dikenakan sanksi indisipliner, karena kelalaian yang menimbulkan kerugian, pengurangan
pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji, atau pemutusan hubungan
kerja.

3.      Dampak terhadap Nasabah

Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak


yang terjadi dapat secara langsung maupun tidak langsung dan tidak seketika dapat
diidentifikasikan.

4.      Dampak terhadap perekonomian

Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya
terhadap nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Risiko sistematik secara spesifik
adalah risiko kegagalan bank yang dapat merusak perekonomian secara keseluruhan dan
secara langsung berdampak kepada karyawan, nasabah, dan pemegang saham. 

F. Pengawasan Perbankan sebagai Bagian Menghindari Risiko 

Dalam usaha untuk selalu menciptakan kondisi perbankan yang baik dan tegas serta
menerapkan prinsip-prinsio GCG (Good Corporate Govermence/Tata kelola Perusahaan
yang Baik) maka lembaga perbankan harus selalu diawasi dengan saksama. Secara umum
pengawasan pada lembaga perbankan ada 2 yaitu : 

a.    Pengawasan yang dilakukan oleh internal perbankan

Pengawasan internal dilakukan oleh Direktur Kpatuhan, Satuan Kerja Audit Intern, dan
system pengawasan melekat
5
b.    Pengawasan yang dilakukan oleh eksternal perbankan

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal perbankan adalah pengawasan yang
dilakukan oleh pihak bank sentral. Disini setiap lembaga perbankan berkewajiban untuk
memberikan laporan keuangan (financial statement) dalam bentuk tertulis dan itu bersifat
berkala. 

Untuk menciptakan suatu tatanan dunia perbankan yang lebih baik maka dalam
pengawasan yang telah dilakukan tersebut harus pula diikuti oleh tindakan pemeriksaan yang
baik. Secara umum ada dua bentuk pemeriksaan, yaitu : 

a)    Pemeriksaan umum

Pengawasan langsung (pemeriksaan umum) dilakukan oleh pemeriksaan terhadap semua


aspek bank yakni keadaan keuangan, kegiatan usaha, manajemen dan kepatuhan bank
terhadap ketentuan yang berlaku serta sejauhmana bank mengelola risiko yang ada. Hasil
pemeriksaan umum ini nantinya akan disampaikan kepada pihak bank sentral (BI).

b)   Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan terhadap aspek-aspek tertentu dari bank baik yang
terkait dengan pos neraca, system pengelolaan, kepatuhan terhadap ketentuan (misalnya
Kecukupan Modal/CAR, PBI KYC), maupun terhadap penyimpangan yang terjadi di bank. 

G.   Biaya Resiko dan Kredit Macet

Adapun pengertian dari biaya risiko (risk cost) adalah biaya yang harus ditanggung
oleh pihak manajemen perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan dalam setiap keputusan
yang diambil. 

Bagi pihak kreditur harus mempertimbangkan beberapa hal yang mungkin tim dibebankan
dalam penetapan bunga pinjaman. Sehingga bagi suatu perusahaan yang melakukan
kebijakan penyaluran kredit harus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan risk cost (biaya
risiko) yang timbul karena faktor terjadinya bad debt (piutang tak tertagih) tersebut.

H. Memperhitungkan Biaya Risiko

Ada 2 cara untuk memperhitungkan atau menentukan jumlah risk cost (biaya risiko)


yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan, yaitu : 

a.   Biaya risiko dihitung dengan cara mengkaji dan menaksir berapa angka kredit macet yang
secara fakta terjadi. Yaitu dengan mengumpulkan seluruh debitur yang mengalami tunggakan
kredit selama ini. 

b. Biaya risiko dihitung dengan cara melihat berapa total angka pinjaman yang
dihapusbukukan terhadap rata-rata angka residu pinjamannya, dimana ini dilihat dalam satu
periode akuntansi 

6
     Penggunaan data fundamental sebagai acuan dalam menganalisis berapa besar angka-
angka yang harus diperhitungkan atau diposisikan untuk dianalisis sangat mempengaruhi
terbentuknya sebuah rekomendasi nantinya.

I. Perlunya Penerapan Risk Management Di Perbankan International

            Berkembangnya penerapan risk management pada perbankan tidak terlepas dari


kesepakatan dalam Basel Committee for Banking Supervision di Basle (BIS) yang telah
beberapa kali mengeluarkan pedoman perhitungan kebutuhan modal minimum yang
didasarkan kepada risikoyang dihadapi. Tahun 1988, Basel Committee mengeluarkan
pedoman perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover  risiko kredit. Pedoman initelah
diterima dan diterapkan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia meskipun dalam
pedoman tersebut masih terdapat beberapa kelemahan-kelemahan.

            Perbankan internasional telah mengembangkan pendekatan perhitungan risiko untuk


mendapatkan hasil proyeksi yang lebih mendekatikebenaran, mengingat pendekatan Basle
Committee lebih bersifat penyederhanaan atas risiko-risiko yang ada untuk memudahkan
penerapannya.

Disamping itu Basle Committee juga memperkenankan Bank untuk menggunakan


modelnya sendiri dalam menghitung risiko dalam rangka perhitungan kebutuhan modal
minimum baik untuk market risk  (BIS,1996) maupun credit risk  dan operational risk  (BIS,
2001).

            Model yang digunakan diharuskan mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Bank
Sentral atau lembaga pengawasan jasa keuangan sebelum secara resmi dipergunakan untuk
menghitung CAR. Secara umum model yang digunakan dapat menghasilkan perhitungan
volatilitas yanglebih akurat serta kebutuhan modal yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan menggunakan metode  standard  yang diusulkan oleh Basle Committee. Beberapa
persyaratan harus dipenuhi sebelum Bank dapat menggunakan internal model  dalam
perhitungan CAR. Persyaratan tersebut meliputi minimum requirement  secara kualitatif
maupun kuantitatif.Persyaratan kualitatif meliputi risk management process yang harus
ditempuh oleh Bank diantaranya keterlibatan senior management, sedangkan persyaratan
kuantitatif meliputi data, model dan testing metodologi yang harus dilakukan oleh Bank.

7
BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan sebagai
bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan
penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso, dan berbagai bentuk
keputusan financial lainnya, dimana itu telah menimbulkan kerugian bagi perbankan tersebut,
dan kerugian terbesar adalah dalam bentuk financial. 

Berkembangnya penerapan risk management pada perbankan tidak terlepas dari


kesepakatan dalam Basel Committee for Banking Supervision di Basle (BIS) yang telah
beberapa kali mengeluarkan pedoman perhitungan kebutuhan modal minimum yang
didasarkan kepada risikoyang dihadapi. Tahun 1988, Basel Committee mengeluarkan
pedoman perhitungan kebutuhan modal untuk mengcover  risiko kredit. Pedoman initelah

8
diterima dan diterapkan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia meskipun dalam
pedoman tersebut masih terdapat beberapa kelemahan-kelemahan.

       

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Masyhud. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Fahmi Irham, S.E.,M.Si. 2010.Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta

https://bahasekonomi.blogspot.com/2017/04/mengenali-jenis-jenis-risiko-bank.html?m=1 [diakses
tanggal 23 April 2020]

https://konsultankti.wordpress.com/2015/08/05/manajemen-resiko-perbankan/ [diakses tanggal 23


April 2020]

Anda mungkin juga menyukai