Anda di halaman 1dari 24

PENINGKATAN PROFESIONALISME APARATUR

SIPIL NEGARA DALAM RANGKA REFORMASI


BIROKRASI MENUJU GOOD GOVERNANCE DI
LINGKUNGAN RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

Disusun oleh :

I Gusti Ayu Made Anom Yuliati, SE


NIP. 19740908 199503 2 004

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN KLUNGKUNG
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3

C. Metode Penulisan ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN / ANALISIS .......................................................... 11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 18

B. Saran ............................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “PENINGKATAN
PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA DALAM RANGKA
REFORMASI BIROKRASI MENUJU GOOD GOVERNANCE DI
LINGKUNGAN RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG”.

Penyusunan karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan


dalam pelaksanaan Ujian Dinas Tingkat II yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Provinsi Bali bekerjasama dengan Kantor Regional X Badan Kepegawaian
Negara Denpasar. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Klungkung yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut serta dalam pelaksanaan Ujian
Dinas Tingkat II Tahun 2019. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari sempurna maka dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima kritik
dan saran yang baik dan membangun untuk kesempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarapura, Juni 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkesinambungan materiil dan
spiritual maka diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai Warga
Negara, Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Negara dan Pemerintah serta bersatu padu, bermental baik, berwibawa,
berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutu tinggi dan sadar akan tanggung
jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
Belakangan ini dalam segala aspek yang berhubungan dengan
pemerintahan, reformasi birokrasi menjadi isu yang sangat kuat untuk
direalisasikan. Terlebih lagi, birokrasi Pemerintah Indonesia telah
memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi keterpurukan
bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang berkepanjangan. Birokrasi
yang telah dibangun oleh pemerintah sebelum era reformasi telah
membangun budaya birokrasi yang kental dengan korupsi, kolusi, dan
nepotisme(KKN). Akan tetapi, pemerintahan pasca reformasi pun tidak
menjamin keberlangsungan reformasi birokrasi terealisasi dengan baik.
Kurangnya komitmen pemerintah pasca reformasi terhadap reformasi
birokrasi ini cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen
pemerintah terhadap pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut
dalam birokrasi pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat
memberikan cap negatif terhadap komitmen pemerintah pascareformasi
terhadap reformasi birokrasi. Ironisnya sebagian masyarakat Indonesia saat
ini, justru merindukan pemerintahan Orde Baru yang dianggap dapat
memberikan kemapanan kepada masyarakat, walaupun hanya kemapanan
yang bersifat semu. Agar Indonesia tidak semakin jatuh maka birokrasi
Indonesia perlu melakukan reformasi secara menyeluruh. Reformasi itu
sesungguhnya harus dilihat dalam kerangka teoritik dan empirik yang luas,

1
mencakup didalamnya penguatan masyarakat sipil (civil society), supremasi
hukum, strategi pembangunan ekonomi dan pembangunan politik yang saling
terkait dan mempengaruhi.
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur Sipil Negara dalam
menjalankan tugasnya wajib menjaga netralitas dan pengaruh partai politik,
juga berkewajiban untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta
melaksanakan tugasnya secara professional dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan serta bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan berpegang pada prinsip nilai
dasar, kode etik dan kode perilaku, komitmen, integritas moral, dan tanggung
jawab pada pelayanan publik, kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas, kualifikasi akademik, jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas dan profesionalitas jabatan yang ditegaskan dalam
Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Pembangunan Aparatur Sipil Negara diarahkan pada pelaksanaan
reformasi birokrasi yang sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah Kabinet
Kerja 2015 – 2019 dengan janji Nawacita yang ingin diwujudkan Pemerintah
Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yaitu :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

2
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Good Governance adalah tata pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa. Terkait dengan itu, pemerintah yang bersih (clean government)
dan bebas KKN. Reformasi Birokrasi merupakan perubahan signifikan
elemen-elemen birokrasi, antara lain kelembagaan, sumber daya manusia
aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur, pengawasan, dan pelayanan
publik. Hal yang penting dalam reformasi birokrasi adalah perubahan mind-
set dan culture-set serta pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi
diarahkan pada upaya-upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan
korupsi, secara berkelanjutan, dalam menciptakan tata pemerintahan yang
baik, bersih, dan berwibawa (good governance), pemerintah yang bersih
(clean government), dan bebas KKN.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas, karya tulis ini
disusun untuk mengkaji peningkatan profesionalisme aparatur sipil negara
dalam rangka reformasi birokrasi menuju good governance di lingkungan
RSUD Kabupaten Klungkung khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Klungkun.

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana peran Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan RSUD Kabupaten
Klungkung meningkatkan profesionalisme dalam rangka reformasi
birokrasi menuju good governance?
2. Bagaimana peluang dan kendala peningkatan profesionalisme Aparatur
Sipil Negara di RSUD Kabupaten Klungkung?

C. Metode Penulisan
Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode penulisan sebagai
berikut:
1. Metode kepustakaan yaitu merupakan penelitian hukum normatif atau
hukum kepustakaan dengan memperoleh data penelitian dilakukan dengan

3
penelitian kepustakaan yaitu menggunakan data sekunder. Data sekunder
dapat bersifat pribadi atau bersifat publik.
2. Metode empiris yaitu metode pengumpulan data berdasarkan pengalaman
penulis selama melaksanakan tugas sebagai PNS pada Pemerintah
Kabupaten Klungkung khususnya di RSUD Kabupaten Klungkung.
3. Metode observasi yaitu metode pengumpulan data berdasarkan
pengamatan langsung kepada pihak-pihak yang berhubungan langsung
dengan masalah pelayanan publik untuk mendapatkan hasil yang dapat
membantu memecahkan masalah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Aparatur Sipil Negara


Salah satu persoalan mendasar dalam sistem kepegawaian adalah
pekerjaan tempat Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengabdi saat ini belum
dipandang sebagai sebuah profesi yang mulia, harus dihormati, dijaga, dan
dijadikan dasar dalam berbagai kebijakan dan manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM). PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat tidak
dianggap sebagai aset negara, bahkan kadang-kadang dipandang menjadi
beban negara (Prasojo, 2013). Akibatnya kebijakan-kebijakan dan manajemen
kepegawaian yang disusun semata-mata untuk mengakomodir kepentingan-
kepentingan politik yang justru menjadikan PNS semakin tersisih. Sebelum
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN) berlaku, manajemen kepegawaian mulai dari perencanaan, perekrutan,
pengembangan karier, penghargaan, sampai dengan pemberhentian/pensiun
belum berbasis pada kompetensi dan kinerja. Unsur senioritas dan
subjektifitas masih mendominasi dalam setiap pengisian jabatan.
Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
Pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina
Kepegawaian dan di serahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan di gaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa Pegawai ASN terdiri dari
atas : 1. PNS dan 2. PPPK.
PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai
secara nasional. PPPK merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai

5
pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pembina Kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang.

Pegawai ASN berfungsi sebagai :1.Pelaksana kebijakan publik, 2.


Pelayan publik; dan 3. Perekat dan pemersatu bangsa.Pegawai ASN
bertugas :1. Melaksanakan kebijakan publik yang di buat oleh pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; 2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan 3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan republik
Indonesia.

Birokrasi menurut Blow dan Mayer (1987:5) adalah organisasi besar


merupakan lembaga yang sangat berkuasa yang mempunyai kemampuan
sangat besar untuk berbuat kebaikan atau keburukan. Pengertian birokrasi
yang disampaikan Blow dan Mayer sangat sesuai dengan kenyataan birokrasi
dewasa ini dengan salah satu kata kuncinya yaitu organisasi besar yang sangat
berkuasa.

Organisasi besar yang sangat berkuasa, hal ini dengan mudah dapat
dipahami. Dimanapun birokrasi dapat memaksakan berjalannya regulasi
seperti pegawai yang tidak masuk seperti apa yang menjadi kesepakatannya
atau jam kerjanya maka birokrasi dapat memberikan penalty/ denda. Apabila
batas toleransi ijin tidak masuk atau cuti untuk keperluan lainnya telah dilalui
maka birokrasi wajib memberikan sanksi yang lebih berat lagi. Birokrasi
memiliki personalia hingga jutaan orang, suatu jumlah yang sangat besar bagi
organisasi yang besar pula.
Organisasi besar dalam artian birokrasi pemerintah yang kadang
memiliki jutaan pegawai, kadang merupakan pemborosan keuangan negara
yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain: pengkajian
formasi yang tidak objektif, nepotisme, penyelewengan dan sebagainya.
Artinya dalam hal kajian tersebut diatas dapat saya simpulkan
bahwasanya untuk memperbaiki kualitas pegawai hal pertama yang harus kita
rubah adalah dari lembaga birokrasinya, karena dari sanalah nantinya para
pegawai tersebut dicetak, mulai dari sistem rekrutmen, seleksi dan

6
penempatan, untuk itu birokrasi harus memperbaiki kualitas kerjanya agar
nantinya output yang dihasilkan oleh pegawai tersebut dapat mencerminkan
tata pemerintahan yang baik dan berkualitas.

B. Konsep Good Governance


Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola
urusan-urusan negara pada semua tingkat.(Asian Development Bank, (1999),
Governance: Sound Development Management) Tata pemerintahan mencakup
seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Good Governance (Miftah Thoha,
2003) adalah Governance (tata pemerintahan) yang dijalankan pemerintah,
swasta,dan rakyat secara seimbang, tidak sekedar jalan melainkan harus
masuk kategori yang baik (good).
Pengertian ini sejalan dengan (Loina Lalolo KP, 2003) yang
berpendapat bawasanya keseimbangan pelaksanaan peran dan fungsi antara
negara, pasar, dan masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas,Good
Governance memiliki sejumlah ciri sebagai berikut (Bappenas,2002):
- Akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai
pertanggungjawabannya.
- Transparan, artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada
masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.
- Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
harus mampu melayani semua stakeholder.
- Setara dan inklusif, artinya seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali
harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan
sebuah kebijakan.
- Efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan
menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia dengan cara yang
terbaik.

7
- Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan
ditegakan.
- Partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka
ruang keterlibatan banyak faktor.
- Berorientasi pada konsesus(kesepakatan). Artinya pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan bersama
diantara para aktor yang terlibat.
Artinya dalam penerapan prespektif teori ini seorang pegawai
dituntut untuk bagaimana memberikan kinerja secara baik itu dalam artian
kemampuan pelayanan yang baik untuk bagaimana mewujudkan tata
pemerintahan yang baik,sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah dituangkan
dalam teori tersebut.

Reformasi adalah pengubahan, perombakan, penataan, perbaikan


atau penyempurnaan. Birokrasi adalah aparatur, lembaga/instansi, organisasi
pemerintah, pegawai pemerintah, sistem kerja, dan perangkat kerja. Layanan
kepada masyarakat, harus berkualitas, bebas KKN, efektif dan efisien, empati,
terjangkau, akuntabel, adil dan tidak diskriminatif. Reformasi Birokrasi
merupakan upaya sistematis, terpadu dan komprehensif untuk mewujudkan
kepemerintahan yang baik (good governance), meliputi aspek kelembagaan,
sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan,
dan pelayanan publik.

C. Reformasi Birokrasi
Dalam kaitan penyelenggaraan pemerintahan, sifat dan lingkup
pekerjaannya, serta kewenangan yang dimilikinya birokrasi menguasai aspek-
aspek yang sangat luas dan strategis. Birokrasi menguasai kewenangan
terhadap akses-akses seperti sumber daya alam, anggaran, pegawai, proyek-
proyek, serta menguasai akses pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki
pihaklain.
Dengan posisi, kemampuan, dan kewenangan yang dimilikinya
tersebut, birokrasi bukan saja mempunyai akses yang kuat untuk membuat

8
kebijakan yang tepat secara teknis, tetapi juga untuk memperoleh dukungan
yang kuat dari masyarakat dan dunia usaha. Selain itu, birokrasi dengan
aparaturnya juga memiliki berbagai keahlian teknis terspesialisasi yang tidak
dimiliki oleh pihak-pihak diluar birokrasi, seperti dalam hal perencanaan
pembangunan, pengelolaan infrastruktur, penyelenggaraan pendidikan,
pengelolaan transportasi transportasi dan lain-lain.
Dalam konteks policy making process, birokrasi di Indonesia juga memegang
peranan penting pada semua tahapan mulai dari tahap perumusan,
pelaksanaan, dan pengawasan berbagai kebijakan publik, serta dalam evaluasi
kinerjanya. Dari gambaran di atas nyatalah, bahwa birokrasi di Indonesia
memiliki peran yang cukup besar. Besarnya peran birokrasi tersebut akan turut
menentukan keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program dan
kebijakan pembangunan. Jika birokrasi buruk, upaya pembangunan akan
dipastikan mengalami banyak hambatan. Sebaliknya, jika birokrasi bekerja
secara baik, maka program-program pembangunan akan berjalan lebih lancar.
Pada tataran ini, birokrasi menjadi salah satu prasyarat prasyarat penting
keberhasilanpembangunan.
Peran birokrasi dengan fungsi administrasi negara dilakukan oleh
birokrasi. Jadi birokrasi diartikan sebagai keseluruhan lembaga pemerintahan
negara, yang meliputi aparatur kenegaraan, aparatur pemerintahan, serta
sumber daya manusia birokrasi yang terdiri atas pejabat negara dan pegawai
negeri.
Birokrasi secara leksikal berarti alat kelengkapan negara, terutama
meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang
mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari.
Secara umum, pembangunan birokrasi mencakup berbagai aktivitas terencana
yang berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas
pemerintahan dalam menjalankan fungsi-fungsinya (Adi Suryanto, 2012).
Pembangunan birokrasi yang bersih dan bebas KKN menyangkut seluruh
sendi birokrasi, bukan hanya PNS/birokrat, namun meliputi pembangunan
struktur, sistem, business process, dan karakter/etika moral. Secara terencana
pembangunan Birokrasi pun dilakukan melalui sebuah proses multidimensi

9
yang disebut Reformasi Birokrasi. Secara khusus Presiden telah menetapkan
Perpres No.81/2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025.
Upaya penataan pembangunan birokrasi yang komprehensif seperti inilah
yang secara substansi oleh Sofian Effendi (2010) disebut juga sebagai
reformasi birokrasi.
Kekuasan yang memusat mengakibatkan tidak adanya transparansi
sehingga menyulitkan lahirnya pertanggung jawab publik. Tidak adanya
keterbukaan dikalangan instansi dan pejabat pemerintah, mengakibatkan akses
melakukan kontrol rakyat menjadi buntu dan mampet. Selain itu reposisi dan
restrukturisasi kelembagaan pemerintah perlu segera ditata ulang, yang
memungkinkan adanya kejelasan antara posisi jabatan politik dan birokrasi
karier. Dengan demikian pertanggung jabaran publik bisa didorong dengan
melakukan desentralisasi kekuasaan, transparansi, reposisi dan restrukturisasi
kelembagaan pemerintah. Struktur kelembagaan pemerintah warisan
pemerintah Orde Baru perlu diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan
perubahan strategis nasional kita di era reformasi ini. Selain itu dengan
memperhatikan prinsip efisiensi, penghematan, kordinasi, integrasi dan
rasionalitas maka perampingan susunan kelembagana birokrasi pemerintah
perlu dipikirkan. Selain itu efisiensi, penghematan, kordinasi, integrasi dalam
susunan kelembagaan pemerintahan perlu dilakukan sehingga tidak ada lagi
kekembaran lembaga yang tugas dan fungsinya sama.(Thoha, 2002)

10
BAB III
PEMBAHASAN/ ANALISIS

A. Pembinaan dan Pengembangan Profesionalitas


Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara sebagaimana diamanatkan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 melalui proses
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dibutuhkan aparatur negara
yang senantiasa konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan
Pancasila dan UUD 1945, bersih, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan,
serta penuh pengabdian dan memiliki kemampuan profesional dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk itu, aparatur negara, yaitu
keseluruhan lembaga dan pejabat negaraserta pemerintahan negara yang meliputi
aparatur kenegaraan dan aparatur pemerintahan, harus dibangun sehingga sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat mampu secara efisien dan efektif melaksanakan
tugasdan tanggung jawabnya atas penyelenggaraan negara dan pembangunan serta
senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilai-nilai, dan cita-cita
perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Aparatur Negara adalah alat kelengkapan Negara terutama meliputi bidang
kelembagaan, ketatalaksaan, dan kepegawaian yang mempunyai tanggung jawab
melaksanakan roda pemerintahan. Karena Aparatur Negara merupakan pelaksana
dan melaksanakan roda pemerintahan, maka pada masing-masing aparatur
diberikan tugas dan hak yang telah diatur dalam Undang-Undang.
Untuk menempatkan seorang pegawai dalam jabatannya lebih ditentukan
oleh like or dislike pejabat politik. Nuansa politik begitu tinggi, bukan lagi
sekedar mempengaruhi bahkan lebih-lebih menjadi penentu dalam setiap tahapan
manajemen PNS baik di instansi pemerintah pusat maupun daerah. Dampak dari
sistem yang keliru ini melahirkan pegawai-pegawai pemerintah yang kurang
kompeten ataupun jika mempunyai kompetensi namun masih jauh dari standar
kompetensi yang dipersyaratkan dalam jabatannya. Kebanyakan PNS berpola
pikir sempit yang berorientasi sebagai penguasa bukan sebagai pelayan
masyarakat, budaya kerja belum produktif, tidak efisien dan tidak akuntabel,
kewenangan yang tumpang-tindih, dan berujung pada pelayanan publik tidak

11
berkualitas. Akibatnya keberadaan PNS dirasakan belum memberikan manfaat
yang optimal kepada masyarakat.
Pengembangan sumber daya manusia bagi aparatur pemerintahan, melalui
pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan faktor dominan dalam
meningkatkan efesiensi kinerja, serta produktifitas kinerja pegawai agar pegawai
dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan nasional dan tantangan global. Dalam
upaya meningkatkan efesiensi kinerja, serta produktivitas kinerja aparatur melalui
pendidikan maupun pelatihan-pelatihan serta pembinaan-pembinaan terhadap
pegawai.
Menyadari akan persoalan tersebut diperlukan upaya-upaya RSUD
Kabupaten Klungkung secara terus menerus dalam meningkatkan pembinaan dan
pengembangan program pendidikan dan pelatihan. Sebab diklat itu sendiri pada
hakekatnya adalah “proses transformasi kualitas sumber daya manusia aparatur
negara” yang menyentuh empat dimensi utama yaitu dimensi spiritual,
intelektual, mental, dan physical yang terarah pada perubahan-perubahan mutu
dari keempat dimensi sumber daya aparatur pemerintahan itu. Hal ini menjadi
tanggung jawab RSUD Kabupaten Klungkung dalam meningkatkan sumber daya
aparatur pemerintah agar pegawai dapat berkembang ke arah yang lebih maju
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkembangan jaman. Diperlukan
pembinaan pegawai di setiap instansi pemerintahan. Dengan harapan di setiap
instansi mempunyai kewajiban untuk menyusun program pendidikan diklat.
Masalah ini perlu dipikirkan secara baik dan bijaksana, sebab sumber daya
manusia dalam bidang aparatur pemerintahan merupakan power bagi pelayanan
publik demi suksesnya pembangunan di seluruh bidang serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Hal ini tidak dapat dipungkiri oleh siapa saja, termasuk
RSUD Kabupaten Klungkung dalam menigkatkan sumber daya manusia dalam
bidang aparatur pemerintahan yang cerdas, berdisiplin, tanggap, bijaksana,
profesional, mempunyai mentalitas rohani, dan jasmani yang baik serta terampil
dalam mensosialisasikan setiap kebijakan baik dari pemerintah pusat maupun dari
RSUD Kabupaten Klungkung. Untuk menciptakan sumber daya aparatur
pemerintahan yang handal dan profesional diperlukan suatu pengorbanan,
sehingga harus memiliki komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat

12
mewujudkan pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab dan tidak adanya
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

B. Pokok-Pokok Reformasi Birokrasi Pemerintahan


Di samping itu, aparatur negara harus mampu meningkatkan daya saing,
dan menjaga keutuhan bangsa dan wilayah negara. Untuk itu, dibutuhkan suatu
upaya yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam mendorong peningkatan
kinerja birokrasi aparatur Negara dalam menciptakan pemerintahan yang bersih
dan akuntabel yang merupakan amanah reformasi dan tuntutan rakyat.
Adapun arah kebijakan strategis nasional bidang pendayagunaan aparatur
negara seperti menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam
bentuk praktik-praktik KKN, dengan cara: a) Penerapan prinsip-prinsip tata-
pemerintahan yang baik ( good governance) pada setiap tingkat dan lini
pemerintahan dan pada semua kegiatan; b) Pemberian sanksi yang seberat-
beratnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c) Peningkatan efektivitas
pengawasan aparatur negara melalui pengawasan internal, pengawasan
fungsional, dan pengawasan masyarakat; d) Peningkatan budaya kerja serta
pengetahuan dan pemahaman para penyelenggara negara terhadap prinsip-prinsip
(good governance); Meningkatkan kualitas penyelenggaran administrasi negara
melalui: a) Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar dapat
berfungsi secara lebih memadai, ramping, luwes dan reponsif; b) Peningkatan
efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua tingkat dan lini
pemerintahan; c) Penataan dan peningkatan kapasitas SDM aparatur agar sesuai
dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat; d) Peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem
karier berdasarkan prestasi; Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan dengan cara : a) Peningkatan kualitas pelayanan
publik terutama pelayanan dasar; b) Peningkatan kapasitas masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya
pemerintahan.

13
Sebagaimana Kebijakan Strategis Nasional bidang Pendayagunaan
Aparatur Negara, pembangunan sumber daya manusia aparatur hendaknya
difokuskan pada :
- Peningkatan kualitas pelayanan publik dan percepatan pemberantasan KKN;
- Peningkatan kinerja aparatur melalui penerapan sistem penggajian yang
berbasis merit dan remunerasi, akuntabilitas dan penegakan disiplin secara
konsisten, kelembagaan sesuai visi-misi, dan ketatalaksanaan yang efektif.
Strategi yang dilakukan untuk melaksanakan pembangunan sumber daya
manusia aparatur tadi adalah dengan :
- Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)
pada semua tingkat, lini, dan kegiatan pemerintahan;
- Peningkatan kualitas pelayanan publik yang semakin mudah, cepat, murah,
bebas KKN, dan tidak diskriminatif; Meningkatkan koordinasi pendayagunaan
aparatur negara (sinkronisasi, integrasi, simplifikasi);
- Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mandiri, berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan mengawasi jalannya pemerintahan;
- Peningkatan intensitas dan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui
pengawasan internal, pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat;
- Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya aparatur agar sesuai dengan
kebutuhan dalam melaksanakaan tugas dan fungsinya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;

C. Peluang dan Kendala Peningkatan Profesionalisme Aparatur Sipil


Negara di RSUD Kabupaten Klungkung

RSUD Kabupaten Klungkung sebagai instansi pemerintah yang


menyediakan pelayanan publik, terutama dalam bidang kesehatan tentu dituntut
untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal
tesebut, sangat penting bagi ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan RSUD
Kabupaten Klungkung untuk dapat meningkatkan profesionalisme kerja dalam
rangka menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
maksimal.

14
Demi dapat mewujudkan hal tersebut diatas, peningkatan profesionalisme
pegawai yang dibalut dengan konsep good governance telah dilakukan di RSUD
Kabupaten Klungkung. Peningkatan profesionalisme pegawai dilakukan dengan
menyediakan diklat ataupun pelatihan-pelatihan. Diklat maupun pelatihan
diadakan dengan tujuan untuk semakin meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
para pegawai akan tugas pokok dan fungsinya. Sangat penting bagi pegawai untuk
dapat memahami tanggung jawab, tugas serta perannya sehingga dapat tumbuh
kesadaran untuk lebih baik lagi dalam menjalankan tugas yang akan berimplikasi
positif bagi terwujudnya pelayanan publik yang optimal.

Di era industri 4.0 yang berbasiskan internet, inovasi-inovasi pelayanan


juga terus dikembangkan demi terciptanya pelayanan publik yang berbasiskan
konsep good governance dan profesionalisme. Penyediaan nomor antrian online
yang dapat dipantau secara luas oleh masyarakat, penyediaan sarana informasi
baik secara online maupun offline yang 24 jam selalu siap melayani pertanyaan
dan kebutuhan masyarakat terutama dalam layanan kesehatan, tersedianya sistem
informasi kepegawaian yang memuat data-data pegawai secara lengkap
merupakan wujud penerapan konsep good governance yang dilakukan oleh
RSUD Kabupaten Klungkung.

Tentu hal tersebut didukung oleh political will dari para stakeholder atau
pemangku kepentingan. Bagaimana pemimpin dalam hal ini Direktur RSUD
Kabupaten Klungkung selalu mendukung dan memotivasi para pegawai untuk
dapat memberikan sumbangsih terbaik mereka bagi tewujudnya kualitas
pelayanan yang mumpuni. Hal inilah yang mendasari terciptanya beberapa inovasi
yang dapat dikategorikan sebagai reformasi dalam bidang birokrasi. Pola-pola
lama dalam bidang pelayanan dan kepegawaian yang cenderung lambat dan penuh
dengan hirarki yang berbelit perlahan dikikis dengan adanya inovasi-inovasi
pelayanan yang memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.

Hal ini juga selaras dengan langkah yang diambil oleh I Nyoman Suwirta,
S.Pd., MM., sebagai Bupati Klungkung.Sebagai Kepala Daerah, Bupati
Klungkung mengambil kebijakan yang bisa diterima kedua belah pihak, baik oleh
jajaran birokrasi sebagai penyelenggara pemerintahan dan masyarakat sebagai

15
komunitas yang harus dilayani oleh penyelenggara pemerintahan. Karena itu,
langkah pertama yang diambil oleh Bupati Klungkung adalah melakukan
reformasi birokrasi sebelum mengambil kebijakan lainnya. Birokrasi yang sarat
dengan perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme diyakini sebagai salah satu biang
kerok keterpurukan bangsa ini kedalam kubangan krisis multidimensional.
Reformasi Birokrasi berarti berbicara tentang manusia yang selalu berinteraksi.
Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian ketika memulai langkah
perbaikan pada tubuh birokrasi pemerintahan. Pertama, dari sisi kelembagaan,
Kedua, keberadaan sumber daya manusia aparatur, Ketiga, perilaku atau tata
laksana, Keempat, akuntabilitas, Kelima, pola pengawasan. Dengan dilakukannya
penyempurnaan secara sistematis dan terukur pada wilayah birokrasi
pemerintahan diharapkan melahirkan budaya kerja dan kinerja yang baru yaitu
birokrasi pemerintahan yang mengambil posisi sebagai pelayan masyarakat,
bukan dilayani masyarakat.

Namun, ditengah faktor-faktor pendukung peningkatan profesionalisme


pegawai dalam rangka reformasi birokrasi, terdapat pula beberapa kendala yang
menyebabkan sistem yang dibangun berjalan kurang optimal. Masih kurangnya
pengetahuan pegawai mengenai sistem infomasi berbasiskan online menjadi salah
satu faktornya. Dengan adanya pengembangan e-government atau sistem
pemerintahan yang berbasiskan online, pegawai atau ASN dituntut untuk melek
teknologi dan dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menunjang
kinerjanya. Harus diakui bahwa sumber daya manusia atau pegawai yang ada di
RSUD Kabupaten Klungkung belum semuanya dapat memanfaatkan teknologi
secara optimal.

Faktor kedua yang menjadi kendala adalah masyarakat yang belum


memahami secara utuh reformasi birokrasi yang ada. Harus diakui bahwa mindset
masyarakat tentang birokrasi masih didominasi oleh aturan yang berbelit-belit,
proses administrasi yang lama, dan lain sebagainya. Saat dihadapkan pada pola
birokrasi baru yang lebih fresh dan mudah, masyarakat cenderung berpikiran
skeptis dan menganggap bahwa segala sesuatu masih dapat diselesaikan dengan
cara kolusi atau nepotisme. Tentu hal-hal seperti ini sangat bertentangan dengan

16
semangat profesionalisme dan reformasi birokrasi yang dibangun.

Namun, merupakan kewajiban bagi para stakeholder berserta dengan


semua ASN untuk dapat membuktikan bahwa semangat profesionalisme dan
reformasi birokrasi yang diusung dapat terwujud dengan baik dan optimal. Hal ini
akan bermuara pada semakin baiknya kualitas pelayanan yang ada, khususnya
dalam bidang pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Berbagai
kendala yang ada juga akan dapat terselesaikan seiring dengan berjalannya waktu
dengan adanya pelatihan-pelatihan maupun motivasi yang diberikan oleh
pimpinan sehingga dapat meningkatkan motivasi pegawai untuk dapat terus
tumbuh dan berkembang dalam memberikan pelayanan yang optimal.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa yang telah dibuat maka dapat
disimpulkan bahwa bagaimana akan pentingnya sumberdaya aparatur yang dalam
hal ini adalah pegawai negeri untuk bagaimana memperbaiki kinerjanya misalnya
mulai dari perekrutan pegawai baru, seleksi, penetapan dan pelatihan setelah dan
sebelum menjadi pegawai yang selama ini dipandang dalam masyarakat sangat
rendah karena kualitas pelayanan, kinerja dan profesionalisme yang masih kurang
dan terkesan setelah menjadi pegawai mereka tambah malas. Banyak masyarakat
yang mengeluhkan akan hal ini. Sehingga aparatur pemerintahan ini selalu
mendapatkan kritikan, karena inilah para pegawai diharapkan untuk nantinya
dapat menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik yang sesuai dengan
prinsip-prinsip yang tertuang dalam Good Governance, dan ada beberapa hal yang
menjadi kunci perubahan sumberdaya aparatur antaralain; Besarnya political
will/government will secara konsisten, sungguh-sungguh, dan serius dalam
pemberantasan KKN serta perubahan mind-set;Meningkatnya kesamaan persepsi
dalam tujuan, pola tindak serta rencana;Memanfaatkan teknologi informasi (e-
gov, e-procurement) dalam pemberantasan KKN;
Artinya dalam hal ini tidak hanya pemerintah tapi aparaturnya yang dalam
hal ini adalah pegawai negeri haruslah sudah siap dan benar-benar bersungguh-
sungguh untuk merubah kinerjanya dalam berbagai aspek, dalam rangka
mewujudkan cita-cita bersama yakni penciptaan tata kelola pemerintahan yang
baik bersih dari unsur KKN.
Salah satu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Kabupaten Klungkung khususnyaRSUD Kabupaten Klungkung dalam

18
upaya peningkatan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil adalah dengan
melakukan Reformasi Birokrasi baik menyangkut Kelembagaan, Sumber Daya
Manusia maupun Reformasi Peraturan Perundang-undangan di bidang
Kepegawaian.

B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat Penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada Pemerintah untuk memperhatikan pelayanan yang


optimal dan merata kepada masyarakat diberbagai aspek.
2. Diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih berpartisipatif dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi, prinsip-prinsip good governance,
pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang
baik, bersih, dan berwibawa, serta pencegahan dan percepatan
pemberantasan korupsi.
3. Kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Klungkungkhususnya Pegawai Negeri Sipil RSUD Kabupaten Klungkung
agar senantiasa meningkatkan profesionalisme dalam rangka memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
4. Pemerintah dalam hal ini harus dapat memberikan sistem reward and
punishment yang jelas sehingga dapat menjadi motivasi bagi para pegawai
untuk terus memberikan kinerja yang optimal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil


Negara.

Dwiyanto, Agus, dkk. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. Gajah Mada Press, Yogyakarta. 2006.

Teguh Sulistiyani, Ambar. 2004, Memahami Good Governance Dalam Prespektif


Sumberdaya Manusia.

Drs. I Nyoman Mariada, M.Si., 2008, Pengembangan Sumber Daya Manusia,


Badan Diklat Daerah Bali, Denpasar.

http://
Kementerian_Pendayagunaan_Aparatur_Negara_dan_Reformasi_B
irokrasi_ Makna_dan_Tujuan.htm

20
21

Anda mungkin juga menyukai