Anda di halaman 1dari 15

5

ASSESSMENT MEDICAL SURGICAL 1


Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Hematologi: Leukemia dengan
Pendekatan Model Adapatsi Roy

10

Oleh :

MUHAMMAD RANI TANAPUTRA


15 NPM. 1914101110012

20

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
25 2020
DAFTAR ISI

Halaman
30 DAFTAR ISI ………………………………………………………….. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….. 2
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………… 2
35 1.3 Manfaat Penulisan………………………………………………….. 2

BAB II
ISI
2.1 Konsep Leukemia………………………………………………….. 3
40 2.2 Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Roy………………………… 7
2.3 Proses Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Roy………………… 11

BAB III
PENUTUP
45 3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 13
3.1 Saran……………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 14
BAB I
50 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh
proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam darah
tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di seluruh
55 dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia
Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai 20.000
orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk Indonesia secara keseluruhan (Robert,
2009).
Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kankerpada anak. Namun,
60 penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat.Itulah sebabnya lebih dari 60%
anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan ganas,menyebabkan supresi dan
penggantian elemen sumsum normal (Baldy, 2006).
65 Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia limfositik dan leukemia mielogenosa
(Guyton and Hall, 2007).Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang
penyakit leukemia ini. Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah
satunya adalah anak-anak, dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana
leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri dalam melaksanakan
70 asuhan keperawatan. Dan yang paling penting dapat menambah atau meningkatkan derajat
kesehatan khususnya pada anak

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah
75 a. Mengetahui konsep leukemia.
b. Mengetahui model adaptasi Roy dalam proses keperawatan.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah memberikan pengetahuan tentang gangguan sistem
80 hematologi: leukemia dengan menggunakan pendekatan model adaptasi Roy.
BAB II
ISI
2.1 Konsep Leukemia
85 2.1.1 Definisi Leukemia
Leukemia adalah suatu tipe dari kanker yang berasal dari kata Yunani leukos-putih,
haima-darah.Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah. Penyakit ini
terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan
menggangu pembelahan sel darah normal. Leukemia (kanker darah) adalah jenis
90 penyakit kanker yang menyerang sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum
tulang (bone marrow) (Padila, 2013). Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri
dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
95 2.1.2 Etiologi Leukemia
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang diduga
mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu:
2.1.2.1 Radiasi Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
a) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
100 b) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
c) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasak di Jepang.
2.1.2.2 Faktor Leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia :
105 a) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat yang
tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia.
b) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
c) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan
obat-obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
110 mengembangkan leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai
agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-
tahun kemudian.
2.1.2.3 Herediter Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh
kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang
115 memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
2.1.2.4 VirusVirus dapat menyebabkan leukemia menjadi retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

2.1.3 Patofisiologi Leukemia


120 Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Leukemia dapat meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Sel darah putih terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
125 leukemia memblok produksi sel darah putih yang normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga dapat merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebutberfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.Leukemia terjadi jika proses pematangan dari
sitem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan
130 perubahan ke arah keganasan. Perubahan yang terjadi sering kali melibatkan
penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Penyusunan kromosom (translokasi kromosom) menganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel yang membelah tidak dapat terkendali dan
menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
135 menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah normal. Kanker
ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar
getah bening, ginjal dan otak (Padila, 2013).

2.1.4 Manifestasi Klinis Leukemia


140 Gejala-gejalapada leukemia akut yang nampak dan memburuk secara cepat antara
lain muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan epilepsi. Leukemia juga dapat
mempengaruhi saluran pencernaan, ginjal, dan paru-paru. Gejala-gejalanya antara
lain yaitu kulit pucat (karenaanemia), infeksi yang berulang-ulang seperti sakit
tenggorokan, pendarahan normal yang keluar dari gusi dan kulit, periode yang
145 berat pada wanita, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gejala-gejala seperti
flu antara lain kecapekan dan tidak enak badan, luka di tulang sendi, perdarahan
hidung dan lebih mudah mendapat memar dari biasanya tanpa sebab yang jelas
(Desmawati, 2013).Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada LMA adalah adanya
rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan
150 sumsum tulang Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia.
Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3)
biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan priapismus.
Selain itu jugamenimbulkan gangguan metanbolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia (Sudoyo et al., 2010)
155

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang Leukemia


2.1.5.1 Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada kelainan
sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-
160 kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel
blas. Terdapat sel blas pada darah tepi yang merupakan gejala leukemia.
2.1.5.2 Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem lain
165 menjadi terdesak (aplasia sekunder). Hiperselular, hampir semua sel
sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel
blast, dengan adanya leukemia gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel
muda (blast) ke sel yang matang, tanpa sel antara). Sistem hemopoesis
normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
170 dalam sumsum tulang (dalam hitungan 500 sel pada asupan sumsum
tulang).
2.1.5.3 Biopsy limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit, pulp cell.
175 2.1.5.4 Kimia darah
Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
2.1.5.5 Cairan Serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini
180 menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapatterjadisetiap
saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada
keadaan kambuh. Untuk mencegahnya dilakukan fungsi lumbal dan
pemberian metotreksat (MTX) intratekal secara rutin pada setiap penderita
baru atau pada mereka yang menunjukkan gejala tekanan intracranial yang
185 meninggi.
2.1.5.6 Sitogenik
70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada
kromosom 21 (kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70% dari penderita
LLA dan LMA mempunyai kelainan berupa :
190 a) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a).
b) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid.
2.1.5.7 Pemeriksaan immunophenotyping
195 Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik
leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untukpemeriksaan surface
marker guna membedakan jenis leukemia (Desmawati, 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan Leukemia
Menurut Desmawati (2013) terapi pengobatan yang dapat diberikan pada pasien
200 leukemia akut adalah :
2.1.6.1 Tranfusi darah Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masih, dapat diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
2.1.6.2 Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya) Setelah
205 tercapai, remisi dosis dapat dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
2.1.6.3 Sitostatika Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti
vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat
210 lainnya. Umumnya sistostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa
alopsia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
2.1.6.4 Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapainya
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah, kemudian imunoterapi mulai
215 diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
2.1.6.5 Merupakan cara yang lebih baik untuk pengobatan kanker. Bahan kimia yang
dipakai diharapkan dapat menghancurkan sel-sel yang oleh pembedahan atau
penyinaran tidak dapat dicapai.

220 2.2 Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Roy


2.1.1 Dasar Teori Model Adaptasi Roy
Sister Callista Roy, anggota susteran Sainst Joseph, Carondelet, dilahirkan
pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Ia mendapatkan gelar
sarjana keperawatan dari Mount Saint Mary’s College di Los Angeles tahun 1963
225 dan gelar Magister dari University of California, Los Angeles tahun 1966. Setelah
mendapat gelar keperawatan, Roy mengawali pendidikannya di bidang sosiologi,
menerima gelar master sosiologi tahun 1973 dan gelar doktor sosiologi tahun 1977
dari University of California5.
Pada waktu menjalani program masternya, dalam sebuah seminar, Roy
230 ditantang oleh Dorothy E. Johnson untuk mengembangkan model konseptual
keperawatan. Ketika ia bekerja sebagai perawat di bagian pediatrik, Roy menyadari
bahwa anak-anak memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik dalam
menghadapi perubahan fisik dan psikologis yang besar. Roy terkesan dengan
”adaptasi” sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang sesuai bagi keperawatan.
235 Roy mengembangkan konsep dasar model ini pada saat ini menjadi mahasiswa
pascasarjana di University of California, Los Angeles dari tahun 1964 sampai
1966. Roy mulai mengoperasionalkan modelnya pada tahuan 1968 ketika Mount
Saint Maty’s Collage mengadopsi kerangka kerja adaptasi sebagai landasan
filosofis pada kurikulum keperawatan. Model adaptasi Roy pertama kali
240 diterbitkan dalam bentuk artikel jurnal Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul
”Adaptation: A Conceptual Framework of Nursing” 5.

2.1.2 Asumsi Utama


Asumsi tentang teori sistem dan asumsi tentang teori tingkat adaptasi telah
245 dikombinasikan menjadi seperangkat asumsi ilmiah. Berdasarkan teori sistem,
sistem adaptif manusia dipandang sebagai bagian interaktif yang bekerja dalam
satu kesatuan untuk tujuan tertentu. Sistem adaptif manusia bersifat kompleks,
beranekaragam dan berespons terhadap berbagai stimulus lingkungan untuk
mencapai adaptasi. Kemampuan sistem manusia untuk beradaptasi terhadap
250 lingkungan membuat manusia mampu menciptakan perubahan pada lingkungannya
(Roy & Andrews, 1999). Roy menarik benang merah dari karakteristik penciptaan
spiritualitas (Swimme & Berry, 1992) dan mengombinasikannya dengan asumsi
humanisme dan veritivitas menjadi seperangkat asumsi filosofis. Humanisme
menegaskan bahwa manusia dan pengalaman manusia adalah penting untuk dapat
255 mengetahui dan menghargai. Humanisme juga menyatakan bahwa manusia dan
pengalamannya sama-sama memiliki kukuatan kreatif. Sedangkan veritivitas
menegaskan tentang keyakinan tentang tujuan, nilai, dan makna seluruh hidup
manusia5.
a. Adaptasi
260 Roy mendefinisikan lebih lanjut mengenai adaptasi agar relevan dengan
penerapannya di abad kedua puluh satu (Roy & Andrews, 1999). menurut Roy,
adaptasi mengacu pada “suatu proses dan luaran di mana manusia yang berpikir
dan merasa, sebagai individu maupun dalam kelompok, menggunakan kesadaran
dan pilihan untuk menciptakan keterpaduan antara manusia dan lingkungan”
265 (Roy & Andrews, 1999, hal. 30). Manusia bukan hanya suatu sistem yang
berjuang menghadapi stimulus lingkungan untuk mempertahankan integritasnya.
Akan tetapi, setiap kehidupan manusia meiliki tujuan di alam semesta ini yang
bersifat kreatif, dan setiap orang tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya5.
b. Keperawatan
270 Roy mendefinisikan keperawatan secara luas sebagai “profesi” pelayanan
kesehatan yang berfokus pada proses kehidupan manusia beserta polanya dan
menekankan pada promosi kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan (Roy & Andrews, 1999, hal. 4). Secara spesifik,
Roy mendefiniskan keperawatan berdasarkan modelnya sebagai ilmu dan praktik
275 yang memperluas kemampuan adaptif dan meningkatkan transformasi manusia
dan lingkungan. Ia mengidentifikasi aktivitas keperawatan sebagai pengkajian
perilaku dan stimulus yang memengaruhi adaptasi. Penilaian keperawatan
didasarkan pada pengkajian ini, sedangkan intervensi keperawatan adalah
perencanaan yang disusun untuk mengelola stimulus tersebut (Roy & Andrews,
280 1999). Roy membedakan keperawatan sebagai ilmu dengan keperawatan sebagai
disiplin praktis. Keperawatan sebagai ilmu adalah … “suatu sistem
pengembangan ilmu mengenai manusia yang mengamati, mengklasifikasikan,
dan menghubungkan proses di mana manusia membawa dampak positif pada
status kesehatannya” (Roy, 1984, hal. 3-4). Keperawatan sebagai disiplin praktik
285 adalah “batang tubuh ilmu keperawatan yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan penting, yaitu untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam
membawa dampak pada kesehatannya secara positif” (Roy, 1984, hal. 3-4).
“Keperawatan bekerja untuk meningkatkan interaksi antara manusia dengan
lingkungannya-untuk meningkatkan adaptasi” (Andrews & Roy, 1991, hal.20) 5.
290 Tujuan dari keperawatan menurut Roy yaitu “meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok pada keempat mode adaptif, sehingga berkontribusi pada
kesehatan pada kesehatan, kualitas hidup, dan meninggal dengan terhormat”
(Roy & Andrews, 1999, hal. 19). Keperawatan mengisi peran yang unik sebagai
fasilitator adaptasi dengan mengkaji perilaku dari empat mode adaptif ini beserta
295 faktor yang memengaruhi adaptasi, dan juga melakukan intervensi untuk
meningkatkan kemampuan adaptif dan interaksi dengan lingkungan (Roy &
Andrews, 1999) 5.
c. Manusia
Menurut Roy, manusia adalah sistem yang holistik dan adaptif. “Sebagai sebuah
300 sistem adaptif, sistem manusia digambarkan sebagai suatu keseluruhan dengan
bagian-bagiannya yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk tujuan masing-
masing. Sistem manusia meliputi manusia sebagai individu atau dalam
kelompok, termasuk keluarga, organisasi, komunitas dan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan” (Roy & Andrews, 1999, hal. 31). Walaupun sangat beragam,
305 semua manusia disatukan dalam takdir yang sama (Roy & Andrews, 1999).
“Sistem manusia memiliki kemampuan berpikir dan merasakan, yang berakar
dari kesadaran dan makna, di mana keduanya menyesuaikan diri secara efektif
terhadap perubahan lingkungan yang pada akhirnya akan memengaruhi
lingkungan tersebut” (Roy & Andrews, 1999, hal. 36). Manusia dan bumi
310 memiliki pola yang sama dan hubungan serta makna yang bersifat timbal balik
(Roy & Andrews, 1999). Roy (Roy & Andrews, 1999) mendefinisikan manusia
sebagai fokus utama keperawatan, sebagai sistem adaptif yang hidup dan
kompleks dengan proses-proses internalnya (kognator dan regulator) yang
bekerja untuk mempertahankan adaptasi dalam keempat mode adaptif (fisiologis,
315 konsep diri, fungsi peran dan interdependensi) 5.
d. Kesehatan
”Kesehatan adalah status dan proses ada atau menjadi seseorang yang utuh dan
menyeluruh. Kesehatan mencerminkan adaptasi, yaitu interaksi antara orang dan
lingkungannya” (Andrews & Roy, 1999, hal. 21). Definisi ini adalah turunan
320 dari pemikiran bahwa adaptasi adalah proses meningkatkan integritas fisiologis,
psikologis dan integritas social, dan bahwa integritas menyiratkan kondisi yang
tidak terganggu menuju satu kesatuan atau kelengkapan (Roy, 1984). Dalam
karya sebelumnya, Roy memandang kesehatan sepanjang sebuah rentang dari
titik kematian dan kesehatan yang sangat buruk hingga titik kesejahteraan
325 puncak dan tingkat tinggi (Brower & Baker, 1976). Pada akhir 1990-an, tulisan-
tulisan Roy lebih berfokus pada kesehatan sebagai proses dimana sehat dan
penyakit dapat berdampingan (Roy & Andrews, 1999). Roy menarik benang
merah dari karya-karya Illich (1974, 1976): “kesehatan bukanlah terbebas dari
kematian, penyakit, ketidakbahagiaan dan stress yang tidak terhindarkan,
330 melainkan kemampuan untuk menghadapi semua itu dengan cara yang
kompeten” (Roy & Andrews, 1999, hal. 52) 5.
Kesehatan dan penyakit adalah satu dimensi yang tidak dapat dihindari, dapat
saling berdampingan, dari pengalaman hidup seseorang (Riehl & Roy, 1980).
Keperawatan peduli dengan dimensi ini. Jika mekanisme koping tidak efektif,
335 maka penyakit akan muncul. Sehat akan terjadi jika manusia terus beradaptasi.
Oleh karena manusia beradaptasi terhadap suatu stimulus, manusia bebas
berespons terhadap stimulus lainnya. Pembebasan energi dari upaya koping yang
inefektif dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan (Roy, 1984) 5.

340 e. Lingkungan
Lingkungan, menurut Roy, adalah ”semua kondisi, keadaan, dan pengaruh yang
melingkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilaku seseorang atau
kelompok, dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balik antara
manusia dan sumber-sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, kontekstual,
345 dan residual” (Roy & Andrews, 1999, hal. 81). “Adalah lingkungan yang
berubah yang merangsang seseorang untuk memberikan respons adaptif” (Roy &
Andrews, 1999, hal. 18). Lingkungan adalah input bagi sesorang sebagai sistem
adaptif yang melibatkan faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor ini dapat
berupa faktor kecil atau besar, negatif atau positif. Akan tetapi, perubahan
350 lingkungan apapun membutuhkan peningkatan energi untuk beradaptasi terhadap
situasi tersebut. Faktor-faktor dalam lingkungan yang memengaruhi seseorang
dapat dikategorikan sebagai stimulus fokal, kontekstual dan residual 5.
2.3 Proses Asuhan Keperawatan Model Adaptasi Roy
355 2.3.1 Pengkajian
Pengkajian dalam asuhan model adaptasi Roy terdiri dari dua tahap, yaitu:
a. Pengkajian perilaku (behavior)
Pengkajian perilaku dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan
menganalisis perilaku pasien apakah adaptif atau inefektif, hal ini diamati
360 melalui dua hal yaitu perilaku yang dapat teramati/observasi seperti cara
dilihat, didengar dan diukur sedangkan perilaku yang tidak dapat
diamati/diobservasi diperoleh melalui keluhan pasien. Dari pengkajian tersebut
apabila ditemukan hal yang tidak normal maka terjadi kesulitan dalam adaptasi
(inefektif). Terdapat empat hal adaptasi yang dikaji yaitu mode fisiologis
365 berupa pengkajian kebutuhan oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan
istirahat, proteksi, sensori/penginderaan, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis, fungsi endokrin. Mode kedua adalah konsep diri yang meliputi
fisik diri dan pribadi. Mode ketiga adalah fungsi peran, berupa perilaku peran,
integrasi peran proses transisi peran, pola penguasaan peran dan proses koping,
370 dan mode terakhir adalah interdependen meliputi kesediaan memberi dan
menerima, dan strategi koping perpisahan dan kesendirian.
b. Pengkajian stimulus
Pengkajian tahap kedua merupakan pengkajian terhadap faktor yang
mempengaruhi adaptasi diantaranya yaitu kultur (status sosial ekonomi, etnis,
375 dan sistem keyakinan), keluarga (struktur dan tugas-tugas dalam keluarga),
tahap perkembangan individu (faktor usia, jenis, tugas, keturunan dan genetik),
integritas mode adaptif dari individu (fisiologis yang mencakup patologi
penyakit, konsep diri, fungsi peran, dan interdependen), kognator (persepsi,
pengetahuan, keterampilan), lingkungan (perubahan lingkungan internal dan
380 eksternal, pengelolaan medis, menggunakan obat-obatan, alcohol tembakau).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan hal yang muncul dari proses penilaian yang
menghasilkan kesimpulan adaptasi individu, sebagai hasil pengolahan dan analisis
385 data yang dikumpulkan pada saat pengkajian baik data perilaku maupun data
stimulus dari individu.
2.3.3 Penetapan Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan dalam model adaptasi Roy adalah merubah perilaku tidak
390 efektif menjadi perilaku adaptif dan mempertahankan dan mempertinggi perilaku
adaptif. Dengan demikian, memberi kebebasan pada individu dari koping yang
tidak adaptif. Penetapan tujuan dilakukan dengan pembuatan pernyataan yang jelas
dengan mengandung komponen adaptasi perilaku (behavior), perubahan yang
diharapkan (change expected) dan kerangka rentang waktu yang jelas (time frame).
395

2.3.4 Intervensi dan Implementasi


Fokus intervensi yang dilakukan dalam model adaptasi Roy adalah mengarah pada
suatu stimulus yang mempengaruhi perilaku sehingga menyebabkan adaptasi
inefektif. Terdapat empat hal yang menyusun intervensi keperawatan yaitu
400 pendekatan alternatif yang dilakukan, konsekuensi yang akan terjadi, serta
kesimpulan penerimaan alternatif tersebut. Implementasi keperawatan adalah
rincian dari intervensi keperawatan yang diuraikan sebagai langkah-langkah dalam
merubah stimulus secara tepat dengan pelaksanaan yang disesuaikan dengan
tingkat perubahan adaptasi pasien.
405

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan refleksi dari tujuan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya yang dilakukan melalui pelaksanaan intervensi sehingga keefektifan
intervensi keperawatan dapat diketahui dengan menilai tingkat adaptasi individu.
410
BAB III
PENUTUP
415 3.1 Kesimpulan
Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah. Penyakit ini terjadi ketika sel
darah memiliki sifat kanker yaitu membelah tidak terkontrol dan menggangu pembelahan
sel darah normal. Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang.
420 Apabila keadaan ini terus berlangsung maka akan menyebabkan suatu kondisi yang dapat
membahayakan nyawa pasien, dan akan berakhir pada kematian. Leukemia pada anak
dapat diketahui melalui beberapa gejala, dan penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
beberapa factor, akan tetapi penyebab pastinya belum diketahui secara pasti.

425 3.2 Saran


Disarankan kepada perawat untuk dapat memahami dan mengaplikasikan materi ini
terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien.Terutama dalam hal
mendeteksi secara dini penyakit leukemia pada anak-anak. Berdasarkan tanda dan gejala
yang didapat, dengan demikian dapat memberikan jalan keluar yang terbaik bagi pasien.
430 Dengan sendirinya sebagai perawat kita sudah mengurangi tingkat kematian anak
khususnya yang menderita penyakit leukemia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
435 Nurarif A.H 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-NOC. Media Action

Jitowiyono, Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
440

Moulis, G., Christiansen,C.F., Darvalics, B., dan Nørgaard, M. 2018, 'Prevalence of


thrombocytopenia and thrombocytosis upon acute hospital admission to internal medicine
units. A cross-sectional study in Denmark', European Journal of Internal Medicine, vol. 57,
pp. 34-37.
445

Alligood, Martha Raile. 2014. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka (Achir Yani S.
Hamid & Kusman Ibrahim, Penerjemah). Jakarta: Elsevier bekerjasama dengan AIPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI). 2017. Standar
450 Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostiik Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI). 2019. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan
455 Pengurus Pusat.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI). 2018. Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat.
460

Anda mungkin juga menyukai