Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nindya Widyani Ernada

Nim : A1181045

Kelas : 2B Karyawan

TUGAS BIOKIMIA

1. Sebutkan 1 jenis penyakit yang berkaitan dengan defisiensi asam amino dan protein!
2. Jelaskan letak kelainan asam amino/protein pada penyakit tersebut dan
mekanismenya(Patofisiologi) sehingga penyakit tersebut dapat terjadi!
3. Jelaskan Gejala klinis yang muncul dan cara pengobatannya!

JAWAB

Pengertian Kwashiorkor

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams
pada rangkaian saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935. Beliau pada tahun
1933 melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari suatu nutrien.
Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya. Walaupun sebab utama
penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan makanan yang dimakan itu
juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein disertai defisiensi kalori
sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor maupun marasmus.
 Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh
defisiensi protein yang berat. Ini ditandai dengan hambatan pertumbuhan, perubahan pada
pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut, imunodefisiensi, dan perubahan
patologik pada hati termasuk infiltrasi lemak, nekrosis dan fibrosis. Temuan lainnya adalah
apati secara mental, atrofi pankreas, gangguan saluran pencernaan, anemia, kadar albumin
serum yang rendah, dermatosis. Timbul bercak gelap yang menebal pada kulit ekstremitas
dan punggung yang dapat terkelupas, membentuk permukaan kulit merah muda yang hampir
telanjang (Dorland, 2002).
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein
(Indrawati,1982). Kwashiorkor ialah defisiensiprotein yang disertai defisiensi nutrien lainnya
[Type text]

yang biasa dijumpai pada bayimasa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah, 1995).

Penyebab Kwashiorkor
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent
(kuman penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang
peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan.
Penyebab kwashiorkor  antara lain adalah :
1.      Intake protein yang buruk.
2.      Infeksi suatu penyakit.
3.      Masalah penyapihan.

Kwashiorkor paling sering terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat pula terjadi
pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi
dari parasit atau infeksi lain. Adapun faktor penyebab terjadinya penyakit Kwashiorkor antara
lain:
1.    Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Banyak hal yang menjadi
penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI
digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang.  Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
2.     Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
sudah berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3.    Faktorekonomi

[Type text]
[Type text]

Penyakit ini banyak terdapat pada anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan
rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan
yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan. Bahan makanan
tersebut cukup mahal, sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada
berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan
sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut
tidak digunakan sebagaimana mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan
makanan, cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari
timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk, sehingga mereka mudah
dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat atau merupakan
trigger mechanisme dari penyakit ini.
4.    Faktorinfeksi dan penyakit lain
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Bisa juga terdapat
gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronik, kehilangan
protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka
bakar serta kegagalan melakukan sintesis protein, seperti yang didapatkan pula pada penyakit
hati yang kronis.

Gejala dan Tanda- TandaKwashiorkor


Gejala Kwashiorkor (Guyton,1997):

1.      Pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibandingkan
anak sehat
2.      Perubahan mental. Biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis
3.      Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik yang ringan maupun yang berat.
4.      Gejala gastrointestinal, anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala
pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan lewat sonde lambung.
Adakalanya tiap makanan yang diberikan dengan susah payah dimuntahkan lagi. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini mengkin karena gangguan fungsi hati,
pankreas dan usus. Intoleransi laktosa kadang-kadang ditemukan, sehingga pemberian susu
sapi dapat memperhebat diare.

[Type text]
[Type text]

5.      Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya.
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor adalah rambut kepala yang mudah dicabut. Tarikan
ringan di daerah temporal dengan mudah dapat mencabut seberkas rambut tanpa reaksi
penderita. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut penderita akan tampak kusam, kering,
halus, jarang dan berubah warnanya menjadi putih. Perubahan bangun rambut kelopak mata
tidak begitu nyata, bahkan sering bulu mata menjadi lebih panjang.
6.      Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam
dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian penderita
ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor yaitu crazy pavement
dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan
ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan, terutama bila tekanan tersebut
terus menerus dan disertai kelembaban oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa
poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai
dengan bercak-bercak merah kecil yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk
kemudian menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian yang tidak
mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam akibat hiperpigmentasi. Crazy
pavement dermatosis ditemukan terutama pada kasus dengan edema dan mempunyai
prognosis buruk. Jarang ditemukan luka bundar atau bujur dengan dasar dalam dan batas
jelas, sedangkan daerah sekitarnya tidak menunjukkan reaksi radang. Kadang-kadang
dijumpai perdarahan kulit (petekie) yang juga merupakan tanda prognosis buruk.
7.      Pembesaran hati merupakan gejala yang juga sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati
terdapat setinggi pusat. Hati yang dapat diraba umumnya kenyal, permukaannya licin dan
pinggir tajam. Biasanya pada hati yang membesarkan ini terjadi perlemakan hebat. Walaupun
demikian hati yang tidak membesar juga dapat mengalami perlemakan heabat.
8.      Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian. Bila kwashiorkor disertai
penyakit lain, terutama ankilostomiasis, maka dapat dijumpai anemia berat. Jenis anemia
pada kwashiorkor bermacam-macam, yang terbanya normositik-normokrom. Berkurangnya
jumlah sel sistim eritropoietik dalam sumsum tulang merupakan suatu keadaan yang paling
sering dijumpai dan merupakan penyebab terpenting. Hipoplasi atau aplasia sumsum tulang
ini disebabkan teruatama oleh defisiensi protein dan infeksi menahun. Akan tetapi faktor
lainpun mempengaruhi anemia pada seorang penderita kwashiorkor, misalnya defisiensi besi,
defisiensi faktor hati, kerusakan hati, defisiensi vitamin B kompleks dan insufisiensi hormon.

[Type text]
[Type text]

9.      Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan
albumin dengan globulin menjadi kurang dari satu.
10.  Pada biopsi hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebatnya sehingga
hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda
fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
11.  Hasil autopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ
mengalami perubahan, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.       
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah
edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh
kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi,
maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel,
karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi
natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita
kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka
plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan
mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema
biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik
dan onkotik (Sadewa, 2008).
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya
sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat
dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ
secara permanen. Komplikasi lainnya bisa terjadi shock dan cacat permanen.

Pencegahan Kwashiorkor
Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi
seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung),
makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging, tahu, tempe, dll), makanan yang
mengandung vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Setelah anak
disapih (berhenti menyusu), sebaiknya anak diperhatikan benar-benar asupan gizinya.
Apalagi protein adalah zat pembangun jaringan tubuh, di mana anak masih sangat
membutuhkannya karena masih dalam masa pertumbuhan. Kwashiorkor  memerlukan diet

[Type text]
[Type text]

yang berisi jumlah cukup protein yang kulitas biologiknya baik. Usaha-usaha tersebut
memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan
penyuluhan gizi.
1.      Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2.      Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
3.      Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4.       Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
5.      Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
6.      Pemberian imunisasi.

Pengobatan Kwashiorkor
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak.
Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan
mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula
sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat
memberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan. Dikarenakan anak
telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per
oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas
kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak
penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan
untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase. Penatalaksaan gizi buruk
menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter anak Indonesia)
adalah dengan penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil
yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen
dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan
atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibat yang fatal.

[Type text]
[Type text]

Penatalaksanaan segera tiap masalah akut seperti masalah diare berat, gagal ginjal,
dan syok dan akhirnya penggantian nutrient yang hilang sangat penting. Dehidrasi sedang
atau berat, infeksi nampak atau dugaan, tanda-tanda mata dari defisiensi vitamin A, anemia
berat, hipoglikemia, diare terus-menerus atau berulang, lesi kulit dan membrane mukosa,
anoreksia dan hipotermia semua harus diobati. Untuk dehidrasi ringan sampai sedang, cairan
diberikan oral atau dengan pipa nasogastik. Sedangkan dehidrasi berat, cairan intravena
diperlukan. Jika cairan intravena tidak dapat diberikan, infuse intraosseus (sum-sum tulang
belakang) atau intraperitoneal 70 mL/kg larutan Ringer Laktatsetengah kuat untuk
menyelamatkan jiwa. Antibiotik efektif harus diberikan parenteral selama 10 hari.

Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit
sering; kekentalan dan volume sedikit demi sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama
5 hari berikutnya. Pada hari 6-8, anak harus mendapat 150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali
makan. Susu sai atau yogurt untuk anak intoleran laktosa harus dibuat dengan 50 gr gula/L.
Pada masa penyembuhan, makanan energy tinggi terbuat dari susu, minyak dan gula yang
diperlukan. Susu skim, hidrolisat casein atau campuran asam amino sintetik sapat digunakan
untuk menambah cairan dasar dan regimen nutrisi.

Bila diet kalori tinggi dan protein tinggi diberikan terlalu awal atau cepat, hati dapat
menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lambat.
Lemak sayur dapat diserap lebih baik daripada lemak susu sapi. Toleransi glukosa yang
terganggu dapat diperbaiki pada beberapa anak yang terkena dengan pemberian 250 µg
kromium klorida. Vitamin dan mineral, terutama vitamin A, kalium dan magnesium
diperlukan sejak permulaan pengobatan. Besi dan asam folat biasanya memperbaiki anemia.

Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet, sedang pengobatan
infestasi parasit, jika tidak berat, dapat ditunda samapi penyembuhan mulai berlangsung.

Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama


beberapa minggu karena menghilangnya udem yang tampak dan tidak tampak. Enzim serum
dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fasetransisi, dan fase rehabilitasi.  Petugas kesehatan harus terampil memilih langkah mana
yang sesuai untuk setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,
Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

[Type text]
[Type text]

Mekanisme Terjadinya penyakit Kwashiokor

Letak Penyakit Kwashiokor

[Type text]
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. Gejala Kwashiorkor (Guyton,1997)
3. Anggraeni, A. (2012). Asuhan Gizi: Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu
4. Adriani, M & B. Wirjatmadi. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Mikrozinc pada
Pertumbuhan Balita). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
5. Https://www,slideshare.net/makalahkwashiokorkuliahpangansemester7

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai