Pada praktikum 1 ini dilakukan percobaan kristalisasi. Kristalisasi merupakan sebuah
peristiwa pembentukan partikel-partikel zat padat didalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel padat dalam uap, seperti dalam pembentukan salju sebagai pembekuan (Solidification) didalam lelehan cair. (Pinalia, 2011). Ada 3 sampel yang digunakan pada percobaan kristalisasi ini yaitu sampel A bodrex tablet yang berisi kandungan Paracetamol 350 mg, Propyphenazone 150 mg, Caffeine 50 mg digerus agar menjadi serbuk, sampel B serbuk asam salisilat, sampel C tablet parasetamol digerus agar menjadi serbuk. Untuk melakukan percobaan kristalisasi, terlebih dahulu dilakukan penentuan kelarutan sampel dengan pelarut yang sesuai untuk setiap sampel, pelarut yang digunakan yaitu aquades, etanol, etil asetat, acetan, aseton, toluena, heksana. Penentuan larutan ini di lakukan pada suhu yang berbeda-beda yaitu pada suhu ruang, dipanaskan dan didinginkan. Pelarut yang sesuain akan melarutkan sampel pada semua suhu. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Pada percobaan penentuan pelarut yang sesuai, di gunakan 6 yabung seaksi pada setiap sampel. Tiap tabung reaksi diisi masing-masing 2 ml pelarut yang berbeda-beda dan kemudian ditambahkan masing-masing 300mg sampel. Diketahui pada percobaan ini sampel A, sampel larut dengan pelarut aquadest pada suhu kamar, dipanaskan dan didinginkan, pada pelarut etanol dan etil asetat hanya larut pada suhu kamar saja dan pada pelarut aceton, aseton, toluene dan heksana sampel A tidak larut, sehingga pelarut yang sesuai dengan sampel A yaitu pelarut aquadest. Diketahui pada percobaan ini sampel B, sampel larut dengan pelarut etanol dan etil acetat pada suhu kamar, dipanaskan dan didinginkan, pada pelarut aseton hanya larut pada suhu kamar saja dan pada pelarut aquadest, toluena dan heksana sampel B tidak larut, sehingga pelarut yang sesuai untuk sampel B yaitu pelarut etanil dan etil asetat. Diketahui pada percobaan ini sampel C, sampel larut dengan pelarut aquadest pada suhu kamar, dipanaskan dan didinginkan, pada pelarut etanol, etil asetat, acetan, aseton, toluena, heksana sampel C tidak larut, sehingga pelarut yang sesuai dengan sampel C yaitu pelarut aquadest. Setelah ditentukannya pelarut yang sesuai dengan masing-masing sampel, kemudian dilakukan percobaan rekristalisasi. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya (Agustina, 2013). Pada percobaan rekristalisasi ini digunakan 100mg sampel dan 3ml pelarut yang sesuai. Kemudian sampel dan pelarut dimasukankan kedalam erlemayer, lalu di goyang-goyangkan di dalam penangas air hingga larut. kemudian sampel didinginkan dengan ice bath hingga terbentuk kristal. Pada pada praktikum ini di lakukan eksperimen, sampel disaring sebelum didinginkan dan sampel tidak disaring sebelum didinginkan, yang memberikan hasil kristal yaitu sampel yang didinginkan tanpa disaring terlebih dahulu. Ini disebabkan, jika sampel disaring terlebih dahulu sebelum didinginkan maka kandungan yang akan mengkristal akan mengendap dalam saringan sehingga kristal tidak akan terbentuk jika sampel disaring terlebih dahulu sebelum didinginkan. Setelah kristal terbentuk dilakukan penyaringan dan pengeringan dengan menggunakan corong buchner untuk mengetahui persentase bobot kristal yang terbentuk dari berat sampel sebelumnya. Perhitungan ini disebut rendemen, Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) kristal yang dihasilkan dari setiap sampel diketahui dalam jumlah persentase, Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai kristal yang dihasilkan semakin banyak. Dari percobaan rekristalisasi pada sampel A, diketahui