Anda di halaman 1dari 12

Tugas Keperawatan Jiwa

KOLABORASI ANTAR DISIPLIN ILMU DIBIDANG KEPERAWATAN JIWA

Di susun oleh :
INDRIANI MOHAMAD
C01418078

PROGRAM STUDIILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan
hidayah-nya saya dapat menyelesaikan makalah Kolaborasi Antar Diaiplin Ilmu Dibidang
Keperawatan Jiwa . Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu para mahasiswa
keperawatan baik program studi sarjana keperawatan maupun program studi lain yag sedang
mempelajari keperawatan kesehatan jiwa. Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri,
serta tidak berbentuk objek benda. Oleh karena itu, pada tahap awal mahasiswa sering
mengalami kesulitan dalam mempelajari ilmu jiwa dan keperawatan jiwa. Makalah ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa mengenali dan mempelajari kolaborasi antar
interdisiplin ilmu dibidang keperawatan sehingga dapat mempermudah mempelajari tentang
kolaborasi yang benar sesuai dengan kriteria. Dengan demikian, mahasiswa dapat merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan terhadap berbagai masalah keperawatan yang timbul.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa...............
2.2 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif.....................
2.3 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa..............
2.4 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam
Keperawatan Jiwa................................................................................................
BAB III ANALISA KASUS.....................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip
yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung
jawab dan tanggung gugat.
Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui
dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation
(AMA), 1994).
Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita
gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplinkeperawatan jiwa merupakan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter,
tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa.
Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas materi tentang
pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
2. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam
keperawatan jiwa.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan
jiwa.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan maupun refrensi
khususnya tentang pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa


Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat,
dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang
mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-
tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa.
Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim
kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,
manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar
sesama anggota tim.
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika
pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat
berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat
dijadikan pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam
menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak
memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat
anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak
langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam
sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan
untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

2.2 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan
kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi
interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi,
kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah ini.
a. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
b. Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka
dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan konsensus untuk dicapai.
c. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
d. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan
untuk membuat keputusan klinis.
e. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan
tindakan pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah
disepakati.
f. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
g. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien
sakit jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
h. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki
tujuan untuk kesehatan pasien sakit jiwa.
Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
- Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
- Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
- Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
- Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam
tim.

2.3 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa


Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi
profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien.
Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk
masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari
tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa
antara lain :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4) Meningkatnya kohesifitas antar professional
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional
6) Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

2.4 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan


Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada
banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
1. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
2. Struktur organisasi yang konvensional
3. Konflik peran dan tujuan
4. Kompetisi interpersonal
5. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri
BAB III
ANALISIS KASUS

Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi
point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-maring profesi memandang arti kolaborasi
harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan professional yang meliputi : dokter, perawat,
fisioterapi, pekerja social, apoteker, ahli gizi, dan pasien.
Contoh kasus :
seorang laki-laki berumur 30 tahun diantar keluarganya kerumah sakit jiwa tombulitalo dengan
keluhan, keluarga klien mengatakan bahwa klien sejak 2 minggu sebelum masuk RSJ klien
sering marah-marah, mudah tersinggung, sering memukul tembok menggunakan kedua
tangannya sehingga terdapat luka pada tangan, dan klien sering mengamuk merusak alat rumah
tangga.
Dari kasus diatas kita harus melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang tepat
demi memperoleh atau mendapatkan solusi untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang
benar sehingga agar dapat membuat kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tim kolaborasi keperawatan meliputi : dokter, perawat, tim keamanan, apotekker, keluarga
pasien, dan pasien.
1. Dokter
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, apa diagnosa
medis pasien yang sesuai dengan kondisi klinis pasien, dan perawatan apa yang
dibutuhkannya. Sehingga dapat mempermudah dan membantu perawat dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan. Dari kasus di atas bahwa dokter akan
menentukan diagnosa medis skizofrenia perilaku kekerasan.
2. Perawat
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir apa masalah pasien ini? Bagaimana
pasien dan keluarga menanganinya? Bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang
dapat diberikan kepada pasien? Perawat dididik untuk mampu menilai status
kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi
hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Perawat dapat melakukan tindakan yang
didelegasikan langsung maupun tidak langsung oleh dokter berupa obat obatan serta
tindakan yang di butuhkan oleh pasien. Dari kasus di atas perawat dapat melakukan
tindakan yang telah didelegasikan oleh dokter untuk menenangkan pasien yang sering
marah dan mengamuk dengan memberikan obat primaniak yang dapat menenangkan
kondisi pasien. Perawat selama 24 jam yang selalu mendampingi pasien sehingga
semua kondisi kesehatan pasien hanya perawat yang mengetahui kemudian akan
didokumentasikan dalam bentuk asuhan keperawatan.
3. Tim keamanan
Tim keamanan disini adalah tim penjaga keamanan pada RSJ yang akan sangat
dibutuhkan oleh tenaga kesehatan jika ada salah seorang pasien yang tiba-tiba
mengamuk dan menghancurkan peralatan di rumah sakit. Sehingga kecil
kemungkinan akan terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan pada saat proses
penanganan pasien.
4. Pasien dan keluarga pasien
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang normal pasien yang optimal hanya dapat
dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa
tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah
yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang
lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya.
Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika
digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan
keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional,
konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu
sendiri

3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami
uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna,dkk.2010.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.Jakarta:EGC


Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit : Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. EGC. Jakarta
Sulistiawati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai