Kolaborasi Interdisiplin Kep Jiwa
Kolaborasi Interdisiplin Kep Jiwa
Di susun oleh :
INDRIANI MOHAMAD
C01418078
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat, taufik, dan
hidayah-nya saya dapat menyelesaikan makalah Kolaborasi Antar Diaiplin Ilmu Dibidang
Keperawatan Jiwa . Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu para mahasiswa
keperawatan baik program studi sarjana keperawatan maupun program studi lain yag sedang
mempelajari keperawatan kesehatan jiwa. Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri,
serta tidak berbentuk objek benda. Oleh karena itu, pada tahap awal mahasiswa sering
mengalami kesulitan dalam mempelajari ilmu jiwa dan keperawatan jiwa. Makalah ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa mengenali dan mempelajari kolaborasi antar
interdisiplin ilmu dibidang keperawatan sehingga dapat mempermudah mempelajari tentang
kolaborasi yang benar sesuai dengan kriteria. Dengan demikian, mahasiswa dapat merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan terhadap berbagai masalah keperawatan yang timbul.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
1.4 Manfaat................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa...............
2.2 Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif.....................
2.3 Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa..............
2.4 Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam
Keperawatan Jiwa................................................................................................
BAB III ANALISA KASUS.....................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya
dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi
point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-maring profesi memandang arti kolaborasi
harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang sama.
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan professional yang meliputi : dokter, perawat,
fisioterapi, pekerja social, apoteker, ahli gizi, dan pasien.
Contoh kasus :
seorang laki-laki berumur 30 tahun diantar keluarganya kerumah sakit jiwa tombulitalo dengan
keluhan, keluarga klien mengatakan bahwa klien sejak 2 minggu sebelum masuk RSJ klien
sering marah-marah, mudah tersinggung, sering memukul tembok menggunakan kedua
tangannya sehingga terdapat luka pada tangan, dan klien sering mengamuk merusak alat rumah
tangga.
Dari kasus diatas kita harus melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang tepat
demi memperoleh atau mendapatkan solusi untuk dapat melakukan tindakan keperawatan yang
benar sehingga agar dapat membuat kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tim kolaborasi keperawatan meliputi : dokter, perawat, tim keamanan, apotekker, keluarga
pasien, dan pasien.
1. Dokter
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, apa diagnosa
medis pasien yang sesuai dengan kondisi klinis pasien, dan perawatan apa yang
dibutuhkannya. Sehingga dapat mempermudah dan membantu perawat dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan. Dari kasus di atas bahwa dokter akan
menentukan diagnosa medis skizofrenia perilaku kekerasan.
2. Perawat
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir apa masalah pasien ini? Bagaimana
pasien dan keluarga menanganinya? Bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang
dapat diberikan kepada pasien? Perawat dididik untuk mampu menilai status
kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi
hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Perawat dapat melakukan tindakan yang
didelegasikan langsung maupun tidak langsung oleh dokter berupa obat obatan serta
tindakan yang di butuhkan oleh pasien. Dari kasus di atas perawat dapat melakukan
tindakan yang telah didelegasikan oleh dokter untuk menenangkan pasien yang sering
marah dan mengamuk dengan memberikan obat primaniak yang dapat menenangkan
kondisi pasien. Perawat selama 24 jam yang selalu mendampingi pasien sehingga
semua kondisi kesehatan pasien hanya perawat yang mengetahui kemudian akan
didokumentasikan dalam bentuk asuhan keperawatan.
3. Tim keamanan
Tim keamanan disini adalah tim penjaga keamanan pada RSJ yang akan sangat
dibutuhkan oleh tenaga kesehatan jika ada salah seorang pasien yang tiba-tiba
mengamuk dan menghancurkan peralatan di rumah sakit. Sehingga kecil
kemungkinan akan terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan pada saat proses
penanganan pasien.
4. Pasien dan keluarga pasien
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang normal pasien yang optimal hanya dapat
dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa
tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah
yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang
lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya.
Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika
digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi
yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan
keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional,
konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu
sendiri
3.2 Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami
uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA