Disusun oleh :
dr. Sushanti Nuraini
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
LAPORAN KEGIATAN INTERNSIP
Disusun oleh :
dr. Sushanti Nuraini
Pendamping :
dr. M. Wahib Hasyim
KABUPATEN PATI
JAWA TENGAH
2020
HALAMAN PENGESAHAN
F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1. Imunisasi.................................................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN.....................................................................................15
3.1. Permasalahan di Masyarakat dan Kasus...............................................................15
3.2. Tujuan...................................................................................................................15
3.3. Intervensi..............................................................................................................15
3.4. Pelaksanaan..........................................................................................................17
3.5. Monitoring dan Evaluasi........................................................................................18
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................19
4.1. KESIMPULAN.........................................................................................................19
4.2. SARAN...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
LAMPIRAN........................................................................................................................21
FORM BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO.............................................................21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
polio pada tahun 1995 namun pada tahun 2006 ditemukan kejadian munculnya
penyakit polio di desa Cidahu, Sukabumi. Virus polio liar tersebut terbawa oleh
jemaah haji yang berasal dari Afrika sehingga virus tersebut menyerang anak-
anak yang belum mendapatkan vaksinasi secara cukup.
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang Imunisasi untuk memperbaiki
kualitas hidup penderita.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang Imunisasi
b. Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pentingnya
Imunisasi, apa saja jenis dan jadwal pelaksanaannya.
1.3. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Konseling diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu kedokteran
khususnya tentang Imunisasi dan edukasi yang diberikan kepada
orang tua dalam mengetahui pentingnya Imunisasi dalam
mencegah penyakit menular.
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
2
Membantu dalam pengembangan program upaya peningkatan
pengetahuan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
serta hubungannya dengan pencegahan penyakit menular dengan
Imunisasi.
b. Bagi Masyarakat
i. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
imunisasi khususnya bagi orang tua.
ii. Mencegah penularan penyakit menular dan memperbaiki
kualitas hidup anak-anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian
3
(Soejatmiko et al., 2015). Vaksin adalah produk yang merangsang sistem imun
tubuh terhadap suatu penyakit tertentu sehingga seseorang terhindar dari penyakit
tersebut. Vaksin biasa diberikan melalui injeksi namun juga bisa melalui oral atau
disemprotkan ke hidung (CDC, 2017)
Saat ini menurut WHO terdapat 25 vaksin yang telah ditemukan dan
dipergunakan di seluruh dunia (available vaccine) serta masih ada24 vaksin yang
sedang dalam proses penelitian dan pengembangan (Pipeline vaccines). Berikut
adalah tabel available vaccine dan pipeline vaccine:
4
Kesehatan RI mengupayakan penambahan tiga jenis kekebalan untuk melengkapi
program imunisasi dasar lengkap yaitu: vaksin Measles Rubella (MR), vaksin
Pneumococcus, dan vaksin Japanese Encepahalitis (JE). Vaksin MR mulai
digunakan untuk menggantikan vaksin campak dan ditargetkan mencakup seluruh
Pulau Jawa pada tahun 2017 dan mencakup seluruh Indonesia pada tahun
2018.Pelaksanaan kampanye vaksin MR menyasar 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1
SD/sederajat. Kampanya ini sekaligus merupakan pengenalan imunisasi Rubella
kedalam program imunisasi nasional menggantikan vaksin campak yang selama
ini dipakai. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase 1 dilaksanakan
tahun 2017 di semua Provinsi di Pulau Jawa. Fase 2 dilaksanakan di seluruh
provinsi di luar pulau Jawa. Untuk vaksin JE, kampanye dan introduksi akan di
awali di Provinsi Bali (tahun 2017-2018) dan Kota Manado (tahun 2019).
Imunisasi JE akan menyasar bayi usia 9 bulan. Pemberian vaksin Pnemokukus
diberikan untuk bayi usia 2,3 dan 12 bulan (Depkes, 2017).
Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah proses transfer antobodi yang berasal dari satu orang atau
hewan ke individu lain. Imunitas pasif memberikan perlindungan terhadap
infeksi namun sifatnya sementara. Imunitas akan menurun dalam hitungan
minggu sampai beberapa bulan. Contoh imunisasi pasif adalah adalah
imunitas yang diterima bayi dari ibunya. Antibodi ditransfer melalui plasenta
pada usia kehamilan 8-9 bulan sehingga bayi akan memiliki kekebalan yang
sama seperti yang dimiliki ibunya. Perlindungan akan bertahan selama sekitar
satu tahun. Perlindungan terhadapa beberapa penyakit seperti campak, rubella
dan tetanus lebih baik daripada penyakit lain seperti polio dan pertusis.
Ada 3 macam imunisasi pasif di dunia medis:
1. Homologous pooled human antibody (immunoglobulin)
Imunoglobulin diproduksi dengan mengumpulkan fraksi antibodi dari ribuan
pendonor. Karena berasal dari banyak donor imunoglobulin mengandung
antibodi terhadap banyak antigen. Jenis ini biasa digunakan untuk
5
profilaksis post-exposure Hepatitis A, measles, dan terapi untuk penyakit
defisiensi imunoglogulin kongenital.
2. Homologous human hyperimmue globuline
Homologous human hyperimmue globuline adalah produk antibodi yang
mengandung antibodi spesifik dengan titer tinggi. Produk ini berasal dari
plasma manusia yang mengandung antibodi tertentu. Karena berasal dari
manusia kemungkinan juga terdapat antibodi lain dalam jumlah sedikit.
Imunisasi pasif jenis ini biasa digunakan untuk profilaksis post exposure
penyakit hepatitis B, rabies, tetanus, dan varicella.
3. Heterologous hyperimmune serum(antitoksin)
Antitoksin adalah produk yang berasal dari hewan biasanya kuda
(equine) yang mengandung antibodi yang spesifik suatu penyakit. Contoh
antitoksin adalah botulism dan difteri.
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah stimulasi sistem imun untuk menghasilkan
antibodi (antigen-spesific humoral) dan imun seluler. Imunisasi aktif
bertahan selama beberapa tahun bahkan bisa seumur hidup.
Cara untuk mendapatkan imunitas aktif adalah terpajan infeksi
suatu organisme. Sekali seseorang sembuh dari suatu infeksi penyakit dia
akan memiliki imunitas terhadap penyakit tersebut. Ketika sistem imun
terpajan suatu antigen, Sel B memori akan tetap bertahan dalam sirkulasi
selama beberapa tahun. Cara lain untuk mendapatkan kekebalan adalah
melalui vaksinasi. Vaksin berinteraksi dengan sistem imun dan biasa
menghasilkan respon imun yang mirip dengan yang didapatkan dari
infeksi alami. Vaksin menghasilkan respon imun namun tidak
menyebabkan gejala klinis penyakit maupun komplikasinya.
6
Klasifikasi isi vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin yang
mengandung bakteri/virus yang dilemahkan danvaksin inaktif
7
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang penyelengaraan imunisasi terdapat enam imunisasi dasar dalam
program imunisasi nasional yaitu imunisasi hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio,
dan campak. Sejak tahun 2014 digunakan vaksin kombinasi DTP-HB-Hib atau
dikenal sebagai vaksin Pentabio. Vaksin ini digunakan di seluruh fasilitas
kesehatan pemerintah dan diberikan pada umur 2,3,4 bulan dengan vaksin ulangan
pada usia 18 bulan.
3.1 Hepatitis B
Virus hepatitis B tergolong dalam famili virus Hepadnaviridae. Semakin
muda usia anak semakin risiko menjadi infeksi kronis yaitu 80-90% bila terjadi
pada masa perinatal, 30-50% pada usia 1-4 tahun dan hanya sekitar 10% bila
infeksi pada masa dewasa.
3.2 BCG
8
waktu tiga jam sisanya dibuang. Vaksin BCG disuntikkan secara intradermal
karena memerlukan lapisan chorium kulit untuk berkembang. Setelah berkembang
barulah akan menyebabr ke lapisan subkutan dan ke pembuluh darah.
3.3 Polio
Isi Vaksin Oral Polio Vaccine (OPV): virus hidup yang dilemahkan yang
mengandung visrus polio strain 1,2,3 yang menimbulkan
imunitas humoral dan lokal di mukosa usus
Inactivated Polio Vaccine (IPV): virus polio inaktif 3 strain yang
mengahsilkan imunitas humoral saja
Jadwal Diberikan secara kombinasi (Pentabio) pada umur 2,3, 4 bulan
9
IDAI: 0,2,4, dan 6 bulan dan diberi ulangan pada umur 18 bulan
dan 5 tahun. Oaling sedikit harus mendapatkan 1x IPV
bersamaan dengan OPV3
Dosis OPV: 2 tetes (0,1 mL) per oral
IPV: 0,5 mL secara intramuskuler
Tempat
KI Reaksi alergi berat pada komponen vaksin atau setelah dosis
sebelumnya
KIPI OPV: Vaccine assosiated paralytic poliomyelitis (VAPP)
IPV: kadang timbul reaksi lokal ringan dan sementara
3.4 DTP
Isi Vaksin DTPw: purified diphteria toxoid 20 Lf, purified tetatus toxoid 7,5
Lf, bakteri B. Pertussis inaktif 12 OU
DTPa: toksoid difteri 25 Lf, toksoid tetanus Lf, inactivated
pertussis toxin (PT) 25 mcg, filamentous hemagglutinin (FHA)
25 mcg, pertactin 8 mcg
Jadwal 2,4,6 bulan
IDAI: Vaksin paling cepat dilakukan pada usia 6 minggu. Bisa
DTPa atau DTPw atau kombinasi. DTPa usia 2,4,6 bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.
KI Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya, ensefalopati
pada pemberian vaksin pertusis sebelumnya
KIPI DTPw: demam 42%, nyeri 19%
DTPa: demam 9,9%, nyeri 2,5%
10
sisa walaupun cepat ditangani. Hib juga menyebabkan septikemia,
selulitis, artritis, dan epiglotitis. Penyebaran terjadi lewat droplet dari
individu yang terinfeksi. PRP yang dikonjugasikan dengan preotein
tetanus disebut sebagai PRP-T. Vaksin ini merangsang imunitas seluler
yaitu sel limfosit T.
3.6 Campak
Isi Vaksin Virus campak 103 CCID50 dan preservatif Kanamicin sulfat dan
eritromisin 18 bulan dan 6
Jadwal Umur 9 bulan dengan ulangan pada umur 18 bulan dan kelas 1
SD
Dosis 0,5 mL
Tempat Subkutan pada deltoid
KI Keadaan imunodefisiensi seperti kanker, tranplantasi organ,
konsumsi sterod
Pasien TB tidak diobati
KIPI Demam tinggi 39,5 C atau lebih tejadi pada 5-15% kasus
2.1.4. Jadwal Imunisasi
Imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang dianjurkan agar
mendapatkan respon imun yang maksimal. Dalam penyusunan jadwal
imunisasi perlu dipertimbangkan faktor epidemiologi penyakit yang
11
dapat dicegah dengan imunisasi, antibodi maternal, respon antibodi
yang ditimbulkan oleh vaksin, jenis vaksin, dan keamanan vaksin.
12
kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik.
Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong,
influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin,
merkuri) atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.
Pemeriksaan Fisik
13
dari kepala hingga kaki. Pasien harus dipastikan tidak demam tinggi atau
menderita penyakit infeksi lain.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
14
Nyeri pada tengkuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada daerah tengkuk, terasa seperti
diikat, terasa tegang, kambuh-kambuhan sejak beberapa minggu terakhir
ini. Pasien akhir-akhir ini mengalami kesulitan tidur di malam hari
dikarenakan harus mendampingi suaminya bekerja hingga larut malam.
Pasien masih sering memiliki kebiasaan makan-makanan yang asin dan
belum bisa meninggalkan kebiasaan konsumsi garam yang berlebihan
setiap harinya. Pasien rutin memeriksakan kadar gula darah, kolesterol dan
asam urat, namun didapatkan hasil yang normal berdasarkan pemeriksaan
2 bulan terakhir.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Tidak ada
Riwayat Diabetes Mellitus : Tidak ada
Riwayat Hiperkolesterolemia : Tidak ada
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Saudara kandung pasien (Kakak laki-laki pasien) memiliki riwayat Stroke
perdarahan pada tahun 2016.
- Riwayat DM pada keluarga disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang pedagang sayuran di pasar yang berobat ke
Puskesmas Gabus I dengan fasilitas BPJS.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :Baik, Rawat diri cukup
b. Kesadaran :Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital :
i. Tekanan Darah : 130/80
ii. Nadi : 88x/menit
iii. Respirasi : 18x/m
iv. Suhu : 37,0oC
d. Antropometri
i. Berat Badan : 41 Kg
ii. Tinggi Badan : 160 cm
iii. Status Gizi : Underweight
e. Status Generalis
Kepala :Normocephal, pertumbuhan rambut baik teratur, tidak
mudah dicabut
Mata :CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+),
isokor (+/+), mata cowong (-/-)
Hidung :Sekret (-), epitaksis (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga :Hiperemis (-), Sekret (-)
Mulut :Mukosa mulut dan bibir basah (+), sianosis (-), perdarahan
gusi (-), faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1) hiperemis(-),kripta
melebar(-)
15
Leher :Pembesaran kel. getah bening (-), massa abnormal (-),
peningkatan JVP (-)
Thoraks :Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-), massa (-),
Pekak (+) semua lapang thoraks, pembesaran jantung (-).
o Pulmo : SDV (+, semua lapang paru), Ronkhi (-),
Wheezing (-)
o Cor :S1 S2 Tunggal reguler, murmur (-), suara
tambahan(-)
Abdomen :Flat, Bising usus (+) dalam batas normal (12x/menit),
Timpani (+) seluruh lapang abdomen, Nyeri tekan (-), Hepar tidak
teraba, pembesaran hepar (-)
Ekstremitas :
o Ekstremitas atas
Kanan : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
o Ekstremitas bawah
Kanan : Hiperemis (+), sianosis (-), akral hangat (+)
Kiri : Hiperemis (-), sianosis (-), akral hangat (+)
f. Status Lokalis
-
3.4. Pelaksanaan
Ny. L usia 63 tahun datang ke poliklinik umum Puskesmas Gabus I pada
tanggal 2 Maret 2020 dengan keluhan nyeri kepala pada daerah tengkuk. Akhir-
akhir ini pasien sulit tertidur di malam hari dikarenakan aktivitas beliau yang
harus membersamai anaknya bekerja. Dari hasil pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya kelainan. Dilakukan konseling pada pasien dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Pembukaan
Pembukaan konseling yang dilakukan dengan pasien bertujuan
untuk menciptakan hubungan baik agar pasien merasa nyaman sehingga
bersedia memberikan informasi tentang keadaan dirinya dan menjalankan
apa yang disarankan oleh dokter untuk mengurangi keluhan yang
dideritanya.
b. Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi masalah
Pada sesi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor risiko
sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang menyebabkan keluhan pada
pasien. Pada diskusi ini didapatkan informasi sebagai berikut :
i. Pasien saat ini berusia 63 Tahun
ii. Pasien bekerja sehari-hari sebagai pedagang di pasar. Setiap hari
pasien beraktivitas sejak pukul empat pagi mempersiapkan
dagangannya di pasar Gabus hingga siang hari dan ikut membantu
anaknya dalam mengurus ternak ayam hingga pada malam hari.
iii. Pasien sering mengalami kesulitan tidur pada malam hari
16
iv. Pasien masih sering mengkonsumsi masakan yang diolah sendiri
dan masih menggunakan garam tambahan yang beriodium
v. Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala atau kecelakaan
sebelumnya
vi. Saudara kandung (Kakak laki-laki) pasien pernah meninggal akibat
stroke perdarahan pada Tahun 2016 dan memiliki riwayat tekanan
darah tidak terkontrol
c. Penjelasan mengenai penyakit
Pada sesi ini dilakukan dengan memberikan penjelasan dan pemahaman
pasien mengenai :
i. Definisi hipertensi
ii. Faktor risiko hipertensi
iii. Komplikasi hipertensi
iv. Penanganan hipertensi
v. Pencegahan hipertensi
d. Edukasi
Edukasi pasien lebih ditekankan pada pencegahan hipertensi dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi angka kunjungan
ke fasilitas kesehatan, dan mencegah perburukan keadaan serta mencegah
timbulnya komplikasi penyakit. Edukasi yang diberikan secara garis besar
merupakan penatalaksanaan non-farmakologis, yaitu : mempertahankan
berat badan ideal, mengurangi asupan garam (Sodium), diet rendah lemak,
menghindari minum-minuman keras dan paparan asap rokok, menghindari
dan manajemen stress, serta olahraga teratur.
e. Menutup Sesi
Setelah konseling dan edukasi selesai, dilakukan evaluasi apakah pasien
mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh dokter dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan terkait penjelasan penyakit sesuai dengan pemaparan
sebelumnya. Pasien cukup mengerti dan mau melaksanakan saran yang
dianjurkan oleh dokter. Selain itu, sebelum penutupan sesi, pasien
diberikan kesempatan untuk bertanya apabila masih ada hal-hal yang ingin
diketahui atau ditanyakan. Pasien juga dianjurkan untuk rutin melakukan
pemeriksaan tekanan darah.
3.5. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan ini tetap dijalankan terutama setelah pertemuan pertama.
Pencatatan keluhan dan pemeriksaan sendi lutut pasien harus selalu dilakukan
setiap kontrol pengobatan. Selain itu, penyuluhan dan motivasi harus terus
dilakukan dan evaluasi terhadap keluhan pasien, apakah keluhan berkurang atau
memberat serta perlu dilakukan juga pemantauan tekanan darah secara teratur.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
4.2. SARAN
1. Bagi dokter sebaiknya memahami konsep tentang penyakit hipertensi agar
dapat memberikan penyuluhan dan edukasi yang sejelas-jelasnya kepada
masyarakat dan pasien hipertensi maupun prehipertensi untuk pencegahan
dini.
2. Bagi institusi puskesmas, hendaknya lebih sering memberikan promosi
kesehatan mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat.
3. Bagi masyarakat hendaknya menjalankan pola hidup sehat untuk
mencegah kemungkinan terkena penyakit hipertensi.
4. Bagi pasien, hendaknya menerapkan saran dan edukasi yang telah
diberikan dokter agar meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko
komplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Center for Disease Control and Prevention. 2011. Principles of
Vaccination.Dalam Atkinson W, Hamborsky J, Wolfe S.
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/prinvac.pdf
[diakses tanggal 4 Juni 2020].
18
Center for Disease Control and Prevention. 2011. Immunization the Basic. Dalam
Atkinson W, Hamborsky J, Wolfe Shttps://www.cdc.gov/vaccines/vac-
gen/imz-basics.htm [diakses tanggal 4 Juni 2020].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Artikel.
http://www.depkes.go.id/article/print/17020100001/ini-rencana-
pelaksanaan-3-vaksinasi-baru-untuk-lengkapi-imunisasi-
dasar-.html[diakses tanggal 4 Juni 2020]
Sujatmiko, Gunardi, Sekartini, dan Medise. 2015. Intisari Imunisasi. Edisi 2.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Satgas Imunisasi PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak. Edisi 1. Jakarta:
Kompas.
WHO. 2017. Imunization Facts Sheethttp://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs286/en/[diakses tanggal 4 Juni 2020]
19
LAMPIRAN
20
4 dr. Intan Rachmawati
5 dr. Niken Tri Utami
6 dr. M Wahib Hasyim
Mengetahui
Pembimbing
21