Jenis Auditor
1. Auditor Pemerintahadalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:
1. Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.
2. Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
3. Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.
4. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau ulang
laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan
yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar
rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
Opini Auditor
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor
berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing, penyajian
laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum(PABU),
tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi (konsisten) dan mengandung
penjelasan atau pengungkapan yang memadai sehingga tidak menyesatkan
pemakainya, serta tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa (material).
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor menaruh
keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan
keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan
adalah wajar tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu yuang
menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).
Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang disyaratkan
dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum(PABU). Hal ini diberikan auditor karena
pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat materialnya
(terdapat banyak rekening yang tidak wajar).
Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti bahwa
laporan audit tidak memuat pendapat auditr. Hal ini bisa diterbitkan apabila: auditor tidak
meyakini diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor hanya mengkompilasi
pelaporan keuangan dan bukannya melakukan audit laporan keuangan, auditor
berkedudukan tidak independent terhadap pihak yang diauditnya dan adanya kepastian
luar biasa yang sangat memengaruhi kewajaran laporan keuangan.
Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat sepotong-
sepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan
yang diaudit secara keseluruhan.
Fungsional Auditor
Jabatan Fungsional Auditor muncul pertama kali pada tahun 1996 melalui Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional
Auditor dan Angka Kreditnya. Instansi Pemerintahyang pertama kali menerapkan JFA
adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP). Sebelum lahirnya JFA, di
BPKP telah dikenal adanya Pejabat Pengawas Keuangan dan Pembangunan (PKP) yang telah
dirintis sejak tahun 1983.
Penerapan JFA mulai merambah ke instansi pengawasan lain seperti di lingkungan Inspektorat
Jenderal Departemen/LPND pada tahun 2000 dan selanjutnya pada tahun 2003 mulai muncul di
lingkungan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda / Inspektorat Daerah). Dengan penerapan
JFA tersebut diharapkan akan tercipta profesionalismedi bidang pengawasan.
Jenjang Jabatan
1. Auditor Trampil
1. Auditor Pelaksana
2. Auditor Pelaksana Lanjutan
3. Auditor Penyelia
2. Auditor Ahli
1. Auditor Pertama
2. Auditor Muda
3. Auditor Madya
4. Auditor Utama
Mekanisme Pengangkatan
1. Pengangkatan pertama
2. Pengangkatan perpindahan
3. Pengangkatan inpassing
Selain harus memenuhi beberapa persyaratan administratif, seorang pegawai negeri yang akan
diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Auditor diharuskan untuk lulus Ujian Sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor sesuai dengan jenjang jabatan yang akan didudukinya.
Kompetensi PFA
1. Pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan dan pelatihan yang diikuti.
2. Pengalaman pengawasan yang ditunjukkan melalui besaran angka kredit yang berhasil
dikumpulkan dalam satu periode waktu. Perolehan angka kredit tersebut akan dinilai
secara reguler tiap semester.
PFA dalam melaksanakan tugas pengawasan selain ditentukan oleh jenjang jabatan yang
didudukinya juga ditentukan oleh peran yang diembannya yaitu peran Pengendali Mutu,
Pengendali Teknis, Ketua Tim atau Anggota Tim. Penentuan peran tersebut disesuaikan dengan
sertifikasi yang telah dimiliki Pejabat Fungsional Auditor.