Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mega Indriyani

NIM : 201710130311061
Kelas : Pembangkit Tenaga Listrik – C

TUGAS RESUME ALGORITMA KONTROL MPPT PADA SOLAR SEL

Sel surya menjadi sumber energi terbarukan yang paling penting yang menawarkan
banyak keuntungan seperti tanpa memerlukan bahan bakar minyak, tidak menghasilkan
polusi, biaya perawatan rendah dan tidak menghasilkan noise. Penerapan sel surya pada
sistem mandiri adalah seperti pada pompa air, penerangan jalan, kendaraan listrik, militer
dan ruang angkasa. Dan pada penerapan jaringan listrik seperti sistem hybrid dan power
plants.
Selain itu, karakteristik V-I sel surya adalah nonlinier dan berubah terhadap radiasi dan
suhu permukaan sel surya. Secara umum, terdapat titik yang unik pada kurva V-I atau
kurva V-P, yang dinamakan Maximum Power Point (MPP). Dimana pada titik tersebut, sel
surya bekerja pada efisiensi maksimum dan menghasilkan daya keluaran paling besar.
Letak dari MPP tidak diketahui, tapi dapat dicari, dengan menggunakan perhitungan atau
algoritma penjejak. Oleh karena itu algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT)
dibutuhkan untuk menjaga titik kerja sel surya agar tetap pada titik MPP.
MPPT atau Maximum Power Point Tracker merupakan kontroler yang memiliki
algoritma tertentu untuk mencari nilai daya maksimum pada PV. Sudah banyak algoritma
yang digunakan sebagai MPPT seperti P&O, firefly, fuzzy control, RCC dll. Misalnya
algoritma P&O yang memiliki keunggulan pada singkatnya waktu untuk mencapai
konvergen, tapi terdapat riak yang besar pada daya PV yang dihasilkan. Selain itu
algoritma ini juga tidak dapat mengatasi PV yang berada di bawah kondisi partial shaded .
Tidak hanya P&O yang memiliki kekurangan, begitu juga metode firefly. Kontrol MPPT
digunakan untuk mencari titik daya maksimum pada setiap nilai intensitas cahaya matahari.
Keluaran dari kontrol MPPT adalah berupa duty cycle untuk mengatur pensaklaran hybrid
cuk converter boost mode. Peningkatan nilai efisiensi ini merujuk pada kurva karakteristik
arus-tegangan sel surya yang tergantung pada nilai irradiasi dan temperatur yang
diterimanya. Setiap modul memiliki titik operasi optimalnya masing-masing yang dikenal
dengan Maximum Power Point (MPP). Karakteristik Maximum Power Point ini akan
berubah sesuai dengan sinar matahari dan temperature. Ketergantungan terhadap cuaca
menjadikan Maximum Power Point Tracker (MPPT) tidak mudah untuk menjaga titik
operasi tetap dalam kondisi maksimal dengan mengacu pada kurva karakteristik tegangan-
daya yang juga bervariasi. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, beberapa algoritma MPPT
diajukan sebagaimana yang telah direview oleh Jaiswal dan Mahor . Kesadaran untuk
menggunakan sumber energi baru terbarukan menjadikan algoritma untuk MPPT ini menjadi
sangat penting.

 Algoritma firefly
Algoritma firefly terinspirasi oleh pergerakan kunang- kunang. Pada algoritma ini, ada 3
asumsi yang digunakan:
1) semua kunang-kunang adalah unisex, sehingga kunang- kunang tertarik dengan
kunang-kunang yang lain tidak memperhitungkan jenis kelamin kunang-kunang tersebut.
2) Ketertarikan antar kunang-kunang berdasarkan seberapa terang dari kunang-kunang
tersebut. Kunang-kunang yang lebih redup maka akan tertarik dan berpindah mendekati
kunang-kunang yang lebih terang.
3) terang redupnya seekor kunang-kunang ditentukan dalam semuah fungsi objektif.
Misalkan ada 2 ekor kunang-kunang, p dan q, yang memiliki jarak rpq dan masing-masing
posisi kunang tersebut adalah XP dan Xq yang merepersentasikan duty cycle pada MPPT.
Algoritma Kontrol MPPT
Seperti diketahui bahwa karakteristik daya keluaran sel surya dipengaruhi oleh radiasi
sinar matahari dan temperatur permukaan sel surya, diperlukan sebuah algoritma untuk
mencari titik daya maksimum (MPP) dan menjaga pada titik kerja tersebut.
 Algoritma Fuzzy Logic
Algoritma Fuzzy Logic digunakan untuk mengoptimasi daya keluaran solar cell
menggunakan buck-boost converter . Penelitian ini menggunakan simulasi untuk
menunjukkan bahwa algoritma ini mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi MPP dan
meminimalkan variasi tegangannya. Penelitian yang dilakukan lain juga menggunakan
algoritma yang sama dan membandingkannya dengan array konvensional .Hasil simulasi
menunjukkan bahwa algoritma ini dapat menjaga daya puncak panel sementara sistem
konvensional memiliki nilai titik puncak yang sangat bervariasi.

 Algoritma Perturb and Observe


Algoritma Perturb and Observe berdasarkan pada proses regulasi tegangan panel surya
dengan penambahan set point optimal yang merepresentasikan tegangan pada titik maksimal
(MPP) telah digunakan oleh Mankar dan Moharil .Dalam penelitiannya
mengimplementasikan metode ini dalam simulasi menggunakan Matlab/Simulink dengan
memberikan nilai radiasi matahari yang berbeda . Simulasi lain juga dilakukan oleh
Chaitanya dkk dengan memberikan fungsi self-tuning yang akan menambahkan tegangan
referensi array nilai tegangan untuk step size-nya dalam mencapai nilai maximum power
point (MPP)-nya. Simulink juga digunakan oleh Yatimi dan Aroudam untuk memodelkan
dan mengevaluasi performansi stand-alone photovoltaic system yang disimulasikan
menggunakan Simulink .Penelitian yang sama juga dilakukan dengan mensimulasikan
implementasi interlaved boost converter pada MPPT yang digunakan untuk sistem
photovoltaic.
P&O disebut juga dengan metode hill climbing, yang mengacu pada karakteristik V-P
dari sel surya. Seperti pada Gambar 4, terdapat 3 jenis titik yang berada pada 3 posisi. Di
sebelah kiri puncak dP/dV >0, dipuncak kurva dP/dV=0 dan di sebelah kanan puncak
dP/dV<0.

Gambar 4. Posisi dP/dV yang berbeda pada kurva daya sel surya

Di sebelah kiri dari MPP perubahan daya terhadap perubahan tegangan dP/dV>0,
sementara di sebelah kanan, dP/dV <0 (lihat gambar 4). Pada gambar 1, jika tegangan kerja
sel surya diganggu (perturbed) dan berada pada dP/dV>0, hal tersebut diketahui bahwa
penggangguan (perturbation) dilakukan untuk memindahkan tegangan kerja sel surya maju
ke arah MPP. Jika dP/dV<0, kemudian perubahan titik kerja mengarahkan sel surya jauh
dari MPP.

Anda mungkin juga menyukai