Anda di halaman 1dari 41

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS


Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

PELATIHAN KONVERTER DC-DC


1.1 Pendahuluan
Konverter dc ke dc adalah peralatan yang dapat menghasilkan tegangan atau arus dc yang
berasal dari suatu sumber dc. Peralatan ini berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan atau arus DC. Peralatan sehari hari yang menggunakan prinsip konverter dc ini adalah
lampu blitz kamera foto, charger handphone, power bank, power supply 12VDC, MPPT dan
sebagainya.

Gambar 1. Contoh penggunaan konverter dc

Sistem pengaturan switching pada konverter dc dilakukan dengan mengatur lebar pulsa
pada PWM (Pulse Width Modulation) dengan periode waktu tetap dan waktu on yang berubah-
ubah.Beberapa topologi dasar konverter DC-DC adalah Buck converter, Boost converter dan
Buck Boost Converter. Melihat pentingnya peranan aplikasi Konverter Boost, maka sebagai
mahasiswa yang disiapkan untuk dunia industri harus berkompeten sebagai bekal secara
langsung dengan peralatan yang menyerupai pada industri.
Dalam teori konverter DC-DC terdapat dua macam topologi konverter yakni peningkat
tegangan (Konverter Buck) dan penurun tegangan (Konverter Boost). Setiap konversi tegangan
maupun arus, daya masukan dan daya keluaran harus dipertahankan tetap. Oleh karena itu
konversi menaikkan tegangan harus diikuti dengan konversi menurunkan arus demikian
sebaliknya. Cara pengontrolan tegangan output pada Konverter Boost menggunakan Pulse
Width Modulation (PWM), dimana yang dikontrol adalah lebar pulsa (duty cycle). Teknik
pengontrolan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) sistem analog salah satunya
menggunakan IC 555 dan (2) sistem digital yang menggunakan mikrokontroler.
Pada sistem digital mempunyai kelebihan pada rangkaiannya yang tidak terlalu rumit
dibandingkan rangkaian PWM analog dan range pengontrolan yang lebih besar sehingga dapat
menghasilkan data yang lebih akurat. Bahan ajar ini merupakan dasar teknologi Konverter
Boost yang digunakan di industri-industri sehingga dapat dijadikan media praktikum. Bahan
pembelajaran ini juga dilengkapi dengan jobsheet dan modul penggunaan alat. Dengan adanya
bahan ajar ini diharapkan mahasiswa lebih memahami konsep konverter DC-DC jenis
Konverter Boost dan memahami karakteristik Konverter Boost.
Pada dasarnya ada banyak teknologi konverter penaik tegangan, misalnya regulator. Tetapi
Konverter Boost mempunyai kelebihan karena dapat beroperasi dengan beban yang besar dan
mempunyai sedikit rugi daya.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.2 BOOST CONVERTER


Boost converter (Step-Up Converter) konverter yang menghasilkan tegangan keluaran
yang jauh lebih besar dari tegangan inputnya. Boost converter ini termasuk ke dalam rangkaian
Switched Mode Power Supply (SMPS) yang setidaknya terdapat komponen switch
semikonduktor seperti mosfet serta satu komponen penyimpan energi seperti kapasitor atau
induktor atau kombinasi keduanya. Induktor nantinya akan berfugsi untuk menyimpan energi
listrik yang akan disalurkan ke beban. Tegangan pada beban adalah hasil dari tegangan
masukan ditambah dengan energi yang tersimpan pada induktor, sehingga tegangan keluaran
Boost converter menjadi lebih besar dari pada tegangan masukannya. Filter yang dibuat dengan
kapasitor atau terkadang juga dengan induktor biasanya disimpan pada output dari Converter
tersebut untuk mengurangi tegangan ripple. Skema rangkaian Boost converter ditunjukkan
pada gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Boost converter


Cara kerja boost converter dipaparkan dalam dua mode :
a. Mode pengisian arus induktor (saklar S Konduksi)
b. Mode pengosongan arus induktor (saklar S padam)
Pada saat saklar S konduksi, induktor akan dihubung singkat dengan tegangan sumber.

Gambar 3. Rangkaian Boost converter Saat Saklar Tertutup (S Konduksi)

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 4. Bentuk Kurva Arus Induktor IL Saklar S Konduksi dan Padam


Saat S konduksi berdasarkan gambar 4, maka :
𝑑𝑖 = ∆𝐼 = 𝐼2 − 𝐼1
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑛 = 𝑡1 − 𝑡0
Dengan menggunakan analisa KVL pada rangkaian di gambar 3. Didapatkan persamaan :
VL = Vd
diL
Vd =L
dt
∆𝐼𝐿
Vd =L
𝑡𝑜𝑛
Jika Duty Cycle (D) adalah rasio antara interval waktu menyala saklar S dan lama waktu
periode sistem, maka
ton ton
D= =
ton + toff T
𝑡𝑜𝑛 = 𝐷 𝑇
𝑡𝑜𝑓𝑓 = (1 − 𝐷 )𝑇
Maka persamaan Vd berubah menjadi sebagai berikut
∆𝐼𝐿
Vd =L
𝐷𝑇
𝐿 ∆𝐼𝐿 (1)
Vd 𝐷 =
𝑇

Selanjutnya ketika saklar S dalam kondisi Padam, pada mode ini tegangan sumber akan
terhubung seri terhadap induktor dan beban. Induktor yang semula dalam mode pengisian akan
berubah menjadi mode pengosongan arus induktor. Pada kondisi ini, induktor akan menjadi
sumber arus, sehingga resistor R L disuplai oleh dua buah sumber, Vd dan VL, sehingga
menyebabkan tegangan keluaran VO selalu lebih tinggi dari tegangan inputnya.

Gambar 5. Rangkaian Boost converter Pada Saat Saklar Terbuka (S Padam)

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Saat S padam berdasarkan gambar 4, maka :


𝑑𝑖 = ∆𝐼 = −𝐼1 − 𝐼2
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑓𝑓 = 𝑡2 − 𝑡1
Dengan menggunakan analisa KVL pada rangkaian di gambar 5, maka didapatkan
persamaan :
VL = VC − V𝑑
VC = VO
Dengan mensubtitusi kedua persamaan diatas, maka didapatkan persamaan sebagai berikut :
VL = VO − V𝑑
diL
L = VO − V𝑑
dt
∆𝐼𝐿
L = VO − V𝑑
𝑡𝑜𝑓𝑓
∆𝐼𝐿
L = VO − V𝑑
( 1 − 𝐷 )𝑇
∆𝐼𝐿 (2)
L = (1-D) VO − V𝑑
𝑇

Dengan menggunakan voltage second balance pada L pada persamaan (1) dan (2), maka
didapatkan persmaan :
Vd 𝐷 = (1-D) VO − V𝑑
Vd (3)
VO =
(1-D)

Sehingga pada persamaan (3) merupakan hubungan antara tegangan input (V d) dengan
tegangan output (VO) berdasarkan duty cycle pensaklarkan S. Semakin tinggi duty cycle yang
digunakan untuk meningkatkan tegangan, maka efisiensi rangkaian akan turun. Hal ini
dikarenakan tingginya rugi rugi pada tiap komponen pasif pada rangkaian, seperti resistansi
induktor, resistansi diode, resistansi kapasitor, dll. Grafik antara efisiensi dengan duty cycle
dapat dilihat di gambar 6.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Duty Cycle dan Efisiensi


1.3 BUCK CONVERTER
Buck converter adalah salah satu jenis dari konverter yang dapat mengubah tegangan DC
pada nilai tertentu menjadi tegangan DC yang lebih rendah. Tegangan output yang dihasilkan
mempunyai polaritas yang sama dengan tegangan inputnya. Buck converter biasa disebut juga
dengan step-down converter.

Gambar 7. Rangkaian Buck converter


Ketika saat saklar tertutup, arus mengalir dari sumber menuju induktor hingga ke beban.
Pada kondisi ini dioda akan dalam keadaan reversebias sehingga arus akan tersimpan dan
mengalami peningkatan energi pada induktor.

Gambar 8. Rangkaian Buck converter Saat Saklar Tertutup (S Konduksi)


energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Saat S konduksi berdasarkan gambar 4, maka :


𝑑𝑖 = ∆𝐼 = 𝐼2 − 𝐼1
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑛 = 𝑡1 − 𝑡0
Dengan menggunakan analisa hukum KVL pada rangkaian di gambar 8. Didapatkan
persamaan :
VL = Vd − VO
diL
Vd − VO =L
dt
∆𝐼𝐿
Vd − VO =L
𝑡𝑜𝑛
Jika Duty Cycle (D) adalah rasio antara interval waktu menyala saklar S dan lama waktu
periode sistem, maka
ton ton
D= =
ton + toff T
𝑡𝑜𝑛 = 𝐷 𝑇
𝑡𝑜𝑓𝑓 = (1 − 𝐷 )𝑇
Maka persamaan Vd berubah menjadi sebagai berikut,
∆𝐼𝐿
Vd − VO =L
𝐷𝑇
∆𝐼𝐿 (4)
(Vd − VO ) D =L
𝑇

Selanjutnya analisa rangkaian ketika S dalam kondisi padam, pada kondisi ini induktor
berubah menjadi sumber arus, sehingga diode D akan konduksi. Tegangan input V d terpisah
dengan induktor dan beban resistif RL.

Gambar 9. Rangkaian Buck converter Saat Saklar Terbuka (S Padam)

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Saat S padam berdasarkan gambar 4, maka :


𝑑𝑖 = ∆𝐼 = −𝐼1 − 𝐼2
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑓𝑓 = 𝑡2 − 𝑡1
Dengan menggunakan analisa KVL pada rangkaian di gambar 9, maka didapatkan
persamaan :
VL= V𝑂
diL
L = V𝑂
dt
∆𝐼𝐿
L = V𝑂
𝑡𝑜𝑓𝑓
∆𝐼𝐿
L = VO
(1 − 𝐷 )𝑇
∆𝐼𝐿 (5)
L = (1-D) VO
𝑇

Dengan menggunakan voltage second balance pada L pada persamaan (4) dan (5), maka
didapatkan persmaan :
(Vd − VO ) D = (1-D) VO

VO = Vd 𝐷 (6)

Sehingga pada persamaan (6) merupakan hubungan antara tegangan input (Vd) dengan
tegangan output (VO) berdasarkan duty cycle pensaklarkan S. Tegangan rata-rata keluaran buck
converter adalah propotional terhadap tegangan sumber Vd dan duty cycle D.
1.4 BUCK BOOST CONVERTER
Buck boost converter merupakan suatu rangkaian DC-DC Converter yang dapat
menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi dari pada sumbernya.
Tegangan keluaran pada Buck – Boost converter selalu bernilai negatif atau berkebalikan
dengan sumber tegangan masukan.

Gambar 10. Rangkaian Buck boost converter

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Pada saat saklar S konduksi, induktor mengalami pengisian arus, arus akan perlahan naik
hingga maksimum sesaat sebelum saklar S padam.

Gambar 11. Rangkaian Buck boost converter Saat Saklar Tertutup (S Konduksi)
Saat S konduksi berdasarkan gambar 4, maka :
𝑑𝑖 = ∆𝐼 = 𝐼2 − 𝐼1
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑛 = 𝑡1 − 𝑡0
Dengan menggunakan analisa hukum KVL pada rangkaian di gambar 11. Didapatkan
persamaan :
VL = Vd
diL
Vd =L
dt
∆𝐼𝐿
Vd =L
𝑡𝑜𝑛
Jika Duty Cycle (D) adalah rasio antara interval waktu menyala saklar S dan lama waktu
periode sistem, maka
ton ton
D= =
ton + toff T
𝑡𝑜𝑛 = 𝐷 𝑇
𝑡𝑜𝑓𝑓 = (1 − 𝐷 )𝑇
Maka persamaan Vd berubah menjadi sebagai berikut,
∆𝐼𝐿
Vd =L
𝐷𝑇
∆𝐼𝐿 (7)
Vd D =L
𝑇

Selanjutnya ketika saklar S dalam kondisi padam, arus yang tersimpan dalam induktor akan
dikosongkan dan mengalir menuju beban, arus yang mengalir searah dengan arus
pengisiannya.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 12. Rangkaian Buck boost converter Saat Saklar Terbuka (S Padam)
Saat S padam berdasarkan gambar 4, maka :
𝑑𝑖 = ∆𝐼 = −𝐼1 − 𝐼2
𝑑𝑡 = 𝑡𝑜𝑓𝑓 = 𝑡2 − 𝑡1
Dengan menggunakan analisa KVL pada rangkaian di gambar 12 , maka didapatkan
persamaan :
VL= -V𝑂
diL
L = -V𝑂
dt
∆𝐼𝐿
L = -V𝑂
𝑡𝑜𝑓𝑓
∆𝐼𝐿
L = −VO
(1 − 𝐷 )𝑇
∆𝐼𝐿 (8)
L = -(1-D) VO
𝑇

Dengan menggunakan voltage second balance pada L pada persamaan (7) dan (8), maka
didapatkan persmaan :
Vd D = -(1-D) VO
𝐷 (9)
VO = −𝑉𝑑
(1-D)

Tanda negatif menunjukan polaritas tegangan output yang berkebalikan dengan tegangan
input. Dari persamaan diatas berlaku bahwa :
a. Jika D < 0.5 maka konverter beroperasi sebagai buck converter
b. Jika D = 0.5 maka Vd = VO
c. Jika D > 0.5 maka konverter beroperasi sebagai boost converter

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.5 MODE ARUS INDUKTOR PADA KONVERTER


Suatu konverter dapat berkerja pada mode kontinyu (CCM) atau continous current mode
apabila arus pada induktor pada saat pengisian dan pengosongan mengalir secara kontinyu atau
tidak ada nilai yang sama dengan nol. Sebaliknya jika arus induktor yang mengalir pada saat
pengisian dan pengosongan memiliki nilai yang sama dengan nol, maka konverter tersebut
berkerja dengan mode diskontinyu (DCM) atau discontinous current mode.

Gmbar 13. Mode CCM Pada Konverter

Gambar 14. Mode DCM pada Konverter

Penurunan arus hingga mencapai nilai nol pada mode DCM diakibatkan oleh tiga hal :
1. Nilai Induktor, L
2. Nilai Beban, RL
3. Nilai Frekuensi Swtching, f

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Semakin kecil nilai L maka waktu pengosongan arus induktor akan semakin cepat,
sehingga :
𝐿𝐷𝐶𝑀 < 𝐿𝐶𝐶𝑀
LDCM = ξ LCCM
Agar konverter berkerja pada mode DCM, maka nilai induktor LDCM harus lebih kecil dari
nilai induktor yang digunakan pada mode CCM LCCM. Jika konstanta ξ bernilai kurang dari 1
maka konverter akan berkerja pada mode DCM.
Penurunan rumus konverter untuk mode DCM berbeda dengan konverter yang berkerja
dengan mode CCM, pada DCM nilai duty cycle (D) diganti dengan 𝐷⁄ , sehingga diperoleh
√ξ
persamaan sebagai berikut :
1. Buck converter
VO = Vd 𝐷⁄
√ξ
2. Boost converter
Vd
VO =
(1 - 𝐷⁄ )
√ξ
3. Buck boost converter
𝐷
VO = −𝑉𝑑
(√ξ - D)

1.6 PERANCANGAN RANGKAIAN


Dalam membuat suatu rangkaian konverter, ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil rangkaian konverter yang terbaik. Tahap tahap yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut
1.6.1 Desain Rangkaian
Dalam mendesain rangkaian digunakan persamaan matematis untuk menentukan
parameter-parameter dari konverter yang akan dibuat, seperti jenis konverter, kapasitas daya,
voltase, frekuensi switching, duty cycle, dll.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Ex : Membuat Buck converter dengan spesifikasi sebagai berikut :


• P = 57.6 W
• Vin = 48 V
• Vout = 24 V
• f = 50 kHz
• ∆𝐼𝐿 =4A
• ∆𝑉𝐶 = 0.1 %
duty cycle yang dibutuhkan untuk menurunkan tegangan input 24V ke tegangan output
12V adalah sebagai berikut :
24 = 𝑉𝑑 𝐷
24 = 48 𝐷
𝐷 = 0.5
Untuk menentukan resistansi beban agar konverter berkerja dengan daya sebesar 100W,
dapat digunakan persamaan berikut,
𝑉𝑂 2
𝑃=
𝑅
242 576
𝑅= = = 10 Ω
57.6 57.6
1.6.1.1 Perhitungan Nilai Induktor
Setelah itu menentukan ripple arus,
∆𝐼𝐿 = 4 A
Setelah mendapatkan besar ripple arus, maka nilai induktor dapat ditentukan dari kondisi
saat saklar S akti, atau pada saat padam. Pada analisis berikut ini didasarkan pada saat saklar S
dalam mode konduksi/aktif . dengan mensubtitusi persamaan (4) dengan (6) menjadi sebagai
berikut
∆𝐼𝐿
(Vin − VO ) D =L
𝑇
VO = Vin 𝐷
V𝑖𝑛 (1-D) D T V𝑖𝑛 (1-D) D (10)
L= atau L=
∆IL ∆IL f

48 (1-0.5) 0.5
L= = 60 𝑢𝐻
4 50kHz

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.6.1.2 Perhitungan Nilai Kapasitor


• Sama dengan perhitungan sebelumnya, dicari terlebih dahulu besar ripple tegangan yang
diinginkan yaitu ∆𝑉𝐶 = 0.1 %.
∆𝑉𝐶
𝑉𝑀𝐴𝑋 = 𝑉𝑂 +
2
0.1% ∗ 24
𝑉𝑀𝐴𝑋 = 24 + = 24.012 𝑉
2
∆𝑉𝐶
𝑉𝑀𝐼𝑁 = 𝑉𝑂 −
2
0.1% ∗ 24
𝑉𝑀𝐼𝑁 = 24 − = 23.988 𝑉
2
Persamaan tegangan kapasitor untuk mode pengosongan tegangan kapasitor adalah :
−1
𝑉𝑀𝐼𝑁 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 (𝑒 𝑅𝐶 𝑡𝑜𝑓𝑓 )
Sehingga persamaan ripple tegangan dapat diubah menjadi seperti berikut,
∆𝑉𝐶 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 − 𝑉𝑀𝐼𝑁
−1
∆𝑉𝐶 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 − 𝑉𝑀𝐴𝑋 (𝑒 𝑅𝐶 𝑡𝑜𝑓𝑓 )
−1
∆𝑉𝐶 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 (1 − 𝑒 𝑅𝐶 𝑡𝑜𝑓𝑓 )
Jika toff = (1-k)T, maka diperoleh persamaan ripple tegangan adalah sebagai berikut,
(1 − 𝑘) 𝑇 (1 − 𝑘)
∆𝑉𝐶 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 ( ) = 𝑉𝑀𝐴𝑋 ( )
𝑅𝐶 𝑓 𝑅𝐶
Sehingga rumus untuk mencari nilai kapasitor adalah :
(1−𝑘) (11)
𝐶 = 𝑉𝑀𝐴𝑋 ( )
𝑓 10 ∆𝑉𝐶

( 1 − 0.5 )
𝐶 = 24.012 ( ) = 1000 𝑢𝐹
50𝑘𝐻𝑧 10 (0.1%*24)

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.6.2 Simulasi Rangkaian

Gambar 15. Rangkaian Buck converter Pada Simulasi PSIM


Simulasi dilakukan menggunakan aplikasi PSIM dan dirangkai seperti pada gambar 15.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari hasil desain yang kita buat secara
matematis di tahap sebelumnya.
Pertama cek apakah converter sudah berkerja pada rating dayanya :

Dari hasil simulasi diatas converter sudah berkerja sesuai desain rating dayanya, yaitu
100W.
Kedua cek tegangan output dari converter tersebut :

Dari hasil simulasi diatas converter sudah berkerja dengan tegangan keluaran 12V pada
duty cycle 50%.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Ketiga cek besar ripple arus inductor L pada konverter :

Nilai Imax = 4.4 A, Imin = 0.4 A, maka ∆IL = 4 A, sudah sesuai dengan desain perhitungan
matematis.
Setelah hasil simulasi sudah sesuai dengan desain perhitungan matematis, maka dilanjutkan
ke tahap selanjutnya yaitu implementasi.
1.6.3 Implementasi Peralatan
Komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan buck converter adalah sebagai berikut :
1. MOSFET IRF540N
2. Diode MUR1560
3. Capacitor 1000uF / 50V
4. Inductor 60 uH
Implementasi dilakukan di PCB yang sudah dicetak seperti dibawah ini :

Gambar 16. PCB Buck Converter

induktor menggunakan inti toroid dengan tipe Magnetics 0077548A7 dengan spesifikasi :

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Untuk menentukan jumlah belitan induktor, digunakan rumus dibawah ini :


L = AL x N 2
50uH = 127 x N 2

50uH
N = √ = 22 belitan
127

Menentukan jumlah kawat paralel yang dibutuhkan untuk membuat belitan induktor,
digunakan tabel AWG wire gauge conductor.

Dipilih kawat dengan diameter 0.3mm dikarenakan frekuensi switching sebesar 50kHz,
selanjutnya melihat besar arus yang melewati induktor berdasarkan perhitungan yaitu ILmax =
4.4 A, sehingga dipilih max current sebesar 7.4 A dengan diameter 1.8mm. sehingga jumlah
kawat paralel yang dibutuhkan adalah :
1.8 mm
jumlah kawat = = 6 pcs kawat
0.36 mm
Selanjutnya menentukan nilai B (Flux density) berdasarkan arus yang melewati induktor.
Perhitungan B ini digunakan untuk mengetahui apakah induktor yang digunakan saturasi atau
tidak. Inti Magnetics 0077548A7 mempunyai Bmax = 10000 Gauss.
LP x IP
B = 104 Gauss
A e x NP
60u x 4.4A
B = 104 = 1829.26 Gauss
65.6 x 10-6 x 22
Karena B<Bmax maka inti yang digunakan tidak saturasi.
energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

MAXIMUM POWER POINT TRACKING (MPPT)

1. DASAR TEORI

1.1. Posisi Matahari


1.1.1. Orbit Bumi
Bumi Mengelilingi matahari pada orbit berbentu elips, selama 365,2422 hari. Karena
bentuk orbit ini maka jarak bumi dan matahari selalu berubah-ubah. Variasi jarak ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

dimana n adalah jumlah hari, dengan tanggal 1 Januari berarti n=1 dan december 31
berarti n=365. Tabel 1 menunjukkan nilai n untuk setiap awal bulan.
Tabel 1. Nilai N untuk Setiap Awal Bulan.

Selain berevolusi bumi juga mengalami rotasi, dengan sudut perputaran sebesar
23,45˚ terhadap garis revolusi bumi seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Matahari sejajar dengan 23.45˚ LS pada 21 Juni dan 23.45˚ LU pada 21 Desemeber, sudut
ini yang dinamakan sebagai sudut deklinasi.
energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.1.2. Sudut Deklinasi dan Sudut Altitut Matahari pada Siang Hari
Seperti disinggung pada subbab sebelumnya sudut deklinasi ada karena kemiringan
sumbu rotasi bumi dan sudut deklinasi terus berubah sepanjang revolusi bumi, perubahan ini
dapat di hitung melalui persamaan berikut:

Melalui persamaan di atas dapat digambarkan sudut deklinasi seperti pada gambar 2
dan tabel 2.

Gambar 2. Perubahan sudut deklinasi paling besar pada tanggal 21 Juni dan 21 Desember dan pada 21
maret dan 21 Sepetember matahari sejajar dengan garis ekuator bumi.

Tabel 2. Perubahan sudut deklinasi setiap bulan

Sedangkan sudut altitut adalah sudut antara objek pada permukaan bumi dengan
suatu benda langit. Sudut altitut dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Dengan L adalah sudut lintang, bernilai positif untuk Lintang Utara dan negatif
untuk Lintang Selatan.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 3. Sudut Altitut matahari pada siang hari.

1.1.3. Posisi Matahari


Posisi matahari biasa digambarkan dengan sudut Altitut (β) dan sudut azimuth (Φs)
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.

Dengan sudut altitut (Φs) bernilai negatif saat posisi matahari di sebalah barat objek
dan sudut altitut (Φs) bernilai positif saat posisi matahari di sebelah timur objek.
Melalui perubahan sudut azimuth dan latitut bisa dibuat diagram jalur matahari yang
bisa digunakan sebagai data posisi matahari setiap jam selama satu tahun.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 4. Diagram jalur matahari untuk posisi objek pada 40˚ LU.

1.2. Photovoltaic
1.2.1. Dasar Fisika Semikonduktor
Energi dari foton mengeksitasi elektron valensi sehingga elektron meninggalkan
nukleus, meninggalkan hole di pita konduksi. Jika terdapat elektron valensi bebas yang
mengisi hole tersebut maka hole akan berpindah. Perpindahan hole tersebut menyebabkan
timbulnya arus listrik.

Gambar 5. Energi photon mengakibatkan elektron meninggalkan nukleus sehingga terdapat hole.
energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.2.2. Prinsip Kerja Photovoltaic (PV)


Sel Surya terbuat dari bahan semikonduktor memiliki elektron yang terikat dengan
lemah pada suatu pita energi yang disebut pita valensi. Ketika energi yang lebih besar dari
batas threshold (band gap energy) diberikan kepada elektron di pita valensi tersebut, maka
ikatan elektron tersebut akan putus. Kemudian elektron tersebut bergerak bebas pada suatu
pita energi baru yang disebut pita konduksi. Elektron bebas pada pita konduksi dapat
menghasilkan listrik. Energi yang dibutuhkan untuk membebaskan elektron ini dapat berasal
dari foton, yang merupakan partikel dari cahaya.
1.2.3. Permodelan sederhana Photovoltaic (PV)
Sebuah model rangkaian ekuivalen sederhana untuk photovoltaic terdiri dari p-n
junction diode yang dirangkai paralel dengan sumber arus dimana sumber arus sebanding
dengan fluks matahari. Gambar rangkaian dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 6. rangkaian ekuivalen photovoltaic yang terdiri dari sumber arus yang sesuai dengan cahaya
matahari dipararel dengan dioda.

Ada dua kondisi yang yang perlu di perhatikan dalam rangkaian ekivalen dari PV.
Seperti di tunjukan pada gambar 6, (1) arus mengalir saat terminal dalam keadaan short
energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

(Short circuit current, Isc) dan (2) tegangan di terminal ketika dalam keadaan open (Open
circuit voltage, Voc)

Gambar 7. Arus hubung singkat dan Tegangan saat sirkuit terbuka

Dari rangkaian ekivalen sederhana PV diatas maka dapat dituliskan persamaan arus
dan tegangan sebagai berikut:

Dimana:
q = muatan elektron (1.602 x 10-19 C)
k = konstanta Boltzman (1.381 x 10-23 J/°K)
T = Suhu (°K)
I0 = Arus balik saturasi dari p-n junction diode
Ketika open circuit maka nilai I = 0, dan kita dapa menemukan tegangan open circuit (Voc) :

Dan dengan standar suhu 25°C, maka:

Dari dua persamaan diatas, short circuit current, Isc, berbanding lurus dengan
radiasi matahari, dari sini kita dapat memplot kurva dari arus dan tegangan dari PV untuk
berbagai sinar matahari.
energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 8. Plot besar arus dan tegangan saat radiasi maksimal dan setengahnya.

1.2.4. Modul Photovoltaic


Karena 1 sel PV hanya menghasilkan sekitar 0.5 V maka sel PV disusun menjadi
sebuah modul PV dimana modul ini berisi sel PV yang di hubungkan secara seri untuk
mendapatkan nilai tegangan yang lebih tinggi dan dihubungkan secara paralel untuk
mendapatkan nilai arus yang lebih tinggi.

Gambar 9. Sel, Modul dan Array Photovoltaic


Karena sel PV di hubungkan seri ataupun paralel maka hal ini akan merubah kurva
karakteristik arus-tegangan PV menjadi seperti berikut

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 10. PV dibungkan paralel

Gambar 11. PV dihubungkan seri


1.2.5. Kurva PV saat STC (Standard Test Condition)
Melalui kurva V-I PV dapat dicari maximum Power Point (MPP) dimana daya pada
titik tersebut merupakan daya makmimum saat kondisi radiasi tertentu.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 12 Kurva I-V dan daya keluaran PV. Pada MPP modul menghasilkan daya paling besarnya
pada kondisi matahari dan temperatur saat kurva V-I digambar.

Tabel 3. Contoh Data Modul PV saat STC ( 1kW/m2, AM 1.5, 25˚C)

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.2.6. Pengaruh Suhu terhadap kurva I-V


Berikut gambar hubungan perubahan suhu terhadap kurva I-V :

Gambar 13. kurva I-V untuk berbagai suhu dan level radiasi pada modul PV Kyocera KC120-1.

Koefisien suhu untuk PV modul silikon adalah sebagai berikut :


VOC koefisien : -0.37%/˚C
ISC koefisien : +0.05%/˚C
Pmpp koefisien : -0.5%/˚C
Untuk mengetahui suhu pada sel PV, dapat dihitung dengan variabel Nominal
Operating Cell Temperature (NOCT). NOCT adalah suhu sel saat modul PV terkena radiasi
800 W/m2 pada suhu ruangan 20˚C dan kecepatan angin 1 m/s.

Dengan S adalah radiasi saat pengukuran dilakukan.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

1.2.7. Kurva I-V pada PV berbeban


a. Beban Resistif
Dalam penggambaran kurva I-V berbeban R digunakan potentiometer atau resistor
variabel, sehingga nilai resistansi dapat dirubah.

Gambar 14. Sebuah modul mensuplai daya ke beban resistif. Dengan perubahan resistansi, operating
point berpindah-pindah di sekitar kurva I-V PV.

Pada gambar diatas terlihat PV beroperasi maksimum (MPP) pada nilai resistansi
tertentu (Rm) , namun untuk nilai Rm akan berubah jika radiasi matahari berubah pula
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 15.

Gambar 15. Titik MPP menunjukkan PV beroperasi dengan efisiensi maksimum.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

b. Beban Motor DC
Berikut adalah permodelan PV dengan beban motor DC :

Gambar 16. Model elektrik motor DC magnet permanen

Gambar 17. Karakteristik elektrik motor DC magnet permanen

Melalui kurva karakteristik motor DC diatas maka dibutuhkan sumber yang dapat
mensuplai arus starting motor sehingga motor dapat bekerja. Sehingga untuk suplai dari PV
besar radiasi harus memenuhi hal tersebut sebagaimana pada gambar 18.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 18. Kurva I-V motor DC pada kurva I-V PV pada berbagai radiasi. Motor tidak dapat
berputar hingga radiasi mencapai 400 W/m2, namun setelah itu hanya membutuhkan 200 W/m2 untuk
tetap bekerja.

1.3. Maximum Power Point Trackers (MPPT)


Sel surya tidak akan secara otomatis bekerja pada titik kerja maksimumnya,
melainkan harus dikendalikan. Maximum Power Point Tracking (MPPT ) adalah metode
yang digunakan untuk mencari titik kerja maksimum sel surya dan mempertahankan sel surya
bekerja di titik tersebut.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 19 Kurva PV I-V dengan 3 beban berbeda: motor DC, baterai 12 V, MPPT.

Tabel 4 Daya yang diserap 3 beban

Tanpa MPPT, motor DC tidak dapat menyerap 15% energi yang tersedia dan baterai sebesar
17%.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Banyak jurnal yang membahas metode-metode MPPT dan metode ini dapa
digolongkan menjadi dua golongan yaitu yang membutuhkan karakteristik modul PV dan
yang tidak membutuhkan karakteristik modul PV.
Metode yang membutuhkan karakteristik PV :
• Voltage base
• Current base
• Maximum power line
Metode yang tidak membutuhkan karakteristik PV :
• Perturb & Observe ( P&O )
• Incremental condutance
• Artificial-Intelligence (Ai)

1.4. Peturb &Observe MPPT


Metode Perurbation & Observation terdiri dari dua tahap, perturb yaitu mengubah
Vref dan observation yaitu menghitung perubahan daya akibat aksi perturb sebelumnya. Jika
perubahan daya positif maka perturb selanjutnya akan tetap pada arah yang sama, sedangkan
jika perubahan daya negatif maka perturb akan dibalik. Berikut cara kerja MPPT P&O
dijelaskan pada flowchart gambar 20.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 20. Flowchart P&O MPPT

Gambar 21. Algoritma MPPT P&O dengan kurva P-V

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

2. Komponen-Komponen Pada SIMULINK untuk Sistem MPPT

MPPT dapat disimulasikan pada software SIMULINK dengan menyusun rangkaian


converter yang menggunakan block MATLAB Function sebagai kontroler. Masing-masing
komponen tersebut dijelaskan di bawah ini.
2.1. PV Array Module

Gambar 22. Block PV Array Module pada SIMULINK


PV Array Module merupakan block pada software SIMULINK yang merupakan
permodelan dari PV. Block ini memiliki 2 parameter input yaitu suhu dan nilai iradiasi
matahari dan 3 output yaitu Data Bus Output dan keluaran tegangan + dan -. Parameter block
ini dapat disetting lebih lanjut dengan meng-klik dua kali block tersebut. Berikutnya akan
muncul window seperti gambar di bawah ini.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 23. Parameter dari block diagram PV Array Module

Bagian-bagian dari block parameter tersebut yaitu:


1. Array data
Array data yaitu parameter jumlah paralel dan seri PV apabila dioperasikan sebagai
array. Array data menentukan tegangan dan arus output PV saat dioperasikan sebagai array.
Sebagai contoh ketika PV disusun seri, maka tegangan outputnya dikalikan jumlah PV yang
tersusun seri.

Gambar 24. Jenis jenis susunan PV

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

2. Module data
Module data merupakan parameter setiap satu modul PV. Pada bagian ini pengguna
dapat memilih berbagai jenis dan merk PV yang tertera di drop down menu. Dengan cara
tersebut, parameter modul dari PV akan terisi secara otomatis sesuai merk dan jenis PV yang
dipilih.

Gambar 25. Berbagai jenis dan merk pada module data


3. Display & Plot
Pada bagian ini pengguna dapat menampilkan kurva karakteristik dari PV yang
sudah dipilih pada bagian Module Data. Pengguna bisa menampilkan kurva karakteristik
tersebut pada beberapa kondisi suhu dan nilai iradiasi yang nilainya dapat dipilih pada text
box yang tersedia. Dengan meng-klik plot, maka kurva karakteristik PV akan muncul seperti
gambar di bawah ini. Pada kurva tersebut terdapat dua kurva berbeda pada dua suhu berbeda.

Gambar 26. Plot kurva karakteristik dari PV


energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

4. Model Parameter
Bagian ini merupakan parameter rangkaian ekuivalen dari PV yang terpasang.
Bagian ini tidak perlu diisi secara manual karena sudah mengikuti jenis dan merk PV yang
dipilih.

2.2. Matlab Function

Gambar 27. Blok diagram MATLAB Function pada SIMULINK


Matlab Function merupakan block yang dapat memproses input dan memberi
keluaran output sesuai dengan program yang dibuat di dalamnya. Jumlah input dan output
dari block ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan program yang dijalankan. Pada sistem
MPPT ini, block MATLAB Function digunakan sebagai representasi dari mikrokontroler di
mana algoritma MPPT dijalankan. Gambar di bawah merupakan salah satu contoh program
MPPT yang diimplementasikan di blok MATLAB Function.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 28. contoh program MPPT yang diimplementasikan di blok MATLAB Function
2.3. Block from dan goto

Gambar 29. Block from pada SIMULINK


Block from adalah block yang dapat menyimpan data seperti sebuah variabel. Untuk
mengakses atau memanggil data yang sudah tersimpan di salah satu variabel, maka
digunakan block from dengan nama variabel yang sama. Block from dan goto berguna untuk
menyederhanakan rangkaian atau skema yang dirangkai pada software SIMULINK sehingga
tidak banyak digunakan kabel atau sambungan.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

2.4. Rate Transition

Gambar 30. Block Rate Transition


Block Rate Transition berfungsi sebagai pengature rate dari data yang dilewatkan.

Gambar 31. Contoh penggunaan Block Rate Transition


Sebagai contoh pada gambar di atas, block rate transition digunakan di antara data
yang berasal dari from sebelum masuk ke block MATLAB Function. Dengan begitu, data
yang masuk dari block From menuju ke MATLAB Function akan terjadi setiap 0.001 detik
sesuai dengan parameter Sample Time.

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

2.5. Current dan Voltage Measurement

Gambar 32. Blok diagram current dan voltage measurement pada SIMULINK
Current dan voltage measurement berfungsi untuk mengukur arus dan tegangan
seperti alat ukur pada umumnya. Nilai dari hasil pengukuran dikeluarkan pada terminal yang
berbentuk segitiga.

Gambar 33. Blok diagram scope pada SIMULINK


Scope atau oscilloscope merupakan block yang digunakan untuk mengamati
gelombang. Jumlah input dari oscilloscope dapat diatur melalui configuration yang terdapat
pada bagian pojok kiri atas tampilan osiloskop.

Gambar 34. Tampilan layar osiloskop pada SIMULINK

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its
LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTE ITS
Alamat : Gedung B, Ruang B.101 Kampus ITS Keputih, Sukolilo-Surabaya 60111.
Telp. 031-5947302 ext.24

Gambar 35. Parameter pada blok diagram scope


2.6. Komponen RLC

Gambar 36. Blok diagram seri dan parallel RLC pada SIMULINK
Pada SIMULINK dapat terdapat dua jenis rangkaian RLC yaitu Parallel RLC dan
Series RLC. Kedua jenis rangkaian ini hanya dibedakan seri atau paralel saja. Rangkaian
yang digunakan tidak hanya gabungan dari RLC, namun juga dapat digunakan satu atau dua
komponen saja.

Gambar 37. Parameter blok diagram RLC seri pada SIMULINK

energy-conversion.ee.its.ac.id
energy-conversion@ee.its.ac.id
energyconversion.its

Anda mungkin juga menyukai