Anda di halaman 1dari 2

1.

Aspek ontologi ilmu pengetahuan

Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai
kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan
yang paling universal dan paling menyeluruh.

Dalam rumusan Lorens Bagus, Ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya. Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu:
abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan
sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri
semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.

Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara:

a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah.

b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.

c. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang

bertentangan.

d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis).

Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara

multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik).

f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya.

g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

2. Kenyataan terdalam dari ontologi


Secara terminologis ontologi juga diartikan sebagai metafisika umum yaitu cabang filsafat
yang mempelajari sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontology membahas asas-asas
rasional dari kenyataan
Ontologi merupakan pembahasan tentang bagaimana cara memandang hakekat sesuatu itu,
apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau
bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu
kebulatan (holistik).
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba
mencari hakikat dari sesuatu. Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan
secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge
base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk
menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah
“knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari
suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada
suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang
sesuatu yang ada.
3. Ada (being) dan tidak ada (non-being)
Pada prinsipnya ada itu ada dua, ada yang menciptakan dan ada yang diciptakan, ada yang
menyebabkan dan ada yang diakibatkan. Ada yang menciptakan tidak sepenuhnya tepat
untuk disebut sebagai sebab yang ada, karena hukum sebab akibat berlainan dengan hukum
yang menciptakan dan yang diciptakan. Hukum sebab akibat bisa bersifat fisik,mekanis,
berdimensi material, sementara pencipta dan ciptaan didalamnya selalu terkandung dimensi
ideal, yang bersifat spiritual.
Penerapan pengertian ada seakan-akan mempersatukan segala sesuatu yang ada dengan
jalan menunjukkan suatu ciri yang sepenuhnya sama yang dipunyai oleh segala sesuatu tadi.
Tanpa sifat ada, tidak mungkin ada suatu yang bereksistensi. Bahkan tidak mungkin ada
sesuatu yang dipikirkan. Karena “ada” merupakan sifat yang paling mendalam dan yang
paling bersahaja. Karena itu, salah satu cara untuk dapat mengenal maknanya ialah dengan
jalan menghubungkannya dengan ciri-ciri khas yang lain atau menetapkan ukuran tersebut
bagi penerapannya. (Khobir, 2009)
4. Kenyataan dan kenampakan
Kenampakan adalah bersifat nyata, sedangkan barangnya sendiri tampak demikian itulah
yang tidak nyata. Misalnya, sebuah contoh yang menggambarkan ada seseorang yang
mengira bahwa ia melihat gajah berwarna jingga. Ilusinya bersifat nyata, karena membawa
pengaruh tertentu terhadap pola tingkah laku orag yang bersangkutan, tetapi barangnya
sendiri, yaitu gajah yang berwarna jingga itulah yang tidak nyata.
5. Eksistensi dan non ekstensi
Dalam setiap yang ada, baik yang nyata maupun tidak nyata selalu ada dua sisi didalamnya,
yaitu sisi esensi dan sisi eksistensi. Eksistensi berada pada hubungan-hubungan yang bersifat
konkret, baik vertikal maupun horizontal dan bersifat aktual dan eksistensi juga berorientasi
pada masa kini dan masa depan, sedangkan esensi adalah kemasalaluan. (Khobir, 2009)

Khobir, Abdul, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan: Gama Media Offset.
Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bakker, A, 1992, Ontologi : Metafisika Umum, Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai