Anda di halaman 1dari 25

PAPER

TOPIK : PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RUMAH


SAKIT

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Arlin Alfrianti
2. Sri Melni
3. Noviana
4. Wilin Rapunna

AKADEMI FARMASI TORAJA

YAYASAN NAFIRI INDONESI

TAHUN AJARAN 2020/2021


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma
lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dinyatakan bahwa
rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan
terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan sediaan farmasi di rumah sakit harus
mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan
peraturan menteri kesehatan.
Tujuan
tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
 untuk memahami tentang pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
penggunaan obat, rekonsialisai obat serta dispensing sediaan steril.
Pelayanan Farmasi Klinik

1. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP


Resep adalah permintaan tertulias dari seorang dokter kepada apoteker
menyerahkan obat kepada pasien, Resep harus mudah dibaca dan mengungkap
dengan jelas apa yang harus diberikan. Idealnya resep obat yang diberikan kepada
pasien tidak mengandung kesalahan dan berisi seluruh komponen yang diperlukan
pasien dan dalam resep perlu adanya pengkajian resep yang di dalamnya tercantum :
A. Pengajian administrasi.
1. informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan,alamat)
2. informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),
alamat, nomor telepon dan paraf)
3. tanggal penulisan resep
B. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan
2. stabilitas
3. kompatibilitas (ketercampuran obat)
C. Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis obat
2. aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. duplikasi dan/atau polifarmas
4. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain)
5. kontra indikasi
6. Interaksi

2. PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT.


Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obatsediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medikpencatatan penggunaan obat pasien.
Tujuan penelusuran riwayat penggunaan obat adalah:
a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam
medikpencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan obat
b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat merugikan
d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat
e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
f. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan
g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan
h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat
j. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter.
Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstrukturdan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

3. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi Obat Proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat
(resep dan nonresep) yang sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci, termasuk
dosis dan frekuensi, sebelum masuk RS dan membandingkannya dengan
resep/instruksi pengobatan ketika admisi, transfer dan discharge, mengidentifikasi
adanya diskrepansi dan mencatat setiap perubahan, sehingga dihasilkan daftar yang
lengkap dan akurat. Dalam melakukan rekonsiliasi terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan, yaitu :
Tujuan
a. Untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error ). Dinyatakan sebagai
kesalahan apabila terdapat ketidaksesuaian antara obat yang selama ini digunakan dengan
obat yang diberikan sewaktu pindah rawat secara tidak sengaja dan berpotensi
menimbulkan cedera.
b. Untuk memastikan informasi yang akurat tentang obat yang sedang digunakan pasien.
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini, tenaga kesehatan yang melakukan rekonsiliasi mencatat data
dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan oleh pasien. Hal – hal
yang perlu dicatat yaitu :nama obat, dosis, frekuensi pemberian, rute, obat mulai
diberikan, obat mulai dihentikan, penggantian obat, riwayat alergi obat ataupun
efek samping obat yang pernah dialami oleh pasien.
2. Komparasi
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yaitu
komparasi atau membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Ketidakcocokan (discrepancy) terjadi jika ditemukan perbedaan di
antara data-data yang diperoleh. Ketidakcocokan dapat terjadi dikarenakan
beberapa sebab, seperti obat yang hilang, adanya penambahan atau penggantian
obat tanpa penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi Apabila dalam proses komparasi ditemukan adanya
ketidakcocokan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu konfirmasi
kepada dokter yang bersangkutan. Konfirmasi yang dilakukan meliputi :
a. menentukan perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja
b. mendokumentasikan alasan dari perbedaan tersebut
c. memberikan tanda tangan, tanggal dan waktu dilakukan rekonsiliasi obat
d. Komunikasi
Contoh Formulir Rekonsiliasi Obat

4. PELAYANAN DISPENSING SEDIAAN STERIL


Pelayanan dispensing sediaan steril atau yang lebih dikenal dengan aseptic
dispensing adalah penyiapan sediaan obat steril dengan teknik aseptik dan dikerjakan
dalam ruang bersih yang memenuhi syarat Dari aspek keselamatan pasien (patient
safety),
Dispensing sediaan steril merupakan pelayanan yang penting untuk dilakukan
oleh Instalasi Farmasi. Umumnya sediaan steril diberikan secara intrave-na. Kita
mengetahui bahwa obat yang diberikan secara intravena langsung masuk ke sirkulasi
darah, sehingga jika ada kesalahan atau ketidaktepatan dalam penyiapan ataupun
dalam pemberian obat tersebut, dapat berakibat fatal bagi pasien.
Selain itu risiko infeksi nosokomial mungkin terjadi akibat kontaminasi
mikroorganisme jika dispensing sediaan steril tersebut dilakukan tanpa fasilitas yang
sesuai standar.Pelayanan dispensing sediaan steril oleh Instalasi Farmasi dilakukan
dengan mematuhi persyaratan lingkungan dan peralatan berdasarkan US
Pharmacopeia Chapter 797. Petugas di bagian dispensing sediaan steril harus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat meracik sediaan steril. Keterampilan
melakukan teknik aseptik merupakan kemampuan yang wajib dimiliki petugas di
bagian dispensing sediaan steril, karena peralatan sesuai standar sekalipun tidak
menjamin obat suntik yang sedang diracik terhindar dari kontaminasi
mikroorganisme. Petugas juga harus memiliki pengetahuan tentang ketercampuran
(kompatibilitas) dan stabilitas obat suntik.
Semua petugas setiap tahun menjalani proses validasi teknik aseptik yang
dimaksudkan untuk menjaga kualitas teknik aseptik. Dispensing sediaan steril harus
dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan tujuan:
a. Menjamin sterilitas sediaan
b. Meminimalkan kesalahan pengobatan
c. Menjamin kompatibilitas dan stabilitas
d. Menghindari pemaparan zat berbahaya
e. Menghindari pencemaran lingkungan
f. Meringankan beban kerja perawat
g. Penghematan biaya penggunaan obat

5. PEMANTAUN TERAPI OBAT (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
a. pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
b. pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
c. pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan PTO:
a. pengumpulan data pasien;
b. identifikasi masalah terkait Obat;
c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
d. pemantauan; dan
e. tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan:
a. kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti terkini
dan terpercaya (Evidence Best Medicine);
b. kerahasiaan informasi; dan
c. kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).

Contoh Formulir PTO


PEMANTAUAN TERAPI OBAT, MONITORING EFEK
SAMPING OBAT (MESO), EVALUASI PENGGUNAAN
OBAT (EPO), DAN PEMANTAUAN KADAR OBAT
DALAM DARAH (PKOD).
6. PEMANTAUAN KADAR OBAT DALAM DARAH (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil
pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.
PKOD bertujuan:
a. mengetahui Kadar Obat dalam Darah; dan
b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
Kegiatan PKOD meliputi:
a. melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
b. mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD); dan
c. menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan
memberikan rekomendasi.
Kondisi pasien yang perlu dilakukan PTO antara lain:
 Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima
polifarmasi.
 Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
 Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
 Pasien geriatri dan pediatri.
 Pasien hamil dan menyusui.
 Pasien dengan perawatan intensif.
 Pasien yang menerima regimen yang kompleks: Polifarmasi, Variasi rute
pemberia , Variasi aturan pakai, Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi,
Drip intravena (bukan bolus).

Metode pelaksanaan PTO adalah dengan menggunakan kerangka S-O-A-P


sebagai berikut.

S: Subjective
Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien. – Contoh : pusing,
mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan. Tanda-
tanda obyektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
A : Assessment
Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis terkait obat.
P : Plans
Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

7. MONITOR EFEK SAMPING OBAT (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
MESO bertujuan:
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan;
c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki; dan
e. mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
a. mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO);
b. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO;
c. mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
d. mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Komite/Tim
Farmasi dan Terapi;
e. melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. kerjasama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat; dan
b. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat. Petunjuk teknis mengenai
monitoring efek samping Obat.

8. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT


Evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
a. mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;
b. membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.
Tahapan :
a. Mengidentifikasi masalah spesifik dalam penggunaan obat
b. Menentukan prioritas masalah yang akan diatasi
c. Menentukan Indikator dan Sumber datanya
d. Mengidentifikasi sasaran spesifik kegiatan/target
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. indikator peresepan;
b. indikator pelayanan; dan
c. indikator fasilitas.
Contoh Formulir Meso atau Eso
PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO), KONSELING,
VISITE, DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI
RUMAH (PHARMACY HOME CARE)
9. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini
dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
a. menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi
Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c. menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi:

a. menjawab pertanyaan;
b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit;
d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya; dan
f. melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

sumber daya manusia, Tempat dan Perlengkapan .


Contoh Formulir PIO
10. KONSELING OBAT
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga
terhadap Apoteker. Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan cost- effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat dengan
penyakitnya;
e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalan pengobatan;
f. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi;
h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
i. membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.

Langkah-langkah yang harus dilakukan saat akan memulai konseling di rumah


sakit

1. Memiliki niat yang kuat untuk memulai konseling.

2. Membuat tim khusus untuk pelaksanaan konseling. Hal ini penting sebagai bentuk
saling mendukung agar kegiatan lebih mudah dilaksanakan.

3. Menyiapkan tempat atau ruangan khusus untuk Ruang konseling kadang tidak mudah
untuk segera terwujud karena berbagai hambatan, namun apabila ruang konseling
belum tersedia dapat memanfaatkan ruang yang ada.

4. Mempersiapkan literatur dan alat bantu konseling. Literatur yang dapat digunakan
berupa buku-buku standar dan aplikasi yang memuat informasi obat secara lengkap.
Alat bantu dapat berupa alat peraga/dummy dari obat-obat yang perlu penggunaan
khusus seperti insulin pen dan obat inhalasi.
5. Membuat form bantu konseling yang akan memudahkan kita untuk mengingat poin-
poin penting dalam konseling.

6. Alat untuk dokumentasi konseling, bisa berupa buku atau kartu pasien yang berisi data-
data pasien.
7. Alat komunikasi untuk menindaklanjuti hasil konseling dan memonitor pasien pasca
konseling.

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:


a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui
Three Prime Questions;
c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah pengunaan
Obat; melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan
e. dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat:


a. Kriteria Pasien:
1) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui);
2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan
lain-lain);
3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off);
4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin);
5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan pasien yang
mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
b. Sarana dan Peralatan:
1) ruangan atau tempat konseling; dan
2) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
Contoh Formulir Konseling

11. VISITE
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi
Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien .
Tujuan :
1. Pemilihan Obat

2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik.

3. Menilai kemajuan pasien

4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan Yang dilakukan :


• Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien.

• Untuk pasien baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.

• Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin


penggunaan obat yang benar.

• Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk pemberian


obat.

• Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian


masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.

Faktor-Faktor yang harus diperhatikan :


a. Pengetahuan cara berkomunikasi
b. Memahami teknik edukasi
c. Mencatat perkembangan pasien.
Layanan Visite Diproritaskan Untuk Pasien Dengan Krteria Sebagai Berikut:
1. Pasien baru (Dalam 24 jam Pertama)
2. Pasien dalam perawatan intensif
3. Pasien yang menerima lebih dari 5 macam obat
4. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati dan ginjal
Contoh Formulir Visite

12. PELAYANAN KEFARMASIAN DIRUMAH (HOME PHARMACY


CARE)
Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi
Obat dari rekam medik atau sumber lain.
Tujuan :
1. Tercapainya keberhasilan terapi obat

2. Terlaksananya pendampingan pasien oleh apoteker untuk mendukung efektifitas,


keamanan dan kesinambungan pengobatan

3. Terwujudnya komitmen, keterlibatan dan kemandirian pasien dan keluarga dalam


penggunaan obat dan atau alat kesehatan yang tepat

4. Terwujudnya kerjasama profesi kesehatan, pasien dan keluarga.

Pasien yang perlu mendapat pelayanan kefarmasian di rumah antara lain :

 Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang
penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat

 Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dll

 Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah
satu kriteria atau lebih regimen obat sebagai berikut:

 Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari. - Pasien minum obat 12 dosis
atau lebih setiap hari.

 Pasien minum salah satu dari 20 macam obat dalam tabel 1 yang telah
diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatric

 Pasien dengan 6 macam diagnosa atau lebih

Manfaat :

Bagi Pasien
 Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan
 Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan/atau alat
kesehatan
 Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/atau alat kesehatan dalam situasi
tertentu
 Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan

Bagi Apoteker
 Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayana kefarmasian di rumah
 Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan, masyarakat umum dan
pemerintah
 Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan.

Pelayanan yang dilaksanakan :


• Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan pengobatan

• Penyediaan obat dan/atau alat kesehatan

• Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misal cara


pemakaian obat asma, penyimpanan insulin, dll

• Evaluasi penggunaan alat bantu pengobatan dan penyelesaian masalah sehingga obat
dapat dimasukkan ke dalam tubuh secara optimal

• Pendampingan pasien dalam penggunaan obat melalui infus/obat khusus

• Konsultasi masalah obat

• Konsultasi kesehatan secara umum

• Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat termasuk alat


kesehatan pendukung pengobatan

• Pelayanan farmasi klinik lain yang diperlukan pasien

• Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah


Contoh Formulir
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai