Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Arlin Alfrianti
2. Sri Melni
3. Noviana
4. Wilin Rapunna
3. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi Obat Proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat
(resep dan nonresep) yang sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci, termasuk
dosis dan frekuensi, sebelum masuk RS dan membandingkannya dengan
resep/instruksi pengobatan ketika admisi, transfer dan discharge, mengidentifikasi
adanya diskrepansi dan mencatat setiap perubahan, sehingga dihasilkan daftar yang
lengkap dan akurat. Dalam melakukan rekonsiliasi terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan, yaitu :
Tujuan
a. Untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error ). Dinyatakan sebagai
kesalahan apabila terdapat ketidaksesuaian antara obat yang selama ini digunakan dengan
obat yang diberikan sewaktu pindah rawat secara tidak sengaja dan berpotensi
menimbulkan cedera.
b. Untuk memastikan informasi yang akurat tentang obat yang sedang digunakan pasien.
1. Pengumpulan data
Pada tahap ini, tenaga kesehatan yang melakukan rekonsiliasi mencatat data
dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan oleh pasien. Hal – hal
yang perlu dicatat yaitu :nama obat, dosis, frekuensi pemberian, rute, obat mulai
diberikan, obat mulai dihentikan, penggantian obat, riwayat alergi obat ataupun
efek samping obat yang pernah dialami oleh pasien.
2. Komparasi
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yaitu
komparasi atau membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Ketidakcocokan (discrepancy) terjadi jika ditemukan perbedaan di
antara data-data yang diperoleh. Ketidakcocokan dapat terjadi dikarenakan
beberapa sebab, seperti obat yang hilang, adanya penambahan atau penggantian
obat tanpa penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi Apabila dalam proses komparasi ditemukan adanya
ketidakcocokan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu konfirmasi
kepada dokter yang bersangkutan. Konfirmasi yang dilakukan meliputi :
a. menentukan perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja
b. mendokumentasikan alasan dari perbedaan tersebut
c. memberikan tanda tangan, tanggal dan waktu dilakukan rekonsiliasi obat
d. Komunikasi
Contoh Formulir Rekonsiliasi Obat
S: Subjective
Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien. – Contoh : pusing,
mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga kesehatan. Tanda-
tanda obyektif mencakup tanda vital (tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
kecepatan pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
A : Assessment
Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis terkait obat.
P : Plans
Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
a. menjawab pertanyaan;
b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit;
d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya; dan
f. melakukan penelitian.
2. Membuat tim khusus untuk pelaksanaan konseling. Hal ini penting sebagai bentuk
saling mendukung agar kegiatan lebih mudah dilaksanakan.
3. Menyiapkan tempat atau ruangan khusus untuk Ruang konseling kadang tidak mudah
untuk segera terwujud karena berbagai hambatan, namun apabila ruang konseling
belum tersedia dapat memanfaatkan ruang yang ada.
4. Mempersiapkan literatur dan alat bantu konseling. Literatur yang dapat digunakan
berupa buku-buku standar dan aplikasi yang memuat informasi obat secara lengkap.
Alat bantu dapat berupa alat peraga/dummy dari obat-obat yang perlu penggunaan
khusus seperti insulin pen dan obat inhalasi.
5. Membuat form bantu konseling yang akan memudahkan kita untuk mengingat poin-
poin penting dalam konseling.
6. Alat untuk dokumentasi konseling, bisa berupa buku atau kartu pasien yang berisi data-
data pasien.
7. Alat komunikasi untuk menindaklanjuti hasil konseling dan memonitor pasien pasca
konseling.
11. VISITE
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi
Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang
rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien .
Tujuan :
1. Pemilihan Obat
• Untuk pasien baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkin terjadi.
Pasien yang menderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang
penggunaan obat, interaksi obat dan efek samping obat
Pasien dengan terapi jangka panjang misal pasien TB, HIV/AIDS, DM dll
Pasien dengan risiko adalah pasien dengan usia 65 tahun atau lebih dengan salah
satu kriteria atau lebih regimen obat sebagai berikut:
Pasien minum obat 6 macam atau lebih setiap hari. - Pasien minum obat 12 dosis
atau lebih setiap hari.
Pasien minum salah satu dari 20 macam obat dalam tabel 1 yang telah
diidentifikasi tidak sesuai untuk pasien geriatric
Manfaat :
Bagi Pasien
Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan biaya pengobatan
Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan penggunaan obat dan/atau alat
kesehatan
Terselesaikannya masalah penggunaan obat dan/atau alat kesehatan dalam situasi
tertentu
Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan
Bagi Apoteker
Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayana kefarmasian di rumah
Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan, masyarakat umum dan
pemerintah
Terwujudnya kerjasama antar profesi kesehatan.
• Evaluasi penggunaan alat bantu pengobatan dan penyelesaian masalah sehingga obat
dapat dimasukkan ke dalam tubuh secara optimal