Anda di halaman 1dari 19

Yuni Anjarwati

Case : kanker Payudara 04084821921063


Tabel 1. Level pencegahan berdasarkan Mandala Of Health (MOH)
Mandala of Health (MOH)
 Edukasi masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan payudara
 Edukasi tentang bagaimana bentuk payudara yang normal dan perbedaan nya dengan bentuk
payudara pada kanker payudara
 Edukasi mengenai pentingnya untuk melakukan pemeriksaan mandiri secara rutin pada
payudara.
Level 1
 Sadar penuh bahwa kanker payudara dapat terjadi pada siapa saja
 Menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi termasuk kanker payudara merupakan hal
yang juga diberikan oleh yang maha kuasa. yang dapat diatasi dengan usaha melalui
pengobatan-pengobatan yang sudah tersedia.

 Melakukan SADARI sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal
sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari
hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita yang sudah menopause, SADARI dilakukan
Level 2 pada tanggal yang sama setiap bulan.
 Modifikasi gaya hidup pada wanita yang beresiko tinggi (ibu atau saudara perempuan
dengan kanker payudara)

 Mengetahui bahwa kanker payudara dapat terjadi pada siapapun maka segera lakukan
pemeriksaan setelah menemukan gejala seperti benjolan pada payudara
 Memberikan Pengertian tentang alur penatalaksanaan saat ditemukan tanda dan gejala
kanker payudara
 deteksi dini dengan Melakukan pemeriksaan mamografi 7-10 hari setelah masa haid pada
usia di atas 35 tahun dan USG payudara pada usia yang lebih muda apabila ditemukan
Level 3
benjolan pada payudara
 melakukan tatalaksana sesuai dengan indikasi seperti pembedahan, sedangkan terapi non-
bedah terdiri dari terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi target, imunoterapi dan
terapi komplementer.
 Pemeriksaan histopatologi apabila terdapat indikasi seperti ditemukannya benjolan pada
payudara yang merupakan standar baku untuk mengetahui tipe jaringan
 Melakukan terapi suportif seperti pemberian gizi yang sesuai dan pelatihan sederhana pada
Tabel 2. Level pencegahan berdasarkan Social Determinant of Health (SDH)
Social Determinant of Health (SDH)
 Mengedukasi masyarakat tentang kanker payudara yang bisa diderita oleh siapa saja tanpa
Level 1 terkecuali, sehingga penting untuk membangun stigma positif tanpa mengucilkan dan
menciptakan kesenjangan sosial
 Dukungan sosial sangat diperlukan bagi penderita kanker payudara, yang secara tidak
Level 2 langsung akan menambah optimistis pasien untuk mau berusaha sembuh dari penyakitnya
dengan mengikuti serangkaian pengobatan yang dianjurkan.
 Penanganan terhadap psikis dan sosial pasien tentang ketakutan terhadap stigma masyarakat
Level 3
dan sekitar.
 Memberikan dukungan sosial dan tidak diskriminasi pada penderita kanker, secara tidak
langsung mendukung penderita untuk tetap melakukan kunjungan post tindakan, sehingga
Level 4 komplikasi yang bisa terjadi pasca tindakan seperti infeksi penumpukan seroma nekrosis flap
edema lengan, mobilisasi dini, hot flashes, vaginal discharge, tromboemboli, dan komplikasi
lainnya.
 Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar tetap menggunakan penderita kanker
Level 5
payudara yang telah direhabiitasi

Tabel 3. Level pencegahan berdasarkan Konsep Biopsikososial (BPS)


Konsep Biopsikosial (BPS)
Level 1  Mengedukasikan kepada masyarakat bahwa sangat mungkin ketika ada perubahan pada
fisik/biologi (perubahan bentuk payudara pada penderita kanker) maka sangat mungkin bagi
penderita akan juga mengalami permasalahan pada sosial dan psikologinya, seperti akan
merasa malu dan megalami penurunan kepercayaan diri. Jadi perlu memberikan pemahaman
bahwa konsep sakit akan melibatkan interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial
 Memenuhi kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dengan kanker payudara
Level 2
 intoleransi aktivitas yang sangat mungkin terjadi setalah adanya perubahan fisik
 Saat skrinning dan deteksi dini kemudian pasien menerima kabar berita tentang diagnosis
penyakit dari hasil pemeriksaan, pasien akan mungkin mengalami Shock atau kaget, maka
dukungan dari keluarga atau orang-orang terdekat dangat dibutuhkan.
 Kondisi Lingkungan yang suportif terhadap pasien kanker payudara sangat berpengaruh pada
Level 3
kesejahteraan pasien
 Kondisi Lingkungan yang suportif juga akan membantu pasien tetap percaya diri untuk
melanjutkan pengobatan sedini mungkin yang nantinya berpengaruh terhadap output yang
diperoleh tanpa ada rasa malu atau takut dikucilkan
 Pendekatan psikologis terhadap penderita bisa merasakan pentingnya arti kunjungan. Seperti
Level 4 menayakan apakah nafsu makan berkurang, apakah tidur terganggu, apakah dalam pekerjaan
sehari-hari ada hambatan dan berat badan.
Level 5  Mengedukasi keluaraga untuk ikut andil terhadap recovery pasien baik secara biologis, sosial
dan psikologi. Aspek Biologis: tidak menyinggung bentuk payudara yang sudah sama seperti
bentuk asalnya. Beri pasien kepercayaan dirinya kembali tanpa menyinggung hal-hal yang
tidak perlu. Aspek sosial: setelah lama dalam perawatan, sangat mungkin bagi penderita
merasa bahwa kini tempatnya dapat digantikan oleh orang lain, atau berfikir ia tidak akan
mampu kembali beraktivitas seperti sedia kala, dukungan dan pengertian dari keluarga dekat
sangat dibutuhkan. Aspek psikis: terhambatnya pasien dalam beraktivitas selama perawatan
atau hanya di kamar saja akan dapat menimbulkan rasa bosan atau bahkan kondisi psikis
lainnya seperti depresi, maka hal sederhana seperti kelurga yang senantiasa ada disisi pasien
ternyata sangat berpengaruh pada kesehatan mental pasien

Tabel 4. Level pencegahan berdasarkan Community Oriented Care (COPC)


Community Oriented Primary Care (COPC)
 Berkerja sama dengan semua peran untuk melakukan penyuluhan kesehatan payudara di
dalam komunitas tertentu
 Edukasi kesehatan tentang payudara yang normal melalui komunitas tertentu berdasarkan
kebutuhan masyarakat
Level 1
 Edukasi cara merawat payudara dengan baik melalui komunitas tertentu berdasarkan
kebutuhan masyarakat.
 Bekerja sama dengan semua peran didalam komunitas dalam mengumpulkan data masyarakat
berdasarkan faktor resiko terhadap kanker payudara
 Merencanakan kegiatan dukungan nutrisi terhadap masyarakat yang besresiko terhadap
Level 2
kanker payudara pada suatu komunitas
 Mengidentifikasi masyarakat yang diduga memiliki resiko atau gejala ca, dengan
Level 3 mengumpulkan data yang bisa dilakukan dengan melakukan Tanya jawab singkat atau
menjawab questioner yang telah disiapkan sebagai deteksi dini penyakit.
 Mengajak penderita kanker payudara di dalam komunitas untuk tidak membatasi kemampuan
Level 4
dengan tetap mealatih diri dari mulai hal yang sederhana
Level 5  Bekerja sama dengan semua peran dimasayarakat untuk melakukan pelatihan yang dapat
memberi manfaat kesehatan penderita yang sedang menjalani pengobatan kanker seperti
mengadakan jalan-jalan santai 3-5x seminggu atau kegiatan lainnya. Hal sederhana seperti ini
akan memberikan perubahan besar pada stamina dan perasaan saat seseorang menjalani
pengobatan.
 Edukasi komunitas agar tetap menggunakan mereka yang telah direhabilitasi dan pulih agar
bisa kembali produktif

Tabel 5. Level pencegahan berdasarkan MOH, SDH, BPS dan COPC


Social Determinant of Konsep Biopsikosial Community Oriented
Level MOH
Health (SDH) (BPS) Primary Care (COPC)
1  Edukasi masyarakat  Mengedukasi  Mengedukasikan  Berkerja sama dengan
untuk lebih peduli masyarakat tentang kepada masyarakat semua peran untuk
dengan kesehatan kanker payudara bahwa sangat melakukan penyuluhan
payudara yang bisa diderita mungkin ketika ada kesehatan payudara di
 Edukasi tentang oleh siapa saja perubahan pada dalam komunitas
bagaimana bentuk tanpa terkecuali, fisik/biologi tertentu
payudara yang sehingga penting (perubahan bentuk  Edukasi kesehatan
normal dan untuk membangun payudara pada tentang payudara yang
perbedaan nya stigma positif tanpa penderita kanker) normal melalui
dengan bentuk mengucilkan dan maka sangat mungkin komunitas tertentu
payudara pada ca menciptakan bagi penderita akan berdasarkan kebutuhan
mammae kesenjangan sosial juga mengalami masyarakat
 Edukasi mengenai permasalahan pada  Edukasi cara merawat
pentingnya untuk sosial dan payudara dengan baik
melakukan psikologinya, seperti melalui komunitas
pemeriksaan mandiri akan merasa malu tertentu berdasarkan
secara rutin pada dan megalami kebutuhan masyarakat.
payudara. penurunan  Bekerja sama dengan
 Sadar penuh bahwa kepercayaan diri. Jadi semua peran didalam
kanker payudara perlu memberikan komunitas dalam
dapat terjadi pada pemahaman bahwa mengumpulkan data
siapa saja konsep sakit akan masyarakat
 Menyadari bahwa melibatkan interaksi berdasarkan faktor
segala sesuatu yang antara faktor biologis, resiko terhadap kanker
terjadi termasuk psikologis, dan sosial payudara
kanker payudara
merupakan hal yang
juga diberikan oleh
yang maha kuasa.
yang dapat diatasi
dengan usaha melalui
pengobatan-
pengobatan yang
sudah tersedia.

2  Melakukan SADARI  Dukungan sosial  Memenuhi kebutuhan  Merencanakan


sebaiknya mulai biasa sangat diperlukan nutrisi yang sesuai kegiatan dukungan
dilakukan pada usia bagi penderita dengan kebutuhan nutrisi terhadap
sekitar 20 tahun, kanker payudara, pasien dengan kanker masyarakat yang
minimal sekali yang secara tidak payudara besresiko terhadap
sebulan. SADARI langsung akan  intoleransi aktivitas kanker payudara pada
dilakukan 3 hari menambah yang sangat mungkin suatu komunitas
setelah haid berhenti optimistis pasien terjadi setalah adanya
atau 7 hingga 10 hari untuk mau berusaha perubahan fisik
dari hari pertama sembuh dari
menstruasi terakhir. penyakitnya dengan
Untuk wanita yang mengikuti
sudah menopause, serangkaian
SADARI dilakukan pengobatan yang
pada tanggal yang dianjurkan.
sama setiap bulan.
 Modifikasi gaya
hidup pada wanita
yang beresiko tinggi
(ibu atau saudara
perempuan dengan
kanker payudara)

3  Mengetahui bahwa  Penanganan  Saat skrinning dan  Mengidentifikasi


kanker payudara terhadap psikis dan deteksi dini masyarakat yang
dapat terjadi pada sosial pasien kemudian pasien diduga memiliki resiko
siapapun maka segera tentang ketakutan menerima kabar atau gejala ca, dengan
lakukan pemeriksaan terhadap stigma berita tentang mengumpulkan data
setelah menemukan masyarakat dan diagnosis penyakit yang bisa dilakukan
gejala seperti sekitar. dari hasil dengan melakukan
benjolan pada pemeriksaan, pasien Tanya jawab singkat
payudara akan mungkin atau menjawab
 Memberikan mengalami Shock questioner yang telah
Pengertian tentang atau kaget, maka disiapkan sebagai
alur penatalaksanaan dukungan dari deteksi dini penyakit.
saat ditemukan tanda keluarga atau orang-
dan gejala kanker orang terdekat dangat
payudara dibutuhkan.
 deteksi dini dengan  Kondisi Lingkungan
Melakukan yang suportif
pemeriksaan terhadap pasien
mamografi 7-10 hari kanker payudara
setelah masa haid sangat berpengaruh
pada usia di atas 35 pada kesejahteraan
tahun dan USG pasien
payudara pada usia  Kondisi Lingkungan
yang lebih muda yang suportif juga
apabila ditemukan akan membantu
benjolan pada pasien tetap percaya
payudara diri untuk
 melakukan melanjutkan
tatalaksana sesuai pengobatan sedini
dengan indikasi mungkin yang
seperti pembedahan, nantinya berpengaruh
sedangkan terapi non- terhadap output yang
bedah terdiri dari diperoleh tanpa ada
terapi radiasi, rasa malu atau takut
kemoterapi, terapi dikucilkan
hormon, terapi target,
imunoterapi dan
terapi komplementer.
 Pemeriksaan
histopatologi apabila
terdapat indikasi
seperti ditemukannya
benjolan pada
payudara yang
merupakan standar
baku untuk
mengetahui tipe
jaringan
4  Melakukan terapi  Memberikan  Pendekatan  Mengajak penderita
suportif seperti dukungan sosial dan psikologis terhadap kanker payudara di
pemberian gizi yang tidak diskriminasi penderita bisa dalam komunitas untuk
sesuai dan pelatihan pada penderita merasakan tidak membatasi
sederhana pada kanker, secara tidak pentingnya arti kemampuan dengan
lengan terutama yang langsung kunjungan. Seperti tetap mealatih diri dari
searah dengan mendukung menayakan apakah mulai hal yang
payudara yang penderita untuk nafsu makan sederhana
dioperasi untuk tetap melakukan berkurang, apakah
meminimalisir kunjungan post tidur terganggu,
kelemahan dan tindakan, sehingga apakah dalam
kekakuan komplikasi yang pekerjaan sehari-hari
 Beritahukan bisa terjadi pasca ada hambatan dan
kemungkinan tindakan seperti berat badan.
metastasis atau infeksi penumpukan
penyebaran saat seroma nekrosis
terdiagnosis kanker flap edema lengan,
payudara untuk mobilisasi dini, hot
tatalaksana lebih flashes, vaginal
lanjut discharge,
 Menilai kekambuhan tromboemboli, dan
secara klinis komplikasi lainnya.
(anamnesis,
pemeriksaan fisik),
pemeriksaan
laboatorium,
biomarker dan
pencitraan.
Kekambuhan
terbanyak adalah
timbulnya “distant
metastase”
 Penyediaan fasilitas
untuk membatasi
ketidakmampuan dan
mencegah kematian
5  Penyediaan fasilitas  Pendidikan pada  Mengedukasi  Bekerja sama dengan
untuk pelatihan fungsi masyarakat dan keluaraga untuk ikut semua peran
tubuh setalah pulih industriawan agar andil terhadap dimasayarakat untuk
yang dapat tetap menggunakan recovery pasien baik melakukan pelatihan
dimanfaatkan sebaik- penderita kanker secara biologis, sosial yang dapat memberi
baiknya payudara yang telah dan psikologi. Aspek manfaat kesehatan
 Edukasi untuk gejala direhabiitasi Biologis: tidak penderita yang sedang
penyakit yang menyinggung bentuk menjalani pengobatan
mungkin timbul payudara yang sudah kanker seperti
kembali setelah pulih sama seperti bentuk mengadakan jalan-
asalnya. Beri pasien jalan santai 3-5x
kepercayaan dirinya seminggu atau
kembali tanpa kegiatan lainnya. Hal
menyinggung hal-hal sederhana seperti ini
yang tidak perlu. akan memberikan
Aspek sosial: setelah perubahan besar pada
lama dalam stamina dan perasaan
perawatan, sangat saat seseorang
mungkin bagi menjalani pengobatan.
penderita merasa  Edukasi komunitas
bahwa kini agar tetap
tempatnya dapat menggunakan mereka
digantikan oleh orang yang telah
lain, atau berfikir ia direhabilitasi dan pulih
tidak akan mampu agar bisa kembali
kembali beraktivitas produktif
seperti sedia kala,
dukungan dan
pengertian dari
keluarga dekat sangat
dibutuhkan. Aspek
psikis: terhambatnya
pasien dalam
beraktivitas selama
perawatan atau hanya
di kamar saja akan
dapat menimbulkan
rasa bosan atau
bahkan kondisi psikis
lainnya seperti
depresi, maka hal
sederhana seperti
kelurga yang
senantiasa ada disisi
pasien ternyata
sangat berpengaruh
pada kesehatan
mental pasien

NARASI

Ny. T wanita usia 56 tahun, bertempat tinggal di desa mandala. Nyonya T datang berobat ke rumah sakit dengan keluhan
benjolan pada payudara kanan bagian medial pada lebih kurang 6 bulan yang lalu. Benjolan awal mula dirasakan sebesar kelengkeng.
Selama 3 bulan terakhir penderita mengeluh benjolan tersebut terasa makin membesar, dapat digerakkan, tidak terasa nyeri, tidak ada
cairan yang keluar dari puting susu serta tidak nyeri ketika haid. Saat ini, benjolan tersebut kira-kira berukuran sebesar bola kasti.
Benjolan tidak terasa nyeri saat ditekan, Penderita menyangkal keluar cairan dari puting susu, dan kulit payudara di daerah benjolan
sama dengan kulit di sekitarnya serta tidak ditemukan benjolan ditempat lain. Ny. T memiluki BB: 80 KG dengan TB:150 cm. dengan
riwayat menstruasi pertama kali pada usia 8 tahun, dan belum megalami menopause. Ibu ny.T pernah mengalami hal yang serupa dan
kini telah meninggal dunia.
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar
air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker payudara merupakan salah
satu masalah kesehatan di dunia. Kanker payudara adalah kanker paling umum dan juga penyebab utama kematian akibat kanker pada
wanita di seluruh dunia. Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.
Pemahaman terhadap kanker payudara sangat perlu untuk disebarluaskan kepada masayarakat umum yang nantinya akan sangat
berpengaruh terhadap deteksi dini dan prognosis penyakit. Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan berdasarkan 5 level tingkat
pencegahan akan sangat membantu dalam menentukan kegiatan apa yang dapat dilakukan dan disesuaikan dengan tahap perjalanan
penyakit. Dalam menentukan langkah-langkah pencegahan kanker payudara dapat dilakukan melalui konsep kesehatan yang
melibatkan interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial. Pendekatan sistematis untuk meningkatkan layanan primer melalui
integrasi ilmu klinik dengan kesehatan masyarakat pada komunitas tertentu juga dapat dijadikan sebagai media untuk mempermudah
langkah pencegahan dengan melibatkan semua peran di dalam komunitas. kondisi yang mempengaruhi terhadap status kesehatan
individu atau masyarakat sangat ditentukan oleh kekuatan dan sistem mencakup kebijakan dan sistem ekonomi, agenda pembangunan,
norma sosial, kebijakan sosial dan politik.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat sehat atau beresiko terhadap kanker payudara dapat dilakukan melalui
pencegahan tingkat pertama (primer). Pencegahan primer dapat dilakukan melalui dua cara yaitu promosi kesehatan dan perlindungan
khusus. Pada promosi kesehatan tujuan yang diharapkan adalah masyarakat yang tidak tau menjadi tau, dan mengetahui apa saja yang
dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan awal.
Level 1 : Promosi kesehatan yang dapat dilakukan
 Edukasi masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan payudara melalui edukasi masyarakat mengenai pentingnya
kesehatan payudara, bagaimana caranya melakukan pemeriksaan mandiri atau gejala yang mungkin timbul, yang nantinya
dapat dilakukan melalui komunitas dengan memperhatikan konsep biopsikososial.

Level 2: Pencegahan primer selanjutnya dilakukan melalui perlindungan khusus


 Pemeriksaan spesifik : SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
 Modifikasi gaya hidup pada wanita yang beresiko tinggi (ibu atau saudara perempuan dengan kanker payudara)
 Merencanakan kegiatan dukungan nutrisi terhadap masyarakat yang besresiko terhadap kanker payudara pada suatu komunitas
 dll

Pencegahan tingkat 2 ditujukkan untuk orang yang telah sakit agar dapat diobati segera dan menghambat terjadinya kecacatan.
Dua cara yang dapat dilakukan pada tahap pencegahan tingkat dua adalah diagnosis dini-pengobatan segera dan penanganan
komplikasi hingga kecacatan.

Level 3: Kegiatan Pencegahan yang dilakukan melalui diagnosis dini dan pengobatan segera seperti:
 Mengetahui bahwa kanker payudara dapat terjadi pada siapapun maka segera lakukan pemeriksaan setelah menemukan gejala
seperti benjolan pada payudara
 Memberikan Pengertian tentang alur penatalaksanaan saat ditemukan tanda dan gejala kanker payudara
 Pemeriksaan histopatologi apabila terdapat indikasi
 deteksi dini dengan Melakukan pemeriksaan mamografi atau USG payudara
 melakukan tatalaksana sesuai dengan indikasi seperti pembedahan atau non bedah.
Level 4: Sedangkan pencegahan sekunder pada penanganan komplikasi dan cacat dapat dilakukan melalui :
 Melakukan terapi suportif seperti pemberian gizi yang sesuai dan pelatihan sederhana pada lengan terutama yang searah
dengan payudara yang dioperasi untuk meminimalisir kelemahan dan kekakuan
 Beritahukan kemungkinan metastasis atau penyebaran saat terdiagnosis kanker payudara untuk tatalaksana lebih lanjut
 Menilai kekambuhan secara klinis (anamnesis, pemeriksaan fisik), pemeriksaan laboatorium, biomarker dan pencitraan.
Kekambuhan terbanyak adalah timbulnya “distant metastase”
Pencegahan tingkat ketiga/tersier diberikan kepada penderita telah sembuh dari sakitanya. Pencegahan dilakukan agar
penderita dapat kembali beraktivitas dengan sebaik-baiknya.
Level 5: pencegahan tersier pada tingkat rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :
 Penyediaan fasilitas untuk pelatihan fungsi tubuh setalah pulih yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
 Edukasi untuk gejala penyakit yang mungkin timbul kembali setelah pulih
 Mengedukasi keluaraga untuk ikut andil terhadap recovery pasien baik secara biologis, sosial dan psikologi
 Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar tetap menggunakan penderita kanker payudara yang telah direhabiitasi

KESIMPULAN

Level 1:
melaui promosi kesehatan yang dilakukan melalui interkasi biologi, psikologi dan sosial serta melibatkan banyak peran di komunitas.
Diharapkan edukasi penyuluhan terkait kanker payudara akan dapat tersampaikan oleh masyarakat luas. Pemahaman secara personal
hingga sosial diharapkan akan mampu menekan angka progresifitas kanker payudara di masyarakat.

Level 2:
pada tahap ini akan lebih menekankan pada perlindungan khusus yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan. Pada kelompok
beresiko kanker payudara akan memiliki resiko 4-5x untuk terkena. Maka perlindungan khusus yang sesuai seperti pemilihan nutrisi,
modifikasi gaya hidup dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri akan sangat baik jika dilakukan.

Level 3:
Melakukan skrinning dan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan seperti mamografi atau USG akan mendeteksi lebih dini
terhadap perkembangan kanker payudara yang nantinya akan meberikan prognosis yang jauh lebih baik.
Level 4:
Penanganan komplikasi dan kecacatan akan dapat dilakukan. Jika penderita sadar betul pentingnya mengetahui keadaan secara
menyeluruh yang dapat dilakukan melalui pengobatan hingga tuntas termasuk melakukan kontrol berkala untuk mengetahui ada nya
komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan. Pelatihan sederhana juga sangat perlu untuk dilakukan agar tidak terjadi kekakuan
yang dapat berlanjut hingga kecacatan.

Level 5:
Setelah pulih dan melakukan rehabilitasi, diharapkan penderita agar dapat kembali produktif yang nantinya akan dapat bermanfaat
kembali dimasyarakat sesuai dengan kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai