Yuni Anjarwati-5 Level Prevention
Yuni Anjarwati-5 Level Prevention
Melakukan SADARI sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal
sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari
hari pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita yang sudah menopause, SADARI dilakukan
Level 2 pada tanggal yang sama setiap bulan.
Modifikasi gaya hidup pada wanita yang beresiko tinggi (ibu atau saudara perempuan
dengan kanker payudara)
Mengetahui bahwa kanker payudara dapat terjadi pada siapapun maka segera lakukan
Level 3
pemeriksaan setelah menemukan gejala seperti benjolan pada payudara
Memberikan Pengertian tentang alur penatalaksanaan saat ditemukan tanda dan gejala
kanker payudara
deteksi dini dengan Melakukan pemeriksaan mamografi 7-10 hari setelah masa haid pada
usia di atas 35 tahun dan USG payudara pada usia yang lebih muda apabila ditemukan
benjolan pada payudara
melakukan tatalaksana sesuai dengan indikasi seperti pembedahan, sedangkan terapi non-
bedah terdiri dari terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi target, imunoterapi dan
terapi komplementer.
Pemeriksaan histopatologi apabila terdapat indikasi seperti ditemukannya benjolan pada
payudara yang merupakan standar baku untuk mengetahui tipe jaringan
Melakukan terapi suportif seperti pemberian gizi yang sesuai dan pelatihan sederhana pada
lengan terutama yang searah dengan payudara yang dioperasi untuk meminimalisir
kelemahan dan kekakuan
Beritahukan kemungkinan metastasis atau penyebaran saat terdiagnosis kanker payudara
Level 4
untuk tatalaksana lebih lanjut
Menilai kekambuhan secara klinis (anamnesis, pemeriksaan fisik), pemeriksaan laboatorium,
biomarker dan pencitraan. Kekambuhan terbanyak adalah timbulnya “distant metastase”
Penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah kematian
Penyediaan fasilitas untuk pelatihan fungsi tubuh setalah pulih yang dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya
Level 5
Edukasi untuk gejala penyakit yang mungkin timbul kembali setelah pulih
Anjuran untuk Makan makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka
operasi.
Ny. T wanita usia 56 tahun, bertempat tinggal di desa mandala. Nyonya T datang berobat ke rumah sakit dengan keluhan
benjolan pada payudara kanan bagian medial pada lebih kurang 6 bulan yang lalu. Benjolan awal mula dirasakan sebesar kelengkeng.
Selama 3 bulan terakhir penderita mengeluh benjolan tersebut terasa makin membesar, dapat digerakkan, tidak terasa nyeri, tidak ada
cairan yang keluar dari puting susu serta tidak nyeri ketika haid. Saat ini, benjolan tersebut kira-kira berukuran sebesar bola kasti.
Benjolan tidak terasa nyeri saat ditekan, Penderita menyangkal keluar cairan dari puting susu, dan kulit payudara di daerah benjolan
sama dengan kulit di sekitarnya serta tidak ditemukan benjolan ditempat lain. Ny. T memiluki BB: 80 KG dengan TB:150 cm. dengan
riwayat menstruasi pertama kali pada usia 8 tahun, dan belum megalami menopause. Ibu ny.T pernah mengalami hal yang serupa dan
kini telah meninggal dunia.
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar
air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker payudara merupakan salah
satu masalah kesehatan di dunia. Kanker payudara adalah kanker paling umum dan juga penyebab utama kematian akibat kanker pada
wanita di seluruh dunia. Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.
Pemahaman terhadap kanker payudara sangat perlu untuk disebarluaskan kepada masayarakat umum yang nantinya akan sangat
berpengaruh terhadap deteksi dini dan prognosis penyakit. Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan berdasarkan 5 level tingkat
pencegahan akan sangat membantu dalam menentukan kegiatan apa yang dapat dilakukan dan disesuaikan dengan tahap perjalanan
penyakit. Dalam menentukan langkah-langkah pencegahan kanker payudara dapat dilakukan melalui konsep kesehatan yang
melibatkan interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial. Pendekatan sistematis untuk meningkatkan layanan primer melalui
integrasi ilmu klinik dengan kesehatan masyarakat pada komunitas tertentu juga dapat dijadikan sebagai media untuk mempermudah
langkah pencegahan dengan melibatkan semua peran di dalam komunitas. kondisi yang mempengaruhi terhadap status kesehatan
individu atau masyarakat sangat ditentukan oleh kekuatan dan sistem mencakup kebijakan dan sistem ekonomi, agenda pembangunan,
norma sosial, kebijakan sosial dan politik.
Pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat sehat atau beresiko terhadap kanker payudara dapat dilakukan melalui
pencegahan tingkat pertama (primer). Pencegahan primer dapat dilakukan melalui dua cara yaitu promosi kesehatan dan perlindungan
khusus. Pada promosi kesehatan tujuan yang diharapkan adalah masyarakat yang tidak tau menjadi tau, dan mengetahui apa saja yang
dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan awal.
Level 1 : Promosi kesehatan yang dapat dilakukan
Edukasi masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan payudara melalui edukasi masyarakat mengenai pentingnya
kesehatan payudara, bagaimana caranya melakukan pemeriksaan mandiri atau gejala yang mungkin timbul, yang nantinya
dapat dilakukan melalui komunitas dengan memperhatikan konsep biopsikososial.
Pencegahan tingkat 2 ditujukkan untuk orang yang telah sakit agar dapat diobati segera dan menghambat terjadinya kecacatan.
Dua cara yang dapat dilakukan pada tahap pencegahan tingkat dua adalah diagnosis dini-pengobatan segera dan penanganan
komplikasi hingga kecacatan.
Level 3: Kegiatan Pencegahan yang dilakukan melalui diagnosis dini dan pengobatan segera seperti:
Mengetahui bahwa kanker payudara dapat terjadi pada siapapun maka segera lakukan pemeriksaan setelah menemukan gejala
seperti benjolan pada payudara
Memberikan Pengertian tentang alur penatalaksanaan saat ditemukan tanda dan gejala kanker payudara
Pemeriksaan histopatologi apabila terdapat indikasi
deteksi dini dengan Melakukan pemeriksaan mamografi atau USG payudara
melakukan tatalaksana sesuai dengan indikasi seperti pembedahan atau non bedah.
Level 4: Sedangkan pencegahan sekunder pada penanganan komplikasi dan cacat dapat dilakukan melalui :
Melakukan terapi suportif seperti pemberian gizi yang sesuai dan pelatihan sederhana pada lengan terutama yang searah
dengan payudara yang dioperasi untuk meminimalisir kelemahan dan kekakuan
Beritahukan kemungkinan metastasis atau penyebaran saat terdiagnosis kanker payudara untuk tatalaksana lebih lanjut
Menilai kekambuhan secara klinis (anamnesis, pemeriksaan fisik), pemeriksaan laboatorium, biomarker dan pencitraan.
Kekambuhan terbanyak adalah timbulnya “distant metastase”
Pencegahan tingkat ketiga/tersier diberikan kepada penderita telah sembuh dari sakitanya. Pencegahan dilakukan agar
penderita dapat kembali beraktivitas dengan sebaik-baiknya.
Level 5: pencegahan tersier pada tingkat rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :
Penyediaan fasilitas untuk pelatihan fungsi tubuh setalah pulih yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
Edukasi untuk gejala penyakit yang mungkin timbul kembali setelah pulih
Mengedukasi keluaraga untuk ikut andil terhadap recovery pasien baik secara biologis, sosial dan psikologi
Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar tetap menggunakan penderita kanker payudara yang telah direhabiitasi
KESIMPULAN
Level 1:
melaui promosi kesehatan yang dilakukan melalui interkasi biologi, psikologi dan sosial serta melibatkan banyak peran di komunitas.
Diharapkan edukasi penyuluhan terkait kanker payudara akan dapat tersampaikan oleh masyarakat luas. Pemahaman secara personal
hingga sosial diharapkan akan mampu menekan angka progresifitas kanker payudara di masyarakat.
Level 2:
pada tahap ini akan lebih menekankan pada perlindungan khusus yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan. Pada kelompok
beresiko kanker payudara akan memiliki resiko 4-5x untuk terkena. Maka perlindungan khusus yang sesuai seperti pemilihan nutrisi,
modifikasi gaya hidup dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri akan sangat baik jika dilakukan.
Level 3:
Melakukan skrinning dan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan seperti mamografi atau USG akan mendeteksi lebih dini
terhadap perkembangan kanker payudara yang nantinya akan meberikan prognosis yang jauh lebih baik.
Level 4:
Penanganan komplikasi dan kecacatan akan dapat dilakukan. Jika penderita sadar betul pentingnya mengetahui keadaan secara
menyeluruh yang dapat dilakukan melalui pengobatan hingga tuntas termasuk melakukan kontrol berkala untuk mengetahui ada nya
komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan. Pelatihan sederhana juga sangat perlu untuk dilakukan agar tidak terjadi kekakuan
yang dapat berlanjut hingga kecacatan.
Level 5:
Setelah pulih dan melakukan rehabilitasi, diharapkan penderita agar dapat kembali produktif yang nantinya akan dapat bermanfaat
kembali dimasyarakat sesuai dengan kemampuannya.