Anda di halaman 1dari 12

Makalah Filsafat Pendidikan

Hakekat Diri Manusia Sebagai Makhluk Alamiah


dan Sosial

Disusun

Oleh :

Fetty Jumiati (170204002)


Salwa Aiyesi (180204008)

Dosen Pengampu :

Nurlaili, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY
BANDA ACEH 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha menguasai seluruh alam semesta
beserta isinya, Maha yang berkehendak atas segala sesuatu, dan telah menjadikan
manusia sebaik-baiknya ciptaan yang diberikan akal untuk berfikir. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa pula kami
curahkan kepada nabi kita Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan berhasil
dengan baik tanpa adanya bimbingan dan sumbangan pemikiran dari berbagai
pihak. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat serta hidayahnya sebagai
balasan atas amal baik dari semua pihak yang sudah menolong kami dalam
menulis makalah ini. Aamiin.

Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, kami mohon
maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan dihati pendengar dan pembaca.
Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 19 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumus Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Makhluk sosial


3

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial 3


C. Hubungan Hakeka Manusia dan Filsafat 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia disebut juga insan. Dalam bahasa arab, berasal dari kata nasiya
yang berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak.
Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa
dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di
sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai manusia memiliki akal
pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki akal. Siapapun dan
apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat diri dan kehidupannya.
Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan
makhluk sosial.
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek
pendidikan. Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia
(khususnya manusia dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
pendidikan. Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan pribadi
generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai
pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikan sesuai
dengan tujuan dan nilai – nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan itu
berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan, manusia (khususnya anak)
merupakan “sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu
proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki kepribadian yang sama seperti
manusia dewasa. Namun hal yang membedakannya ialah karena kodratnya belum
berkembang.
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan
manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat
ditentukan oleh aspek manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek
pendidikan didalam masyarakat dan di alam semesta ini berperan bahwa manusia
dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang memiliki
tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat untuk membina dan
mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam lingkungan hidupnya
secara bersama – sama. Lebih jauh lagi, manusia bertanggung jawab atas martabat
kemanusiaannya.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu
manusia untuk mengembangkan dirinya dan memanusiakan manusia sesuai
dengan filsafat yang ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia
untuk menyingkapkan dan menemui rahasia yang ada di alam, mengembangkan
fitrah manusia untuk mengembangkan potensinya, mengarahkan kecenderungan
emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial ?
2. Hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial ?
3. Bagaimana hubungan hakekat manusia dan filsafat pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui maksud dari manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial.
2. Mengetahui hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial.
3. Mengetahui hubungan manusia dan filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial

Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak


bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai contoh:
kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita juga
menggunakan ikan, sayur-mayur, dan air yang berasal dari alam untuk
melangsungkan kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang
akan dia lakukan.

Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial artinya manusia hidup


dengan saling membutuhkan dan saling berinteraksi (berkomunikasi), karena
manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Sehubungan dengan ini Aristoteles menyatakan bahwa “manusia adalah hewan
yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan
pemikirannya”.

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah Dan Sosial


Manusia memiliki sifat dan ciri-ciri sebagaimana makhluk alamiah
lainnya, yang terkait dengan hukum-hukum alam. Jadi pada diri manusia terdapat
unsur-unsur alam, ada unsure benda mati, ada unsure tumbuh-tumbuhan
(manusia mempunyai sifat tumbuh kembang), ada unsure hewani, dengan
kemampuan gerak, mempuyai nafsu, insting dan sebagainya. Tetapi manusia
lebih daripada itu. Manusia secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih
indah, lebih sempurna, jadi secara alami manusia menjadi makhluk paling tinggi.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang ada
disekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkup
alam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat erat, dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman, dan pengaruh teknologi
yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang dalam proses pendidikan manusia
dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan satu sama lainnya.
Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk alamiah yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya, terkadang manusia memiliki banyak persamaan,
namun secara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri-sendiri.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat
alamiah manusia. Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap
eksistensi dirinya. Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan
kehendaknya masing-masing, ingin mewujudkan perkembangan jamannya
menurut pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya.
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia
tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana
tanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan manusia
yang belajar mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki tujuan
untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya. Manusia
belajar menyesuaikan dirinya dengan peraturan-peraturan yang sudah terbentuk
di dalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan peraturan-peraturan
yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan-
keinginan individual demi kebutuhan kelompoknya. Yang menjadi ciri manusia
dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi
sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya. Manusia adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat
mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia
selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat
dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku
serta bekerjasama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan
yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggung jawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih “lemah” daripada
wujud sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu
nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib
mengayomi individu.
Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia
memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah
satu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan manusia lain.

C. Hubungan Hakekat Manusia Dan Filsafat Pendidikan


Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini juga belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Hakekat
manusia sesungguhnya didasari oleh beberapa ilmu yang melatarbelakangi
hubungan manusia dan filsafat pendidikan. Salah satunya adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakekat manusia disebut antropologi filsafat. Filsafat
antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki hakekat manusia sebagai
keseluruhan atau manusia seutuhnya. Pengetahuan filosofis manusia pada
dasarnya adalah refleksi manusia tentang dirinya sendiri.
Kaitan antara filsafat dan manusia memang benar-benar erat, dimana
manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah filsafat. Memang pada
dasarnya manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa
tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasanya digambarkan bahwa manusia yang
baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan
dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-
goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi hereditas yang dibawa
manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi
dengan manusia yang lainnya.
Secara harfiah atau konseptual filsafat dapat juga diartikan sebagai segala
aktifitas manusia untuk merenungkan tentang segala ssuatu yang ada, sehingga
mempunyai makna yang mendalam. Dan biasanya filsafat juga merupakan suatu
sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah keseluruhan
jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap manusia cenderung
mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup. Dilihat dari definisi diatas
telah terlihat dengan jelas kaitan antara filsafat dan manusia.
Filsafat bukan semata-mata permainan alam pikiran yang hanya untuk
memenuhi hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat mempunyai fungsi dalam
kehidupan manusia. Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan filsafat,
yaitu bahwa :
1. Filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan
dalam kehidupannya.
2. Filsafat sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dan konflik
dalam hidup.
3. Untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak hal dalam
dunia yang selalu berubah.
Dengan demikian terdapat hubungan antara filsafat dan pendidikan.
Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para pakar pendidikan dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya selain menggunakan metode-
metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu
terhadap suatu objek yang akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan
tersebut dalam teori pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu
akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-
teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
Filsafat juga berfungsi mengarahkan agar teori-teori dan pandangan
filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam
praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga
berkembang dalam masyarakat. Merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat
hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Dan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-
kebutuhan hidupnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesmpulan
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak
bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup.
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial artinya manusia hidup
dengan saling membutuhkan dan saling berinteraksi (berkomunikasi), karena
manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.
Hakekatnya manusia sebagai makhluk alamiah yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, terkadang manusia memiliki banyak persamaan, namun
secara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri-sendiri. Kesadaran
manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia.
Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku
serta bekerjasama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam
kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan
yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kaitan antara filsafat dan manusia memang benar-benar erat, dimana
manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah filsafat.

B. Saran
Demikianlah pembahasan kelompok kami, kami sadari dalam makalah ini
masih banyak kekurangan sehingga kami sebagai penyaji memohon saran dan
kritik.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Wahyuni, Niniek. dan Yusniati. (2007). Manusia dan Masyarakat. Jakarta :
Ganeca Exact.
Sadulloh, Uyoh. (2007). Filsafat Pendidikan. Bumi Siliwangi : Cipta Utama.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Krishna, Anand. (2006). Neo psychic awareness. Jakarta : Gramedia Pusaka
Utama.
Rasyidin, Waini.dkk. (2006). Filsafat Pendidikan. Bandung : UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai