Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan


yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. (Kristiadi, 1994) menyatakan
bahwa tugas pemerintah yang paling dominan adalah menyediakan barang-barang
publik (public utility) dan memberikan pelayanan (public service) misalnya dalam
bidang pendidikan, pertanian, kesejahteraan sosial, kesehatan, perkembangan
perlindungan tenaga kerja, pertanian, keamanan dan sebagainya. Tidak
mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa
memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan
yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang tepat, cepat, murah dan ramah.
Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan
baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit yang ada di Indonesia baik
milik pemerintah maupun milik swasta, selallu berupaya untuk memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan
peralatan, pengobatan, tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas
pendukung lainnya seperti tempatb penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik dan
sebagainya. Dengan demikian masyarakat benar-benar memperolah pelayanan
kesehatan yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2006).
Masalah manajemen atau pelayanan di rumah sakit pada akhir-akhir ini
memang banyak menjadi bahan pembahasan di lingkungan masyarakat. Sering
sekali masyarakat yang menggunakan fasilitas ini mengalami kesulitan dalam
memenuhi berbagai persyaratan agar dapat memperoleh layanan kesehatan yang
diinginkan. Sebernarnya perbaikan terhadap mutu rumah sakit baik dari layanan
administrasi maupun medis memang benar-benar mutlak dibutuhkan. Bukan saja

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 1


karena banyaknya keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan
pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan prosedur adminstrasi,
tarif, dan juga dengan adanya perkembangan zaman yang sudah mendesak untuk
melakukan perbaikan-perbaikan. (Jolly dan Gerbaud, 1992) menyebutkan bahwa
pasien yang dirawat di rumah sakit bukan saja mengharapkan pelayanan medis
dan keperawatan yang baik, makanan yang enak serta utamanya adanya hubungan
baik anatara staff rumah sakit dengan para pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari rumah sakit ?

2. Apa fungsi rumah sakit ?

3. Apa tujuan pengaturan penyelenggaran rumah sakit ?

4. Bagaimanakah jenis dan klasifikasi rumah sakit ?

5. Apa yang dimaksud dengan RS swasta ?

6. Apa yang dimaksud dengan RS pendidikan ?

7. Bagaimanakah peran rumah sakit dalam pelayanan kesehatan ?

8. Bagaimanakah peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit ?

9. Bagaimana konsep dasar praktik keperawatan di rumah sakit ?

10. Jelaskan struktur organisasi rumah sakit di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rumah sakit

2. Mengetahui fungsi dari rumah sakit

3. Mengetahui tujuan pengaturan penyelenggaran rumah sakit

4. Mengetahui jenis dan klasifikasi dari rumah sakit

5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rumah sakit swasta

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 2


6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan rumah sakit pendidikan

7. Mengetahui peran rumah sakit dalam pelayanan kesehatan

8. Mengetahui peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit

9. Mengetahui konsep dasar praktik keperawatan di rumah sakit

10. Mengetahui struktur organisasi rumah sakit di Indonesia.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 3


BAB II

ISI

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang –Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,


Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

 Pelayanan Kesehatan Paripurna meliputi peningkatan kesehatan


(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan ( rehabilitatif).
 Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan penyakit.

2. Fungsi Rumah Sakit (Permenkes RI No. 159b/Men kes/Per/1998 ) :

a) Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan


b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan dan kesehatan paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medik
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dengan memperhatikan etika Ilmu
Pengetahuan di bidang kesehatan.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 4


3. Tujuan Pengaturan Penyelenggaraan Rumah Sakit

a) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan


kesehatan
b) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan RS dan SDM di RS
c) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan RS
d) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, SDM RS
dan RS.

4. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

1) Jenis-Jenis Rumah Sakit


a. Berdasarkan Pelayanan dan Pengobatan
 Rumah Sakit Umum (RSU) memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit.
 Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
b. Berdasarkan Pengelolaannya
 Rumah Sakit Publik dapat dikelola oleh pemerintah , pemerintah
daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
 Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit
yang berbentuk perseroan terbatas dan persero.
c. Berdasarkan Afilasi atau Orientasi pendidikan
 Rumah Sakit Pendidikan menyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
keperawatan, kebidanan, dll.
 Rumah Sakit Non Pendidikan yang tidak memiliki program pelatihan
residensi dan tidak ada afilasi dengan universitas.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 5


2) Klasifikasi Rumah Sakit (Permenkes 340 Tahun 2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit)
a. Rumah Sakit Umum
 Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang
medik, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis.
 Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang
medik, 8 spesialis lain dan 2 subspesialis dasar.
 Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 spesialis
penunjang medik.
 Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar.
b. Rumah Sakit Khusus
 Kelas A adalah RSK yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik
subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
 Kelas B adalah RSK yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik
subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.
 Kelas C adalah RSK yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik
paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik
subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

Dalam Pasal 27 izin RS dapat dicabut apabila :

1. Habis masa berlakunya


2. Tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar
3. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan UU
4. Atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan hukum

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 6


5. Rumah Sakit Swasta

Tahun 1990 merupakan tahun bersejarah untuk perumah sakitan


Indonesia, dengan terbitnya SK Menkes No.24/Menkes/Per.II/1990 yang
mengijinkan pengelolaan rumah sakit oleh perseroan. Melalui SK ini, istilah
industri perumahsakitan dan investasi suatu rumah sakit dapat digunakan
dan diterima.
Faktor yang menyebabkan perlunya rumah sakit swasta untuk
dikembangan antara lain:
1) Memicu investasi
Sampai akhir tahun 1996, telah diizinkan 12 perusahaan sebagai
PMDN dan enam PMA
2) Menunjang industri lain
Rumah sakit swasta merupakan sarana penunjang bagi industri lain,
seperti industri pariwisata
3) Memberi lapangan kerja
Ke-18 rumah sakit swasta pemodal diatas akan membuka lapangan
kerja untuk 20.000 tenaga dan menghidupi sekitar 50.000 orang
4) Penghasil pajak
Rumah sakit swasta memikul tujuh macam pajak dari pemerintah
pusat yaitu :
 PPh pasal 21 : pajak atas gaji karyawan dan honor dokter
 PPh pasal 23 : pajak atas sewa ruangan kepada pihak ke-3
dan pajak atas bunga pinjaman dalam negeri.
 Pajak badan, PPh pasal 25 : angsuran pajak.
 PPh pasal 26 : pajak atas jasa atau imbalan orang asing yang
dipekerjakan dan pajak atas bunga luar negeri
 Pajak badan, PPh pasal 29 : kekurangan pajak badan yang
terhitung akhir tahun (final SHU)

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 7


 PPN barang farmasi : pembelian dan selisih harga jual-
harga beli
 PBB
Rumah sakit swasta juga harus membayar pajak dari pemda, antara lain :

1) Pajak reklame
2) Pajak atas makan dan minum
3) Pajak parkir
4) Melakukan fungsi sosial

Sesuai dengan SK Menkes No.378/Menkes/Per/1993, maka rumah


sakit swasta sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, dalam
menyelenggarakan kegiatannya harus memperhatikan fungsi sosial juga.
Dalam bab II, pasal 3 dari SK Menkes tersebut tercantum bahwa :
Tersedianya tempat tidur kelas III/kelas terendah untuk masyarakat
yang kurang mampu/tidak mampu dengan ketentuan:
a) Untuk rumah sakit swasta yang memiliki yayasan, perhimpunan
sosial dan rumah sakit BUMN minimal 25%
b) Rumah sakit swasta yang dimiliki pemilik modal minimal 10%.

6. Rumah Sakit Pendidikan

1. Peraturan Menkes No.159/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah sakit


memberi batasan dan penjelasan tentang rumah sakit pendidikan sebagai
berikut :
a) Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit umum yang digunakan
utnuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2 , dan S3.
b) Rumah sait pendidikan harus ditetapkan bersama oleh menkes,
mendikbud, dan instansi yang memiliki dan menyelenggarakan
rumah sakit tersebut
c) Rumah sakit pendidikan milik pemerintah daerah ditetapkan
bersama oleh menkes, mendikbud, dan mendagri

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 8


d) Rumah sakit swasta yang digunakan untuk pendidikan tenaga
medik harus terlebih dulu mendapat izin dar menkes
e) Rumah sakit kelas A dan BII dapat berfungsi sebagai rumah sakit
pendidikan
2. Fungsi Pelayanan
Berkaitan dengan fungsi pelayanan ini, maka produk utama dari
rumah sakit pendidikan adalah pelayanan medik. Produk utama ini
ditunjang oleh produk lain sebagai institusi pendidikan, yaitu SDM
kesehatan.
Kapasitas untuk memproduksi SDM kesehatan ini dinaggap
sebagai nilai tambah rumah sakit pendidikan dibanding dengan rumah
sakit lain. Anggapan ini menempatakn rumah sakit pendidikan untuk
diharapkan berperan sebagai tingkat rujukan teratas (top referral), atau
bahkan pusat unggulan (center of exellence), yang mampu menangani
kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di rumah sakit lain.
3. Fungsi Pendidikan
Peran dan fungsi pendidikan rumah sakit pendidikan tergantung pada
sistem pendidikan dokter yang ditunjangnya. Sekalipun sudah ada
beberapa terobosan penting dalam sejarah perkembangan pendidikan di
beberapa FK negeri pembina sejak 3-4 dekade terakhir, sistem
pendidikan dokter di indonesia masih kuat berici tradisional atau
konvensional.
Ciri-ciri pendidikan yang tradisional tersebut sebagai berikut :
1. Dalam pembelajaran, tidak ada integrasi yang langsung antara mata
p-elajaran dengan praklinik dan mata pelajaran klinik.
2. Saaat melakukan tugas kepaniteraan klinik banyak hal, yang
memang dikerjakan oleh mahasiswa adalah pekerjaan tulis menulis
yang membuat pengembangan diri menjadi terbatas.
3. Pendidikan di tahap klinik adalah dengan pendekatan keterampilan
mendiagnosis dan mengobati penyakit.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 9


4. Tujuan pembelajaran adalah menghafal dan mengingat yang
dikuliahkan oleh dosen
Dari ciri-ciri diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa keluaran
rata rata dari sistem pendidikan tradisional adalah dokter yang sampai
batas batas tertentu, hanya mampu mendiagnosis dan mengobati
penyakit pasien perorangan, sesuai dengan yang diajarkan oleh
dosen/guru/seniornya

7. Peran Rumah Sakit dalam Pelayanan Kesehatan

Sebagai pusat rujukan di wilayahnya, rumah sakit juga merupakan pusat


sumber daya ditinjau dari segi teknologi dan sumber daya manusia yang terampil.
Oleh karenanya rumah sakit wajib membina fasilitas pelyanan kesehatan yang
berada di jaringan rujukannya. Bila dalam suatu kabupaten/kota terdapat lebih dari
satu rumah sakit termasuk rumah sakit milik swasta, maka tugas pembinaan ini
perlu dikoordinasi oleh direktur rumah sakit kabupaten/kota sesuai dengan
kemampuan yang menjadi unggulan masing-masing rumah sakit.

Lingkup kegiatan pembinaan oleh rumah sakit, sesuai dengan peran dan
kemampuannya dapat meliputi hal berikut:

a. Rujukan teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu
dalam bidang yang terkait dengan unit rumah sakit yang mampu
memberikan teknologi tersebut. Bantuan teknoloogi yang diberikan harus
tepat guna, dapat dikuasai dab dilaksanakan, serta dapat dibiyayai oleh unit
yang meminta bantuan. sebagai contoh : pembuatan sara pembuangan
limah, pemeliharaan, perbaikan, dan kalibrasi peralatan kesehatan.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 10


b. Bantuan sumber daya
Dapat berupa biaya, tenaga, peralatan, dan obat
c. Bantuan operasional
Dapat berupa permintaan bantuan kepada unit dirumah sakit untuk
menyelesaikan suatu masalah teretentu, yang tidak dapat diatasai sendiri
oleh unit kesehatan dibawahnya.

Contoh :

 Survei epidemiologi berbasis rumah sakit dan masyarakat (hospital and


population based epidiological surveillance) untuk menentukan
sulitnay permasalahan yang dihadapi serta metode penanggulangan
yang perlu, sesuai dengan situasi dan kondisi spesifik daerah.
 Mengatasi wabah atau kejadian luar biasa di lapangan oleh satuan
tugas tingkat kabupaten/kota,provinsi atau pusat
d. Rujukan pasien dan spesimen
Perlu ditekankan bahwa rumah sakit setelah menangani pasien atau
memeriksa spesimen sebagaimana mestinya, harus mengirim kembali
pasien atau hasil spesimen tersebut ke unit yang merujuk, baik sebagai
informasi maupun untuk tindak lanjut.
e. Rujukan pengatahuan dan keterampilan
 Kegiatan yang termasuk dalam hal ini meliputi hal hal berikut.
Kunjungan dokter spesialis ke rumah sakit yang belum ada dokter
spesialisnya, tetapi sudah memiliki sarana untuk keperluan dokter spesialis
yang berkunjung.
 Tugas dokter spesialis yang berkunjung, bukan untuk memberi
pelayanan kepada pasien, tetapi lebih diutamakan untuk memberi
bimbingan kepada tenaga yang ada di rumah sakit.
 Alih pengetahuan sampai keterampilan melalui pelatihan di bidang
klinik, manajemen dan pengoprasian peralatan.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 11


 Supervisi dan pelatihan kepada tenaga kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, baik milik pemerintah maupun swasta
mengenai pelayanan medik
 Penyebarluasan teknik-teknik pengobatan dan penanganan pasien
dengan benar

8. Peningkatan Mutu Pelayanan di Rumah Sakit (Soedarmono Soejitno,


2002)

Peningkatan mutu pelayanan harus dikembagakan dalam manajemen


rumah sakit agar mampu meraih pangsa pasar penduduk di wilayah
cakupannya dari strata sosial ekonomi menengah dan atas. Berbagai studi
tentang kepuasan pasien RS ditunjukan oleh empat elemen pelayan yang
sangat penting yaitu :
a) Pelayanan staf(administrasi, perawatan dan medik)
b) Sarana(kebersihan dan kenyamanan)
c) Pelayanan medik(obat dan tindakan)
d) Proses administrasi(admission dan billing system)

Faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit yaitu:

a. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan
kemampuan untuk percaya
b. Daya tanggap, yaitu sikap para karyawan melayani saat dibutuhkan pasien
c. Kemampuan, yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu
d. Mudah untuk dihubungi dan ditemui
e. Sikap sopan santun, respect dan keramahan para pegawai
f. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada klien dalam bahasa yang
dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan klien

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 12


g. Dapat dipercaya dan jujur
h. Jaminan keamanan
i. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan klien

9. Konsep Dasar Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit

Para pakar keperawatan mendefinisikan keperawatan dalam berbagai cara.


Definisi ini sangat bergantung sudut pandang dan titik penekanannya pada hal-hal
yang dianggap paling penting. Beberapa di antaranya, dikemukakan di bawah ini
(Husin, 1992; Kozier et al, 1997; Chitty, 1997).

a. Florence Nightingale (1859): Keperawatan dilihat sebagai tindakan


nonkuratif yaitu membuat klien dalam kondisi terbaik secara alami,
melalui penyediaan lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses
reparatif.

b. Virginia Henderson (1966): Keperawatan adalah kegiatan membantu


individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat
individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan
tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang
seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan,
atau pengetahuan.

c. Martha E. Rogers (1970): Keperawatan adalah ilmu humanistis tentang


kepedulian dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan caring terhadap rehabilitasi individu yang sakit
atau cacat.

d. American Nurses Association (1980): Keperawatan adalah suatu diagnosis


dan terapi tentang respons manusia terhadap masalah kesehatan yang
aktual dan potensial.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 13


Berdasarkan pengertian tersebut, Kelompok Kerja Keperawatan, (KDIK 1992)
menjelaskan bahwa layanan keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-
psikososio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Layanan keperawatan berupa bantuanyang diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri.

Menurut WHO-Expert Committee on Nursing (1982) dalam Kelompok


Kerja Keperawatan, (KDIK 1992), praktik keperawatan adalah kombinasi ilmu
kesehatan dan seni tentang asuhan (care) dan merupakan perpaduan secara
humanistis pengetahuan ilmiah, falsafah keperawatan, praktik klinik, komunikasi,
dan ilmu sosial. Kelompok Kerja Keperawatan, (KDIK 1992), menjelaskan bahwa
praktik keperawatan profesional, sebagai tindakan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai disiplin
ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar, antara lain biologi,
fisika, ilmu biomedik, ilmu perilaku, ilmu sosial sebagai landasan untuk
melakukan pengkajian, membuat diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan ,
melaksanakan tindakan, dan evaluasi hasil tindakan keperawatan, serta
mengadakan penyesuaian atau revisi rencana asuhan keperawatan (renpra).

Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa praktik keperawatan


merupakan suatu praktik profesional, yang mempunyai beberapa karakteristik
utama (Shortidge, dalam Chasca, 1990) berikut ini :

1. Praktik keperawatan merupakan praktik dengan orientasi melayani.


Artinya, perawat harus mempunyai komitmen untuk membantu klien dan
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan keahlian yang tinggi serta
menempatkan layanan di atas kepentingan pribadi. Selain itu, praktik yang

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 14


dilakukan penting bagi kesejahteraan manusia demi membantu orang lain
meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Chitty, 1997)’

2. Berdasarkan ilmu keperawatan yang kukuh. Layanan keperawatan


diberikan berdasarkan landasan ilmu yang kukuh dan bukan layanan yang
menekankan pada prosedur tindakan. Tenaga keperawatan bertanggung
jawab untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu keperawatan melalui
kegiatan penelitian.Kemampuan mengkaji, mengevaluasi, dan
menginterpretasi hasil penelitian keperawatan menjadi sumber penting
dalam membuat keputusan klinik dan merupakan strategi dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan (Kozier et al, 1997).
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, upaya untuk penyembuhan pasien dan pemulihan
kesehatannya digunakan berbagai ilmu, termasuk ilmu keperawatan. Oleh
karena itu, ilmu keperawatan harus dikembangkan sesuai dengan kaidah
pengembangan ilmu.

3. Praktik Keperawatan mempunyai Kode Etik. Layanan keperawatan, adalah


layanan profesional yang harus dilandasi oleh etika keperawatan. Etika
disusun dalam kode etik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
anggota profesi keperawatan sehingga dapat menjamin bahwa masyarakat
mendapat layanan yang bertanggung jawab dan etis.

4. Praktik Keperawatan mempunyai otonomi. Keperawatan harus mampu


mengatur dan mengendalikan praktik keperawatan, termasuk menetapkan
rencana asuhan keperawatan. Otonomi profesi merupakan karakteristik
utama suatu profesi (Styler dalam Kozier et al, 1997).

5. Keperawatan sebagai suatu profesi, secara terus menerus meningkatkan


tanggung jawabnya dalam mengatasi fenomena keperawatan.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 15


10. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu metode


kasus, fungsional, tim, dan metode keperawatan primer (Gilies,1989). Akhir-
akhir ini terdapat metode pemberian asuhan differentiated practice dan
manajemen kasus (Loveridge & Cummings, 1996; Marquis & Huston, 2000).

a) Metode Kasus

Metode kasus merupkan metode pemberian asuhan yang pertama kali di


gunakan. Sampai perang dnia ke II metode tersebut merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan yang paling banyak di gunakan.pada metode
ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seseorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang di rawat oleh satu
perawatt bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya
kebutuhan klien.

Setelah perang dunia II , jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai program


semakin meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit.

b) Metode Fungsional

Pemberian asuhan keperawatan di tekankan pada penyelesaian tugas dan


rosedur. Setiap perawat di beri tugas untuk di laksanakan di kepada semuaklien
disuatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab
dalampemberianobat,mengganti balutan, memantau infus dll. Perioritas
utamayang harus dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan secara holistik .Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi komunikasi antar perawat sangat terbatas hingga
tak ada satu pertawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif
kecuali mungkin kepala ruangan keterbatasan itu sering menyebabkan klien
merasa kurang puas terhadap layanan atau asuhan yang diberikan karena
seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 16


dinyatakan. Klien kurang merasakan adanya hubngan saling percaya dengan
perawat.

Pada metode ini,kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat dalam suatu
ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang di kerjakannya kepada kepala
ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggungjawab dalam membuat laporan
klien. Hal ini menyebabkan kepala ruangan kurang mempunyai waktu untuk
membantu stafnya mempelajari cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan klien
metode fungsioanal mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila
jumlah perawat sedikit tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya.

Setelah beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat


pemimpin (nurse leader) mulai mempetanyakan keefektifan metode tersebut
dalam memberiakn asuhan profesional. Kemudian pada tahun 1950 metode tim di
gunakan untuk menjawab hal tersebut.

c) Metode Tim

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu


seorang perawat profesioanal memimpin sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas,1992) metode tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan meningkat. Perlaksanaan
metode tim harus berlandaskan konsep berikut:

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mamp menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan ketua tim harus dapat membuat keputusan
tentang prioritas perencanaan supervisi dan evaulasi asuhan keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni
apakah berorientasi pada tugas atau pada klien, tanggung jawab ketua tim
adalah:

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 17


a. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra (rencana asuhan
keperawatan)

b. Mengoordinasikan renpra dengan tindakan medis

c. Membagi tugas yang harus dilakukan oleh setiap anggota


kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi

d. Mengevaluasii pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang


dicapai serta mendokumentasikannya

2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinitas renpra terjamin.


Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melali berbagai cara, terutama
melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan asuhan,
supervisi dan evaluasi

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim


membantu anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai
dengan kemampuuan mereka.

4. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim metode tim akan berhasil
baik, apabila di dukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan
diharapkan telah:

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan

c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan


kepemimpinan

d. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim


keperawatan

e. Menjadi narasumber bagi ketua tim

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 18


f. Mendorong staf untuk menigkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan

g. Meciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Hasil penelitian lamberston dalam douglas (1992) menunjukkan bahwa


metode tim jika dilakukan dengan benar merupakan metode pemberian asuhan
yang tepat untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang
bervariasi kemampuannnya dalam memberikan asuhan keperawatan namun
pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
para pakar mengembangkan metode keperawatan primer.

d) Metode Keperawatan Primer

Menurut (Gillies, 1989) keperawatan primer merupakan suatu metoda


pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
kesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung
jawab dalam perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan
klien, selama klien dirawat. ( primary nursing is a method of nursing care
delivery that is characterized by a strong and continuing bond between the
patient and one particular nurse who is responsiblle for planning,
administering and coordinating the patient”s nursing care through out an entire
episode illness).

Pada metode keperawatan primer, perawat yang bertanggungjawab


terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse)
yang di singat dengan PP metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu,
akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5k yaitu, kontinuitas,
komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 19


Keuntungan yang dirasakan klien ialah mereka merasa lebih di hargai
sebagai manusia karena terpenuhi kenbutuhannya secara individu, asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, infomasi,dan advokasi,. Metode itu dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan karena:

1. Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan
koordinasi asuhan keperawatan

2. Jangkauan observasi setisap perawat hanya 4-6 klien

3. PP bertanggung jawab selama 24 jam

4. Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal

5. Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.

11. Struktur Organisasi Rumah Sakit di Indonesia

Rumah sakit sebagai salah satu lembaga teknis mempunyai


struktur/perangkat organisasi yang digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 20


berikut: :

Adapun Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural RSUD


Massenrempulu akan diuraikan sebagai berikut:

A. Direktur

Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur RSUD mempunyai fungsi


sebagai berikut ;

a) Perumusan kebijakan RS
b) Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit
c) Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan
d) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan,
program dan kegiatan Rumah Sakit

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 21


B. Kepala bagian tata usaha

Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai Tugas Pokok: Memberikan


pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur dilingkungan kantor rumah
sakit.
Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi
sebagai berikut :

1) Penyusunan kebijakan bidang teknis administrasi perencanaan,


adminstrasi umum dan kepegawaian serta adminstrasi keuangan
dan asset Rumah Sakit;
2) Pembinaan, pengkoordinasian , pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan bagian tata usaha;
3) Peneyelnggaran evaluasi program dan kegiatan Bagian Tata Usaha

C. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Dalam menyelengarajkan tugas Kepala Sub Bagian Umum dan


Kepegawaian mempunyai Fungsi :

a) Pelaksanaan kebijakan teknis Sub Bagian Umum dan


Kepegawaian;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan, dan
evaluasi program dan kegiatan Umum dan Kepegawaian.

D. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Asset

Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Sub Bagian Asset dan Keuangan


mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan kebijakan teknis Sub Bagian Keuangan dan Asset;

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 22


b) Pelaksanaan program dan kegiatan Sub Bagian ; Keuangan dan
Asset
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan
evaluasi program dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Asset;

E. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Kepala Sub bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan


mempunyai tugas merencanakan operasionalisasi kerja, memberi tugas,
memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan
tugas dibidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

Dalam menyelenggarakan tugas, kepala sub bagian perencanaan, evaluasi


dan pelaporan mempunyai tugas :

a) Pelaksanaan kebijakan teknis sub bagian perencanaan, evaluasi


dan pelaporan mempunyai tugas;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan sub bagian perencanaan,
evaluasi dan pelaporan mempunyai tugas;
c) Pembinaan, pengkoordinasikan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan sub bagian
perencanaan, evaluasi dan pelaporan ;

F. Kepala Bidang Pelayanan

Kepala Bidang Pelayanan, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan


operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur,
mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas bidang pelayanan.

Dalam menyelenggarakan tugas, kepala bidang pelayanan mempunyai fungsi :

a) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medik;

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 23


b) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan;
c) Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non
medik.

G. Kepala Seksi Pelayanan Medik

Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok :menyiapkan


perumusan dan fasilitasi medis di RS

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik


mempunyai tugas :
a) Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik ;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik;
c) Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Pelayanan Medik.

H. Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan, mempunyai Tugas Pokok


:menyiapkan perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di RS.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan


mempunyai tugas :

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;


b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan
program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 24


I. Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik

Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas


Pokok : menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non
Medik di RS

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non


Medik mempunyai tugas :

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan


Non Medik;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan
Non Medik;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan
program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik.

J. Kepala Bidang Penunjang

Kepala Bidang Penunjang, mempunyai Tugas Pokok: Merencanakan


operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur,
mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan tugas bidang penunjang.

K. Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik

Kepala Seksi Logistik dan Diagnostik, mempunyai Tugas


Pokok:menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Logistik dan
Diagnostik di RS.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 25


L. Kepala Seksi sarana dan Prasarana

Kepala seksi Sarana dan Prasarana, mempunyai Tugas Pokok:Menyiapkan


perumusan dan fasilitasiPerlengkapan sarana dan Prasarana di RS.

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai


tugas :

a) Penyusunan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana;


b) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan
program dan kegiatan seksi Sarana dan Prasarana.

J. Kepala Seksi Pengendalian Instalasi

Kepala seksi Pengendalian Instalasi, mempunyai Tugas


Pokok:Mempersiapkan, memperbaiki, dan memelihara sarana dan prasarana
instalasi RS

Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pengendalian Instalasi mempunyai


tugas :

a) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pengendalian Instalasi;

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 26


b) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan
program dan kegiatan seksi Pengendalian Instalasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Undang –Undang RI No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit). Sementara itu, dalam sistem kesehatan nasional
1992 dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan
kesehatan bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan
pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi
memberikan pelayanan rawat jalan serta perawatan di luar rumah sakit. Jenis-jenis
rumah sakit dibedakan berdasarkan pelayanan pengobatan dan pengelolaannya.
Klasifikasi rumah sakit dibedakan berdasarkan rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit juga memiliki tipe-tipe yaitu A, B, C, dan D.

Konsep dasar praktik keperawatan profesional juga berperan penting dalam


pemberian mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Konsep dasar praktik
keperawatan profesional adalah kombinasi ilmu kesehatan dan seni tentang
asuhan (care) dan merupakan perpaduan secara humanistis pengetahuan ilmiah,
falsafah keperawatan, praktek klinik, komunikasi, dan ilmu sosial.

B. Saran

Salah satu efektifitas pelayanan rumah sakit harus menciptakan mutu


pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat melayani kebutuhan dan keinginan
serta memberikan kepuasan kepada pasien yang penerapannya harus dilaksanakan

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 27


oleh semua elemen organisasi rumah sakit secara komprehensif dan berkelanjutan,
termasuk pula pasien sebagai pihak pemakai.

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 28


DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.

Jakarta:EGC.

Soejitno Soedarmo, dkk. 2002. Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Jakarta:

PT Gramedia WidiasranaIndonesia.

Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010.Jakarta:Republik Indonesia

Pengantar Kesehatan Masyarakat | 29

Anda mungkin juga menyukai