Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIVE DAN MANAJEMEN


KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DISUSUN OLEH:

ROSMARIN

201802035

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA

NUSANTARA PALU

2020

A. KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIVE


1. DEFINISI KEPERAWATAN OPERATIF
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif.
Dalam setiap fase tersebut dimuali dan diakhiri dalam waktu
tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan dan standart keperawatan.
Masing-masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi
keperawatan dan dukungan dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam
pelayanan pembedahan.
Peroperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah
(postoperatif).

2. RIWAYAT PERKEMBANGAN ILMU BEDAH


Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada
masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
a. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini, Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu
oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut
pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di
Jakarta pada tahun 1799 yang bertugas untuk memelihara kesehatan staf
dan tentara Belanda,sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah
dinas kesehatan tentara ddan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan
pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak
diikuti perkembangan tentang keperawatan.
b. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles
sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Dengan moto kesehatan adalah
milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan usaha dalam
memelihara kesehatan diantaranya, usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan
memperbaiki kesehatan pada para tawanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan
penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di
Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS.
Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit –
rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST
Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang.
Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
c. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran,
dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas
keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah
sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga
timbul wabah.
d. Zaman Kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai
pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada
tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah
dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985
untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan
sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama program
studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya ilmu
keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan
beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan
setingkat S1 di berbaagi universitas di Indonesia seperti di Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kearah professional.
Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari presepsi pekerjaan yang
sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang  provisional, demikian juga
pendidikan yang dulunya bersifat vokasional kemudian bergeser kearah
pendidikan professional melalui pendidikan tinggi keperawatan.
 Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri
profesional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari
profesi lainnya.

3. KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
Klasifikasi pembedahan didasarkan berbagai pertimbangan
diantaranya adalah:
a. Berdasarkan alasannya : Indikasi
b. Berdasarkan urgensi prosedur, maka tindakan pembedahan dapat d
klasifikasi menjadi 5 tingkatan :
1) Darurat (emergency) : Pembedahan di lakukan oleh kerena Pasien
membutuhkan perhatian segera; ganguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi : Tanpa di tunda
Contoh : Perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,
fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau luka tusuk, luka bakar sangat
luas.
2) Urgen : Pembedahan dilakukan karena Pasien membutuhkan
perhatian segera
Indikasi : Untuk pembedahan dalam 24-30 jam
Contoh : Infeksi kandung kemih akut, hyperplasia prostat dengan
obstruksi, batu ginjal atau batu pada uretra
3) Diperlukan : Pembedahan yang dilakukan dimana Pasien harus
menjalani pembedahan untuk mengatasi permasalahannya
Indikasi : Direncakan dalam beberapa minggu/ bulan
Contoh : hyperplasia prostat (BPH) tanpa obstruksi kandung
kemih, gangguan tiroid dan penyakit katarak
4) Elektif : Pasien harus dioperasi ketika diperlukan
Indikasi : Tidak lakukan pembedahan jika tidak terlalu
membahayakan
Contoh : Perbaikan skar, perbaikan vaginal, hernia sederhana.
5) Elektif : Keputusan tentang di lakukan pembedahan di serahkan
sepenuhnya pada pasien
Indikasi : Pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika
Contoh : Bedah plastic atau kosmetik

B. MANAJEMEN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


1. PERAN PERAWAT DI KAMAR OPERASI
Perawat perioperatif sebagai anggota tim operasi, mempunyai
peran dari dari tahap pra operasi sampai pasca operasi. Secara garis besar
maka peran perawat perioperatif adalah:
a. Perawat Administravie
Perawat administravie berperan dalam pengaturan manajemen
penunjang pelaksanaan pembedahan. Tanggung jawab dari perawat
administratvie dalam kamar operasi diantaranya adalah perencanaan dan
pengaturan staf, manajemen penjadwalan pasien, manajemen
perencanaan material dan menajemen kinerja. Oleh karena tanggung
jawab perawat administrative lebih besar maka diperlukan perawat yang
mempunyai pengalaman yang cukup di bidang perawatan perioperatif.
Kemampuan manajemen, perencanaan dan kepemimpinan diperlukan
oleh seorang perawat administrative di kamar operasi.
b. Perawat Instrument
Perawat instrument adalah seorang tenaga perawat profesional
yang diberikan wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan alat atau
instrumen pembedahan selama tindakan dilakukan. Optimalisasi dari
hasil pembedahan akan sangat di dukung oleh peran perawat instrumen.
Beberapa modalitas dan konsep pengetahuan yang diperlukan perawat
instrument adalah cara persiapan instrument berdasarkan tindakan
operasi, teknik penyerahan alat, fungsi instrumen dan perlakuan jaringan.
c. Perawat sirkulasi.
Perawat sirkulasi adalah perawat profesional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan
pembedahan. Peran perawat dalam hal ini adalah penghubung antara area
steril dan bagian kamar operasi lainnya. Menjamin perlengkapan yang
dibutuhkan oleh perawat instrumen merupakan tugas lain dari perawat
sirkulasi.
d. Perawat Anastesi.
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam tim anastesi
untuk kelancaran pelaksanaan pembiusan adalah peran perawat anastesi.
Seorang perawat anastesi adalah perawat yang terlatih di bidang perawatan
anastesi dan telah menyelesaikan program pendidikan D-III anastesi atau
yang sederajat. D-III Keperawatan yang telah mengikuti pelatihan
keperawatan anastesi minimal selama satu tahun, juga bisa diberikan
wewenang dalam perawatan anastesi.
Peran perawat anestesi mulai dari tahap pra operasi, intra
operasi dan pasca operasi. Pada tahap pra operasi, perawat anestesi
berperan untuk melakukan sign in bersama dengan dokter anestesi. Tahap
intra operatif, perawat anestesi bertanggung jawab terhadap kesiapan
instrumen anestesi, manajemen pasien termasuk posisi pasien yang aman
bagi aktivitas anestesi dan efek yang ditimbulkan dari anestesi.
Kolaborasi dalam pemberian anestesi dan penanganan
komplikasi akibat anestesi antara dokter anestesi dan perawat anestesi,
adalah hal yang wajib dilakukan sebagai anggota tim dalam suatu operasi
baik dalam pemberian anestesi lokal, anestesi umum dan anestesi regional
termasuk spinal anestesi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth,(2013). Buku Ajaran keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1.Jakarta: EGC
Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner, Billie, (2005). Buku Ajaran Keperawatan
Perioperatif Volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai