I. JUDUL
“ PERBEDAAN PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPOSITORI DAN
METODE JIGSAW II TERHADAP HASIL BELAJAR SISTEM REM PADA SISWA
KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG TAHUN AJARAN 2011 / 2012 “
1
Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka dalam penerapan strategi pembelajaran
kooperatif menjadi lebih penting, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran model kooperatif sangatlah bervariasi dan bermacam-macam,
Jigsaw II merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang fleksibel.
Jigsaw II merupakan pengembangan dari Jigsaw yang original. Menurut Sulistyorini
dalam penelitiannya menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sulistyorini,1998:13). Sejumlah riset
juga telah banyak dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar
Jigsaw. Riset tersebut yang secara konsisten menunjukkan bahea siswa yang terlibat
dalam pembelajaran yang semacam itu memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan
sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif terutama terkait Jigsaw dianggap cocok diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa indonesia yang
menjungjung tinggi nilai gotong royong. Metode pembelajaran dengan tipe Jigsaw
didisain untuk meningkatkan rasa tenggungjawab siswa terhadap pembelajaran sendiri
dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengaajarkan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu sama lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi sistem rem yang
ditugaskan. Disamping itu siswa akan dibuat lebih aktif untuk mencari permasalahan
dan mencari solusi dari masalah tersebut. Tetapi pada pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya pengkondisisan
kelas yang lebih ketat agar pembelajaran lebih terkendali dan efektif.
Materi sistem pengereman merupakan salah satu dari materi di SMK Negeri 4
Semarang. Pada dasarnya yang mendapat pelajaran ini diharapkan dapat memahami
sistem dari rem pada mobil dan dapat mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu hasil belajar siswa pada materi sistem rem ini diitingkatkan agar siswa
yang telah mendapatkan mata pelajaran sistem rem dapat lebih mengerti dan
memahami materi sistem rem.
Menurut observasi awal yang dilakukan, selama ini metode yang digunakan
dalam pembelajaran materi rem adalah dengan metode konvesional yaitu dengan
menggunakan metode ceramah ataupun sering di sebut juga metode Ekspositori.
Karena Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya
kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Sehingga siswa
2
terlihat kurang tertarik ketika kegiatan belajar mengejar sedang berlangsung. Hal itu
terlihat ketika siswa tampak kurang antusias dalam menerima materi yang
disampaikan guru. Misalnya, beberapa siswa terlihat berbicara sendiri dengan
temannya, ada pula yang lesu dan kurang bersemangat. Aktivitas semacam ini
sebenarnya sangat tidak menguntungkan bagi siswa, sebab materi yang diterima siswa
cenderung tidak optimal.
Upaya peningkatan hasil belajar sistem rem pada siswa SMK Negeri 4
Semarang tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini
diperlukan pengajaran yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik. Suasana kelas perlu didisain sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi
dengan siswa lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang
optimal.
Permasalahn dan uraian diatas menarik untuk diadakan penelitian dengan
judul “ Perbedaan Pembelajaran Dengan Metode Ekspositori Dan Metode Jigsaw II
Terhadap Hasil Belajar Sistem Rem Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 4 Semarang
Tahun Ajaran 2011 / 2012 “
3
b. Pembelajaran menyangkut sistem pengereman teromol dan cakram pada
mobil.
V. PENEGASAN ISTILAH
a. Perbedaan
Perbedaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang menbuat sesuatu
berbeda (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995:105). Perbedaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan antara hasil belajar pada
pembelajaran yang menggunakan metode Ekspositori dengan pembelajaran
yang menggunakan metode Jigaw II.
b. Pembelajaran
Pembelajaran atau instruction adalah seperangkat peristiwa yang
mempengaruhi si belajar sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan
dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan
suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari
lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang
(Sugandi, 2004:10)
c. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep
materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah
dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung
berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi
pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode
ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya
sama-sama memberikan informasi
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-
ekspositori).
4
Metode Ekspositori merupakan metode konvensional. Guru berbicara
pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa mengerjakan
soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru memeriksa pekerjaan
siswa secara individual, guru menjelaskan lagi kepada siswa secara individual
dan klasikal. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling
bertanya, atau suruh membuatnya dipapan tulis.
d. Metode Jigsaw II
Metode Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
pada tahunn 1978. Bentuk adaptasi dan pengembangannya dari Jigsaw yaitu
Jigsaw II (Slavin, 1986). Jigsaw II terdapat beberapa siklus regular, siklus ini
hampir sama dalam Jigsaw orisinil cuman yang membedakan pada siklus
evaluasi terdapat tambahan modifikas. Siklus evaluasi dibuat poin tim atau
dibuat turnamen yang ini mirip dengan metode STAD dan TGT.
Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran :
1. Membaca
Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta
untuk menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi.
2. Diskusi Kelompok-ahli
Para siswa denagn keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
3. Laporan Tim
Para ahli kembali kedalam kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
4. Tes
Para siswa mengerjakan tes atau kuis bisa secara individu atau tim
yang nanti dijadikan nilai tim
5. Rekognisi Tim
Skor tim dihitung seperti dalam metode STAD ( Student Teams
Achievement Division ). Pertama menghitung skor awal, dengan
mengambil nilai dari nilai afektif. Selanjutnya menghitung nilai kognitif
yang diambil dari kuis. Mengambil skor kemajuan, ini diambil dari selisih
skor kuis dan skor awal. Dari poin kemajuan diambil rata tim.
5
e. Hasil belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui
proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan
tentang pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Juga dapat diartikan
sebagai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran. Sedangkan latihanya ditunjukkan oleh nilai tes. Dengan
penilaian itu dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberhasilan belajar
siswa dalam bentuk penentuan-penentuan indek prestasi (Oemar
Hamalik,1991 : 153).
Dari pendapat diatas, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh secara
maksimal dari usaha yang didapat seseorang yang dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, atau kalimat.
6
C. Bagi Sekolah
1. Untuk menambah literatur metode belajar serta pustaka bagi sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswanya.
7
3) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
A. Faktor internal
a) Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik
yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai
sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan
otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik.
Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta
cukup tidur.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat
kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga,
bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
B. Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang
cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan
proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
8
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
9
untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
Istilah lain dari pembelajaran adalah Proses Belajar Mengajar (PBM)
atau Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Proses belajar mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi atas dua unsur manusiawi
yaitu siswa sebagai pihak belajar dan guru sebagai pihak mengajar serta siwa
juga sebagai pihak pokoknya.
Dalam penelitian ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan dua metode yang berbeda, yaitu dengan metode ekspositori dan
metode jigsaw II.
10
Karena metode ekspositori merupakan perpaduan antara ceramah dan tanya jawab
atau penugasan maka metode ekspositori bias dilakukan sebagai berikut :
1. Berdoa
2. Presensi siswa
3. Guru bisa langsung memberikan pertanyaan seputar materi yang akan di
berikan setelah itu diberikan jawaban sekaligus materi.
Kelebihan – kelebihan metode ekspositori, diantaranya :
11
teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode Jigsaw Aronson yang orisinal,
perbedaan yang penting. Pada jigsaw orisinal siswa membaca bagian bagian yang
berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memeang berguna untuk
membantu para ahli untuk menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim
bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jigsaw II
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
12
Gambar Ilustrasi Kelompok Jigsaw II
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,
para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelomok
asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah
mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Diakhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu mencakup materi yang telah
dibahas. Kunci tipe Jigsaw II ini adalah interpendensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Penjelasan dari langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Materi
Materi pembelajaran kopperatif tipe Jigsaw II dirancang sedemikian
rupa untuk pembelajaran secara berkelompok sebelum menyajikan
materi pembelajaran dibuat lembar kegiatan siswa yang akan dipelajari
oleh siswa dalam kelompok kooperatif.
b) Menetapkan Siswa dalam Kelompok
Kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif terdiri dari dua jenis
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal
13
dalam hal ini semua siswa dikumpulkan dalam kelompok kecil yang
beranggotakan empat sampai lima siswa. Ada beberapa petunjuk dalam
menentukan kelompok asal, antara lain :
(1) Meranking siswa
Meranking siswa dilakukan berdasarkan prestasi akademiknya
didalam kelas. Bisa juga diambil dari nilai pre-test pada penelitian.
(2) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang.
(3) Membagi siswa dalam kelompok
Pembagian siswa dalm kelompok perlu diseimbangkan, sehingga
kelompok terdiri dari siswa dengan sifat yang heterogen, terutama
ditinjau dari aspek kognisinya. Adapun kelompok ahli dibentuk
sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi
menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli (expert)
dalam tugas tertentu. Mereka memilih orang yang tepat yang dapat
diharapkan membantu menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga diperoleh pemahaman yang sama.
c) Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individual. Ini didapat
dari penilaian afektif.
2) Tahap Pembelajaran (Presentasi Pembelajaran)
Pelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa dan motivasi siswa
untuk belajar. Langkah ini diikuti dengan penyajian informasi, sering
dalam bentuk teks. Pada langkah ini guru menyajikan konsep dan prinsip
dasar yang membekali siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dan mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Selanjutnya siswa
diorganisasikan dalam kelompok-kelompok belajar (membentuk kelompok
asal). Pada anggota dari kelompok-kelompok asal yang berbeda dengan
topik yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli. Mereka saling membantu satu sama lain tentang topik yang
ditugaskan pada mereka.Kemudian mereka kembali kepada kelompok asal
untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang topik yang
mereka pelajari dalam kelompok ahli.
14
3) Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok
Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan
apa yang ia pelajari selama bekerja dalam kelompok dengan mengerjakan
tes hasil belajar secara individual dalam bentuk kuis. Skor dari masing-
masing individu ini selanjutnya diperhitungkan untuk menentukan skor
kelompok asalnya. Nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan
menggunakan table berikut (Slavin, 1995, 80).
Tabel Nilai Perkembangan
15
b. Rem kaki harus berfungsi untuk semua roda
2. Rem tangan
a. Untuk memacetkan putaran roda ( misal pada saat parkir)
b. Berfungsi juga sebagai rem cadangan (misal dalam perjalanan rem
kaki tidak berfungsi)
Prinsip rem
Rem mengubah energy kinetic kembali menjadi energi panas untuk
menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem
gabungan penekanan melawan gerak putar. Efek pengereman diperoleh dari
adanya gesekan yang timbul antar dua objek.
Ada beberapa type dari rem, berikut ini adalah bagan dari type rem.
REM
16
MEKANISME KERJA
1. Master Silinder
1.1 Konstruksi Dan Nama – Nama Bagian – Bagian Silinder Master :
Bagian – bagian
1. Silinder 8. Sil karet primer
1. Cairan rem 9. Cincin pelindung
1. Lubang penambhan 10.Lubang pengisian
1. Lubang kompensasi 11.Torak
1. Saluran ke silinder roda 12.Sil karet sekunder
1. Katup 13.Reservoir
1. Pegas katup 14.Lubang ventilasi
Langkah tekan
Tekanan cairan rem terbentuk, setelah sil karet melewati lubang
kompensasi
17
Langkah lepas
Tegangan pegas menekan sil karet kembali, makan ruang
didepan sil karet membesar (vacum), cairan rem dari reservoir
mengalir keruang kerja
2. Booster Rem
18
2.2 Komponen – komponen boster
1. Karet diafragma
2. Katup udara
3. Katup vakum
4. Tuas pendorong
5. Katup pengontrol
vakum
6. Tuas rekasi
7. Torak boster
8. Tuas pendorong
9. Saluran vakum
10. Katup satu arah
19
d. Pegas pengembali mampu menekan torak pada posisi belum
bekerja
2.3.2 Saat Direm
20
a. Tidak ada gaya dorong pedal (pegas katup pengendali
mendorong katup pengendali ke arah katup udara menutup
udara) saluran vakum saluran
b. Ruang A berhubungan dengan ruang A kembali (ke ruang B =
ruang A = tekanan vakum rekasi gaya dorong torak
hilang karena tekanan di depan dan dibelakang torak
seimbang)
c. Pegas pengembali torak boster terus mendorong pada posisi
tidak direm
Jika melepas injakannya sedikit, saat pedal rem ditekan gerakan
kembali katup pengendali terhenti, torak terus bergerak hingga saluran vakum
tertutup lagi ruang B kembali berhubungan dengan tekanan atmostfir,
tekanan ke torak silinder master dipertahankan sesuai kehendak sopir.
A. Rem Tangan
Penggunaan Rem Tangan antara lain, Rem tangan sebagai rem parkir,
Rem tangan sebagai rem darurat
1. Macam – Macam Lengan Pengoperasian
21
1.2 Lengan batang tarik
1. Lengan tangan
2. Batang tarik
22
3. Mur penyetel
4. Penyeimbang
5. Kabel rem
1. Sepatu rem I
2. Sepatu rem II
4. Kabel
5. Batang dorong
6. Gigi penyetel
Konstruksi
a. Lengan rem tangan terpasang pada poros luncur di atas sepatu
rem
b. Batang dorong terpasang di antara lengan dengan sepatu rem II
Cara kerja :
a. Lengan rem tangan ditarik oleh kabel secara manual
b. Batang dorong menekan sepatu rem II dan mengangkat sepatu
rem I untuk bersama - sama menekan tromol
23
4. Penyetelan Automatis Pada Rem Tangan
Menyetel rem secara automatis
4.1 Konstruksi pada bagian – bagian khusus
a. Lengan penyetel
b. Plat penyetel
c. Pegas tarik
d. Baut penghubung
(batang dorong)
24
b. Putaran roda gigi penyetel akan memanjangkan
baut penghubung dan mengurangi gerak bebas
antara kanvas dan tromol
B. REM TROMOL
25
Cara Kerja Rem Tromol
Tidak bekerja
Tidak ada tekanan hidraulis, torak
silinder roda tidak tertekan tidak terjadi
pengereman
Bekerja
Tekanan hidraulis menekan torak silinder
roda kanvas menekan tromol
C. REM CAKRAM
1. Cakram ( Piringan )
Ukuran sedang
Kecepatan menengah
26
b. Pendinginan cukup
c. Harga Murah
Ukuran berat
Kecepatan tinggi
c. Harganya Mahal
2. Kaliper
ke silinder.
27
28
Cara kerja
cakram
otomatis
Digunakan
Cara kerja :
silinder
29
kanan mendorong balok rem 2 dengan arah berlawanan dengan
balok rem 2.
g. Balok rem 1 didorong ke kiri oleh torak dan balok rem rem 2
cakram.
pengereman.
Cara kerja :
torak 2
30
d. Balok rem 1 di dorong ke kiri oleh torak 1 dan balok rem 2 di
gesek cakram
pengereman
Tumpuan Ayun
Konstruksi :
Cara kerja :
31
c. Selanjutnya tekanan cairan rem juga mendesak dasar silinder
pengereman
Pad (disc pad) biasa dibuat dari campuran metallic fiber dan
sedikit serbuk besi. Tipe ini disebut dengan “Semi Metalic disc pad”.
Pada pad diberi garis celah untuk menunjukkan tebal pad (batas yang
keausan pad.
berlaku pengereman.
32
b. Pad dengan penunjuk keausan secara elektrik
kerja
f. Keausan + Sedikit Banyak
kanvas
g. Cara - Manual / setengah Otomatis
menyetel otomatis
h. Waktu yang - Lama Cepat
diperlukan
servis
i. Tempat yang * Lebih Kurang
33
perlu dan
berat
34
X. HIPOTESIS
Didalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Ada perbedaan antara pembelajaran dengan metode ekspositori dan
metode jigsaw II pada sistem rem bagi siswa kelas X SMK Negeri 4
Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012.
Perlakuan
Uji Kelas Pre- Hasil Metode
Post- Hasil
Soal MO1 Test Ekspositori
Test
Soal Uji t
Valid
me
35
Bagan Kegiatan Penelitian
Pengelompokan
n
Kontrol Eksperimen
Metode Ekspositori Metode Jigsaw II
Pengumpulan Data
Analisis data
XII. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X otomotif SMK Negeri 4
Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012 terdiri dari 3 kelas secara keseluruhan berjumlah
105 siswa.
XIII. SAMPLE
Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 4
Semarang kelas X Otomotif 2 sebanyak 35 siswa diberikan metode ekspositori dan
kelas X Otomotif 3 sebanyak 35 diberikan metode Jigsaw II.
36
XV. PENGUMPULAN DATA
Untuk mencapai tujuan penelitian dibutuhkan data yang berhubungan dengan
obyek untuk mencari jawaban dari permaalahan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode test dan metode dokumentasi.
A. Metode Test
Test adalah kumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan, intelegensi, atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok ( Suharsimi Arikunto, : 2006:223). Metode tes yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan test hasil belajar dimana
instrument tes dibuat peneliti dan disetujui oleh guru pengampu. Test ini
digunakan untuk mengungkap tingkat hasil belajar.
B. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh keterangan – keterangan yang berwujut dalam catatan penting
atau dokumen penting lyang perhubungan penelitian. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data – data nama dan jumlah siswa.
M p −M t p
r pbis =
St √ q
Keterangan :
37
r pbis = Koefisien korelasi point biserial
Mp = Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item
yang dicari korelasinya dengan test
Mt = Mean skor total ( skor rata-rata dari seluruh pengikut test )
St = Standar deviasi skor total
p = Proporsi item yang menjawab benar item tersebut
q = 1− p
(Suharsimi Arikunto,2006:283).
Untuk menentukan besarnya p menggunakan rumus sebagai berikut :
n
p=
N
Keterangan :
n = Subyek yang menjawab benar item
N = Jumlah seluruh siswa ( semua subyek yang menjawab item )
38
Jika :
d= < 0,20 = Soal jelek dan harus dibuang
d= 0,20 – 0,29 = Soal kurang memuaskan , perlu diperbaiki
d= 0,30 – 0,39 = Soal sukup baik
d= > 0,40 = Soal bagus sekali
Soal dianggap baik jika d ≥ 0,30
2 (O i−Ei )2
k
X =∑
i=1 Ei
39
Keterangan :
k
x́=
∑ xi
n
x́ = Mean sampel yang dicari
∑ xi = Jumlah frekuensi tiap interval
n = Jumlah responden
Sudjana(2002 :67)
2. Mencari simpang baku sample yang menggunakan Ekspositori dan Jigsaw II
Rumus yang digunakan :
40
s1 = Varians dari sebuah sampel
Sudjana(2002 :239)
4. Analisa t-Test
Rumus analisa t-test :
x́ 1− x́ 2
t=
1 1
s
√ +
n1 n2
Keterangan :
t = Harga t-test yang dicari
x́ 1 = Mean dari sampel 1
x́ 2 = Mean dari sampel 2
s = Simpang baku gabungan
n1 = Jumlah responden sampel 1
n2 = Jumlah responden sampel 2
Sudjana(2002 :239)
Hipotesis yang diujikan adalah
H a = Ada perbedaan antara x 1 dan x 2
Pernyataan analisis uji t-test menurut Sudjana (2002:239) adalah hipotesis
akhir ( Ha) diterima jika t h itung ≥ t tabel dengan derajat kebebasan
1
( dk )=( n1 +n2 −2 ) dan taraf nyata (1− a). Harga t lain hipotesis akhir H a
2
ditolak.
41
DAFTAR PUSTAKA
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/
http://wahidilqohar.webnode.com/news/teori-hasil-belajar1/
Tri Anni Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press
42