Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan menyelesaikan soal cerita merupakan kemampuan siswa untuk

meyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita yaitu masalah yang berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari. Kehadiran soal cerita diakhir materi pokok bahasan

dalam pelajaran matematika dimaksudkan agar siswa mengetahui manfaat dari

pelajaran yang mereka pelajari. Pada kenyataannya ternyata tidak sedikit siswa

yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Penyajian rumus-rumus

praktis dapat melemahkan cara berpikir peserta didik yang sistematis, sehingga

mereka akan kesulitan apabila dituntut mengerjakan soal cerita dengan runtutan

penyelesaian yang benar. Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya

adalah karena kemampuan siswa untuk menalar permasalahan secara logic masih

rendah, kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diketahui dalam

soal juga masih rendah, dan biasa juga dipengaruhi oleh factor lain.

Pembelajaran matematika di sekolah sebagian besar melibatkan kemampuan

penalaran matematis, walaupun tidak secara formal disebut sebagai belajar

bernalar. Oleh karena itu Depdiknas (Yuniarti, 2007) menyatakan bahwa materi

matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang saling berkaitan

dan tidak dapat dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui penalaran

dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika. Fondasi dari

matematika adalah penalaran (reasoning). Ross (Madio, 2008) menyatakan bahwa

salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan

kepada siswa penalaran logis (logical reasoning). Bila kemampuan bernalar tidak

1
2

dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi

materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa

mengetahui maknanya.

Selain mengembangkan kemampuan penalaran, pembelajaran matematika

juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, yaitu

mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

gagasan. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Menurut Jatmiko (Fatmawati,

2018) bagi dunia keilmuan, matematika merupakan bahasa simbolik yang

memungkinkan terjadinya komunikasi yang cermat dan tepat.

Teorema Pythagoras erat kaitannya dengan symbol matematika, sehingga

siswa dituntut untuk dapat mengomunikasikan soal cerita kedalam symbol

matematika. Dengan mengubah soal kedalam symbol matematika maka siswa

akan lebih mudah dalam menyelesaikannya. Namun dalam kenyataannya masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita dan

mengubahnya menjadi model matematika.

Komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang

meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah,

menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah serta informasi

matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi

(Ramdani, 2012). Sedangkan Ansari (dalam Mardiyah, 2014) menelaah

kemampuan komunikasi matematis dalam dua aspek, yaitu. Komunikasi lisan

(talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan diungkap melalui

intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses


3

pembelajaran. Sementara yang dimaksud dengan komunikasi matematika tulisan

(writimg) adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosakata

(vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan

gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah.

Kemampuan yang rendah pada penalaran dan komunikasi yang terkait

dengan soal cerita tentu menjadi masalah dalam pembelajaran matematika. Hasil

belajar yang saling berhubungan untuk membangun kemampuan matematik pada

diri paserta didik adalah kemampuan penalaran dan komunikasi. Ini sejalan

dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berpikir dan

bernalar.

Berdasarkan hasil observasi dikelas VIII-4 SMP Negeri I Kualuh Selatan

dalam menyelesaikan soal cerita pada materi teorema Pythagoras yaitu dengan

soal: “Sebuah kapal berlayar sejauh 15 km ke arah Utara, kemudian berbelok ke

arah Barat sejauh 36 km. Hitunglah jarak dan titik awal keberangkatan kapal ke

titik akhir!” ada kesalahan yang dilakukan berkaitan dengan rendahnya

kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa yang salah satunya

antara lain:
4

Berdasarkan jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa menuliskan apa yang

diketahui pada soal tetapi belum mampu menerapkan teorema pythagoras dalam

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penyelesaian siswa

pada lembar jawaban. Siswa tidak menuliskan kesimpulan akhir dari

permasalahan pada lembar jawaban. Akan tetapi, siswa dapat menentukan apa

saja yang diketahui dalam permasalahan dan dapat menuliskan apa saja yang

ditanyakan. Sehingga berdasarkan hasil jawaban tersebut dapat disimpulkan

bahwa rendahnya kemampuan penalaran dan komunikasi matematis

mengakibatkan siswa kesulitan mengerjakan soal-soal cerita dan berakibat siswa

sulit untuk menentukan rumus dan cara mengerjakannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terinspirasi untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari

Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa”

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang dilakukan adalah menganalisis kemampuan

menyelesaiakn soal cerita ditinjau dari kemampuan penalaran dan komunikasi

matematis. Analisis dilakukan melalui pemberian instrumen tes berupa soal cerita

dengan materi teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kualuh

Selatan.

1.3 Perumusan Masalah


5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal cerita ditinjau dari

kemampuan penalaran dan komunikasi matamatis siswa?”

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita ditinjau dari

kemampuan penalaran dan komunikasi matamatis siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis pada penelitin ini adalah sumbangan ilmiah yang

diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran disekolah untuk peningkatan

kualitas sumber daya manusia khususnya bagi para siswa yang mengalami

masalah dalam kemampuan menyelesaikan soal cerita. Adapun manfaat lainnya

ialah:

 Memberikan gambaran atau informasi tentang kemampuan menyelesaikan soal

cerita ditinjau dari kemampuan penalaran dan komunikasi

 Dapat mendorong dan memberikan pengalaman terhadap siswa agar terbiasa

dalam memecahkan masalah soal cerita dan mengasah kemampuan penalaran

dan komunikasi matematis siswa.

 Memberi alternatif baru untuk guru bagi pembelajaran matematika untuk di

kembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara

memperbaiki kelemahan atau pun kekurangannya dan mengoptimal kan

pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.


6

 Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam menyempurnakan kurikulum dan

perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita, khususnya bidang studi matematika di SMP 1 Kualuh Selatan.

Anda mungkin juga menyukai