FISIKA NUKLIR
NAMA : EKHA
NPM : 201784203026
REAKTOR NUKLIR
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu
pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi (Majalah
Energi, 2010). Reaksi fisi atau pembelahan inti merupakan mekanisme yang banyak
digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui sebuah reaktor.
Sebuah reaktor bekerja berdasarkan reaksi pembelahan (fisi) dari sebuah inti. Pada
reaktor dibedakan dua jenis material yang dapat mengalami fisi atau pembelahan yang disebut
dengan fissionable material yaitu material fisil dan material fertil. Sebuah material fisil
merupakan material yang akan mengalami pembelahan ketika ditembak oleh sebuah neutron
dengan sejumlah energi, sedangkan material fertil adalah material yang akan menangkap
neutron dan melalui peluruhan radioaktif akan berubah menjadi material fisil (Lewis, 2008).
Uranium-235 adalah material yang secara alami bersifat fisil (Roulstone, 2011) dan uranium-
238 adalah material fertil (Lewis, 2008).
Konsep dasar dari sebuah reaktor adalah reaksi fisi dari sebuah material misalnya
Uranium. Ketika sebuah inti ditembakkan oleh sebuah neutron, dengan persentase tertentu inti
akan mengalami pembelahan (fisi) (Zweifel, 1973). Salah satu contoh reaksi fisi dari Uranium
adalah sebagai berikut.
n + U233 → Kr36 + Ba54 + ~2-3 n’s + 197,9 Mev (1)
Sedangkan untuk Thorium-232, karena tidak bersifat fisil maka Thorium-232 akan
terlebih dahulu menyerap neutron lambat yang akan menghasilkan Uranium-233 bersifat fisil
yang kemudian akan membelah ketika ditembak oleh neutron. Fisi dari Uranium-233 ini
menghasilkan energi dengan jumlah yang sama dengan Uranium-235 yaitu sebesar 200 MeV
(World Nuclear, 2012).
Salah satu contoh proses pembelahan (reaksi fisi) dari Uranium seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Reaksi Fisi (Pramuditya dan Waris, 2005)
Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi, neutron dan produksi fisi semua berperan
penting dalam reaktor nuklir (Lewis, 2008). Neutron yang dihasilkan dapat digunakan untuk
menginduksi reaksi fisi lebih jauh lagi sehingga mendorong terjadinya reaksi fisi berantai.
Reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat lebih terkendali. Usaha ini dapat
dilakukan di dalam sebuah reaktor nuklir. Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan
berlangsung di dalam reaktor yang terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk
membangkitkan listrik (Info Nuklir, 2010).
Reaktor nuklir pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942 di
Universitas Chicago. Reaktor nuklir adalah suatu alat untuk mengendalikan reaksi fisi berantai
dan sekaligus menjaga kesinambungan reaksi. Reaktor nuklir juga adalah tempat terjadinya
suatu reaksi inti berantai terkendali, baik pembelahan inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi).
Reaktor nuklir ditetapkan sebagai “alat yang menggunakan materi nuklir sebagai bahan
bakarnya”. Secara umum, reaktor nuklir adalah tempat berlangsungnya reaksi nuklir yang
terkendali.
Istilah reaktor nuklir digunakan untuk perangkat yang berfungsi mengontrol terjadinya
reaksi fisi. Dalam reaktor nuklir, neutron digunakan untuk menginduksi terjadinya reaksi fisi
inti pada inti berat. Reaksi fisi ini menghasilkan inti ringan (fission product), beberapa
neutron dan energi sebesar 200 MeV (Deuderstadt dan Hamilton, 1976). Gambar 5
menunjukkan salah satu stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Gambar 5. Stasiun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (Info Nuklir, 2012
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) memanfaatkan energi hasil reaksi fisi
(pembelahan inti atom U atau Pu yang menghasilkan energi) di dalam reaktor. Energi yang
berupa panas ini digunakan untuk menguapkan air untuk memutar turbin dan membangkitkan
listrik. Dikembangkan sejak tahun 1950, sebagian besar PLTN menggunakan air sebagai
pendingin dan moderator (light water reactors) (Info Nuklir, 2010).
1. Perkembangan Reaktor
Perkembangan reaktor biasanya dibedakan menjadi beberapa generasi. Reaktor
generasi I dikembangkan pada tahun 1950-60 dan sangat sedikit yang masih beroperasi
sampai saat ini. Sebagian besar reaktor generasi I ini menggunakan uranium alam sebagai
bahan bakar dan grafit sebagai moderator. Reaktor Generasi II menggunakan bahan bakar
uranium yang telah diperkaya dan sebagian besar didinginkan dan dimoderatori oleh air.
Reaktor generasi III adalah reaktor lanjutan dari beberapa reaktor generasi I yang
beroperasi di Jepang. Reaktor generasi III ini merupakan perkembangan dari reaktor
generasi II dengan meningkatkan sistem keamanan (World Nuclear, 2012).
Selanjutnya adalah reaktor generasi IV yang dirancang tidak hanya untuk
memasok daya listrik, tetapi juga untuk memasok energi termal untuk industri. Oleh
karena itu PLTN Generasi IV tidak lagi disebut sebagai PLTN tetapi Sistem Energi Nuklir
(SEN). Enam tipe reaktor Generasi IV adalah : Very High Temperature Reactor (VHTR),
Sodium-cooled Fast Reactor (SFR), Gas-cooled Fast Reactor (GFR), Liquid metal cooled
Fast Reactor (LFR), Molten Salt Reactor (MSR) dan Superritical Water cooled Reactor
(SCWR) (Harvego dan Schultz, 2009).
Reaktor modern dibuat lebih kompleks, tidak hanya bahan bakar yang dibuat dengan
sangat hati-hati tetapi juga menyediakan pendingin (coolant) selama berlangsungnya
reaksi fisi dan pelepasan energi.
b. Moderator
Moderator adalah komponen reaktor yang berfungsi untuk menurunkan energi
neutron cepat (+ 2 MeV) menjadi neutron dengan energi termal (+ 0,02 - 0,04 eV)
agar dapat bereaksi dengan bahan bakar nuklir. Selain itu, moderator juga berfungsi
sebagai pendingin primer. Persyaratan yang diperlukan untuk bahan moderator yang
baik adalah dapat menghilangkan sebagian besar energi neutron cepat tersebut dalam
setiap tumbukan. Bahan-bahan yang digunakan sebagai moderator, antara lain: air
ringan (H2O), air berat (D2O), Grafit dan Berilium.
d. Perisai (Shielding)
Perisai (shielding), berfungsi sebagai penahan agar radiasi hasil fisi bahan
tidak menyebar pada lingkungan luar dari sistem reaktor. Karena reaktor adalah
sumber radiasi yang sangat potensial, maka diperlukan suatu sistem perisai yang
mampu menahan semua jenis radiasi tersebut pada umumnya perisai yang digunakan
adalah lapisan beton berat dan struktur baja (World Nuclear, 2012).
e. Perangkat detektor
Detektor adalah komponen penunjang yang mutlak diperlukan dalam reaktor
nuklir. Semua informasi tentang kejadian fisis di dalam teras reaktor, yang meliputi
popularitas neutron, laju pembelahan, suhu dan lain-lain, hanya dapat dilihat melalui
detektor yang dipasang di dalam teras reaktor.
f. Reflektor
Neutron yang keluar dari pembelahan bahan fisil, berjalan dengan kecepatan
tinggi ke segala arah, karena sifatnya yang tidak bermuatan listrik maka gerakannya
bebas menembus medium dan tidak berkurang bila tidak menumbuk suatu inti atom
medium. Karena sifatnya tersebut, sebagian neutron tersebut dapat lolos keluar teras
reaktor dan hilang dari sistem. Keadaan ini secara ekonomi berarti kerugian karena
neutron tersebut tidak dapat digunakan untuk proses fisi berikutnya.
Dimana :
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan (W/m 2 0C )
A = luas perpindahan panas (m 2 )
TLMTD = log mean temperature differensial
Perbedaan suhu antara fluida panas dan dingin bervariasi diantara inlet dan
outlet, dan terlebih dahulu harus menentukan nilai rata-rata untuk dapat digunakan
pada persamaan (8), panas ditransfer melalui sebuah elemen luas dA, dapat
dituliskan sebagai berikut:
dQ
dT h (9)
mh c h
dan
dQ
dT c (10)
mc c c
Dimana LMTD menunjukkan laju aliran massa dan c adalah panas jenis
fluida.
dT h−dT c =d ( T h−T c )
2. Pertukaran panas dengan aliran berlawanan arah (counter flow) Pertukaran panas
pada sistem ini yaitu kedua fluida (panas dan dingin) masuk penukar panas dengan
arah berlawanan dan keluar pada sisi yang berlawanan (Hartono, 2008: 8).
Gambar 11. Aliran temperatur pada aliran berlawanan arah
T2 T1
T
LMTD
=
(19)
ln( T2 T1 )
T2 = (T h out(panas) - T c in(dingin))
T1 = (T h in(panas) - T c out(dingin))
3. Jenis Reaktor
a. Gas-cooled Reactor (GCR)
Gas-cooled reactor atau reaktor berpendingin-gas (GCR) adalah reaktor nuklir
menggunakan gas karbondioksida sebagai pendinginnya. GCR sendiri dikembangkan
sampai dua generasi, dengan generasi pertamanya adalah Magnox dan generasi
keduanya adalah AGR, atau advanced gas-cooled reactor.
Nama magnox didapat dari bahan yang membungkus bahan bakar nuklir yang
dipakai di dalam reaktor, yaitu logam magnesium-alumunium. Batang-batang bahan
bakar yang telah dibungkus oleh magnox dimasukkan secara vertikal dengan blok-
blok grafit sebagai moderatornya. Kemudian control rods (penyerap neutron yang
kuat) dimasukkan secara vertikal juga dari atas guna mengatur tumbukan neutron
antar-batang bahan bakar yang dihasilkan uranium. Inti reaktor lalu dihembuskan gas
karbon dioksida yang kemudian akan memanas. Gas karbon dioksida panas lalu
melewati steam generator, memanaskan air, dan mengubah air tersebut menjadi uap.
Tekanan uap ini kemudian diubah menjadi energi listrik.
PWR awalnya dirancang untuk digunakan pada kapal selam bertenaga nuklir,
dan kemudian diimplementasi di reaktor nuklir komersial kedua di dunia, yakni di
Shippingport Atomic Power Station (Amerika). Reaktor nuklir jenis ini merupakan
yang paling banyak di dunia. Efisiensi dari reaktor nuklir jenis PWR mencapai 32%,
namun ia memiliki densitas daya yang tinggi, mencapai 100 MWth/m3 [4].
Penggunaan air berat pada reaktor nuklir tipe ini memberikan keuntungan,
yakni air berat yang berfungsi sebagai moderator hanya menyerap sedikit momentum
dari neutron yang dihasilkan dalam reaktor nuklir karena beratnya atom Deuterium,
sehingga inti reaktornya dapat dipecah-pecah seperti dalam Callandria. Apabila yang
digunakan adalah air biasa, maka momentum neutron akan diserap oleh atom hidrogen
pada air, sehingga konfigurasi seperti pada Callandria tidak memungkinkan untuk
terjadinya reaksi berantai fisi yang stabil.
Kelebihan dari reaktor tipe ini adalah karena desainnya yang menggunakan
Callandria alih-alih inti reaktor konvensional, pergantian bahan bakar tidak perlu
mematikan seluruh reaktor. Selain itu, CANDU dapat bekerja dengan uranium alam.
Kekurangannya adalah CANDU menggunakan dua sistem air berat, sehingga biaya
pembuatan dan pemeliharaannyapun mahal, dengan efisiensi hanya mencapai 30%[5].
Bencana chernobyl yang terjadi pada tanggal 26 April 1986 melibatkan reaktor
nuklir jenis RBMK. Waktu itu, reaktor nomor empat pembangkit listrik tenaga nuklir
Chernobyl mengalami gagal pompa, sehingga seluruh air pada inti reaktor tidak dapat
bersirkulasi dan menguap seluruhnya, menyebabkan inti reaktor mengalami kepanasan
yang berlebihan. Akibatnya reaktorpun meleleh dan menyebabkan terlepasnya radiasi
dalam jumlah besar di Chernobyl. Bencana ini termasuk bencana nuklir paling buruk
di sepanjang sejarah, sehingga tidak heran bila reaktor RBMK merupakan jenis
reaktor yang kurang populer dan cenderung dihindari.
Versi lebih kecil dari RBMK adalah EGP. EGP digunakan di pembangkit
listrik tenaga nuklir Bilibino, pembangkit listrik nuklir komersial terkecil di dunia.
Karena ukurannya, potensi terjadinya bencana seperti pada reaktor nomor empat akan
lebih kecil, sehingga EGP dianggap jauh lebih aman dibandingkan RBMK. Efisiensi
dari reaktor RBMK adalah 31%[6].
Gambar 7. Diagram SFR tipe tangki (kiri) dan tipe loop (kanan) (wikipedia.org)
FNR yang sejauh ini telah dibuat adalah yang berpendingin sodium cair, atau
sodium-cooled fast reactor (SFR) di Rusia. SFR menggunakan natrium cair sebagai
pendingin dan moderator intinya. Terdapat dua versi SFR, yakni tipe tangki dan tipe
loop. Pada tipe tangki ruangan ruangan reaktor diisi oleh sodium cair, dengan sebuah
sekat yang membatas daerah inti. Pompa kemudian mengalirkan sodium cair dari luar
sekat melalui inti reaktor dan memanaskan sodium cair tersebut. Sodium cair yang
telah dipanaskan kemudian dialirkan pada pipa yang melewati sebuah tabung yang
juga di dalam ruangan reaktor berisi sodium cair dengan ujungnya menuju ruangan
reaktor. Karena terdapa sodium panas yang lewat pipa, sodium cair yang terpisah dari
ruangan reaktor memanas, dan oleh sebuah pompa dialirkan menuju steam generator
di luar ruangan reaktor. Air dipompakan ke dalam steam generator lalu memanas
karena lewatnya sodium cair dan berubah menjadi uap. Uap tersebut kemudian
digunakan untuk memutar turbin generator listrik. Untuk tipe loop, cara kerja dari
reaktornya serupa, namun apabila dalam tipe tangki, tangki yang berisikan sodium cair
terpisah diletakkan dalam ruangan yang sama dengan ruangan inti reaktor, pada tipe
loop tangki tersebut terletak di luar ruangan inti reaktor.
FNR merupakan reaktor yang terhitung baru, namun sangat diminati, karena
238
kemampuannya mengubah U (limbah nuklir pada reaktor nuklir konvensional)
239
menjadi Pu. Sehingga efisiensi dari reaktor FNR tentu jauh lebih tinggi ketimbang
reaktor nuklir lainnya. Namun FNR masih sulit dioperasionalkan karena pendinginnya
adalah sodium yang bersifat sangat reaktif, sehingga membutuhkan kemampuan yang
lebih tinggi untuk menjalankan reaktor tipe ini.