Anda di halaman 1dari 3

Nama.

: Andi
Kelas. : XI TKJ 1
No Absensi. : 02

TOLERANSI DALAM ISLAM

Toleransi telah  dicontohkan Rasulullah saat empat pemuka kafir Quraisy yakni Al-Walid bin
Mughirah, Al-Ash bin Wail, Al-Aswad ibnul Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf datang
menemui Rasulullah seraya berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah
kepada Tuhanmu dan kalian (Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami, kita bertoleransi
dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagian dari ajaran agamamu yang
lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya,
jika ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus
mengamalkannya.” (Tafsir Al-Qurtubi/14:425)

Sebagai jawaban dari perkataan mereka, kemudian Allah menurunkan surat Al-Kafirun ayat
1-6 yang menegaskan bahwa tidak ada toleransi dalam hal yang menyangkut akidah.

Allah SWT berfirman:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (TQS. Al-Kafirun: 6)

Sikap toleransi pun dijelaskan oleh Allah dalam Alqur’an surat Al-Mumtahanah ayat 8-9,

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu
dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang
lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah
orang yang zalim.” (TQS. Al-Mumtahanah: 8-9)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non
muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang
lemah di antara mereka. Hendaklah kalian berbuat baik dan adil karena Allah menyukai
orang-orang yang berbuat adil.” (Tafsir Alqur’anul ‘Azhim, surat ke 7 ayat 247)
Inilah toleransi yang  diajarkan di dalam Islam. Allah  telah memerintahkan kepada hamba-
Nya untuk bertoleransi pada orang-orang di luar Islam. Namun demikian, sikap toleransi
tidak boleh dipraktikkan dalam hal yang menyangkut akidah.

Inilah ketentuan syariat yang berhubungan dengan toleransi. Adapun dalam kaitannya dengan
tindak kekerasan, Islam telah menggariskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Tindakan kekerasan di dalam Islam bukanlah sesuatu yang tercela atau harus
dihindari, asalkan sebab dan syaratnya telah dipenuhi. Tindakan kekerasan seperti jihad,
pemukulan edukatif, qishash, dan lain sebagainya, dilakukan secara selektif, tidak
sembarangan dan asal-asalan. Misalnya, ketika negeri Islam diinvasi tentara-tentara kafir,
kaum Muslim diperintahkan mengangkat senjata mengusir mereka. Begitu pula tatkala
penguasa (Khalifah) telah menampakkan kekufuran nyata, seperti mengubah sendi-sendi
Islam, menerapkan hukum kufur, dan lain sebagainya, maka kaum Muslim diperintahkan
menggulingkan khalifah dan mengangkat senjata melawan mereka jika mampu dan tidak
menimbulkan fitnah yang lebih besar. Ketika seorang istri melakukan pembangkangan,
seorang suami dibenarkan untuk memukul dia dengan pukulan yang bersifat edukatif, bukan
untuk menyakiti atau menganiaya. Dalam keadaan seperti ini, seorang Muslim dibenarkan
melakukan tindakan kekerasan.
2. Dalam konteks penyebaran dakwah Islam, Islam mengedepankan dialog argumentatif,
dan menjauhi sejauh-jauhnya tindakan kekerasan. Jihad dan qital adalah instrumen yang
digunakan untuk melenyapkan halangan dakwah Islam, tetapi bukan metode untuk
“mengislamkan seseorang”. Islam tidak memaksa penduduk negeri-negeri yang ditaklukkan
untuk masuk ke dalam agama Islam, kecuali orang-orang musyrik di Jazirah Arab. Khusus
untuk musyrik Arab, mereka hanya diberi dua pilihan, yakni masuk Islam atau diperangi (jika
masih berdiam diri di Jazirah Arab). Yang diminta dari penduduk negeri-negeri yang
ditaklukkan adalah ketundukan pada kekuasaan Islam. Adapun untuk mengislamkan
seseorang, Islam menggunakan cara maw’izhah hasanah, hikmah dan dialog argumentatif.
Selain itu, penerapan hukum Islam di tengah-tengah masyarakat yang mampu menciptakan
kesejahteraan, keadilan dan rasa aman merupakan da’wah bil hal yang menjadikan orang-
orang kafir tertawan hatinya untuk masuk ke dalam agama Islam.
3. Islam menentang semua bentuk kekerasan yang dilakukan tanpa ada alasan syar’i.
Bahkan Islam telah menetapkan sanksi yang sangat keras bagi siapa saja yang berusaha
menciderai jiwa dan harta seseorang, baik Muslim maupun non-Muslim.
4. Khalifah atau wakilnya saja yang secara syar’i berhak dan absah menjatuhkan sanksi
atas pelanggaran yang dilakukan oleh warga negara, baik Muslim maupun non-Muslim,
seperti hukuman mati bagi orang yang murtad (hudud), jinayat, dan ta’zir. Selain Khalifah
dan wakilnya dilarang menjatuhkan sanksi terhadap siapapun yang melakukan pelanggaran.

Dengan pemaparan di atas, terbukti bahwa umat Islam adalah umat yang sangat menjunjung
tinggi sikap toleransi. Penerapan hukum-hukum Islam dalam Daulah Islam di tengah-tengah
masyarakat. tidak terbukti bahwa umat Islam adalah umat yang intoleran. Malah sebaliknya,
kepemimpinan yang berlandaskan aturan-aturan Islam akan mewujudkan kehidupan antar
umat beragama yang harmonis penuh dengan keadilan.[]

Anda mungkin juga menyukai