Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :
NANDA SWASTIKA RAMADHANI
P27220019222

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering
terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada
pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala
-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir
dan berlangsung kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2012).
Hiperemesis grvidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur
kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan
umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis,
pielititis, dan sebagainya (Joseph, 2011).
2. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Dulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia
gravidarum karena diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari
12 janin atau kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan ke dalam
gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini
diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk
hipertensi (pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan. Beberapa
teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis
gravidarum. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis
hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non
endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human
Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating
Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone,
prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non
endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi
Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi,
anatomi dan psikologis. (Runiari, 2010).
Menurut Mitayani (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum diantara lain :
a. Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa
dan kehamilan ganda.
b. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi,
perubahan metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang
menurun.
c. Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas,
pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen
dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes melitus.
3. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda
bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
(Winkjosastro, 2012) Pada beberapa kasus berat, perubahan yang
terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang
menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam urat, dan
penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12,
dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009).
4. Pathway

Faktor Alergi Faktor Predisposisi Peningkatan


Estrogen

Emesis
Penurunan
Gravidarum
Pengosongan Lambung

Penyesuaian Komplikasi
Peningkatan
Tekanan Gaster
Hiperemesis Gravidarum

Intake nutrisi menurun


Kehilangan cairan
Ketidakseimbangan nutrisi: Mual dan muntah berlebih
kurang dari kebutuhan berlebih
Dehidrasi

Nausea
Cairan ekstra seluler
dan plasma
hemokonsentrasi

Kekurangan
volume cairan Aliran darah ke
jaringan menurun

Metabolisme intra sel


menurun

Otot Lemah

Kelemahan tubuh

Sumber : Nurarif, A, H dan Kusuma,


Gangguan mobilitas fisik
H (2016)
5. Tingkatan
Runiari (2010) menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas
antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum,
tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai
berikut :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan
sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam
urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala
yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan
dari esofagus, lambung, dan retina.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Antiemetik, kompinasi obat yang berbeda-beda dapat
digunakan pada wanita yang tidak merespon satu macam
antiemetik. Pada wanita dengan hiperemesis gravidarum yang
parah, rute parenteral atau rektal mungkin lebih efektif dari
pada rute oral.
2) Corticosteroids, dapat direkomendasikan jika terapi yang
standar tidak efektif.
b. Penatalaksanaan komplementer
1) Jahe, dapat digunakan untuk wanita yang ingin menghindari
antiemetik.
2) Akupunktur atau akupresur, mungkin dapat menimpulkan efek
rileks pada wanita.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan urin: quantify ketonuria as 1+ ketones or more.
b. MSU midstream urine.
c. Urea dan electrolytes: hypokalaemia/hyperkalaemia,
hyponatraemia, dehidrasi, renal disease.
d. Full blood count: Iinfeksi, anemia, hematokrit.
e. Monitoring glukosa darah: jika ibu penderita diabetes tidak
termasuk diabetic ketoacidosis.
f. Ultrasound scan: memastikan kehamilan intrauterine, tidak
termasuk multiple pregnancy dan trophoblastic disease.
8. Komplikasi
Menurut Nurarif (2016) hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi
muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi
dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan
dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan
oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula. Dampak
dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan
umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan
tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu
berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang
menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari
ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah
berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko
dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul
akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah
dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan
akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat
klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2
dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap
kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,
hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum
ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya
asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis
terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan.
Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan
berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari
keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi,
terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam
jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton
pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan
nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin
adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin
adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan
terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil dan ringan.
Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri.
Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak
diperlukan transfusi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, diagnose medis, no RM dan tanggal masuk rumah
sakit). Identitas penanggungjawab/suami (nama, tanggal lahir/umur
pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari.
Mual dan muntahsemakin berat bila membau makanan yang
merangsang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid
berapa minggu,terakhir mendapat haid tanggal berapa, kapan
mual dan selalu muntah.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, pada
primigravida: 60-80%, sedangkan multigravida: 40-60%.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit jantung dan DM.
d. PolaAktivitas
1) Istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat
(>100 kali per menit).
2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
direncanakan.
3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan
frekuensi berkemih. Urinalis; peningkatan konsistensi urine.
4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8
minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg),
membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah,
nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan
lidah kering.
5) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat
jatuh dalam koma
7) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang
kurang.
2. Diagnosa
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pengeluaran nutrisi yang berlebihan dan intake kurang
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan
c. Nausea berhubungan dengan kehamilan
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan tubuh,
penurunan metabolisme sel
3. Perencanaan
No.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Gangguan Setelah dilakukan a. Tunjukkan keadekuatan
nutrisi kurang tindakan keperwatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/
dari diharapkan : sekarang dengan menggunakan
kebutuhan a. Menjelaskan batasan 24 jam. Perhatikan
tubuh komponen diet kondisi rambut, kulit dan kuku.
seimbang prenatal, b. Pastikan tingkat pengetahuan
memberikan makanan tentang kebutuhan nutrisi
yang mengandung c. Berikan informasi tertulis /
vitamin, mineral, verbal yang terpat tentang diet pra
protein dan besi natal dan suplemen vitamin / zat
b. Mengikuti diet yang besi setiap hari
dianjurkan d. Perhatikan adanya pika/
c. Mengkonsumsi ngidam. Kaji pilihan bahwa
suplemen zat besi/ bukan makanan dan tingkat
vitamin sesuai resep motivasi untuk memakannya
d. Menunjukkan e. Pantau kadar hemoglobin (Hb,
penambahan berat Hematokrit)
badan yang sesuai f. Ukur pembesaran uterus
g. Buat rujukan yang perlu sesuai
dengan indikasi (misal pada ahli
diet)
2 Gangguan Setelah dilakukan a. Tinjau ulang riwayat
keseimbangan tindakan keperwatan kemungkinan masalah medis lain
cairan dan diharapkan : (misalnya ulkus peptikum,
elektrolit a. Mengkonsumsi gastritis,kolesistitis)
cairan dengan jumlah b. Anjurkan klien
yang sesuai setiap hari mempertahankan masukan/
b. Mengidentifikasi keluaran, tes urine dan penurunan
tanda-tanda dan gejala berat badan setiap hari.
dehidrasi yang c. Kaji suhu dan turgor kulit,
memerlukan tindakan membrane mukosa, tekanan darah
(TD), suhu, masukan/ keluaran,
dan berat jenis urine
d. Timbang berat badan klien dan
bandingkan dengan standar
e. Anjurkan peningkatan masukan
minimal berkarbonat, makan
enam kali sehari dengan jumlah
yang sedikit dan makanan tinggi
karbohidrat.
3 Nausea Setelah dilakukan a. Identifikasi pengalaman mual
tindakan keperwatan b. Identifikasi dampak mual
diharapkan : c. Identifikasi faktor penyebab
a. Mual dan muntah mual
berkurang d. Identifikasi antiemetik untuk
b. Nafsu makan mencegah mual
bertambah e. Monitor mual
f. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual
g. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
h. Berikan makanan sedikit tapi
menarik
i. Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
j. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat rendah lemak
k. Kolaborasi pemberian
antiemetik
4 Gangguan Setelah dilakukan a. Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas tindakan keperwatan keluhan fisik lain
fisik diharapkan : b. Identifikasi toleransi fisik
a. Tidak terjadi melakukan pergerakan
kekakuan sendi c. Monitor kondisi umum selama
b. Gerakan terkoodinasi melakukan mobilisasi
c. Gerakan tidak d. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
terbatas dengan alat bantu
d. Tidak terjadi e. Libatkan keluarga untuk
kelemahan fisik membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
f. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
g. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
h. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

4. Evaluasi
Diharapkan bahwa hasil evaluasi sesuai dengan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Joseph, N. 2011. Ginekologi dan Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Nurarif. A. H., Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarka


Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC jilid 2. Jakarta: EGC

Runiari, N. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis


Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

SDKI, DPP & PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik Ed. 1. Jakarta: DPPPPNI

SDKI, DPP & PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan Ed. 1. Jakarta: DPPPPNI

SDKI, DPP & PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Ed. 1. Jakarta: DPPPPNI

Wiknjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai