Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL

EFEKTIVITAS SENAM HAMIL TERHADAP KUALITAS


TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS TIRAWUTA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR
TAHUN 2019

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan pada


Program Studi Diploma DIV Kebidanan Universitas Mega Rezky Makassar

OLEH :
NENGSI AMBARWATI
NIM. 912312910106.091

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan kondisi perubahan fisik, psikis, dan sosial.

Seorang wanita dewasa yang mengalami kehamilan dituntut untuk siap secara

fisik dan secara psikologis (Palifiana dan Wulandari, 2018). Kesiapan dalam

menghadapi perubahan fisiologis dan psikologis pada saat masa kehamilan

sangat dibutuhkan guna melindungi fungsi normal dalam menyediakan

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin (Suryani dan

Handayani, 2018). Kehamilan bukanlah suatu penyakit melainkan kondisi

normal seorang wanita. Penyakit atau komplikasi dapat terjadi pada masa

kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang dapat membahayakan ibu

ataupun janin yang dikandung. Hal ini sangatlah penting untuk

memperhatikan janin yang dikandungnya (Anggerian, 2018).

Saat kehamilan hampir semua wanita dalam memenuhi kebutuhan

tidur tidak optimal. Hal tersebut terjadi karena perubahan-perubahan yang

dialami ibu hamil. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan muncul

keluhan-keluhan seperti nyeri punggung, susah bernapas, tidur kurang

nyenyak, sering kencing, kontraksi perut, pergelangan kaki membengkak,

kram pada kaki dan masih banyak keluhan-keluhan yang lain (Palifiana dan

Wulandari, 2018). Kesulitan dalam pemenuhan istirahat tidur dapat membuat

kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi kurang, mudah lelah, badan terasa

pegal, tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Selain harus


menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, wanita hamil harus berjuang

menghadapi stamina yang menurun drastis (Renityas et al., 2017).

Jumlah kasus ibu hamil di Indonesia pada tahun 2017, mencatat

terdapat 5.320.550 ibu hamil mengalami penurunan dibandingkan pada tahun

2016 sebanyak 5.354.594 ibu hamil (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,

2017).

Gangguan tidur banyak dialami pada ibu hamil terutama pada usia

kehamilan trimester III. Wanita hamil mengalami kecemasan yang berakibat

munculnya depresi dan kesulitan tidur atau insomnia. Kesulitan tidur pada

wanita hamil bisa berupa penurunan durasi tidur ibu hamil (Wahyuni, 2013).

Gangguan tidur selama kehamilan terjadi selama trimester I (13%-

80%) dan trimester III (66%-97%). Pada trimester III jumlah gangguan tidur

lebih tinggi dibandingkan trimester awal (Renityas et al., 2017).

Kebutuhan istirahat tidur apabila belum terpenuhi akan berpengaruh

terhadap kesehatan janin. Ibu hamil memerlukan sekitar 8 jam untuk tidur di

malam hari, selain itu tidur siang juga dibutuhkan oleh ibu hamil. Ketika

memasuki trimester III semakin banyak keluhan-keluhan yang dirasakan ibu

sehingga mengganggu istirahat dan tidur. Periode yang membutuhkan

perhatian khusus adalah selama trimester III karena masa ini masa terjadinya

pertumbuhan dan perkembangan janin yang meningkat drastis menyebabkan

ibu hamil merasa sukar tidur. Peningkatan tinggi fundus uteri yang disertai

pembesaran perut membuat beban tubuh lebih kedepan (Palifiana dan

Wulandari, 2018).
Gangguan tidur menimbulkan depresi dan stress yang berpengaruh

pada janin. Hal ini akan memperbesar resiko berat bayi lahir rendah dan

beberapa komplikasi kesehatan lainnya. Upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan

adalah dengan program yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan,

yaitu kelas ibu hamil, yang didalam programnya terdapat senam hamil

(Maryunani, 2011).

Senam hamil terbukti dapat membantu dalam perubahan metabolisme

tubuh selama kehamilan. Kegiatan ini mengakibatkan meningkatnya

konsumsi oksigen untuk tubuh, aliran darah jantung, dan curah jantung.

Perubahan-perubahan peranan jantung atau kardiovaskuler selama kehamilan

dengan melakukan senam hamil akan membantu fungsi jantung sehingga ibu

hamil akan merasa lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas (Vivian, 2012).

Salah satu manfaat senam hamil secara teratur secara teratur dan

terukur yaitu meningkatkan kualitas tidur dan menguasai teknik-teknik

pernapasan dan dapat mengatur diri kepada ketenangan (Rukiyah, 2014).

Senam hamil sebagai salah satu alternatif dan pelayanan prenatal yang dapat

memutuskan siklus kecemasan dan meningkatkan rasa nyaman ibu hamil

ketika tidur ataupun untuk mengurangi keluhan-keluhan ibu hamil yang

mengakibatkan penurunan durasi tidur ibu hamil (Wahyuni, 2013).

Berdasarkan penelitian Sumardani (2016), peneliti memperoleh hasil 3

ibu mempunyai kualitas tidur yang baik (waktu yang dibutuhkan untuk tidur

di malam hari 5-6 jam, mulai tertidur di malam hari 16-30 menit dan 1-2 kali

terbangun di malam hari) dimana 1 ibu mengalami cemas ringan (tidak


pernah merasa mudah tersinggung, gelisah ataupun takut bila memikirkan

akan menghadapi persalinan) dan 2 ibu mengalami cemas sedang (tidak

pernah merasa mudah tersinggung, namun sering gelisah ataupun takut bila

memikirkan akan menghadapi persalinan). Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu hamil trimester III mempunyai kualitas tidur kategori

buruk meskipun mereka mengalami cemas kategori ringan.

Berdasarkan pengambilan data awal yang telah dilakukan di UPTD

Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur, pada tahun 2018 dari 369 ibu

hamil yang memeriksakan kehamilannya, terdapat 148 (40%) ibu hamil yang

mengikuti kegiatan senam hamil. Sedangkan pada tahun 2019 terhitung dari

bulan Januari sampai November, ibu yang mengikuti kegiatan senam hamil

sebanyak 114 (37,7%) orang dari 302 ibu hamil.

Berdasarkan survey awal peneliti di UPTD Puskesmas Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur terhadap ibu hamil trimester III yang dilakukan

dengan memberikan kuesioner pada 10 orang ibu hamil mengenai kualitas

tidur pada ibu hamil yang belum mengikuti senam hamil, terdapat 80% ibu

hamil yang mengalami kualitas tidur yang buruk dan 20% ibu hamil yang

mengalami kualitas tidur yang baik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan

penelitian tentang “Efektivitas Senam Hamil terhadap Kualitas Tidur pada

Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan


yaitu “apakah senam hamil efektif terhadap peningkatan kualitas tidur pada

ibu hamil trimester III di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas senam hamil terhadap kualitas tidur

pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan teoritik bagi ilmu kesehatan, sebagai sumber

referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil.

2. Manfaat Praktis

2.1 Bagi ibu hamil dapat menjadi sarana informasi atau pengetahuan yang

lebih tentang manfaat senam hamil terhadap kualitas tidur pada ibu

hamil.dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan senam hamil.

2.2 Bagi puskesmas dapat memberikan masukan dan informasi yang

bermanfaat bagi pelayanan kesehatan untuk lebih memperhatikan betapa

pentingnya program senam hamil terhadap peningkatan kualitas tidur

pada ibu hamil trimester III, serta mempertahankan program yang sudah

ada menjadi lebih baik.

2.3 Bagi institusi diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem

pendidikan, terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan

gambaran serta informasi bagi penelitian selanjutnya.


2.4 Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan penelitian yang berkaitan atau penelitian yang sejenisnya

yang dapat dikembangkan di kemudian hari.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga dalam 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, S. 2011).

Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambung dan

terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukkan

plasenta, dan tumbuh-kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2010).

2. Ketidaknyaman Umum Selama Kehamilan

Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada

ibu. Oleh karena itu, peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara

kehamilan. Pada primigravida merupakan suatu kondisi kehamilan yang

pertama kali dialami oleh ibu maka asuhan antenatal care merupakan
standar terpenting dalam mendeteksi dini komplikasi yang terjadi, baik

pada ibu maupun pada janin.

Menurut (Mayang Sari, 2014) perubahan fisik pada ibu hamil

seperti perubahan bentuk tubuh yang semakin membesar, munculnya

jerawat diwajah atau kulit muka yang mengelupas. Menurut Morgan, G

(2009) Beberapa bentuk ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil

yaitu :

2.1. Nyeri Punggung

Nyeri punggung diakibatkan adanya ketegangan otot karena

perpindahan pusat gravitasi tubuh yang disebabkan oleh pembesaran

uterus, kadar progesteron dalam darah yang tinggi sehingga melunakkan

kartilago dan mengurangi kestabilan sendi panggul yang memungkinkan

terjadinya gerakan, serta terjadi relaksasi otot abdomen terutama pada

multigravida.

2.2. Konstipasi

Kadar hormon progesteron saat hamil yang menyebabkan

relaksasi otot polos pada usus sehingga menyebabkan penurunan

motilitas, tonus serta peristaltik pada saluran cerna. Konstipasi juga

terjadi akibat kompresi mekanis pada usus akibat pembesaran uterus serta

konsumsi vitamin tambahan dengan zat besi atau kasium.

2.3. Edema Lokal

Kadar estrogen yang tinggi membuat pembuluh darah rentan,

gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan pada ekstremitas

bawah. Serta penambahan volume darah selama kehamilan.


2.4. Keletihan

Pada trimester I keletihan disebabkan karena adanya peningkatan

konsumsi oksigen, kadar progesteron, dan kebutuhan janin juga karena

perubahan psikososial. Sedangkan pada trimester III, gangguan tidur

akibat peningkatan berat badan dan ketidaknyamanan fisik.

2.5. Sakit Kepala

Sakit kepala dipicu oleh vasodilatasi akibat kadar progesteron

dalam sirkulasi, edema jaringan akibat kongesti vaskular, stress,

keletihan, serta kadar gula darah rendah.

2.6. Nyeri Ulu Hati

Nyeri ulu hati disebabkan akibat peningkatan kadar progesteron

dan estrogen dalam sirkulasi yang menyebabkan penurunan peristaltik

dan refluks isi lambung atau duodenum ke esofagus bagian bawah.

2.7. Hemoroid

Hemoroid dipicu oleh peningkatan tekanan vena pada panggul

yang disebabkan oleh pembesaran uterus, efek relaksasi progesteron

pada dinding dan katup vena, konstipasi dan pengerasan feses.

2.8. Insomnia

Insomnia terjadi karena adanya faktor kecemasan dan

ketidaknyamanan pada fase akhir kehamilan, serta adanya perubahan

dalam siklus tidur-terjaga yang sifatnya normal pada akhir kehamilan.

2.9. Leukorea/Keputihan

Kadar estrogen yang tinggi yang menyebabkan peningkatan

vaskularitas dan hipertrofi kelenjar serviks dan sel vagina.


2.10. Nokturia

Nokturia sering terjadi pada kehamilan trimester I dan III,

diakibatkan adanya pembesaran uterus pada rongga pelvik yang

menyebabkan tekanan pada kandung kemih.

2.11. Mual

Terjadinya mual disebabkan peningkatan hormon yang tiba-tiba,

terutama kadar estrogen, dan efek endokrin pada sistem syaraf pusat yang

mengendalikan mual dan muntah.

2.12. Kram Tungkai

Kram tungkai terjadi karena ketidakadekuatan atau gangguan

asupan kalsium, serta adanya tekanan dari pembesaran uterus pada saraf

ekstremitas bawah, terjadi terutama pada trimester II dan III.

2.13.Nyeri Sekeliling Ligamen

Nyeri dikarenakan pertumbuhan selama kehamilan, yang

menyebabkan ligamen (struktur penopang uterus) meregang dan sering

berkontraksi, menyebabkan timbulnya nyeri tajam di sepanjang sisi

abdomen, dan diatas area inguinal.

2.14. Kesemutan dan Mati Rasa pada Jari Tangan

Kesemutan pada jari tangan terjadi karena peningkatan lordosis

dan tekanan di punggung bawah disertai bahu terdorongke depan

(kebanyakan terjadi pada malam dan dini hari).

2.15. Sesak Napas

Sesak napas dipicu oleh pembesaran uterus, menekan ke arah

organ abdomen dan diafragma yang mencegah ekspansi penuh paru-paru,


serta tekanan dari uterus gravidarum ke arah vena cava yang menurunkan

aliran darah vena balik ke jantung, sehingga membuat ibu menjadi sesak

napas.

2.16. Sindrom Hipotensi pada Posisi Telentang

Hal ini dapat terjadi akibat penumpukan darah pada ekstremitas

bawah, ekspansi dan penekanan vena cava dan paru-paru oleh uterus.

2.17. Varises

Terjadi akibat peningkatan kadar progesteron yang mampu

menyebabkan relaksasi dinding dan katup vena, serta otot

disekelilingnya. Varises juga dapat terjadi karena penggunaan pakaian

yang ketat atau duduk lama yang mengganggu aliran darah balik dari

vena dari ektremitas.

3. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Atas dasar berbagai perubahan fisik dan fisiologis serta munculnya

berbagai ketidaknyamanan selama masa kehamilan, maka sudah pasti ibu

hamil memiliki berbagai kebutuhan khusus. Menurut Asrinah, dkk. (2010)

Kebutuhan dasar ibu hamil diantaranya sebagai berikut :

3.1. Oksigen

Meningkatnya jumlah progesteron selama kehamilan

mempengaruhi pusat pernapasan. Pada trimester III, janin membesar dan

menekan diafragma, menekan vena cava inferior, yang menyebabkan

napas menjadi pendek-pendek. Perubahan ini biasanya menyebabkan

ketidaknyamanan pada wanita hamil. Fungsi relaksasi bisa membantu

seorang wanita mengatasi hal ini yaitu diantaranya dengan pernapasan.


Selain itu, pernafasan bisa melatih otot dinding perut dan diafragma

sehingga berfungsi saat persalinan.

3.2. Personal Hygiene

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan

anatomik pada perut, area genetalia dan lipatan paha, serta payudara

menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah

terinvestasi oleh mikroorganisme. Merawat kebersihan gigi, rutinitas

mandi, perawatan rambut, payudara, vagina, dan perawatan kuku.

3.3. Seksual

Kehamilan bukan merupakan halangan untuk berhubungan

seksual, hanya saja pada saat kehamilan sedapat mungkin dikurangi

terutama pada kehamilan muda dan tua.

3.4. Pakaian

Pakaian yang dikenakan harus selalu bersih, nyaman, longgar,

dan tidak ada ikatan yang ketat di daerah perut, serta mudah menyerap

keringat. Ibu hamil juga dianjurkan memakai sepatu dengan hak rendah.

3.5. Pekerjaan

Seorang wanita hamil tetap boleh bekerja namun aktivitas yang

dijalaninya tidak boleh terlalu berat. Istirahat untuk perempuan hamil

dianjurkan sesering mungkin dan disarankan untuk menghentikan

aktivitasnya apabila mereka merasakan gangguan kehamilan.

3.6. Mobilisasi

Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung

bertambah lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser lebih ke belakang


dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering

muncul dari perubahan ini adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki

ketika tidur malam. Ibu hamil harus mengetahui cara memperlakukan diri

dengan baik, dan kuat berdiri, duduk, dan mengangkat badan tanpa

menjadi tegang.

3.7. Eliminasi

Keluhan yang seing muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Tindakan

pencegahan konstipasi yang dapat dilakukan adalah dengan

mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih,

terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Sedangkan sering BAK

merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil trimester I dan

III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Tindakan mengurangi

asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan,

karena akan menyebabkan dehidrasi.

3.8. Istirahat

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang dilakukan,

wanita hamil harus menghindari duduk dan berdiri dalam waktu yang

lama. Pola istirahat ibu harus benar-benar dijaga, tidur malam kurang

lebih 8 jam dan tidur siang 2 jam. Ibu hamil dianjurkan untuk

merencanakan periode istirahat, terutama saat memasuki trimester III.

Posisi berbaring miring dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterin

dan oksigenasi fetoplasental.


3.9. Olahraga

Olahraga bisa memberi energi dan membantu tidur lebih baik.

Kegiatan tersebut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi

ketegangan dan melepaskan hormon yang mengurangi rasa sakit dan

mengangkat mood. Olahraga juga bisa meningkatkan kekuatan. Olahraga

yang paling aman saat hamil adalah senam hamil/exercise.

B. Tinjauan Umum tentang Kualitas Tidur

1. Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan ukuran dimana seseorang itu dapat

kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur.

Kualitas tidur seseorang itu dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,

dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun

tidur (Sinta, 2016).

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan

untuk mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang baik akan

ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa

semangat untuk melakukan aktivitas (Agustin, 2012).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat

terbangun. Kualitas tidur yang mencakup aspek kuantitatif dari tidur,

seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif, seperti tidur dalam

dan istirahat. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM

dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012).


Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan.

Tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia:

Tabel 2.1.
Durasi Tidur Berdasarkan Usia Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah kebutuhan


0 – 1 bulan Bayi baru lahir 14 – 18 jam/hari
1 bulan - 18 bulan Masa Bayi 12 – 14 jam/hari
18 bulan - 3 tahun Masa Anak 11 – 12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
12 tahun - 18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
18 tahun - 40 tahun Masa Dewasa 7 –8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun Masa Muda Paruh Baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
Sumber: Hidayat, 2008

Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat REM

(Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Tidur

NREM dibagi menjadi empat tahap. Tahap I adalah jatuh tertidur, orang

tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari telah tertidur. Kedutan

atau sentakan otot mendanakan relaksasi selama tahap I. Tahap II dan III

meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit

untuk dibangunkan (Asmadi, 2008).

2. Faktor-Faktor Terjadinya Gangguan Tidur

Penyebab gangguan atau susah tidur diantaranya :

2.1. Faktor psikologi (Stres dan Depresi)

Stres yang berkepanjangan sering menjadi penyebab dari

insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat

menjadi penyebab insomnia transient. Depresi paling sering ditemukan.

Bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diinginkan adalah gejala
paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa dan gangguan psikologi

lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

2.2. Sakit fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit

jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada

yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur, sehingga seringkali

mengalami frekuensi terbangun yang sering, dan nokturia atau berkemih

pada malam hari.

2.3. Faktor lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat,

lintasan kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor

penyebab susah tidur.

2.4. Gaya hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang

tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

2.5. Usia

Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung

berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir. Usia

mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah usia seseorang,

semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai masalah.

2.6. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu

laki- laki dan perempuan. Wanita secara psikologis memiliki mekanisme

koping yang lebih rendah dibdaningkan dengan laki-laki dalam


mengatasi suatu masalah. Dengan adanya gangguan secara fisik maupun

secara psikologis tersebut maka wanita akan mengalami suatu

kecemasan, jika kecemasan itu berlanjut maka akan mengakibatkan

seseorang wanita lebih sering mengalami kejadian insomnia

dibandingkan dengan laki-laki. Durasi tidur yang lebih panjang atau lebih

pendek dari 7-8 jam selama 24 jam berhubungan dengan penyakit

jantung dan faktor risiko diabetes, depresi, berkendara dan kecelakaan

kerja, belajar dan masalah memori, dan mortalitas. Durasi tidur pendek

dikaitkan dengan faktor usia menua dan gender perempuan (Krueger dan

Friedman, 2017).

Kehamilan dan mengasuh mendukung gaya hidup yang sehat,

tetapi merawat anak-anak dapat mengganggu tidur, dan perubahan

hormonal meningkatkan tidur pada ibu hamil. Merokok dan

mengkonsumsi alkohol memberikan efek penurunan durasi tidur, dan

kurangnya aktivitas fisik dikaitkan dengan durasi tidur pendek maupun

panjang. Perilaku hidup sehat dapat meningkatkan ataupun menekan

rangsangan fisiologis tubuh atau mengindikasikan gaya hidup yang

mengganggu kesehatan tidur yang baik. Kesehatan yang buruk juga dapat

menggangu tidur sehingga dapat meningkatkan nyeri dan

ketidaknyamanan, menimbulkan masalah pernapasan, ataupun

meningkatkan stres atau memberi efek pada rangsangan fisiologis seperti

kecemasan dan depresi (Krueger dan Friedman, 2017)

3. Kualitas Tidur pada Kehamilan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidur pada ibu hamil, di

antaranya ialah keadaan perut yang semakin membesar sehingga sulit

untuk menentukan posisi tidur yang nyaman, gerakan janin, tertekannya

kandung kemih akibatnya sering berkemih sehingga wanita hamil sering

terjaga di malam hari (Tiran, 2015), serta kekhawatiran calon ibu untuk

tidur dalam posisi tertentu karena takut janin di dalam kandungannya

menjadi tidak nyaman (Lamadhah, 2011).

Sharma dan Franco (2014), mengatakan bahwa 97% wanita hamil

pada trimester ketiga mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang

sering dialami oleh ibu hamil adalah penurunan durasi tidur. Penurunan

durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu hamil menurun,

konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood

bekerja, dan cenderung emosional. Hal ini dapat membuat beban

kehamilan menjadi semakin berat.

Gangguan tidur menimbulkan depresi dan stres yang berpengaruh

pada janin yang dikandungnya. Stres ringan menyebabkan janin

mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stres yang berat dan lama

akan membuat janin menjadi hiperaktif. Akibat lanjut dari gangguan tidur

ini adalah depresi dan bayi yang dilahirkan memiliki sedikit waktu tidur

yang dalam (Field dkk., 2017).

C. Tinjauan Umum tentang Senam Hamil


1. Pengertian Senam Hamil

Senam hamil bukan merupakan suatu keharusan. Namun, dengan

melakukan senam hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu

kelancaran proses, antara lain dapat melatih pernapasan, relaksasi,

menguatkan otot-otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang

benar (Asrinah, dkk. 2010).

Senam hamil merupakan senam yang dilakukan untuk

mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk

berfungsi secara optimal dalam persalinan normal (Manuaba, 2013).

Senam hamil adalah latihan berupa beberapa gerakan tertentu yang

dilakukan khusus untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil (Mandriwati,

2013).

Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu

hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental

untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan

spontan (Mellyna, 2013).

2. Manfaat Senam Hamil

Senam hamil dinilai dapat memberi dorongan serta melatih fisik

dan psikologis ibu secara bertahap agar ibu mampu menghadapi berbagai

ketidaknyamanan yang timbul selama masa kehamilan. Bila dicermati

lebih lanjut, sebenarnya dalam gerakan senam hamil terkandung efek

relaksasi yang dapat menstabilkan kecemasan dan mengurangi rasa takut

dengan cara relaksasi fisik dan mental, serta mendapatkan informasi yang
mempersiapkan mereka untuk mengalami apa yang akan terjadi salama

persalinan dan kelahiran. (Wibowo & Larasati, 2012).

Senam hamil yang teratur dapat mengurangi ketidaknyamanan dan

keluhan- keluhan ibu dalam menghadapi kehamilan, seperti; nyeri

punggung, mual, kejang tungkai, konstipasi, sesak nafas, serta kecemasan

(Kusmiyati dkk, 2009). Senam hamil juga berguna melancarkan sirkulasi

darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur

menjadi lebih nyenyak (Sulistyawati, 2009).

Gerakan senam hamil dapat mempengaruhi kualitas tidur ibu

hamil. Salah satu gerakan senam hamil adalah gerakan relaksasi. Secara

fisiologis latihan relaksasi pada senam hamil akan menimbulkan relaks

yang melibatkan saraf parasimpatis dalam sistem saraf pusat. Dimana

salah satu fungsi saraf parasimpatis ini adalah hormone adrenaline dan

epinefrin (hormone stress) dan meningkatkan ekskresi hormone

nonadrenaline dan nonepinefrin (hormone relaks) sehingga terjadi

penurunan kecemasan serta ketegangan pada ibu hamil yang

mengakibatkan ibu hamil menjadi relaks (Wulandari, 2006).

Dengan demikian ibu hamil dapat tidur dengan mudah dan nyaman,

mengingat pentingnya senam hamil sebagai salah satu alternatif untuk

mengurangi keluhan-keluhan yang mengakibatkan penurunan durasi tidur

ibu hamil (Wahyuni, 2013). Sedangkan menurut Asrinah (2010), manfaat

senam hamil secara teratur dan terukur ialah sebagai berikut:

2.1. Memperbaiki sirkulasi darah

2.2. Membantu menyediakan Energi


2.3. Mengurangi pembengkakan

2.4. Memperbaiki keseimbangan otot

2.5. Mengurangi resiko komplikasi kehamilan seperti gangguan

gastrointerstinal, termasuk sembelit

2.6. Membantu mengurangi stress dan membangkitkan suasana hati

2.7. Mengurangi ketidaknyamanan saat hamil

2.8. Membuat tidur lebih nyenyak

2.9. Menguatkan otot perut

2.10. Membantu tubuh mempersiapkan kelahiran

2.11. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan

3. Syarat-Syarat Melakukan Senam Hamil

Menurut Sulastri (2012) beberapa persyaratan yang harus

diperhatikan untuk melakukan senam hamil yaitu :

3.1. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau

bidan

3.2. Latihan harus dilakukan secara teratur dalam suasana yang tenang

3.3. Berpakaian cukup longgar

3.4. Menggunakan kasur atau matras

3.5. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin

3.6. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah

pimpinan instruktur senam hamil.

4. Konta Indikasi Senam Hamil

Indivara (2016) menjelaskan ada beberapa kontra indikasi senam

hamil yang harus diperhatikan, antara lain:


4.1. Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak

Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit paru,

serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan pervaginam

pada trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta previa,

preeklamsi maupun hipertensi.

4.2. Kontra Indikasi Relatif

Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung tidak

teratur, paru bronchitis kronis, riwayat diabetes mellitus, obesitas, terlalu

kurus, penyakit dengan riwayat operasi tulang ortopedi dan perokok

berat.

Menurut Yuliarti (2012), dalam beberapa kondisi senam hamil

harus dihentikan. Ada beberapa tanda dan gejala senam hamil harus

dihentikan, antara lain:

4.2.1. Rasa nyeri, terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada

persendian

4.2.2. Kontraksi rahim yang lebih sering (interval kurang dari 20 menit)

4.2.3. Perdarahan pervaginam, keluarnya cairan ketuban

4.2.4. Nafas pendek yang berlebihan

4.2.5. Denyut jantung yang meningkat (lebih dari 140 kali per menit)

4.2.6. Mual dan muntah yang menetap

4.2.7. Kesulitan berjalan

4.2.8. Pembengkakan yang menyeluruh

4.2.9. Aktifitas janin yang berkurang


Ada beberapa gerakan yang harus dihindari ibu hamil saat

melakukan senam hamil yaitu mengangkat kedua kaki dan sit-up dengan

kaki tetap lurus. Gerakan ini sangat beresiko tinggi untuk dilakukan siapa

pun dan dapat mengakibatkan cidera kompresi pada diskus vertebralis dan

kerusakan otot serta ligamen terutama pada ibu hamil karena adanya

peregangan otot dan ligamen yang lentur. Ibu hamil dianjurkan

menghindari posisi berdiri lama, dan duduk atau berbaring dengan kaki

menyilang agar sirkulasi tidak terganggu (Brayshaw, 2017).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi untuk Senam Hamil

5.1. Usia Kehamilan

Senam hamil pada kehamilan normal dapat dimulai pada

kehamilan kurang lebih 16-38 minggu (Jannah, 2012). Pada sumber lain

dikatakan senam hamil biasanya bisa mulai diberikan setelah keluhan-

keluhan yang biasa timbul pada periode kehamilan muda seperti mual

sampai muntah, tidak ada perdarahan dalam kehamilan atau kehamilan

sudah memasuki mid trimester, yaitu sekitar usia 20 minggu kehamilan,

karena pada usia kehamilan ini plasenta telah terbentuk sempurna sehingga

kemungkinan untuk terjadinya ancaman keguguran lebih kecil (Wagey,

2011).

5.2. Pendidikan dan pengetahuan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mempengaruhi

keikutsertaan ibu dalam senam hamil. Semakin tinggi pengetahuan ibu

hamil tentang senam hamil, maka makin tinggi pula minat ibu dalam

melakukan senam hamil (Sa’adah, 2013).


5.3. Status kesehatan ibu

Ibu yang dapat melakukan senam hamil adalah ibu dengan status

kesehatan yang baik dan memenuhi syarat untuk senam hamil. Maka dari

itu, sebelum melaksanakan senam hamil ibu terlebih dahulu diperiksa

kesehatannya, apakah ibu memiliki kondisi yang kontraindikasi dengan

senam hamil atau tidak (Yuliasari,2010)

5.4. Status Sosial

Peneliatian Widiantari (2015) menunjukkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara dukungan sosial suami dan keikutserataan ibu dalam

mengikuti kelas ibu hamil. Dukungan sosial suami merupakan faktor

yang paling berperan untuk berpartisipasi. Dukungan tersebut berupa

dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informational,

dan dukungan ekonomi bagi ibu untuk mengikuti senam hamil.

6. Gerakan Senam Hamil

Gerakan-gerakan pada senam hamil memiliki ciri khas nya sendiri.

Adapun gerakan-gerakan tersebut manurut Wagey (2011) yaitu :

6.1. Pemanasan dan pendinginan

6.1.1. Pengaturan pernafasan

Sambil jalan ditempat tarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat

mulut. Saat menarik nafas, tangan diangkat ke atas, waktu membuang

nafas tangan diturunkan.

6.1.2. Peregangan leher

Tetap jalan ditempat, pegang perut dengan kedua tangan, tunduk

tegakkan kepala miring kekanan dan kekiri serta tengok kanan kiri.
6.1.3. Memutar bahu kebelakang

Dengan posisi kangkang dan lutut sedikit ditekuk atau sambil duduk,

bahu diputar ke belakang bergantian kanan dan kiri.

Gambar 1 Gerakan Bahu Senam Hamil


Sumber: Manuaba, 2010

6.1.4. Peregangan otot samping

Dengan panggul ke kanan dan ke kiri, regang otot samping sambil

menarik satu tangan bergantian. Pada saat peregangan dipertahankan

beberapa detik.

6.1.5. Peregangan lengan, punggung dan pinggang

Dengan posisi membungkuk kita lempar-tarik lengan ke depan dan

selanjutnya ke bawah untuk meregang pinggang.

6.1.6. Peregangan kencang panggul

Dengan satu kaki jinjit miring bergantian, rasakan peregangan panggul

dan tarik dubur maupun perut bagian bawah ke dalam.

6.1.7. Ayun tungkai kedepan disertai ayunan lengan.

6.2. Latihan kebugaran

6.2.1. Langkah depan, lengan depan atas

Dengan posisi berdiri tungkai kanan melangkah maju satu kali diikuti

tungkai kiri merapat. Bersamaan dengan itu dorong kedua lengan lurus
ke depan setinggi bahu, selanjutnya lakukan langkah mundur satu kali

bersamaan dengan gerakan kedua lengan atas.

6.2.2. Langkah depan, lengan bawah samping

Gerakan tungkai seperti latihan pertama, hanya kedua tangan diayun ke

bawah pada saat langkah mundur keduatangan dibuka kesamping.

Gambar 2 Gerakan Langkah Depan Lengan Bawah Samping


Sumber: Nurhudhariani, 2015

6.2.3. Langkah samping, ayun lengan depan

Gerakan tungkai melangkah ke kanan satu kali, dengan tungkai kiri

merapat, bersamaan dengan itu kedua lengan diangkat lurus ke depan

setinggi bahu dan diturunkan kembali, dilanjutkan gerakan dengan arah

sebaliknya.

6.2.4. Langkah samping, ayun lengan samping

Langkah sama dengan langkah tiga, namun kedua lengan diayunkan ke

samping kemudian diturunkan.

6.2.5. Kebelakang, lengan depan atas

Gerakan sama dengan latihan pertama, hanya variasi langkah tungkai ke

belakang.

6.2.6. Langkah belakang, lengan bawah samping

Gerakan sama dengan latihan kedua, hanya variasi langkah ke

belakang.
6.2.7. Langkah samping, tangan atas

Langkahkan kaki ke kanan, dan ikuti dengan kaki kiri. Langkah ke kiri

kembali ke posisi semula. Sambil melangkah, naikkan kedua lengan ke

atas dan ke bawah.

6.2.8. Langkah samping, tangan bawah

Langkahkan kaki seperti pada latihan tujuh, namun lengan bawah

diayun kebelakang-depan dengan posisi lengan atas ke belakang.

6.2.9. Langkah depan tegak anjur

Langkahkan tungkai kanan ke depan, dan ikuti dengan langkah tungkai

kiri posisi membuka (tegak-anjur). Ulangi langkah maju sekali lagi, dan

teruskan dengan langkah mundur ke posisi semula. Lakukan gerakan

lengan seperti memompa, baik pada saat maju maupun mundur.

Teruskan dengan mengangkat kaki ke atas bergantian kanan dan kiri.

6.2.10. Langkah samping, putar lengan

Lakukan gerakan dua langkah ke kanan dan ke kiri dengan satu lengan

diputar bergantian. Kombinasikan dengan gerakan memutar kedua

lengan dan membuka lengan pada posisi tekuk siku. Variasikan pula

dengan gerakan kaki jinjit.

6.3. Latihan penguatan dan peregangan

6.3.1. Penguatan otot leher

Satu tangan menyangga kepala, yang lain berkacak pinggang.

Dorongkan kepala ke tangan dan dorongkan tangan ke kepala. Lakukan

bergantian dengan sisi yang lain.


6.3.2. Penguatan otot bahu

Tekuk satu tangan di atas bahu, dengan tangan lain lurus ke samping,

lakukan gerakan ngeper baik pada tangan maupun kaki. Lakukan

bergantian antara tangan kanan dan kiri.

6.3.3. Penguatan otot lengan depan

Tekuk kedua lengan di depan badan bersama-sama, sambil angkat dan

tekuk kaki bergantian ke atas.

6.3.4. Penguatan otot

Kaitkan kedua lengan lurus dibelakang badan, gerakkan naik turun

dengan posisi kaki berdiri tegak.

6.3.5. Penguatan otot perut

Dengan posisi kaki kangkang dan lutut sedikit ditekuk, gerakkan satu

tangan lurus dan atas sampai kedepan badan bersamaan dengan

mengkontraksikan otot peru maupun otot dasar panggul.

6.3.6. Penguatan otot kaki

Ambil posisi duduk dengan kedua tangan menyangga di belakang

badan, luruskan kaki ke depan ke belakang bergantian dan teruskan

dengan kedua kaki bersama-sama. Variasikan gerakan ini dengan

gerakan kaki ke samping maupun memutar.

6.3.7. Penguatan otot samping panggul

Dengan posisi duduk seperti latihan enam, tarik satu tungkai menyilang

tungkai yang lain, tarik kembali sehingga lurus dan ulangi gerakan ini

beberapa kali, bergantian kanan dan kiri.


Gambar 3 Gerakan Penguatan Otot Samping Panggul
Sumber: Manuaba, 2010

6.3.8. Penguatan otot dasar panggul

Dengan posisi duduk bersila, tekan lutut dengan kedua tangan,

bungkukkan badan.

Gambar 4 Gerakan Penguatan Otot Dasar Panggul


Sumber: Nurhudhariani, 2015

6.3.9. Penguatan otot bahu

Dengan posisi duduk bersilang letakkan kedua tangan di atas bahu.

Putar siku ke depan alas, belakang dan bawah berulang kali.

Gambar 5 Gerakan Bahu Senam Hamil


Sumber: Manuaba, 2010
6.3.10. Penguatan otot lengan

Dengan posisi merangkak, julurkan satu lengan ke depan setinggi

bahu. Lakukan gerakan ini bergantian kanan dan kiri.

Gambar 6 Gerakan Merangkak Senam Hamil


Sumber: Nurhudhariani, 2015

6.3.11. Penguatan otot punggung

Dengan posisi merangkak naik turunkan punggug secara perlahan dan

berulang kali.

Gambar 7 Gerakan Penguatan Otot Punggung


Sumber: Nurhudhariani, 2015

6.3.12. Penguatan otot panggul

Dengan posisi merangkak, goyangkan panggul ke kanan dan ke kiri

dengan gerakan ngeper. Ulangi gerakan ini beberapa kali.

6.3.13. Penguatan otot lengan

Dengan posisi merangkak ayunkan badan ke depan dan ke belakang,

kemudian tahan pada posisi panggul di atas tumit beberapa saat.

Ulangi gerakan ini beberapa kali.


6.3.14. Penguatan otot belikat

Dengan posisi tidur telentang kaitkan kedua tangan di belakang

kepala. Tekan kedua lengan ke lantai tahan beberapa detik, kemudian

kendorkan. Ulangi gerakan ini beberapa kali.

6.3.15. Penguatan otot tubuh bagian atas

Dengan posisi tidur telentang dan kedua lutut ditekuk angkat panggul

sampai badan lurus membentuk segitiga antara kedua tungkai bawah

dengan lantai.

Gambar 8 Gerakan Membentuk Segitiga Senam Hamil


Sumber: Manuaba, 2010

6.3.16. Penguatan otot perut bagian atas

Dengan posisi tidur telentang tarik kedua kaki mendekati perut angkat

kepala dan tahan beberapa saat untuk kemudian dikendorkan kembali.

Pada saat mengangkat kepala nafas harus ditahan.

Gambar 9 Gerakan Mengejan Senam Hamil


Sumber: Manuaba, 2010
6.3.17. Penguatan otot panggul dan perut bagian bawah

Dengan posisi tidur telentang tekuk kedua lutut dan kemudian

gerakkan kedua lutut bersama-sama ke arah lantai, kembali ke posisi

semula dan gerakkan kedua lutut kearah yang lain. Ulangi gerakan ini

beberapa kali.

6.4. Latihan relaksasi

6.4.1. Relaksasi otot muka

Kerutkan otot muka, tahan 1 sampai 2 detik, kemudian lepaskan

sehingga betul-betul terasa relaksasi. Ulangi latihan ini beberapa kali.

Posisi tidur terlentang, lutut ditekuk.

6.4.2. Relaksasi lengan-tangan

Dengan posisi tidur terlentang angkat lengan bawah 900 dari lantai.

Genggam tangan dan kerutkan lengan kuat-kuat pertahankan 1-2

detik, dan lepaskan kembali. Ulangi beberapa kali.

6.4.3. Relaksasi otot perut dan dasar panggul

Dengan posisi terlentang atau miring, kerutkan otot perut, tahan 1-2

detik, lalu lepaskan. Ulangi beberapa kali, tarik juga dan perut bawah

ke dalam.

6.4.4. Relaksasi kaki dan tungkai

Dengan posisi tidur terlentang atau miring luruskan ujung kaki

menghadap ke bawah tahan beberapa detik kemudian lepaskan.


Gambar 10 Gerakan Kaki Senam Hamil
Sumber: Manuaba, 2010

6.4.5. Relaksasi seluruh tubuh

Dengan posisi tidur terlentang atau miring, kontraksikan seluruh otot

dan ambil nafas teratur, relaks. Bayangkan sesuatu yang

menyenangkan dan nikmatilah relaksnya tubuh.

6.5. Latihan pernapasan

6.5.1. Pernafasan perut

Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping badan, dan relaks, letakkan tangan kiri di atas perut. Tarik

nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung dan tangan

kiri terangkat. Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas

lewat mulut. Ulangi dengan frekuensi 8 kali per menit. Teknik

pernafasan ini digunakan untuk mempercepat relaksasi, mengatasi

stress dan mengatasi nyeri his palsu maupun his permulaan kala I.

Gambar 11 Gerakan Pernapasan Senam Hamil


Sumber: Manuaba, 2010
6.5.2. Pernafasan dada dalam

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping badan dan relaks, letakkan tangan di atas dada. Tarik nafas

dalam melalui hidung dengan mengembangkan dada sehingga tangan

kanan terangkat. Tahan satu sampai dua detik, dan hembuskan nafas

lewat celah bibir sehingga tangan kanan turun mengikuti surutnya

badan. Frekuensi yang dianjurkan 8 kali per menit. Teknik pernafasan

ini menggantikan pernafasan perut apabila nyeri his kala I sudah

cukup .

6.5.3. Pernafasan dada cepat

Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping badan dan relaks tarik nafas cepat melalui hidung dan

hembuskan cepat melalui mulut, mulailah dengan frekuensi 30 kali

per menit yang makin lama makin dipercepat hingga 60 kali per

menit, penrlambat lagi sedikit demi sedikit hingga kembali menjadi 30

kali per menit.

6.5.4. Pernafasan kombinasi perut dan dada

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping dada dan relaks, katubkan kedua tangan pada batas antara

dada dan perut. Lakukan pernafasan perut selama 30 detik. Teknik ini

digunakan untuk mengatasi nyeri his pertengahan kala I.

6.5.5. Pernafasan kombinasi perut, dada dalam, dan dada cepat

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping dada dan relaks. Lakukan pernafasan perut selama 15


detik, lanjutkan dengan pernafasan dada dalam 15 detik, kemudian

pernafasan dada cepat yang makin lama makin dipercepat untuk

kemudian diperlambat dan dilanjutkan pernafasan dada dalam dan

diakhiri pernafasan perut Teknik pernafasan ini digunakan untuk

mengatasi rasa nyeri his pertengahan dan akhir kala I dan juga

mengatasi keinginan mengejan yang belum boleh dilakukan.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Utami (2015) di Tuban yang mengatakan bahwa ibu

hamil yang memiliki kualitas tidur baik memiliki frekuensi

Hasil penelitian Sukorini (2017) di Surabaya bahwa kualitas tidur

buruk yang terjadi pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor lain seperti

gangguan kenyamanan fisik maupun ketakutan ibu hamil menjelang

persalinan. Risiko mengalami kualitas tidur yang buruk meningkat pada ibu

hamil yang memiliki gangguan kenyamanan fisik berat. Selain itu pada ibu

hamil yang mempunyai penyakit meningkatkan risiko untuk mengalami

kualitas tidur buruk.

Hasil penelitian Herdiani, et al. (2019) di wilayah kerja Puskesmas

Ratu Agung Kota Bengkulu didapatkan hasil penelitian pada 26 orang ibu

hamil trimester III bahwa sebanyak 23 ibu hamil mengalami penurunan

kualitas tidur yang kurang baik menjadi baik dari sebelum ke sesudah

melakukan senam hamil.


E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kualitas Tidur pada ibu


hamil
Senam Hamil
Trimester III

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan variabel yang diteliti

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Senam Hamil

Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu

hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental

untuk menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan

spontan (Mellyna, 2013).

Kriteria Objektif :

Ya : Jika dilakukan senam hamil

Tidak : Jika tidak dilakukan senam hamil

2. Kualitas Tidur pada Ibu Hamil Trimester III

Kualitas tidur merupakan ukuran dimana seseorang itu dapat

kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur.

Kualitas tidur seseorang itu dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,

dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun


tidur (Sinta, 2016). Kualitas tidur pada ibu hamil dalam penelitian ini

adalah kualitas tidur yang dirasakan oleh ibu hamil khususnya pada

trimester III dan diukur menggunakan kuesioner The Pittsburgh Sleep

Quality Index (PSQI) yang memiliki 7 komponen pertanyaan yaitu kualitas

tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan fungsi tubuh di

siang hari. Penilaian jawaban berdasarkan skala dari 0-3, dimana skor 3

menggambarkan hal negatif. Rentang jumlah skor adalah 0-21 dari ketujuh

komponennya.

Kriteria Objektif :

Baik : Jika hasil nilai ≤5

Buruk : Jika hasil nilai >5

3. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (Ho)

Tidak terdapat pengaruh senam hamil terhadap kualitas tidur pada

ibu hamil trimester III di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirawuta

Kabupaten Kolaka Timur.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh senam hamil terhadap kualitas tidur pada ibu

hamil trimester III di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirawuta Kabupaten

Kolaka Timur.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan

tujuan untuk mengetahui efektivitas senam hamil terhadap kualitas tidur pada

ibu hamil trimester III.

O1 X O2

Rancangan penelitian ini adalah One Group Pre Test-Post Test Design.

Hal pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah memberikan pretest

(O1) pada subjek untuk mengetahui kualitas tidur ibu hamil sebelum

perlakuan. Selanjutnya diberikan treatment (X) berupa senam hamil pada

subjek. Kemudian dilakukan posttest (O2) pada subjek untuk mengetahui

kualitas tidur setelah perlakuan. Hasil dari O1 dan O2 lalu dibandingkan untuk

melihat perbandingan pretest dan posttest pada subjek.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini belum dilaksanakan.

2. Tempat

Penelitian ini berlokasi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu

hamil trimester III yang mengikuti senam hamil di wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil Trimester

III yang mengikuti senam hamil sesuai dengan kriteria inklusi di wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode

Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Dimana subjek peneliti didapatkan dari ibu hamil

dengan usia kandungan ≥28 minggu yang memeriksakan kandungannya

di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur.

Sampel dalam penelitian adalah sebagian dari populasi dalam penelitian

ini yang memenuhi Kriteria. Adapun Kriteria pengambilan sampel yaitu :

3.1. Kriteria Inklusi:

3.1.1. Kehamilan tunggal

3.1.2. Usia kehamilan ≥28 minggu

3.2. Kriteria Eksklusi:

3.2.1. Pernah mengikuti senam hamil selama hamil terakhirnya

3.2.2. Tekanan darah di atas normal (sistolik ≥130 mmHg dan diastolik ≥90

mmHg)

3.2.3. Perokok berat atau mengkonsumsi alkohol

3.2.4. Memiliki penyakit bawaan.


3.2.5. Menderita kelainan jantung, anemia berat, asthma atau masalah paru-

paru kronik, serviks inkompeten, ataupun kelainan letak plasenta.

3.2.6. Memiliki riwayat perdarahan pervaginam/pendarahan

antepartum

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat pengukuran kualitas

tidur yaitu kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI

membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan

pemeriksaan 7 komponen, yaitu: latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur,

efisiensi kebiasan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan gangguan

fungsi tubuh di siang hari (Agustin, 2012).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data

primer dengan membagikan kuesioner PSQI sebelum dan sesudah

dilakukannya senam hamil.

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

Menurut Notoatmodjo (2012), prosedur pengolahan data melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.

2. Koding
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi

nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Tabulasi

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti.

4. Entry Data

Entri data adalah memasukkan data yang telah ada di tabulasi

kedalam program SPSS.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel

dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data

dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam

bentuk tabulasi, minimum, maksimum, dan mean dengan cara

memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk

melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel

(Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil tes sebelum dan setelah

perlakuan senam hamil maka data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon

sebagai uji alternative dari uji T berpasangan karena didapatkan sebaran

data tidak normal.


H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan

izin kepada responden dan instansi tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan, kemudian melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika yang meliputi :

1. Informed Concent

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang

memenuhi kriteria inklusi. Jika pasien bersedia menjadi responden maka

harus menandatangani lembar persetujuan dan pasien yang menolak tidak

akan dipaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi hanya memberi kode tertentu pada setiap

responden.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai