Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TRANSPLANTASI/DONOR ORGAN
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Issu Global”

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
1. Candra Hari Subagio 6. Rini Dwi Astutik
2. Dwi Irma Lialatul K. 7. Riska Juli Hartanti
3. Eka Deviana 8. Roro Ayu Pramayasti
4. Lafiana Nur Indah 9. Silvi Dwi Anggraini
5. Merist Salsa Biela 10. Wulandini Furi G.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Donor
Organ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Issu
Global Universitas Muhammadiyah Lamongan oleh Ibu Ratih, S.Kep., Ners.,
M.Kes
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian maupun kelengkapan isi. Untuk
itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran dan kritik dari pembaca
guna memperbaiki makalah ini.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi dari
para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang
yang membacanya,

Lamongan, 15 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1Definisi Transplantasi Organ..................................................... 6
2.2 Klasifikasi Transplantasi Organ................................................ 7
2.3 Penyebab Transplantasi Organ.................................................. 9
BAB III Pembahasan Kasus Etik
3.1 Skenario Kasus........................................................................ 10
3.2 Analisa 7 Prinsip Etik.............................................................. 11
3.3 Dilihat Dari Sudut Pandang Agama......................................... 13
3.4 Dilihat Dari Sudut Pandang Budaya........................................ 17
3.5 Aspek Hukum Transplantasi Organ......................................... 17
3.6 Aspek Etik Transplantasi Kodeki............................................ 20
3.7 Aspek Etik Keperawatan......................................................... 21
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan........................................................................ 24
1.2 Saran................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 27
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan saat ini telah
berkembang dengan pesat. Salah satu diantaranya adalah teknik
transplantasi organ manusia. Transplantasi organ manusia merupakan suatu
teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi
lagi dengan organ dari manusia lain yang masih berfungsi dengan baik.
Pada abad ini transplantasi organ telah menjadi salah satu jalan keluar
yang paling berarti dalam dunia kedokteran modern, banyak nyawa manusia
yang tertolong dengan cara transplantasi organ ini. Didukung dengan
semakin majunya ilmu dan teknologi maka tingkat keberhasilan dari
transplantasi yang dilakukan pun semakin tinggi. Tingkat kelangsungan
hidup dari pasien penerima donor pun semakin tinggi, sehingga permintaan
untuk melakukan transplantasi organ meningkat secara global diseluruh
dunia termasuk di Indonesia.
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih merasa tidak rela jika
organ tubuhnya diambil ketika dirinya atau kerabatnya meninggal dunia.
Kondisi ini sangat disayangkan, mengingat banyak pasien yang mengidap
penyakit ginjal, jantung, mata yang sebenarnya masih memiliki peluang
untuk sembuh dan hidup normal terpaksa putus harapan karena donor organ
yang dibutuhkannya tak kunjung tiba. Adanya kontroversi seputar boleh
tidaknya mendonorkan organ dari sudut kepercayaan/agama tertentu juga
menyebabkan ketakutan seseorang untuk mendonorkan organ, akan
melanggar kaidah agamanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksut dengan Donor Organ ?
2. Bagaimana untuk klasifikasi dari Donor Organ ?
3. Apa penyebab terjadinya donor organ ?
4. Bagaimana donor orgn apabila ditinjau dari segi agama ?
5. Bagaimana apabila ditinjau dari segi hukum ?
6. Bagaimana apabila ditinjau dari segi etik keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan penjelasan mengenai donor organ
2. Mengetahui klasifikasi dari donor organ
3. Mengetahui penyebab terjadinya donor organ
4. Mengetahui tinjauan tentang donor organ menurut agama
5. Mengetahui hukum hukum apabila dilakukan donor organ
6. Mengetahui tinjauan tentang donor organ menurut etik keperawatan
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi transplantasi Organ
Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui kecocokan organ dari donor
dan resipen.
Donor organ adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih
memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan
cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi.
Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ
dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang
ditransplantasikan biasanya adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan
mata. Namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat
ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ
adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri
dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan
tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis
untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk
mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat
dikategorikan sebagai ‘life saving’. Live saving maksudnya adalah dengan
dilakukannya transplantasi diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu
seseorang untuk bertahan dari penyakit yang dideritanya (Anonim,2012).
2.2. Klasifikasi Transplantasi Organ
Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:
1. Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat
lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2. Homotransplantasi : pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain.
3. Heterotransplantasi : pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies
ke spesies lain.
4. Autograft
Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini
dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui,
atau jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit
grafts , ekstraksi vena untuk CABG , dll) Kadang-kadang autograft
dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian mengobatinya atau
orang sebelum mengembalikannya (contoh termasuk batang autograft sel
dan penyimpanan darah sebelum operasi ).
5. Allograft
Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua
non-identik anggota genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan
manusia dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik
antara organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan
mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk
menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi .
6. Isograft
Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang
ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis
(seperti kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi
karena sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka
tidak memicu respon kekebalan.
7. Xenograft dan Xenotransplantation
Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah
contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan
sukses. Contoh lain adalah mencoba primata (ikan primata non manusia)
transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas pulau jaringan atau
jaringan).
8. Transplantasi Split
Kadang-kadang organ almarhum-donor biasanya hati, dapat dibagi
antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan
biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara
keseluruhan lebih berhasil.
9. Transplantasi Domino
Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik
karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah
secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang
sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke
orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung (Anonim,2012).
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan
tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi :
a. Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau
organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya
sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada
jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan
sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal.
b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan
organ atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih
hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak
memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan
pankreas (Anonim,2012).

2.3. Penyebab Transplantasi Organ


Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:
1. Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang
hiudp atau yang sudah meninggal.
2. Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut
kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain (Anonim,2012).
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan
tindakan transplantasi, yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri
orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara
biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau
organ.
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima
jaringan atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima
atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik,
mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi (Anonim,2012).
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor
yang hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup
seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang
diambil dari jenazah adalah : jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan
sel otak.
BAB 3
PEMBAHASAN KASUS ETIK

3.1 SKENARIO KASUS


DIDUGA PAKAI ORGAN TUBUH TAHANAN, 15 RISET DI CHINA
DITARIK DARI JURNAL
AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

Belasan riset ditarik karena dicurigai menggunakan organ tubuh dari tahanan yang
dieksekusi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Sebanyak 15 riset ilmiah di China ditarik dari jurnal ilmiah bulan lalu.
Jurnal PLOS ONE dan Transplantation menarik riset tersebut karena curiga
penelitinya menggunakan organ tubuh tahanan yang dieksekusi.
Kelima belas riset, 7 di jurnal Transplantation dan 8 di PLOS ONE,
dipublikasikan antara 2008 dan 2014. Dua di antaranya melibatkan cangkok
ginjal dan sisanya cangkok hati.
Penarikan ini memunculkan kekhawatiran serupa pada dua jurnal ilmiah lainnya,
Clinical Journal of the American Society of Nephrology dan Kidney International.
Demikian dikutip dari Retractionwatch.com, Rabu (21/8/2019).
"Bahwa sebagian besar donor yang sudah meninggal berasal dari orang yang
dieksekusi," tulis Transplantation dalam editorialnya.
Keseluruhan riset yang ditarik merupakan riset yang dilakukan sebelum 2015,
ketika pemerintah China menghentikan penggunaan organ tubuh tahanan untuk
transplantasi. Sebelum masa tersebut, pemerintah meangakui memanen organ
tubuh tahanan untuk didonasikan.

3.2 ANALISA 7 PRINSIP ETIK


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat.Pokok etik tersebut berbunyi “Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal”. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-
prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Dari kasus diatas merupakan tindakan yang tidak mencerminkan prinsip etik
keperawatan otonomi karena pasien tidak di ijinkan untuk memilih keputusan
sendiri. Tindakan illegal ini tidak adanya persetujuan dari pihak pasien maupun
pasien sendiri. Perawat itu melanggar hak hak pasien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya. adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Jika pihak tim medis atau perawat
melakukan tindakan transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan
adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang
diambilnya adalah keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Namun dari
kasus di atas merupakan tindakan kejahatan yang tidak sesuai dengan prinsip etik
keperawatan beneficence karena tim medis tersebut melakukan tindakan illegal
yang merupakan cangkok ginjal dengan tanpa persetujuan dari pasien serta
melakukan malpraktik dengan cara membunuh serta mengambil organ dalam
pasien yang tentunya sangat merugikan pasien tersebut
c. Keadilan (Justice)
Adil terhadap orang lain dan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Dari kasus di atas tidak menunjukkan adanya keadilan bagi pasien
karena pasien tersebut merupakan tahanan yang di eksekusi setelahnya di ambil
organ dalamnya dan di jual ke orang yang membutuhkan dengan harga yang
tinggi. Tidak adanya keadilan bagi pasien karena tanpa persetujuan pasien serta
tidak adanya keadilan bagi keluarga pasien karena keluarganya telah di eksekusi
dan hasil penjualan organ di klaim pemerintah china. Tidak adanya sikap
kemanusiaan yang dijunjung dalam kasus tersebut.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien. Namun dalam kasus di atas sangat
merugikan pasien karena tim medis telah melakukan pembunuhan dan
pengambilan organ secara illegal.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Dalam kasus di atas tidak adanya kejujuran dari tim pelayanan kesehatan
serta pemerintah china yang merahasiakan malpraktik yang bertujuan untuk riset
menggunakan manusia.sehingga pada akhirnya semua riset yang dilakukan ditarik
oleh Jurnal PLOS ONE dan Transplantation karena curiga penelitinya
menggunakan organ tubuh tahanan yang dieksekusi.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
Dari kasus diatas tim kesehatan benar melakukan confidentiality karena menjaga
kerahasiaan klien namun hal ini salah karena mereka menjaga kerahasiaan yang
melanggar prinsip kemanusiaan dan kode etik perawat
h. Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.
Dari kasus diatas perawat melakukan kesalahan dengan mengambil organ
pasien untuk dijual oleh negaranya. Seharusnya keluarga pasien dapat menggugat
hal tersebut.

3.3 DILIHAT DARI SUDUT PANDANG AGAMA


a. Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam
Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup. Mendonorkan
organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti
mendonorkan  jantung, hati dan otaknya. Hukumnya tidak diperbolehkan,
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur’an :
1) Surat Al – Baqorah ayat 195
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”
2) An – Nisa ayat 29
”dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri”
3) Al – Maidah ayat 2
”dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal. Allah telah


mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan  mayat sebagaimana
pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula
bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang
hidup. Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa Rasulullah
SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan
tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah
kuburan. Maka beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti penghuni
kubur itu !” Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat
mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar
kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar
kehormatan dan menganiaya orang hidup.

b. Transplantasi Organ dari Segi Agama Kristen


Di alkitab tidak dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh,
selama niatnya tulus dan tujuannya kebaikan itu boleh-boleh saja terutama
untuk membantu kelangsungan hidup suatu nyawa (nyawa orang yang
membutuhkan donor organ) bukan karena mendonorkan untuk mendapatkan
imbalan berupa materi, uang untuk si pendonor organ. Akan lebih baik lagi
bila si pendonor sudah mati dari pada saat si pendonor belum mati karena
saat kita masih hidup organ tubuh itu bagaimanapun penting, sedangkan saat
kita sudah mati kita tidak membutuhkan organ tubuh jasmani kita.

c. Transplantasi Organ dari Segi Agama Katolik


Gereja menganjurkan kita untuk mendonorkan organ tubuh sekalipun
jantung kita, asal saja sewaktu menjadi donor kita sudah benar-benar mati
artinya bukan mati secara medis yaitu otak kita yang mati, seperti koma,
vegetative state atau kematian medis lainnya. Tentu kalau kita dalam
keadaan hidup dan sehat kita dianjurkan untuk menolong hidup orang lain
dengan menjadi donor.
Kesimpulannya bila donor tidak menuntut kita harus mati, seperti
donor darah, sum-sum, ginjal, kulit, mata, rambut, lengan, jari, kaki atau
urat nadi, tulang maka kita dianjurkan untuk melakukannya. Sedangkan
menjadi donor mati seperti jantung atau bagian tubuh lainnya dimana donor
tidak bisa hidup tanpa adanya organ tersebut, maka kita sebagai umat
Katolik wajib untuk dinyatakan mati oleh ajaran GK. Ingat, kematian klinis
atau medis bukan mati sepenuhnya, jadi kita harus menunggu sampai si
donor benar-benar mati untuk dipanen organ, dan ini terbukti tidak ada
halangan bagi kebutuhan medis dalam pengambilan organ.

d. Transplantasi Organ dari Segi Agama Budha


Dalam pengertian Budhis, seorang terlahir kembali dengan badan
yang baru. Oleh karena itu, pastilah organ tubuh yang telah didonorkan pada
kehidupan yang lampau tidak lagi berhubungan dengan tubuh dalam
kehidupan yang sekarang. Artinya, orang yang telah mendanakan anggota
tubuh tertentu tetap akan terlahir kembali dengan organ tubuh yang lengkap
dan normal. Ia yang telah berdonor  kornea mata misalnya, tetap akan
terlahir dengan mata normal, tidak buta. Malahan, karena donor adalah salah
satu  bentuk  kamma baik, ketika seseorang berdana kornea mata, dipercaya
dalam kelahiran yang berikutnya, ia akan mempunyai mata lebih indah dan
sehat dari pada mata yang ia miliki dalam kehidupan saat ini.

e. Transplantasi Organ dari Segi Agama Hindu


Menurut ajaran Hindu  transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan
dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita,
agar dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan
kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan
organ tubuh manusia yang telah meninggal. Perbuatan ini harus dilakukan
diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan
dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material. Alasan yang
lebih bersifat logis dijumpai dalam kitab Bhagawadgita II.22 sebagai
berikut: “Wasamsi jirnani yatha wihaya nawani grihnati naro’parani, tatha
sarirani wihaya jirnany anyani samyati nawani dehi” Artinya: seperti
halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama,
begitu pula Sang Roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan
meninggalkan badan-badan lama yang tiada berguna. Ajaran Hindu tidak
melarang bahkan menganjurkan umatnya unutk melaksanakan transplantasi
organ tubuh dengan dasar yajna (pengirbanan tulus ikhlas dan tanpa pamrih)
untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Demikian
pandangan agama hindu terhadap transplantasi organ tubuh sebagai salah
satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna
3.4 DILIHAT DARI SUDUT PANDANG BUDAYA
Budaya setempat yaitu budaya Indonesia sangat mempengaruhi terhadap
cara pandang mengenai transplantasi organ di Indonesia. Menurut Gabriel C
Oniscu dan John LR Forsythe dalam jurnalnya An Overview of Transplantation in
Culturally Diverse Regions, mengatakan bahwa budaya memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap transplantasi sekaitan dengan kompleksnya
permasalahan dalam transplantasi dibanding bidang lainnya di kedokteran.
Pengaruh budaya ini telah membawa pendekatan praktek yang berbeda di tiap-tiap
negara untuk disetujui dengan menghargai nilai sosial dan moral dari masyarakat
setempat.
Hal-hal dalam sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang mempengaruhi
ketakutan dan pengertian yang keliru dalam memandang transplantasi organ
adalah:
a. Ketakutan akan kematian
b. Kepercayaan bahwa pengambilan organ akan melanggar kesucian jenazah
c. Ketakutan akan dipotong setelah mati
d. Keinginan untuk dimakamkan secara utuh
e. Tidak menyukai ide keberadaan ginjal dalam tubuh orang
f. Konsep pengertian yang keliru terhadap mati batang otak
g. Ide donasi akan menodai kepercayaan
Pengaruh budaya inilah yang pada akhirnya membalikkan apa yang
dibolehkan oleh agama. Budaya Indonesia yang memberikan pengaruh
mendorong donor organ adalah budaya gotong royong yang kental di Indonesia.
Saling tolong menolong ketika orang lain mendapatkan musibah merupakan hal
yang mudah ditemui dalam masyarakat Indonesia. Menolong orang yang
memerlukan Donasi dan Transplantasi Organ dengan membantu mendonorkan
organ merupakan nilai positif dari budaya Indonesia.

3.5 ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN


Dari segi hukum,transplantasi organ , jaringan dan sel tubuh dipandang
sebagai suatu usaha mulai dalam upaya menyehatkan dan mensejahtrakan
manusia.
a) Dalam PP No. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat
anatoms dan trasplantasi alat serta jaringan tubuh manusia, tercantum pasal-
pasal tentang transplantasi sebagai berikut :
1. Pasal 1.
a. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh
yang dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk
serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
b. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan
faal (fungsi) yang sama dan tertentu.
c. Tranplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran utntuk
pemindahan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari
tubuh orang lain dalam rangka pengobatab untuk menggantikan
alay dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi degan baik.
d. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan
tubuhnya kepada oarang lain untuk keperluan kesehatan.
2. Pasal 10.
Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia dilakukan degan
memperhatikan ketentuan –ketentuan sebagaiamana dimaksud dalam
pasal 2 huruf a dan huruf b, yaitu harus degan persetujuan tertulis
penderita dan keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
3. Pasal 11.
a. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
b. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh
dilakukan oleh dokter yang merawat atau mengobati donor yang
bersangkutan.
4. Pasal 12.
Dalam rangka transplantasi, penentuan saat mati ditentukan oleh
2 orang dokter yang tidak ada sangkutan paut medik dengan dokter
yang melakukan transplantasi.
5. Pasal 13.
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
huruf  “a”, pasal 14 dan pasal 15 dibuat diatas kertas bermaterai
dengan 2 orang saksi.
6. Pasal 14.
Pengambilan alat dan jaringan tubuh manusia untuk keperluan
transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal
dunia, dilakukan degan persetujuan tertulis keluarga yang terdekat.
7. Pasal 15.
a. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan
tubuh manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang
bersangkutan terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yang
merawarnya, termasuk dokter konsultan mengenai operasi,
akibat-akibatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi.
b. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin bener,
bahkan calon donor yang bersangkutan telah menyadari
sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
8. Pasal 16.
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak
atas kompensasi material apapun sebagai imbalan transplantasi.
9. Pasal 17.
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
10. Pasal 18.
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh
manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negri.
Selanjutnya dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
dicantumkan beberapa pasal tentang transplantasi sebagai berikut :
11. Pasal 33. 
a. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan tranplantasi organ dan jaringan  tubuh tranfusi
darah,implan obat dan alat kesehatan, sreta bedah plastik dan
rekonstruksi. 
b. Transplantasi organ dan jaringan tubuh serta transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk
tujuan kemanusiaan dan larangan untuk tujuan komersial.
12. Pasal 34.
a. Trasplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan disarana kesehatan
tertentu.
b. Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada
persetujuan ahli waris atau keluarga.
c. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan
transplantasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3.6 ASPEK ETIK TRASPLANTASI KODEKI


Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien
degan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran,
tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan beberapa pasal dalam
kodeki, yaitu :
1. Pasal 2.
seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran
tertinggi.
2. Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi
hidup insani.

3. Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan penderita.
4. Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada
hakekatnya telah mencakup aspek etik, terutama mengenai dilarangnya
memperjual belikan alat dan jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi
ataupun meminta kompensasi material lainnya.

3.7 ASPEK ETIK KEPERAWATAN


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik
keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat
dengan teman sejawat. Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak
melindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”. Seorang perawat dalam
menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat tentang prinsip-
prinsip etik, antara lain :

a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-
hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkan
dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan adalah
seseorang melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya
adalah keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang (Anonim,1999).
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi(Anonim,1999).

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan(Anonim,1999).

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan
semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien(Anonim,1999)

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien
untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya(Anonim,1999).
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati
janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan(Anonim,1999).

Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar bahwa dalam


memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai pertimbangan
yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak pendonor
maupun resipien, tidak merugikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan.

Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh nilai tersebut
adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang
perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang
perawat tidak akan begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi
organ hanya dengan motivasi komersiil.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu
rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh
manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka
pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau
dari sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika
dilihat dari si penerima organ meliputi autotransplantasi, homotransplantasi,
heterotransplantasi, autograft, allograft, isograft, xenograft dan
xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino. Sedangkan
dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan
donor mati (jenazah).
Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan transplantasi
organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan,
rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau
sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi
kesakitan biologis (contoh: bibir sumbing).
Dalam agama Kristen, katolik, hindu, dan budha transplantasi boleh
dilakukan dengan alasan medis dan asalkan dengan niat tulus dan tujuannya untuk
kebaikan menolong nyawa seseorang tanpa membahayakan nyawa si pendonor
organ tersebut. Sedangkan dalam agama islam untuk melakukan transplantasi
organ harus dilihat terlebih dahulu dari mana organ yang akan ditransplantasikan
tersebut berasal atau dilihat dari sumber organ.
Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan
ada alasan medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesional dan
dilakukan secara sadar.
Dari segi etika keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik
seperti otonomi (Autonomy), Tidak merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik
(Beneficience), Keadilan (Justice), Kejujuran (Veracity) dan Menepati janji
(Fidelity) transplantasi organ diperbolehkan.
Proses transplantasi organ ini harus melalui tahap-tahap tertentu dan tidak
bisa semua orang melakukannya. Dalam proses transplantasi diperlukan
kecocokan gen antara organ dari donor dengan resipien agar organ tubuh yang
baru tersebut bisa berfungsi dengan baik terhadap organ tubuh resipien yang lain.
Apabila tidak terjadi kecocokan, akan terjadi penolakan dan menyebabkan
kegagalan dalam transplantasi.Jika terjadi penolakan tubuh penderita terhadap
organ tersebut maka hal ini bisa berakibat fatal bagi penderita. Selanjutnya baik
pendonor maupun penderita harus melalui perawatan pra-operasi dan pasca
operasi agar semua berjalan sesuai yang diharapkan bagi pendonor maupun bagi
penderita.
Transplantasi paling aman jika jaringan atau organ yang ditransplantasikan
berasal dari tubuh sendiri.Untuk mengurangi ketidakcocokan antar organ dalam
transplantasi dapat dilakukan dengan mencari donor dari saudara dekat atau
saudara kembarnya. Namun, teknologi transplantasi telah berkembang pesat
dengan munculnya rekayasa genetika yang disebut dengan kloning. Dengan
teknik kloning itu dimungkinkan organ yang akan ditransplantasikan dapat
ditumbuhkan terlebih dahulu dari sel hingga menjadi organ. Teknik itu menjamin
tidak terjadinya penolakan organ transplantasi dan tingkat keberhasilan
transplantasi menjadi sangat tinggi.

4.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.
Terkait masalah donor organ yang masih belum banyak diketahui secara
pasti hukumnya oleh masyarakat, baik tum medis maupun pasien sebaliknya lebih
menambah wawasannya lagi tentang khasanah islam.
Untuk pemerintah, seharusnya lebih menggalakkan gerakan anti penjualan
organ tubuh manusia. Karena, kini penjualan organ tubuh berarti tidak diketahui
oleh pemerintah, namun didalam praktik pelaksanaanya ada orang-orang dalam
yang terlibat. Mayoritas adalah orang-orang departemen kesehatan juga. Hal ini
menjadi tugas pemerintah yang alangkah baiknya bekerja sama dengan
departemen agama untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012.ETIKA KEDOKTERAN dan HUKUM KESEHATAN. Jakarta:EGC.

Anonim,2012.”http://detiksurabaya.com- Jantung Bocor, Bayi 14 Bulan Butuh


Transplantasi Jantung”. Diunduh tanggal 12 April 2012.

Anonim,2012.”http://detiksurabaya.com//Ketika-Organ-Tubuh-Mulai-
Diperdagangkan-Secara Ilegal”. Diunduh tanggal 12 April 2012.

Anonim,2012.”http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ”. Diunduh tanggal 12


April 2012.

Anonim,2012.”http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13/transplantasi-organ-
2/”.Diunduh tanggal12April2012.

Anonim,2012.”http://makalah-transplantasi-organa.html”. Diunduh tanggal 12 April


2012.

Anonim,2012.”http://metode-transplantasi-organ.html”. Diunduh tanggal 12 April


2012.

Anonim,2012.”http://Republika.co.id-Kasus-Pengambilan-Organ-Tubuh-Anak-
Dilakukan-oleh-Profesional”. Diunduh tanggal 12 April 2012.

Anonim,2012.”http://Undang-undang No. 23 tahun 1992 ttentang Kesehatan”.


Diunduh tanggal 12 April 2012.

Anonim,2012.”http://www.percikaniman.org/tanya_jawab_aam.php?cID=11”.
Diunduh tanggal 12 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai