Anda di halaman 1dari 18

Tahapan DMAIC

Terdapat 5 Tahapan yang dipergunakan Six Sigma dalam penyelesaian masalah dikenal dengan
Metode DMAIC. Berikut ini adalah 5 Tahapan DMAIC :

1. DEFINE

Tahapan DMAIC yang pertama dalam Six Sigma adalah DEFINE yaitu tahapan untuk
mendefinisikan dan menyeleksi permasalahan yang akan diselesaikan beserta Biaya, manfaat dan
dampak terhadap Pelanggan (customer)

Alat-alat (Tools) yang digunakan dalam tahapan Define ini antara lain :

 Function Deployment Process Map


 SIPOC Map (Diagram Supplier, Input, Proses, Output dan Customer)
 Pareto Chart
 FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
 Affinity Diagram
 Relation Diagram
 Cause and Effect Analysis (Fishbone Chart dan Cause and Effect Matrix)

 2. MEASURE

Measurement adalah Tahapan Pengukuran terhadap Permasalahan yang telah didefinisikan untuk
diselesaikan. Dalam tahap ini terdapat Pengambilan data yang kemudian Mengukur
Karakteristiknya serta kapabilitas dari proses pada saat ini untuk menentukan langkah apa yang
harus diambil untuk melakukan perbaikan dan peningkatan selanjutnya.

Alat-alat (Tools) yang digunakan dalam tahapan Measurement adalah :

 Cause and Effect Analysis (Fishbone Chart dan Cause dan Effect Matrix)
 Probability Distributions (Distribusi Probabiliti)
 Basic Statistic seperti Mean,  Median dan Modus
 Gage Reproducibility and Repeatability (GR&R)
 Process Capability

 3. ANALYSIS

Tahapan Analysis adalah tahapan untuk menemukan solusi untuk memecahkan masalah
berdasarkan Root Cause (Akar Penyebab) yang telah di-identikasikan. Di dalam Tahapan ini,
kita harus dapat menganalisis  dan melakukan validasi terhadap Akar Permasalahan (Root
Causes) atau Solusi  melalui pernyataan-pernyataan Hypothesis.

Alat-alat (Tools) yang digunakan dalam tahapan Analysis adalah :


 Uji Hipotesis (Hypothesis Testing)
 Regression
 Correlation Analysis
 ANOVA (Analysis of Variance)
 Multi-Vari Analysis
 Contingency Table

4. IMPROVE

Setelah mendapat Akar Permasalahan dan Solusi serta men-validasi-nya, tahap selanjutnya
adalah melakukan tindakan perbaikan terhadap permasalahan tersebut dengan melakukan
pengujian dan percobaan untuk dapat meng-optimasi-kan solusi tersebut sehingga benar-benar
bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang kita alami.

Di Tahap Improvement, alat yang digunakan adalah DOE atau Design of Experiment yang terdiri
dari :

 Factorial Design
 General Full Factorial Design
 Fractional Factorial Design

5. CONTROL

Tujuan dari tahapan Control adalah untuk menetapkan Standarisasi serta mengontrol dan
mempertahankan Proses yang telah diperbaiki dan ditingkatkan tersebut dalam jangka panjang
dan mencegah potensi permasalahan yang akan terjadi di kemudian hari ataupun ketika ada
pergantian proses, tenaga kerja maupun pergantian manajemen.

Alat-alat (Tools) yang digunakan dalam tahapan Control adalah :

 Poka Yoke (Mistake Proofing)


 Process Control Plan
 Process Control Chart
KELEBIHAN SIX SIGMA
1. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai, dari rencana  strategi sampai
operasional hingga pelayanan pelanggan dilakukan secara maksimal
2. Six Sigma sangat berpotensi dalam bidang jasa atau non manufaktur, misalnya
manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, TI dan sebagainya.
3. Dengan Six Sigma dapat lebih memahami sistem dan dapat memonitor dimana letak
kesalahannya.
4. Six Sigma sifatnya tidak statis atau berubah-ubah.

Selain itu, Six Sigma juga memiliki keuntungan dalam :

 Pengurangan biaya
 Perbaikan produktivitas
 Pertumbuhan pasar
 Pengurangan cacat
 Pengembangan produk / jasa

1. Keunggulan Six Sigma

Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma
menekankan aplikasi tool ini secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan
terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga
dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.

Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat
(defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada di
dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara
umum.

Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan,
tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-
hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):

1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Retensi pelanggan
5. Pengurangan waktu siklus
6. Pengurangan cacat
7. Pengembangan produk / jasa

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:


1. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma
dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai
operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
2. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping
lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan
pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
3. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan
direspon balik dengan cepat.
4. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan
berubah.

Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan khususnya Black Belt yang dilatih,
juga alat-alat yang digunakan dapat memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan
usaha pembelajaran.

Black Belt adalah profesional yang dapat menjelaskan filosifi dan prinsip-prinsip Lean Six Sigma dengan
baik, termasuk semua tool pendukungnya. Seorang Black Belt harus memiliki kemampuan memimpin
tim, mengerti dinamika tim, dan mendelegasikan peran dan tanggung jawab kepada seluruh anggota
tim. Black Belt memiliki pemahaman mendalam akan seluruh aspek model DMAIC sesuai dengan
prinsip-prinsip Six Sigma. Mereka memiliki pengetahuan dasar mengenai konsep Lean Enterprise, dan
mampu mengidentifikasi elemen-elemen dan aktifitas tanpa nilai tambah (pemborosan / waste) serta
menggunakan tool yang spesifik untuk meneliminasinya.

Apa kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Black Belt yang handal? Mari kita simak
berikut ini:

1. Kemampuan teknis yang cakap. Seorang Black Belt tidak harus seorang lulusan teknik
atau jurusan statistik, namun dia memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan
merubah data menjadi informasi yang bisa dipahami oleh dirinya dan tim. Dia juga
memiliki kemampuan menganalisa data menjadi suatu knowledge untuk menentukan
strategi perbaikan apa yang dipilih. Tanpa kemampuan seperti itu seorang Black Belt
akan terjebak dalam hal yang sifatnya akademis dan teoritis.
2. Mampu melihat dari menara. Seorang Black Belt paham benar apa yang dia lakukan.
Dia memiliki pengetahuan bisnis yang bagus dan mampu melihat hubungan dari proyek-
proyek yang dikerjakan dengan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Dia mampu
menjabarkan bagaimana visi perusahaan diturunkan dari visi ke strategi sampai ke key
performance indicator dan penentuan proyek yang dijalankan untuk memenuhi KPI
tersebut
3. Orientasi pada Hasil. Penentuan kualitas seorang Black Belt adalah tangible dan
terukur, bukan subyektif. Meskipun dia pandai berkomunikasi, berkoordinasi, disukai
oleh tim dan manajemen namun proyek-proyeknya kerap gagal, maka dia bukan Black
belt yang organisasi anda harapkan.
4. Mampu mengelola proyek. Six Sigma artinya mengerjakan suatu proyek dalam jangka
waktu tertentu. Black Belt harus memahami apa yang menjadi requirement, ruang
lingkup, sumber daya, batasan waktu, dan perspektif varians. Memahami dasar
pengelolaan proyek atau berpengalaman dalam menjalankan suatu proyek adalah
kemampuan yang penting untuk dimiliki.
5. Pemain Tim. Sebagaimana seorang playmaker dalam sepakbola. Black Belt adalah
pengatur serangan dan pertahanan sekaligus. Black Belt harus mempunyai kemampuan
dalam memimpin sebuah tim, menjadi bagian di dalamnya, dan paham dinamika serta
pengelolaan konflik
6. Menerjemahkan keinginan pelanggan. Black Belt mengerti bagaimana berkomunikasi
dengan pelanggan dan mendapatkan kebutuhan pelanggan yang paling kritikal. Setelah
itu Black Belt mampu menerjemahkan kebutuhan kritikal pelanggan itu menjadi sesuatu
yang terukur.
7. Kemampuan komunikasi. Hasil yang berkualitas didapatkan dari penerimaan yng baik
akan ide perbaikan yang diusulkan. Penerimaan yang baik oleh seluruh stakeholder
ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi dalam “menjual” ide tersebut. Black Belt
harus dapat memahami bagaimana dia berkomunikasi dengan berbagai level dalam
organisasi. Cara berkomunikasi dan teknik presentasi kepada manajemen tentu berbeda
dengan berkomunikasi dengan shop floor.
8. Passion untuk selalu menjadi lebih baik. Kesempurnaan adalah proses, bukan akhir.
Baginya selalu ada cara atau sistem yang lebih baik dari yang berjalan saat ini. Seorang
Black Belt adalah seorang self-motivated, pembelajar, dan terus meng-upgrade diri

Green Belt adalah karyawan yang melakukan penerapan Lean Six Sigma bersamaan dengan
tanggung jawab pekerjaaannya yang lain.  Mereka beroperasi dibawah bimbingan Black Belt
dalam menjalankan proyek. Green Belt bertugas menganalisa dan mengatasi masalah kualitas
dan terlibat aktif dalam proyek-proyek improvement. Green Belt adalah mereka yang paling
tidak memiliki tiga tahun pengalaman kerja dan mampu mendemonstrasikan pengetahuannya
akan tools dan proses yang mengacu kepada Lean Six Sigma.

Green belt adalah pemain tim yang terampil dan tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas proses. Mereka membantu menjembatani kesenjangan antara
teori Six Sigma dan aplikasi dunia nyata. Kandidat Six Sigma Green Belt
memainkan peran penting dalam meningkatkan proses, inspeksi data, atau
Manajemen Proyek. Pelatihan Green Belt mengajarkan kandidat alat dasar yang
digunakan oleh tim proyek dan bagaimana menerapkan keterampilan DMAIC yang
berhubungan dengan proyek Six Sigma.

Beberapa organisasi menambah beberapa ‘warna’ belt, seperti Yellow Belt, untuk karyawan yang
telah menyelesaikan pelatihan dasar tool Six Sigma yang juga berpatrisipasi dalam proyek, dan
ada juga ‘white belt’ yang telah diberi pelatihan lokal mengenai konsep-konsep Six Sigma
namun tidak berpartisipasi dalam proyek.

Champion mengambil tanggun jawab dalam menerapkan filosofi Lean Six Sigma
dalam organisasi secara keseluruhan. Executive Leadership akan memilih mereka
dari jajaran manajemen tingkat atas. Champion juga bertindak sebagai mentor
bagi para Black Belt. What A Champion Is

Kami telah mengidentifikasi bahwa juara Six Sigma adalah seseorang yang sangat
mahir dalam memahami dan menerapkan metodologi Six Sigma. Biasanya, juara
adalah jenis orang yang memegang peran manajemen puncak dalam perusahaan; kita
berbicara tentang orang-orang seperti manajer senior, direktur proyek, atau
wakil presiden. Orang-orang ini mampu mengambil visi, misi, dan nilai-nilai
organisasi mereka dan menciptakan strategi untuk menggunakan Six Sigma dengan
cara yang mendukung tujuan keseluruhan organisasi.
Juara Six Sigma mengawasi peran Six Sigma lainnya, termasuk black belts . Ini
menunjukkan pentingnya peran juara karena sabuk hitam juga memiliki tingkat
kompetensi yang tinggi dalam metodologi Six Sigma. Namun juara bahkan
melampaui peringkat Six Sigma mereka. Ini berarti bahwa juara Six Sigma harus
memiliki kemampuan kepemimpinan yang hebat, keterampilan komunikasi yang kuat,
dan keterampilan analitis yang kuat untuk menerapkan dan melaksanakan proyek
di bawah komando mereka

QC Seven Tools
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari ketujuh alat pengendalian kualitas tersebut.

1. Check Sheet (Lembar Periksa)

Check Sheet atau Lembar Periksa merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri
Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi yang kemudian diolah menjadi
informasi dan hasil yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.

Contoh Check Sheet :

2. Pareto Diagram

Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah
kejadian. Urutannya mulai dari jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi hingga pada
permasalahan yang frekuensi terjadinya paling sedikit. Dalam Grafik, ditunjukkan dengan batang
grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan).
Contoh Pareto Diagram :

3. Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)

Cause and Effect Diagram adalah alat QC yang dipergunakan untuk meng-identifikasikan dan
menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat agar dapat menemukan akar penyebab dari suatu
permasalahan. Cause and Effect Diagram dipergunakan untuk menunjukkan Faktor-faktor
penyebab dan akibat kualitas yang disebabkan oleh Faktor-faktor penyebab tersebut.Karena
bentuknya seperti Tulang Ikan, Cause and Effect Diagaram disebut juga dengan Fishbone
Diagram (Diagram Tulang Ikan).

Contoh Cause and Effect Diagram :

4. Histogram
Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan distribusi data secara visual
atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data. Manfaat
dari penggunaan Histogram adalah untuk memberikan informasi mengenai variasi dalam proses
dan membantu manajemen dalam membuat keputusan dalam upaya peningkatan proses yang
berkesimbungan (Continous Process Improvement).

Contoh Histogram :

5. Control Chart (Peta Kendali)

Control chart (Peta Kendali) merupakan salah satu dari alat dari QC 7 tools yang berbentuk
grafik dan dipergunakan untuk memonitor/memantau stabilitas dari suatu proses serta
mempelajari perubahan proses dari waktu ke waktu. Control Chart ini memiliki Upper Line
(garis atas) untuk Upper Control Limit (Batas Kontrol tertinggi), Lower Line (garis bawah)
untuk Lower control limit (Batas control terendah)  dan Central Line (garis tengah) untuk Rata-
rata (Average).

Contoh Control Chart :


6. Scatter Diagram (Diagram Tebar)

Scatter Diagram adalah alat yang berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa
kuatnya hubungan antara 2 variabel serta menentukan jenis hubungannya. Hubungan tersebut
dapat berupa hubungan Positif, hubungan Negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali.
Bentuk dari Scatter Diagram adalah gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-titik dari
nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y). Dalam Bahasa Indonesia, Scatter Diagram
disebut juga dengan Diagram Tebar.

Contoh Scatter Diagram :


7. Stratification (Stratifikasi)

Yang dimaksud dengan Stratifikasi dalam Manajemen Mutu adalah Pembagian dan
Pengelompokan data ke kategori-kategori yang lebih kecil dan mempunyai karakteristik yang
sama. Tujuan dari penggunaan Stratifikasi ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor
penyebab pada suatu permasalahan.

Contoh Stratification :
Affinity Diagram
Affinity diagram adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar gagasan,
opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data verbal melalui sesi curah pendapat
(brainstorming), kemudian mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai
dengan hubungan naturalnya. Metode ini diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro Kawakita,
seorang antropolog Jepang, sehingga sering disebut juga metode KJ (sesuai inisial penemunya,
Kawakita Jiro).

Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat (pinpointing) masalah
dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan harapan dapat menghasilkan strategi solusi untuk
penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu, metode ini membutuhkan keterlibatan semua
pihak dalam organisasi. Affinity diagram selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk membuat
sebuah fishbone diagram. Gambar 3 di bawah ini adalah contoh affinity diagram.
Sumber: Kusnadi, Curah Pendapat dengan Affinity Diagram – Metode Kawakita Jiro atau
KJ Method, 2012

Gambar 3. Contoh Affinity Diagram

Langkah-langkah pembuatan affinity diagram, silahkan baca posting berjudul: Curah


Pendapat dengan Affinity Diagram – Metode Kawakita Jiro atau KJ Method.

2. Interrelationship Diagram
Interrelationship diagram (diagram keterkaitan masalah) adalah alat untuk menganalisis
hubungan sebab dan akibat dari berbagai masalah yang kompleks sehingga kita dapat dengan
mudah membedakan persoalan apa yang merupakan driver (pemicu terjadinya masalah) dan
persoalan apa yang merupakan outcome (akibat dari masalah). Gambar 4 di bawah ini adalah
contoh interrelationship diagram.
Sumber: Kusnadi, Membuat Diagram Keterkaitan Masalah atau Interrelationship
Diagram, 2012

Gambar 4. Contoh Interrelationship Diagram

Untuk mengetahui bagaimana prosedur membuat interrelationship diagram, silahkan


buka posting saya yang berjudul: Membuat Diagram Keterkaitan Masalah atau Interrelationship
Diagram.

3. Tree Diagram
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa saja, seperti
kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas, atau aktivitas-aktivitas secara
lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang lebih rendah dan rinci. Tree Diagram
dimulai dengan satu item yang bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing cabang
kemudian bercabang lagi menjadi dua atau lebih, dan seterusnya sehingga nampak seperti sebuah
pohon dengan banyak batang dan cabang.

Tree Diagram  telah digunakan secara luas  dalam perencanaan, desain, dan pemecahan
masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan ketika suatu perencanaan dibuat,
yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke dalam item–item yang dapat dikelola (manageable)
dan ditugaskan (assignable). Penyelidikan suatu masalah juga menggunakan tree diagram untuk
menemukan komponen rinci dari setiap topik masalah yang kompleks. Penggunaan alat ini
disarankan jika risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi tidak mudah diidentifikasi. Tree diagram
lebih baik ketimbang interrelationship diagram untuk memecah masalah, yang  mana masalah
tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan alat  ini hanya untuk masalah-masalah yang 
dapat dipecahkan secara hirarkis. Gambar 5 di bawah ini adalah contoh interrelationship
diagram.
Sumber: Kusnadi, Pemecahan Masalah dengan Tree Diagram atau Diagram Pohon, 2012

Gambar 5. Contoh Tree Diagram

Prosedur membuat tree diagram, silahkan buka posting yang berjudul: Pemecahan
Masalah dengan Tree Diagram atau Diagram Pohon.

4. Matrix Diagram
Matrix diagram adalah alat yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan yang
diperlukan untuk suatu perbaikan proses atau produk. Matrix diagram selalu terdiri dari baris dan
kolom yang menggambarkan hubungan dua atau lebih faktor untuk mendapatkan informasi
tentang sifat dan kekuatan dari masalah sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk
memecahkan masalah. Gambar 6 di bawah ini adalah contoh-contoh matrix diagram.
Sumber: Kusnadi, Tentang Matrix Diagram, 2012

Gambar 6. Contoh-Contoh Matrix Diagram

Jenis-jenis matrix diagram dan cara membuatnya, silahkan buka posting yang berjudul:
Tentang Matrix Diagram.

5. Matrix Data Analysis


Matrix data analysis adalah alat yang digunakan untuk mengambil data yang ditampilkan
dalam  matrix diagram dan mengaturnya sehingga dapat lebih mudah diperlihatkan dan
menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel.  Hubungan antara variabel data yang
ditampilkan pada kedua sumbu diidentifikasi dengan menggunakan simbol-simbol untuk derajat
kepentingan atau data numerik untuk evaluasi. Menurut Michalski (1997), alat ini paling sering
digunakan sebagai tampilan karakteristik data untuk kepentingan pelaksanaan riset pasar dan
menjelaskan produk dan jasa. Gambar 7 di bawah ini adalah contoh matrix data analysis.
Sumber: Michalski, 1997, p. 287

Gambar 7. Contoh Matrix Data Analysis

Matrix data analysis disusun untuk kemudahan visualisasi dan perbandingan. 


Konsepnya cukup sederhana, namun kompleks dalam pelaksanaannya (termasuk dalam
pengumpulan data).

6. Activity Network Diagram


Activity network diagram adalah alat yang digunakan untuk merencanakan atau menjadwalkan
proyek. Untuk menggunakannya, kita harus mengetahui urutan tugas-tugas beserta durasinya.
Beberapa versi activity network diagram yang luas pemakaiannya adalah: CPM (critical path
method), PERT (program evaluation and review technique), dan PDM (precedence diagram
method). Gambar 8 di bawah ini adalah contoh activity network diagram.
Sumber: Kusnadi, Activity Network Diagram (Bagian Kedua) — Prosedur Penjadwalan
Proyek, 2012

Gambar 8. Contoh Activity Network Diagram

Penjelasan lebih rinci mengenai activity network diagram, silahkan buka posting yang
berjudul: Activity Network Diagram (Bagian Pertama), dan prosedur penjadwalan proyeknya
dalam: Activity Network Diagram (Bagian Kedua) — Prosedur Penjadwalan Proyek.

7. PDPC (Process Decision Program Chart)


PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi yang mungkin terjadi
sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga
untuk menanggulangi kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata lain PDPC digunakan
untuk merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah, kita telah merencanakan
bagaimana kemungkinan penyelesaian masalahnya sehingga kita siap untuk
menanganinya. Gambar 9 di bawah ini adalah contoh PDPC.
Sumber: Kusnadi, Process Decision Program Chart (PDPC), 2012

Gambar 9. Contoh Process Decision Program Chart (PDPC)

Anda mungkin juga menyukai