TUGAS KEPERAWATAN KRITIS (Askep Pada Pasien Covid - 19 Dengan Pemasangan Ventilator Mekanik)
TUGAS KEPERAWATAN KRITIS (Askep Pada Pasien Covid - 19 Dengan Pemasangan Ventilator Mekanik)
OLEH :
NAMA : DIANA
NIM : 098STYC19
PENDAHULUAN
Pada tanggal 18 Desember 2019, muncul suatu jenis pneumonia baru yang kemudian
meneyebar ke seluruhdunia. Pneumonia ini kemudian dikenal sebagai corona virus disease
2019 (covid -19) yang masuk ke Indonesia dan diumumkan secara resmi oleh Presiden RI
pada tanggal2 Maret 2020. Kemudian diketahui bahwa COVID -19 disebabkanoleh Virus
baru dari golongan virus corona (2019-11COV). Corona Virus adalah kelompok Virus yang
dapat menyebabkan penyakit dari gejala ringan sampai berat hingga kematian. Diketahui
dua jenis coronavirus yang dapat menyebabkan gejala klinis yang berat yaitu Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Covid
-19 sering kali berkembang menjadi sebuah pneumonia berat dan menempatkan penedrita
pada keadaan kritis.
Pasien kritis didefiniskan sebagai suatu kondisi dimana pasien berada dalam kondisi
kesehatan yang rentan ataupun berpotensial yang mengancam jiwa. Perawatan kritis
(critical care) adalah perawatan khusus pada pasien yang berada dalam kondisi mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan yang komprehensif, monitoring yang ketat , biasanya
berada diruang intensif. Semakin kritis penyakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk
menjadi sangat rentan, tidak stabil dan menjadi penyakit yang komplek, membutuhkan terafi
yang intensif dan asuhan keperawatan yang teliti. Angka kematian beragam diseluruh dunia.
Data dari Word Healt Organization (WHO) menunjukan bahwa 10 -15% pasien berada
dalam kondisi kritis dan 3,83% meninggal. Per tanggal 5 april 2020, terdapat kasus covid
-19 yang terkomfirmasi dengan tingkat mortalitas mencapai 9,1%.
Ciri khas pasien kritis adalah bahwa beratnya suatu penyakit sangat berhubungan dengan
prognosis. Oleh karena itu, strategi yang mendasar untuk memperbaiki luaran harus
diarahkan untuk mendeteksi secara dini pasien yang risiko tinggi dan pasien yang kritis.
Sampai saat ini, masih belum ada obat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Hal hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapatkan nafas buatan dengan
ventilator adalah
1) Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekrjaan, suku bangsa, agama, alamat ,dll
Pengkajian ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui latar belakang ,
status social, ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spirituslpasien
sehingga mempermudah komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
2) Riwayat penyakit
Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang sekarang dapat
diperoleh melalui orang lain ( keluarga,tim medis lainnya) karena kondisi
pasien yang dapat bantuan ventilator tidak mungkin untuk memberikan data
secara detail. Pengkajian inin bertujuan untuk menbetahui kemugkinan
penyebab atau factor pencetus terjadinya gagal nafas/ dipasangnya ventilator
3) Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik , bias dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya. Keluhan
pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan,
dan ketidaknyamanan
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator.
Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
Tanda-tanda vital
Bukti adanya hipoksia
Frekuensi dan pola pernafasan
Bunyi nafas
Status neurologis
Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
Kebutuhan pengisapan
Upaya ventilasi spontan klien
Status nutrisi
Status psikologis
A. Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan
positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah
besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif
yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli.
Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi
mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda
dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe,
pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).
B. Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah
dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal
berikut :
1) Jenis ventilator
2) Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3) Pengaturan volume tidal dan frekunsi
4) Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5) Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6) Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7) Humidifikasi
8) Alarm
9) PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi
dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan
menggunakan Bag Resuscitation Manual.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
1) Pemeriksaan fungsi paru
2) Analisa gas darah arteri
3) Kapasitas vital paru
4) Kapasitas vital kuat
5) Volume tidal
6) Inspirasi negative kuat
7) Ventilasi semenit
8) Tekanan inspirasi
9) Volume ekspirasi kuat
10) Aliran-volume
11) Sinar X dada
12) Status nutrisi / elaktrolit.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
1) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau
penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan (pengesetan
ventilator tak tepat) .
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan
lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme tubuh berkaitan dengan penyakit kritis, kurang kemampuan
untuk makan peroral.
4) Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan
trakeostomi.
5) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator.
6) Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea
dan pemasangan pada ventilator.
7) Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan
ketergantungan pada ventilator.
5. Penatalaksanaan
1). Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas
dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau
factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim
perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu
mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan
respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang
sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit
primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi,
fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena
cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik
yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama
yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan
dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak
selang, emboli pulmonal).
2). Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif yang kontinyu dapat meningkatkan pembentukan sekresi,
dengan apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya
sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakan jalan
nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan
mobilitas secepat mungkin.
Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran
sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun
inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
3). Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau
trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit
kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea.
Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan
sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya
selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah
mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga
diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk
mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
4). Peningkatan tingkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan aktivitas
otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan
rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan
statis vena.
5). Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi
mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan komunikasi;
membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh, papan
komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka
metode yang paling sesuai untuk pasien.
6). Meningkatkan kemampuan koping.
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai
ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan
penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien
dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika
berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien,
bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-
jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung,
tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk
menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1) Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan
tanda-tanda vital yang adekuat.
2) Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3) Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel
darah putih.
4) Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5) Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.
6) Dapat mengatasi masalah secara efektif.
2. Pengaturan ventilator
4. Selang Endotrakeal
5. Nutrisi
6. Jalan nafas
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. Fisik
Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United States of
America, The McGraw-Hill Companies.
Cortes, G.A., Dries, D.J., Marini, J.J. (2012). Annual Update in Intensive Care and
Emergency Medicine: Position and the Compromised Respiratory System. New
York, Springer.
Fink, M. P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005). Textbook of Critical Care.
Philadelphia, Elsevier Saunder.
Grossbach, I., Chlan, L., Tracy, M.F. (2011). Overview of Mechanical Ventilatory
Support and Management of Patient and Ventilator-Related Responses. Critical
Care Nurse, 31, 30-44. doi: 10.4037/ccn2011595.
Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Morton, P.G. & Fontaine, D.K. (2009). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Schumacher and Chernecky (2010). Critical Care & Emergency Nursing. US, Elsevier.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2008). Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia, Lippincott Williams &
Wilkins.
Sole, M.L., Klein, D.G., Moseley, M.J. (2013). Introduction to Critical Care Nursing.