A. Latar belakang
Menipisnya cadangan bahan bakar fosil membuat dunia mencari bahan bakar lainnya yang
lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satu yang diklaim yaitu teknologi energi
nuklir. Teknologi nuklir didasari oleh tumbukan inti atom yang menghasilkan energi. Energi
tersebut dimanfaatkan untuk banyak hal, salah satunya yaitu sebagai sumber energi
pembangkit listrik. Di tahun 2018, energi nuklir menyumbang 10% suplai listrik di dunia. Emisi
CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) paling kecil dibandingkan
dengan energi terbarukan lainnya. Namun, sejak memasuki tahun 2000, tren PLTN menurun
beriringan dengan diberlakukannya pembagian energi terbarukan (EIA, 2019). Teknologi
energi nuklir tidak dapat terlepas dari ketatnya regulasi yang dibuat oleh pemerintah. Hal
tersebut dilandasi dengan tragedi yang terjadi di Three Mile Island dan Chernobil. Regulasi ini
juga mengkontrol adanya investasi di bidang nuklir, baik investasi baru, maupun
perpanjangan usia penggunaan reaktor nuklir. Apabila berbicara mengenai investasi nuklir,
akan dibagi menjadi 2 berdasarkan ekonomi negaranya, yaitu ekonomi lanjut (advanced
economic) dan ekonomi berkembang (developed economic). Negara yang termasuk ekonomi
lanjut yaitu sebagian besar negara di Eropa, Jepang, Kanada, dan Amerika. Sedangkan yang
termasuk ekonomi berkembang yaitu Ukraina, Taiwan, Afrika Selatan, India, Pakistan, dan
Iran. Meskipun emisi dan limbah kimia yang dihasilkan sedikit, limbah radioaktif yang
dihasilkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup sekitar. Limbah tersebut membutuhkan
tempat khusus agar bisa stabil dan membutuhkan waktu yang sangat lama (lebih dari 100
tahun).
B. Sejarah teknologi
Energi nuklir mulai dikembangkan dalam reaktor kecil (prototip) pada 2 Desember 1942 oleh
Universitas Chicago. Dalam reaktor, uranium 235 membentuk reaksi berantai untuk dijadikan
isotop U-238 (Brook et al.,2014). Dari reaktor yang dikembangkan oleh Enrico Fermi, dunia
mulai mengembangkan reaktor nuklir. Saat ini, sudah ada 452 reaktor nuklir yang beroperasi
per bulan Mei 2019 dengan total kapasitasnya encapai 400 GW (EIA, 2019). Reaktor nuklir
dibagi menjadi 4 generasi menurut Energy for Humanity. Generasi pertama adalah prototype
yang dibuat oleh Enrico Fermi pada tahun 1942. Generasi kedua yaitu ketika reaktor sudah
dikomersilkan pada tahun 1990. Di generasi ini, reaktor yang jenis reaktor yang dikembangkan
yaitu Light Water Reactors, LWRs (mainly Pressurized Water Reactors, PWRs, or Boiling
Water Reactors, BWRs). Kemudian generasi ketiga yaitu saat dikembangkannya sistem
keamaan dari reaktor, dimana reaktor akan berhenti secara spontan saat terjadi kebocoran
tanpa bantuan manusia. Generasi keempat, saat ini belum dikomersialkan. Ada dua tipe
reaktor yang dikembangkan, yaitu slow down neutrons dan fast neutron reactors. Reaktor fast
neutrons berpotensi dapat menyelesaikan masalah limbah nuklir dan energi tanpa melepas
CO2 ke atmosfer. Saat ini, fast reactors sudah dibangun di Rusia, India, dan China. Selain 4
generasi tersebut, terdapat reaktor yang dikembangkan dengan menggunakan Thorium.
Jatuh bangun sejarah energi nuklir dilengkapi dengan adanya insiden Three Mile Island pada
tahun 1979 dan Chernobyl di tahun 1986. Pada tanggal 28 Maret 1979, radioaktif di reaktor
Three Mile Island lepas karena adanya kesalahan mekanis dan human error. Tidak ada orang
yang terluka begitu pula dengan tidak ada kejadian fatal akibat ekposur radiasi. Kejadian di
Chernobyl terjadi akibat meledaknya 2 reaktor nuklir yang diawali dengan melelehnya reaktor
dan menyebabkan lepasnya radioaktif (Suhariyono, 2006). Kejadiaan ini menyebabkan lebih
dari 50 petugas kebakaran meninggal dunia, 4000 warga meninggal dini akibat kanker, dan
beberapa orang terpapar radiasi dengan tingkat yang sangat tinggi terutama bagi operator
reaktor nuklir. Namun, tingkat kejadian fatal tahunan akibat teknologi ini masih lebih rendah
daripada yang terjadi di bidang minyak dan tambang (Brook et al., 2014). Selain dua kejadian
tersebut, terdapat insiden yang terjadi di Fukushima, Jepang pada tahun 2011. Gempa dan
tsunami yang terjadi menyebabkan 4 reaktor nuklir melepaskan radiasi sebesar 10-30% dari
kejadian di Chernobyl. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, tetapi tetap ada lahan yang
harus di evakuasi akibat kontaminasi radiasi. Akibat dari kejadiaan alam tersebut, rektor nuklir
harus direstart ulang.
Di Indonesia, teknologi nuklir dimulai dengan adanya pembentukan Panitia Negara untuk
Penyelidikan Radioaktivitet tahun 1954. Pembentukan tersebut didasari kemungkinan
jatuhnya radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik. Kemudian, pada 5 Desember
1958 dikembangkan oleh Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA). Pada
tahun 1965, diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Reaktor nuklir di
Indonesia tersebar di Bandung (Triga Mark II), Yogyakarta (GAMA), Pasar Jum’at Jakarta,
dan Serpong. Teknologi energi nuklir yang dikembangkan di Indonesia meliputi teknologi
limbah radioaktif, bahan galian nuklir, teknologi & keselamatan nuklir, teknologi bahan bakar
nuklir, dan kajian sistem energi nuklir. Sedangkan pendayagunaan teknologi nuklir yang
dikembangkan yaitu rekayasa fasilitas nuklir, teknologi radioisotop dan radiofarmaka, reaktor
serba guna, diseminasi dan kemitraan, pendayagunaan informatika dan kawasan strategis
nuklir.
Sejak 1991, isu dibangunnya PLTN di Indonesia sudah ada dengan dilakukannya studi
kelayakan pembangunan bersama pemerintah Jepang. Studi tersebut meliputi studi tapak
lingkungan dan non-site study (ekonomi energi, teknologi, bahan bakar, dan limbah radioaktif)
termasuk di dalamnya terdapat AMDAL. Hasil studi menunjukkan lokasi PLTN berada di
Kabupatan Jepara, tepatnya di Ujung Lemah Abang, Ujung Grenggengan, dan Ujung.
Pembangunan pertama direncakan akan selesai pada tahun 2005. Namun, pada saat krisis
moneter 1998, pembangunannya hingga saat ini ditunda dan belum ada kejelasan lebih lanjut.
Penundaan pembangunan tersebut dikarenakan dana investasi dan isu lingkungan terkait
radiasi dan limbah nuklir yang sangat berbahaya bagi manusia.
Energi nuklir dimasa yang akan datang, akan dikembangkan dengan 3 skenario menurut
World Council Energy (2019). Skenario pertama yaitu modern jazz yang sifatnya distruptif
secara digital, inovatif, dan mengatur pasar global. Kapasitas reaktor nuklir pada tahun 2060
ditargetkan mencapai 620 GW. Skenario kedua yaitu unfinished symphony, dimana
perkembangannya mengacu pada keberlanjutan ekonomi dan perubahan iklim. Pada
skenario ini, target kapasitas reaktor nuklir hampir tiga kali lipat dibandingkan 2018, yaitu
sebesar 1003 GW dengan menggunakan reaktor Generasi ke IV nuklir. Skenario ketiga yaitu
hard rock, dimana ketika pasar global mengalami ketidak pastian ekonomi dan pemerintah.
Dengan skenario ini, ditargetkan kapasitas reaktor nuklir meningkat 70% menjadi 696 GW
pada tahun 2060. Konstruksi difokuskan pada pembangunan reaktor baru di negara yang
sudah memiliki pasar dan perpanjangan masa guna reaktor nuklir yang sudah ada. Dalam
perkembangan nuklir dimasa yang akan datang, bukan hanya mempertimbangkan
keselamatan dari prosesnya, tetapi juga manajemen limbah radioaktif yang baik.
Sejatinya, unsur alam tidak pernah lepas dari kumpulan atom – atom. Hingga saat ini, ada 92
jenis atom yang telah didefinisikan. Inti dari atom terdiri atas proton yang bersifat positif, dan
neutron yang bersifat netral. Disekitar inti atom, dikelilingi oleh electron yang biasanya
memiliki jumlah sama dengan proton dan terikat dengan gaya elektromagnetiknya. Jumlah
proton mengindikasikan nomor atom yang menentukan unsur kimia atom tersebut.
Unsur uranium memiliki jumlah proton 92 buah. Namun di alam, terdapat 3 jenis unsur yang
memiliki jumlah proton 92 buah, yang masing masing memiliki jumlah neutron sebanyak 142,
143, dan 148 buah. Unsur yang memiliki 143 neutron dikenal dengan Uranium-235,
sedangkan yang memiliki 148 neutron dikenal dengan Uranium-238.
Uranium yang terdapat di alam bebas Sebagian besar adalah uranium yang sulit bereaksi,
yaitu Uranium-238. Hanya 0,7% saja uranium yang mengandung isotop Uranium-235.
Sedangkan pada PLTN, uranium yang digunakan adalah Uranium dengan kandungan
Uranium-235 nya sudah ditingkatkan menjadi 3 – 5%
Inti atom disatukan dengan kekuatan besar. Ketika di tembak dengan sebuah neutron ia dapat
dipecah. Hal ini dinamakan fisi. Perlu diketahui bahwa reaksi fisi dapat terjadi disetiap inti
atom dari suatu unsur tanpa terkecuali. Namun, reaksi fisi yang paling mudah terjadi adalah
reaksi fisi pada inti atom Uranium. Uranium yang lebih mudah tereaksi adalah Uranium – 235,
sedangkan Uranium-238 memerlukan energi yang lebih besar untuk reaksi fisi.
Reaksi fisi pada Uranium-235 terjadi saat neutron menumbuk, dan saat itu juga unsur Uranium
akan terbagi menjadi 2 buah atom yaitu Kr dan Br. Pada reaksi fisi, juga menghasilkan energi
panas yang sangat besar. Sehingga dalam aplikasinya di PLTN, energi hasil reaksi fisi ini
digunakan untuk memanaskan air hingga suhu 520 derajat yang bertujuan untuk memutar
turbin dan membangkitkan energi listrik.
Reaksi Berantai
Jalannya reaksi berantai ditentukan
oleh probabilitas bahwa suatu neutron
yang dilepaskan dalam fisi akan
menyebabkan fisi berikutnya. Jika
populasi neutron dalam reactor
berkutang dalam periode tertentu, laju
fisi akan menurun dan akhirnya menjadi
Nol. Dalam hal ini reactor akan berada
dalam keadaan subkritis. Jika populasi
neutron dipertahankan dalam keadaan
konstan, maka laju fisi akan stabil dan
reactor akan berada dalam keadaan
kritis sehingga populasi neutron
meningkat dari waktu ke waktu, laju fisi
meningkat, dan reactor akan berada dalam keadaan superkritis.
Sebelum reactor dimulai, populasi neutron mendekati nol. Operator memegang penuh batang
kendali untuk mendorong fisi untuk menempatkan reactor ke kondisi subkritis, kritis dan
superkritis. Dan Ketika reactor dimatikan, reactor harus masuk ke dalam keadaan subkritis.
Reaktor Nuklir
Di Amerika Serikat pada saat ini, terdapat 99 reaktor nuklir yang beroperasi, dan lebih dari
selusin reactor yang bekerja secara komersil telah dihentikan. Sebagian besar reactor nuklir
menggunakan ‘’light water’’ reactors. Walaupun di Kanada menggunakan ‘’Heavy Water”. Di
Amerika sendiri 2/3 dari reactor adalah Pressurized Water Reactor ( PWR ), dan sisanya
adalah Boiling Water Reactors ( BWR ).
Dengan dipanaskan hingga 325o Celcius, dengan tekanan 15 – 16 atm, maka air akan tetap
dalam wujud cair. Panas ditransfer ke air di luar inti sehingga air luar menjadi mendidih, dan
uap digunakan untuk menyalakan air. Sehingga air terpisah dari proses fisi dan tidak
radioaktif. Setelah uap digunakan untuk menggerakkan turbin, uap di dinginkan untuk menjadi
wujud cair, dapat menggunakan air sungai, atau menara pendingin. Dan siklus ini terjadi
berulang ulang.
5. Limbah nuklir yang dihasilkan berupa radioaktif yang masih berbahaya bagi lingkungan.
Jumlah limbah yang dihasilkan bergantung pada siklus bahan bakar nuklir yang digunakan.
Apabila siklus terbuka, maka bahan bakar yang digunakan akan semakin banyak karena
tidak digunakan kembali. Oleh karena itu, kebutuhan lahan untuk pembuangan limbah
nuklir juga lebih banyak. Jangan sampai terjadi pembuangan ilegal seperti yang ada di
Indonesia, meskpun tingkat radiasinya rendah.
Aspek ekonomi pada pembangkit listrik sangat penting karena digunakan untuk membangun
dan mengoperasikan pembangkit listrik itu sendiri. Apabila tidak ada keuntungan yang
diperoleh dari listrik yang dijual, maka pembangkit listrik tersebut tidak layak secara ekonomi.
Biaya investasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) biasanya disebut sebagai
biaya sesaat (overnight cost), yaitu biaya yang belum memasukkan tingkat suku bunga
selama konstruksi atau Interest During Construction (IDC). Biaya investasi tersebut terdiri dari
biaya EPC (Engineering Procurement Construction), biaya pengembangan (development
cost), dan biaya lain-lain (other cost) serta biaya contingency. Sedangkan komposisi dari biaya
EPC yaitu biaya nuclear island, conventional island, balance of plant, construction and
erection work, design dan engineering. Lingkup pekerjaan dari biaya modal dirinci seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
Biaya bahan bakar (nuclear fuel) merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh PLTN untuk
dapat beroperasi menghasilkan energi listrik selama waktu hidupnya (lifetime). Daur bahan
bakar nuklir (nuclear fule cycle) mencakup seluruh aktivitas mulai dari eksplorasi,
penambangan, penggilingan, pemurnian, pengkayaan, dan dilanjutkan dengan fabrikasi
menjadi elemen bakar nuklir untuk siap digunakan dalam operasi reaktor dan akhirnya
menjadi bahan bakar bekas (spent fuel). Back-end cost merupakan biaya penanganan bahan
bakar bekas sesudah dipakai dan keluar dari reaktor, berupa biaya penyimpanan sementara
on-site di PLTN dan biaya penyimpanan lestari (permanent storage). Burn up bahan bakar
nuklir merupakan besarnya energi yang dihasilkan oleh reaktor untuk setiap metrik ton U235.
Besarnya burn up pada U235 tergantung pada teknologi reaktor yang dari tahun ke tahun
terus meningkat.
Biaya operasi dan perawatan (O&M Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan operasi rutin PLTN. Biaya operasi dan perawatan besarnya bergantung pada
teknologi dan kapasitas daya yang terpasang. Biaya operasi dan perawatan dibedakan
menjadi dua, yaitu biaya tidak tetap operasi dan perawatan dan biaya tetap operasi dan
perawatan. Biaya tetap operasi dan perawatan merupakan biaya operasional rutin antara lain
meliputi biaya pegawai, property tax, plant insurance, dan life-cycle maintenance. Rincian
tetap operasi dan perawatan di beberapa negara Eropa, seperti Finlandia, Perancis, RUsia,
Bulgaria, dan Inggris dapat diasumsikan untuk upah tenaga kerja yang ada di Eropa lebih
besar tiga kali dibanding negara Asia. Biaya tenaga kerja di Asia diasumsikan diambil dari
data Indonesia berdasarkan standar gaji PT. PLN (Persero). Sedangkan untuk biaya variable
operasi dan perawatan terdiri dari biaya-biaya untuk perawatan langsung unit pembangkit,
perawatan gedung pembangkit, dan perawatan oleh outsourcing.
Sumber pendanaan bagi PLTN semakin menghadapi tantangan yang sulit karena harga listrik
yang murah dan tingkat pengembalian investasi yang lambat telah menghalangi perusahaan
skala besar terlibat dalam proyek pembangkitan. Selain itu, proses pendanaan diperburuk
dengan adanya krisis global saat ini yang terpaksa banyak perusahaan yang bergerak
dibidang energi memotong anggaran belanja dan membatalkan proyek. Penarikan dana
sering sulit dilakukan pembeli tunggal, PLN telah melalaikan kontrak di masa lalu.
Kebanyakan IPP mempercayakan ekspor kreditnya dan bantuan dari agen pinjaman yang
bersifat multilateral seperti ADB, JBIC, Korean Exim, dan China Exim untuk mendanai dengan
bantuan dana yang biasanya dari internasional atau bank komersial dibandingkan bank
domestik Indonesia.
Dalam skala yang lebih luas, peraturan lingkungan yang kompleks khususnya yang
berhubungan dengan ketidakpastian dalam tender, telah dilakukan dengan upaya seperti
disinsetif. Peningkatan upaya PPP di Indonesia yang berhubungan dengan peraturan dan
peningkatan dukungan fiscal untuk menjamin adanya risiko tertentu dengan harapan dapat
menarik investasi.
Namun, studi mengklaim bahwa investasi dalam pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) 1GW
menyebabkan kerugian rata-rata sekitar 4,8 miliar euro. Emisi radioaktif yang dihasilkan
sangat berbahaya dam risiko proliferasi tidak memenuhi syarat sebagai solusi energi ‘bersih’,
sehingga perlu dipertimbangkan lagi untuk mengatasi perubahan iklim. Energi nuklir selalu
tidak menguntungkan dalam ekonomi swasta, menurut laporan salah satu lembaga penelitian
ekonomi terkemuka Jerman, DIW Berlin. Analisisnya menjelaskan bahwa subsidi negara
besar dimana pembiayaan modal swasta telah digunakan untuk industri nuklir di masa lalu
dan selanjutnya untuk memeriksa lebih lanjut profitabilitas saat ini dan masa depan dari
pembangkit listrik tenaga nuklir. Laporan tersebut menjelaskan jika tenaga nuklir bukan
merupakan pilihan untuk campuran energi ramah lingkungan, dalam survei empiris terhadap
674 pembangkit nuklir yang pernah dibangun menunjukkan bahwa pembangkit listrik bukan
digunakan untuk kepentingan swasta melaikan didorong oleh kepentingan militer.
Dalam model simulasi Monte Carlo yang dikembangkan untuk nilai bersih dari PLTN 1GW,
studi tersebut menemukan bahwa kehilangan keuntungan diperkirakan berkisar antara 1,5
sampai 8,9 miliar euro. Model simulasi dibangun dalam berbagai faktor termasuk biaya grosir
listrik (20-80 euro /MWh), biaya investasi spesifik (4000 – 9000 euro /kW), dan biaya modal
rata-rata tertimbang (4-10%). Dalam analisis Monte Carlo, peneliti mengemukakan bahwa
investasi nuklir dalam semua kasus menimbulkan kerugian secara finansial yang signifikan.
F. Referensi
Anonim. 2013. History of Nuclear Energy. Dikutip dari artikel pada tanggal 9 Mei 2020,
https://whatisnuclear.com/history.html.
Anonim. Sejarah BATAN. Dikutip dari artikel pada tanggal 10 Mei 2020,
http://www.batan.go.id/index.php/id/home/sejarah.
Brook, B.W., Alonso, A. Meneley, D.A., Misak, J., Bless, T., dan Erp, J.B. 2014. Why nuclear
energy is sustainable and has to be part of the energy mix. Sustainable Materials and
Technologies. Volume 1(2): 8 – 16.
International Energy Agency. 2019. Nuclear Power in a Clean Energy System. Prancis: IEA
Publications.
Johnson, E. 2019. Nuclear: A poor investment strategy for clean energy. Dikutip dari pv
magazine pada tanggal 11 Mei 2020, https://www.pvmagazine.com/2019/07/24/
nuclear-a-poor-investment-strategy-for-clean-energy/
Karakosta, C., Pappas, C., Marinakis, V., dan Psarras, J. 2013. Renewable energy and
nuclear power towards sustainable development: Characteristics and prospects.
Renewable and Sustainable Energy Reviews. Volume 22:187 – 197.
Nasrullah, M., 2014, Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan PLTN SMR 100 MWe. In Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir, Pontianak, Kalbar.
Nasrullah, M., & Sriyana, S., 2010, Harga dan tarif listrik PLTN di Dunia. Jurnal
Pengembangan Energi Nuklir, 12(1).
Spinrard dan Marcum, W. 1989. Nuclear reactor. The Editors of Encyclopaedia Britannica.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2020, https://www.britannica.com/technology/nuclear-
reactor.
Suryono, Gatot. 2006. Perkembangan Tenaga Nuklir di Dunia. Buletin Antara. Volume
7(3):102 – 112.
Sutrisna, K.F. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Diakses pada tanggal 3 Mei
2020, http://blog.unnes.ac.id/handisurya/2015/10/14/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-
tenaga-nuklir/.
World Energy Council. 2019. The Future of Nuclear: Diverse Harmonies In the Energy
Transition. London: World Energy Council.
Latar Belakang
• Menipisnya cadangan bahan bakar fosil membuat dunia
mencari bahan bakar lainnya yang lebih ramah
lingkungan dan berkelanjutan.
• Di tahun 2018, energi nuklir menyumbang 10% suplai
listrik di dunia. Emisi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN) paling kecil dibandingkan
dengan energi terbarukan lainnya.
• Namun, sejak memasuki tahun 2000, tren PLTN menurun
beriringan dengan diberlakukannya pembagian energi
terbarukan (EIA, 2019). Teknologi energi nuklir tidak dapat
terlepas dari ketatnya regulasi yang dibuat oleh
pemerintah.
• Hal tersebut dilandasi dengan tragedi yang terjadi di
Three Mile Island dan Chernobil. Regulasi ini juga
mengkontrol adanya investasi di bidang nuklir, baik
investasi baru, maupun perpanjangan usia penggunaan
reaktor nuklir. Nuclear Power in a
Clean Energy System
Perkembangan Reaktor Nuklir
•
•
Sejarah Nuklir di Indonesia
• 1954 – Pembentukan Panitia Negara untuk
Penyelidikan Radioaktivitet
• 1958 – Pendirian Dewan Tenaga Atom dan Lembaga
Tenaga Atom (LTA)
• 1965 – Peresmian Pusat Reaktor Atom Bandung dan
Pengoperasian Reaktor Triga Mark II berdaya 250 kW
oleh Presiden RI serta perubahan nama Lembaga
Tenaga Atom menjadi Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN)
• 1979 – Peresmian mulai beroperasinya Reaktor Kartini
dengan daya 100 kW di PPTA Yogyakarta oleh Presiden
RI
• 1988 – Peresmian pengoperasian Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif di PPTA Serpong oleh Presiden RI
• Peresmian pengoperasian Instalasi Radioisotop dan
Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental di
PPTA Serpong oleh Presiden RI
• 2012 – Pencapaian 20 varietas unggul padi, 6 varietas
unggul kedelai, 1 varietas unggul kacang hijau, dan 1
varietas kapas 54 tahun.
The Future of Nuclear Power: Skenario World
Council Energy dalam Strategi Pengembangan
Energi Nuklir Tahun 2060
•
•
Prinsip Teknologi Nuklir
•
•
Prinsip Teknologi Nuklir
•
•
Jenis Reaktor Nuklir
•
•
Boiling Water Reactors
Boiling Water Reactors
•
•
Pressured Water Reactor
•
•
Kelebihan Dan Kekurangan
Investasi Pada Energi Nuklir
Rincian Biaya Overnight Costs
•
•
•
•
•
Model simulasi Monte Carlo
•
•
•
•
•
•
Referensi
• Anonim. 2013. History of Nuclear Energy. Dikutip dari artikel pada tanggal 9 Mei 2020, https://whatisnuclear.com/history.html.
• Anonim. Sejarah BATAN. Dikutip dari artikel pada tanggal 10 Mei 2020, http://www.batan.go.id/index.php/id/home/sejarah.
• Brook, B.W., Alonso, A. Meneley, D.A., Misak, J., Bless, T., dan Erp, J.B. 2014. Why nuclear energy is sustainable and has to be part of the energy mix.
Sustainable Materials and Technologies. Volume 1(2): 8 – 16.
• International Energy Agency. 2019. Nuclear Power in a Clean Energy System. Prancis: IEA Publications.
• Johnson, E. 2019. Nuclear: A poor investment strategy for clean energy. Dikutip dari pv magazine pada tanggal 11 Mei 2020,
https://www.pvmagazine.com/2019/07/24/ nuclear-a-poor-investment-strategy-for-clean-energy/
• Karakosta, C., Pappas, C., Marinakis, V., dan Psarras, J. 2013. Renewable energy and nuclear power towards sustainable development:
Characteristics and prospects. Renewable and Sustainable Energy Reviews. Volume 22:187 – 197.
• Nasrullah, M., 2014, Perhitungan Ekonomi dan Pendanaan PLTN SMR 100 MWe. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir, Pontianak,
Kalbar.
• Nasrullah, M., & Sriyana, S., 2010, Harga dan tarif listrik PLTN di Dunia. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 12(1).
• Spinrard dan Marcum, W. 1989. Nuclear reactor. The Editors of Encyclopaedia Britannica. Diakses pada tanggal 3 Mei 2020,
https://www.britannica.com/technology/nuclear-reactor.
• Suryono, Gatot. 2006. Perkembangan Tenaga Nuklir di Dunia. Buletin Antara. Volume 7(3):102 – 112.
• Sutrisna, K.F. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Diakses pada tanggal 3 Mei 2020, http://blog.unnes.ac.id/handisurya/2015/10/14/prinsip-
kerja-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/.
• World Energy Council. 2019. The Future of Nuclear: Diverse Harmonies In the Energy Transition. London: World Energy Council.
BUKTI SCREENSHOT DISKUSI