Tugas Sistem Transportasi
Tugas Sistem Transportasi
(PEKERJAAN RUMAH)
Disusun Oleh :
Kelas : Sipil A
Nim : 218190015
FAKULTAS TEKNIK
2019
PETA DKI JAKARTA
PEMBAHASAN
PERMASALAHAAN TRANSPORTASI
Ketika akan naik angkutan, penumpang harus berlari dan berpeluh keringat. Saat
sudah naik pun harus bermandi keringat di antara para penumpang yang penuh
sesak.Tak jarang penumpang harus bergantungan di pintu kendaraan, yang sangat
berisiko terhadap keselamatan jiwa. Mereka yang diburu oleh waktu mau tidak
mau harus berlari mengejar angkutan umum yang tak jarang menyambut mereka
dengan asap knalpot yang langsung menghantam wajah.
Selain harus berlari dan berdesak-desakan untuk bisa berangkat ke tempat
tujuan, ketidaknyamanan lain yang harus dirasakan penumpang angkutan umum
adalah persoalan kondisi fisik angkutan yang sangat tidak layak. Mulai dari bodi
kendaraan yang berkarat dan keropos, atap kendaraan yang berlubang, kaca jendela
yang tidak lengkap, dan ban kendaraan yang tipis.Kondisi fisik kendaraan seperti
itu salah satunya dapat terlihat hampir di setiap jalan di Kota Jakarta.Salah satunya
terlihat di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.Kondisi serupa pun terjadi
pada angkutan umum berjenis minibus, seperti Kopaja dan Metromini.Selain bodi
yang penuh tambalan, beberapa kaca jendela tampak tidak terpasang.Belum lagi
coretan pada bagian dinding dan atap yang mengganggu kenyamanan. Ban
cadangan berukuran besar yang diletakkan di bagian belakang pun sedikit
menggangu penumpang yang duduk di bangku belakang.
Dari data yang diperoleh, di Jakarta saat ini terdapat sedikitnya 22.776
angkutan umum jenis bus besar, sedang dan bus kecil dinilai telah berusia uzur.
Bahkan 16.460 bus diantaranya telah reyot.Jumlah tersebut merupakan hasil
kalkulasi yang dikeluarkan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI dan Organda DKI.
Melihat kenyataan ini tidaklah heran jika upaya Pemprov DKI untuk
mengubah pola masyarakat untuk beralih ke angkutan umum dapat terbilang sia-
sia.Karena tidak didukung dengan sarana yang memadai. Kepulan asap knalpot,
dan bodi kendaraan yang berkarat menjadi ciri khas angkutan kota di Jakarta.
Kondisi ini diperparah dengan perilaku pengemudi yang ugal-ugalan.
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk
menggunakan kendaraan pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang
dihadapi pemerintah daerah adalah:
Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak
mencukupi, khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya
terkadang sangat melebihi kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk
mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan.
Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota
pelayanan angkutan pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani
dengan angkutan umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada
kisaran 10 orang.
Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
Jadwal yang tidak teratur
Fasilitis perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan
informasi jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, tidak
dilengkapi dengan jadwal.
Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang
tidak bisa dipenuhi pada suatu tempat sehingga membutuhkan pergerakan ke
tempat lain. Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis kegiatan
tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan
dalam proses pemenuhan kebutuhan. Pola kegiatan tata guna lahan terdiri dari
sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Pada pola kegiatan
ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh orang dapat dibedakan dalam
dua macam kegiatan pokok, yaitu:
a. Kegiatan usaha, yang merupakan kegiatan harian (daily activity), dan dibagi
dalam kegiatan dasar (basic activity) dan kegiatan jasa (services activity)
b. Kegiatan sosial, yang merupakan kegiatan berkala (periodic activity). Dalam
pergerakan perjalanan dari asal (origin) ke tujuan (destination) terdapat aliran
barang (flow of goods) dan aliran jasa (flow of services). Aliran barang umumnya
mencakup wilayah (regional), sedangkan aliran jasa lebih banyak berlangsung di
dalam kota.
Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat
pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia atau barang membutuhkan moda
transportasi (sarana) dan media transportasi (prasarana) tempat moda transportasi
tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang dibutuhkan merupakan sistem
jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan, kereta api, terminal bus, bandara dan
pelabuhan laut. Sistem Sarana dan Prasarana ini berkaitan dengan pola
jaringan (nertwork system) yang terbagi dalam:
pola konsentrik (menuju ke satu titik)
pola radial (menyebar)
pola linier (contoh: Ribbon Development)
pola grid/kotak (grid iron)
Perkembangan sub sistem ini bisa cepat, sedang, lambat, atau stagnan (tetap, tidak
berubah), tergantung pada kecepatan pertumbuhan (rate of growth) dan tingkat
pengembangan (level of development) dari daerah yang bersangkutan (antara lain
kawasan tertinggal, kawasan yang cepat bertumbuh, dan sebagainya).
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan menghasilkan pergerakan
manusia atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan atau pejalan
kaki. Sistem Pergerakan terbagi dalam skala nasional, regional dan lokal.Pada
skala nasional diatur dalam kebijakan Sistranas (Sistem Transportasi Nasional)
dengan Rencana Induk Perhubungan sebagai masterplan.Di dalam Sistranas
sebagai kebijakan umum, terdapat Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.Pada
skala regional diatur dalam Sistem dan Strategi Transportasi Regional, dan
Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan.Selanjutnya skala lokal diatur menurut
Sistem dan Strategi Transportasi Perkotaan (Urban Transportation Policy).
Sasaran Sub Sistem Pergerakan adalah
cepat (fast), murah (cheap), aman/selamat (safe), nyaman (comfort), lancar,
handal (reliable), tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien), terpadu (integrated),
menyeluruh (holistic), menerus (continue), berkelanjutan (sustainable), dan
berkesinambungan, sedangkan proses dari Sub Sistem Pergerakan dapat
dikategorikan dalam sangat pesat, cepat, sedang, lambat, terisolasi (ini melahirkan
angkutan-angkutan perintis).
Dalam usaha untuk menjamin terwujudnya sistem pergerakan yang aman,
nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai dengan lingkunganya maka dalam
sistem transportasi makro terdapat sistem transportasi mikro terdapat sistem
tambahan yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi individu, kelempok,
lembaga dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro tersebut. Di DKI Jakarta, sistem
kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi secara umum sebagai
berikut :
Sistem kegiatan yaitu Badan perencanaan dan pembangunan nasional (Bappenas),
Bappeda tingkat I dan II, Pemerintah daerah
Sistem jaringan yaitu Depatemen Perhubungan (darat, laut dan udara), Bina marga.
Sistem pergerakan yaitu Dinas lalu lintas dan angkutan jalan (DLLAJ), Organisasi
Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda), Polisi lalu lintas serta
masyarakat
Kebijakan yang diambil tentunya dapat dilaksanakan dengan baik melalui
peraturan yang secara tidak langsung juga memerlukan sistem penegakan hukum
yang baik.Sehingga, secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah, swasta dan
masyarakat berperan dalam mengatasi masalah sistem transportasi ini, terutama
masalah kemacetan.
Perkembangan kota Jakarta cenderung mekar ke segala arah. Ada
ketidakcocokan geografis antara lokasi rumah tinggal dan lokasi kerja. Rumah
tinggal yang terjangkau semakin jauh dari pusat-pusat kegiatan di kota sehingga
penduduk dihadapkan pada perjalanan kerja yang cukup panjang. Jumlah
perjalanan di Jabodetabek saat ini mendekati 30 juta perjalanan per hari. Dengan
jumlah perjalanan sedemikian besar, kecepatan kendaraan rata-rata di Jabodetabek
hanya sekitar 34,5 km per jam. Setiap hari lebih daripada 600.000 kendaraan dari
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) berjalan ke pusat kota Jakarta
dengan pola perjalanan yang konsentrik radial atau menuju ke tengah kota. Bila
dibandingkan dengan data tahun 1985, peningkatan jumlah perjalanan dari
Bodetabek ke Jakarta ini naik sekitar 10 kali lipat pada tahun 2012. Di lain pihak,
jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya sudah mencapai sekitar 5 juta dengan
pertumbuhan sekitar 1.035 motor dan 269 mobil per bulan.
Dengan kecenderungan saat ini, apabila angkutan umum tidak dibenahi, akan
semakin banyak penduduk melakukan perjalanannya dengan kendaraan pribadi,
baik mobil ataupun sepeda motor. Kondisi Jakarta ini akan menuju macet total
paling lama 10 tahun mendatang, suatu kondisi di mana sistem transportasi yang
ada sudah tidak mampu lagi untuk mengalirkan lalulintas. Contoh situasi ini kita
hadapi apabila Jakarta mengalami hujan lebat dan terjadi macet di mana-mana
dengan sistem yang mengunci antara satu perempatan dan perempatan lainnya.
Dengan posisi saling mengunci, lalulintas akan sulit bergerak dan semua kendaraan
akan berhenti total.
Langkah yang akan diambil oleh pemerintah tersebut merupakan suatu solusi
nyata untuk mengatasi permasalahan transportasi kota. Pola ini memungkinkan
terjadi interkoneksi antara transportasi darat, laut, dan udara. Pola transportasi
makro (PTM) akan mengintegrasikan empat sistem transportasi umum, yaitu:
1. Bus Rapit Transit (antara lain bus way), 2. Light Rail Transit, 3. Mass Rapid
Transit:, dan 4. ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan).Pola
Transportasi Makro (PTM) ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan
penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman, dan
efisien.Sesuai dengan konsep Megapolitan Jakarta, pola transportasi makro ini
harus terkoneksi antara Jakarta dengan kota-kota penyangga di sekitar
Jakarta.Koneksitas moda transportasi ini harus merupakan sistem yang tertata rapi.
Dengan sistem yang tertata rapi, maka nanti akan muncul fenomena baru, yaitu
kecenderungan untuk menggunakan transportasi publik.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan diatas, maka dapat diperoleh suatu
simpulan sebagai berikut:
1. Jakarta adalah sebuah kota dengan penduduknya yang terdiri dari berbagai
sektor dengan jumlah yang padat. Untuk melayani semua kegiatan, Jakarta harus
memiliki sistem kualitas transportasi yang dapat melayani seluruh penduduk
Jakarta.Permasalahan sistem transportasi Jakarta saat ini terletak pada besarnya
volume kendaraan yang tidak sesuai dengan kapasitas ruas jalan.Selain itu,
jaringan jalan yang tidak memadai, pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi,
tidak memadainya pelayanan angkutan umum, pelanggaran ketentuan lalu lintas
serta kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat.
2. Permasalahan sistem transportasi Jakarta tidak hanya terletak pada sarana dan
prasarana transportasi, tetapi merupakan interaksi antara bagian-bagian sistem
transportasi makro yaitu sistem kegiatan, sistem jaringan transportasi, sistem
pergerakan lalu lintas, serta sistem kelembagaan.yang saling mempengaruhi. Setiap
sistem kegiatan akan menimbulkan pergerakan dan membutuhkan sistem jaringan
sebagai sarana serta prasarannya apabila tidak dilakukan pengaturan dengan baik
akan menimbulkan permasalahan lalu lintas. Dalam usaha untuk menjamin
terwujudnya sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan
sesuai dengan lingkunganya maka diperlukan peranan sistem kelembagaan.
3. Dalam pembenahan sistem transportasi diperlukan penerapan pola transportasi
makro, antara lain dengan pengembangan angkutan umum massal, pembatasan lalu
lintas serta peningkatan kapasitas jaringan. Prinsipnya adalah meningkatkan
aksesibilitas, memasyarakatkan angkutan umum massal serta mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi.Dengan demikian jelas diperlukan adanya
kebijakan pemerintah untuk membenahi sistem transportasi DKI Jakarta.Kebijakan
ini lebih dititikberatkan pada pemenuhan kebutuhan angkutan umum yang layak
dan dikelola dengan baik.Pengembanagan busway Transjakarta merupakan solusi
sarana angkutan umum yang telah dilakukan.Serta saat ini telah dilakukan
perencanaan dan pembangunan monorel serta subway sebagai solusi pembenahan
angkutan massal DKI Jakarta.
4. Permasalahan transportasi memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
udara yang berupa polusi asap kendaraan, terhadap lingkungan air melalui air
buangan dari jalan raya, dampak kebisisngan suara yang ditimbulkan oleh suara
mesin kendaraan, dampak bagi kesehatan manusia serta dampak kemacetan
terhadap nilai waktu yang mencapai 8,3 triliun per tahun.