Anda di halaman 1dari 29

1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Landasan Teori Medis BBLN


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram (Rochmah, 2012:1).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh & Lia, 2002:2)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
antara 2500-4000 gram pada usia kehamilan 37-42 minggu (Karyuni, 2009).
Dari ketiga pengertian di atas bahwa bayi baru lahir normal atau bisa
disebut juga bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dalam usia
kehamilan 37-42 minggu yang disertakan dengan berat badan 2500 grm
sampai dengan 4000 grm tanpa ada catat bawaan.

2. Ciri-ciri BBLN
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak
aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat
bawaan (Kementerian Kesehatan RI,2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160
x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas,nilai APGAR >7,refleks-
refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping),
organ genitalia pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan
penis berlubang, pada bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta
2

adanya labia minora dan mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam
pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2010)

3. Adaptasi Fisiologi BBLN


Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar
uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila
terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit (Muslihatun,
2010.hlm.10)
a. Periode Transisi
Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam
pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi. Periode
transisi dibagi mejadi tiga periode yaitu :
1) periode pertama reaktivitas atau segera setelah lahir, karakeristik
pada periode ini frekuensi pernapasan cepat dan dapat mencapai
80 kali per menit, adanya retraksi, dan suara seperti mendengkur.
Denyut jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama
beberapa menit pertama kehidupan (Stright, 2005.hlm.209). Pada
periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke
sianosis, tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi
memiliki sejumlah mukus, menangis kuat refleks mengisap kuat,
mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya karena
bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. Pada
periode ini bayi membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji
dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit
pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap
hangat dengan suhu aksila 36,50C – 37,50C (Muslihatun
2010.hlm.4).
2) Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah respon
awal bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal
ini terjadi dalam dua jam setelah kelahiran dan berlangsung
3

beberapa menit sampai beberapa jam (Stright, 2005.hlm.209).


Menurut Muslihatun (2010, hlm.5) fase ini dimulai dari 30 menit
setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2 -4 jam.
Pada fase ini frekuensi pernafasan dan denyut jantug menurun
kembali kenilai dasar, warana kulit cenderung stabil dan bisa
terdengar bising usus. Pada fase ini bayi tidak banyak
membutuhkan asuhan, karena bayi tidak memberikan respon
terhadap stimulus eksternal.
3) Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir
sekitar 4-6 jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat
sensivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.
Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali permenit, frekuensi pernafasan
sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi fluktuasi warna merah jambu
atau kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering
berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi peningkatan
sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks
mengisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif. Kebutuhan
asuhan bayi pada periode ini memantau secara ketat kemungkinan
bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan,
memantau setiap kejadian apnea dan mulai melakukan
rangsangan taktil, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi
serta mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk mengisap
dan menelan (Muslihatun, 2010.hlm.5)
b. Periode Pasca Transisional
Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke ruang
rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal
umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital setiap 4 jam,
pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on demand, menggganti
popok serta menimbang berat badan, selain asuhan transisional dan
pasca transisional asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi
4

berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama (Muslihatun,


2010.hlm.5)
c. Sistem Pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal
dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada
bayi melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan cairan paru yang
jumlahnya 80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang
hilang ini digantikan dengan udara. Paru mengembang sehingga
rongga dada kembali kebentuk semula, pernapasan pada neonatus
terutama pernapasan diapragmatik dan abdominal biasanya frekuensi
dan kedalaman pernapasan masih belu m teratur. Upaya pernapasan
pertama berfugsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan
mengembangkan jaringan alveolus paru utuk pertama kali, agar
alveolus dapat berfungsi harus terdapat surfaktan dalam jumlah yang
cukup dan aliran darah ke paru (Rochmah. 2012.hlm.5)
d. Suhu Tubuh
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu
kehilangan panas melalui proses penguapan atau perpindahan panas
dengan cara merubah cairan menjadi uap. Pencegahannya, setelah
bayi lahir segera mengeringkan bayi secara seksama dan menyelimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan kering serta menutup bagian
kepala bayi.
Cara kedua konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi
kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya
menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan menggunakan
stetoskop untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun. 2010.hlm.12)
Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang
terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya
aliran udara dingin dari kipas angin, dan hembusan udara dingin
melalului ventilasi. Cara keempat radiasi yaitu kehilangan panas yang
5

terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai


suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu dekat ke
dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi (JNPK-KR, 2012).
e. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna
menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan diluar rahim, terjadi dua perubahan beasar
yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta, kemudian
penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena
umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir
dan setelah talipusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa
berlangsung dalam 2-3 bulan (Rochmah, 2012.hlm.7)
Maryanti, dkk (2011, hlm.16) mengatakan perubahan sistem
kardiovaskuler yaitu oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Perubahan sistem
kardiovaskuler yang terjadi tiga tahap yaitu pertama penutupan
foramen ovale, dengan proses pemotongan tali pusat yang
menyebabkan terjadinya penurunan sirkulasi darah. Hal ini
merangsang timbulnya pernapasan pertama kali dan menyebabkan
paru berkembang. Kedua penutupan duktus arteriosus botali, ini
merupakan pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta, pulmonalis menghubungkan ventrikel kanan ke paru
untuk memberikan nutrisi dan pemeliharaan organ paru (pada masa
6

janin), bukan untuk proses pernapasan. Pada proses pernapasan


terjadi perubahan tekanan pada atriun kanan karena foramen ovale
telah menutup, darah akan dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju
paru proses ini berfungsi setelah janin lahir. Dan yang ketiga yaitu vena
dan arteri umbilikalis, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari
talipusat menutup secara fungsional dalam beberpa menit setelah lahir
dan setelah tali pusat di klem.
f. Metabolisme Glukosa
Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat
kelahiran, setelah tali pusat diklem, seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi
baru lahir kadar glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi
baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika
bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang
mengalami hipotermi saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia
akan menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam pertama
kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-
4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua
persediaan digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan
mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin
merupakan kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi
mereka berkuang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah,
2012.hlm.9)
g. Adaptasi Ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir, dan dua sampai enam kali sehari pada 1 -2 hari
pertama, setelah itu mereka berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam.
Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda
7

kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat (Stright,
2005.hlm.217)
Menurut Muslihatun (2010,hlm.18) fungsi ginjal belum
sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa,
ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
froksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang
dewasa.

h. Adaptasi Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur
dibandingkan orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna
merah jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin
sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai mengisap dan
menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan
yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya memberikan
makan sesuai keinginan bayi (ASI on demand) (Rochmah, 2012)
Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas,
hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada neonatus (Maryanti.
2011.hlm.20)
i. Adaptasi Hati
Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir,
hati terus membantu pembentukan darah, dan selama periode
neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.
Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan
8

kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defesiensi terhadap zat besi (Stright. 2005.hlm.217)
Menurut Maryanti, dkk (2011,hlm.21) setelah lahir hati
menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis berupa kenaikan
kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar
belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase
glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus neonatorum fisiologis.

4. Reflex Fisiologis
Adapun reflex fisiologis pada BBLN yaitu :
a. Rooting reflex (reflex mencari puting).
Cara memunculkan: sentuhlah pipi atau ujung mulut bayi. Mulutnya
akan membuka dan kepalanya akan menengok ke arah sentuhan.
Refleks ini sangat membantu bayi dalam mencari payudara ibu atau
botol susu.
b. Suck reflex (reflex menghisap).
Cara memunculkan: sentuhlah langit-langit mulut bayi dengan jari,
maka bayi akan mulai mengisap. Bayi premature biasanya belum
mempunyai kemampuan mengisap dengan baik. Refleks ini belum
muncul hingga usia janin 32 minggu dan belum berkembang sempurna
hingga usia janin 36 minggu.
c. Moro reflex (Startle Reflex).
Refleks ini terjadi jika bayi dikejutkan oleh suara keras bahkan oleh
tangisnya sendiri atau oleh gerakan. Refleks ini dapat muncul hingga
bayi berusia 6 bulan. Cara memunculkan: dalam posisi terlentang
angkat dan topang punggung dan kepala bayi dengan satu tangan
hingga posisi setengah duduk, dengan cepat dan hati-hati lepaskan
9

tangan. Kedua tangan dan kakinya teregang, kepala tertarik ke


belakang sekejap dan bayi menangis.
d. Step/walking reflex (refleks melangkah).
Cara memunculkan: bayi diberdirikan (dipegang pada kedua ketiaknya)
dan kakinya disentuhkan lantai atau meja, ia akan melakukan gerakan
seperti melangkah.
e. Grasp reflex (reflex menggenggam).
Cara memunculkan: sentuhlah telapak tangan bayi dengan jari, maka
dia akan menggenggam jari kita. Refleks ini hanya muncul hingga usia
2 sampai 3 bulan dan lebih kuat pada bayi prematur.

f. Foot (refleks-refleks pada kaki)


Cara memunculkan:
1) Babinski: gores telapak kaki bagan luar dengan ujung jari, maka
jari-jari kakinya akan meregang dan ibu jari dorsofleksi. Ini adalah
refleks normal dan bertahan hingga usia 2 tahun.
2) Gores telapak kaki bagian dalam, maka jari-jari kaki akan fleksi dan
menggenggam jari pemeriksa.
g. Tonic neck reflex (Tonus Leher Asimetrik)
ketika kepala bayi dimiringkan ke kiri maka lengan kirinya akan
meregang lurus sementara siku lengan kanannya akan melipat. Hal ini
biasa disebut sebagai posisi “pagar”. Perlu di waspadai jika refleks ini
tidak menghilang juga ketika bayi berumur 6-7 bulan.
h. Doll’s eyes
letakan kedua jari telunjuk di telapak tangan bayi, bayi akan
menggenggamnya, tarik kedua lengan ke posisi duduk, mata
membuka( seperti boneka)
i. Hand-to mouth (babkin)
10

letakan jari di telapak tangan bayi, maka bayi akan menarik jari ke
mulutnya dan mulai menghisap.
j. Swimmer (Gallant) response
pegang bayi dalam posisi tengkurap sementara memegang perutnya
dengan tangan, dan gerakan ke satu sisi bayi, bayi akan fleksi
keseluruhan tubuh menuju sisi yang di gerakkan.
k. Crawling reflex
bayi yang baru lahir diletakan tengkurap, maka kaki akan
menekuk/fleksi dan mulai merangkak.

5. Etiologi
a. His(Kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum

6. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna
(dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin
dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode
Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan
11

cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem


termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa

7. Tanda Dan Gejala


a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram 3.
c. Panjang lahir 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nilai APGAR >7-12.
l. Gerakan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Genetalia :
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.  
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus
yang berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
o. Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
p. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
q. Refleks grasping sudah baik
r. Refleks morro
s. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
12

8. Klasifikasi
Menurut Kosim (2012) ada beberapa klasifikasi pada berat badan
lahir yaitu:
a. Menurut Berat Lahir
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)Bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir < 2500 gram tanpamemandang masa gestasi)
2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal Bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir > 2500–4000 gram)
3) Bayi Berat Lahir Lebih Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >
4000 gram
b. Menurut Masa Gestasi atau Umur Kehamilan
1) Bayi Kurang Bulan (BKB) Bayi dilahirkan dengan masagestasi < 37
minggu (< 259 hari)
2) Bayi Cukup Bulan (BCB)Bayi dilahirkan dengan masa gestasi
antara 37–42 minggu (259–293 hari)
3) Bayi Lebih Bulan (BLB)Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (294 hari).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
praasidosis, tingkat rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
b. Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43%
sampai 61%.
c. Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya
kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah yang
menunjukkan kondisi hemolitik.
d. Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl
1 sampai 2 hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.

10. Penatalaksanaan Klinik


13

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah


transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam
24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus
dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital
yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,
pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan
ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan,
terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome(SIDS)
(Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat talipusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008). Asuhan bayi baru lahir meliputi :

a. Pencegahan Infeksi (PI)


Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidakdilakukan penilaian sepintas
setelah seluruh tubuhbayi lahirdengan tiga pertanyaan :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi.Penghisapan lendir pada
jalan napas bayi tidak dilakukansecara rutin (Kementerian Kesehatan
RI, 2013)
b. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada
bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuhlainnya
14

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,kemudian bayi


diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin
pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan
melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah dengan tidak
membungkus talipusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada
tali pusat(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk talipusat adalah selalu cucitangan
sebelum memegangnya,menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar
udara,membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah
umbilikus (Lissauer, 2013).
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan berlangsung selama
10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkankontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum
melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep
mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi
kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI,2013).
d. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dantubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
e. Pemberian salep mata/tetes mata
15

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untukpencegahan


infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mataantibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep
atau tetes mata harus tepat 1jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
f. Pencegahan perdarahan
Melalui penyuntikan vitamin K1dosistunggal di paha kiri Semua
bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1(Phytomenadione)1
mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin yangdapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(KementerianKesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai
profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan
dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya,atau
secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi
absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi
(Lissauer, 2013).
Vitamin K dapat diberikandalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry,
2014).
g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0)
Dosis tunggal di paha kanan Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2
jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan
untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang
dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian KesehatanRI, 2010).
h. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir(BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan
tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.saat kunjungan
tindak lanjut (KN )yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7
hari dan 1kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
16

i. Pemberian ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan danminuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai
usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang
diatur dalam SKMenkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan
bayi baru lahir dari upaya penculikan danperdagangan bayi.

11. Komplikasi
Kondisi–kondisi yang menjadikan neonatus berisiko tinggi, antara lain :
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah
Bayi dengan berat badan lahir rendah yaitubayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah diantaranya adalah penyakit hipotermia, gangguan pernafasan,
membran hialin, ikterus, pneumonia, aspirasidan hiperbilirubinemia
(Prawirohardjo, 2010).
b. Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asamarang dari tubuhnya
(Karyuni, 2009).
c. Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena trauma
pada pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukkan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat
juga dapat sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi (Dewi, 2010).
d. Kejang neonatus
17

Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan


suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab
kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat. Penyebab utama
terjadinya kejang adalah kelainan bawaan pada otak, sedangkansebab
sekunder adalah gangguan metabolik atau penyakit lainseperti penyakit
infeksi. Di negara berkembang, kejang pada neonatus sering disebabkan
oleh tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, ensefalitis, pendarahan
otak, dan cacat bawaan (Tanto,Liwang, 2014).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Langkah-Langkah Asuhan keperawatan Menurut Varney (2015) yaitu :
a. pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
serta meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi. Pengumpulan data dasar berupa :
1) identitas ibu dan anak
2) tanggal lahir dan waktu
3) jenis kelamin
4) PB dan BB saat lahir
5) Tempat persalinan
6) Keadaan bayi saat lahir
7) Jenis kelahiran (Tunggal/Ganda)
8) Pengukuran antropometri

b. Penilaian APGAR
18

Pengkajian setelah lahir Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji


adaptasi bayi barulahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar
uterus yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi:

Data subjektif bayi baru lahir yang harus dari riwayat kesehatan
bayi baru lahir yang penting adalah:
a) Faktor genetic
b) Faktor maternal (ibu)
c) Faktor antenatal
d) Faktor perinatal
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain :
a) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala
yang dalam keadaan normal berkisar 33-35cm, LD:30,5-33cm,
PB:45-50cm dan BB bayi 2500-4500 gram.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam
berespon terhadap lingkungan.
(1) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-
37,5 C pada pengukuran diaksila.
(2) Nadi
19

Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali


permenit.
(3) Pernafasan
(4) Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur
kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya
bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
(5) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk
diukur secara adekuat. Rata-rata tekanan darah pada
waktu lahir adalah 80/64mmHg.

c) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head too toe)


Pemeriksaan fisik secara sistematis padabayi baru lahir
dimulai dari:
(1) Kepala
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya: caput
suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
(2) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu.
(3) Mata
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitas oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
(4) Hidung atau mulut Bibir bayi baru lahir harus
kemerahan dan lidahnyaharus rata dan simetris, bibir
20

dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus


tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus,dan berespon
terhadap rangsangan.
(5) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan
tebal. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan
dibagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.6 .

(6) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas.
Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernafasan yang normal dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan.
(7) Bahu, lengan dan tangan
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanyap
lidaktilatausidaktil. Telapak tangan harus dapat
terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromosom seperti trisomi.
(8) Perut
Perut tampak harus bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas. Kaji
adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
(9) Kelamin
Pada lekukan labia mayora normalnya menutupi labia
minora dan klitoris. Klitoris normal ya menonjol. Pada
21

bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum


dan kedua testis turun kedalam skrotum.
(10) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik
dengan gerakan yang simetris. Refleks menggengam
normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya
pendek,bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis
dan pedis normalnya ada.
(11) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,
pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya
abnormalitas, medulla spinalis atau kolumna
vertebrata.
(12) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau
bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan
adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan.
(13) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada
waktu lahir dan tetap tidak berubah sampai dewasa.
Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang
menunjukk animaturitas neurologis, Tidak adanya
refleks-refleks ini menandakan masalah neurologis
yang serius.
2. Diagnosa Keperawatan
22

a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
2) Intake dan output makanan seimbang.
3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1) Pantau intake dan out put cairan
2) Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3) Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril
kemudian dextrosa dan PASI
5) Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
23

6) Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui


7) Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1) Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan
adekuat untuk metabolisme tubuh yang tinggi
2) Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui,
kondisi puting inverted menggangu proses laktasi
3) Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang
produksi air susu pada ibu menyusui
4) Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan
cairan, khususnya pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari
BB setiap 24 jam
5) Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses
laktasi, sehingga proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6) Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi
menjadi adekuat
7) Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat
menghabiskan cairan ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan
haluaran urin
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh normal 36-370 C.
2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang
ditetapkan dengan mempertimbangkan berat badan neonatus, usia
gestasi
24

2) Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya


setiap 30-60 mnt
3) Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4) Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C
5) Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak
kedinginan
6) Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan
berkemih, membrane mukosa kering )
7) Lakukan pemberian makn oral dini
Rasional :
1) Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup
bulan meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis atau
meningkatkan aktivitas motorik karena banyak mengkonsumsi
oksigen
2) Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir
kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit
dipertahankan diatas 36,50 C
3) Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4) Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5) Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan
konveksi dan membantu menghemat energi
6) Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui
augmentasi pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan
kehilangan air kast mata
7) Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan
kebutuhan cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan
kehilangan cairan selanjutnya memperberat status dehidrasi
25

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
infeksi pada tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
3) Tali pusat mongering
Rencana tindakan :
1) Observasi tanda-tanda infeksi
2) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
4) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional :
1) Mengetahui adanya indikasi infeksi
2) Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3) Potensial entri organisme kedalam tubuh
4) Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
26

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya


air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam
kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
2) Membran mukosa normal.
3) Ubun-ubun tidak cekung.
4) Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan intake sesuai jadwal
2) Monitor intake dan output
3) Berikan infuse sesuai program
4) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata
5) Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1) Memantau keefektifan aturan terapeutik
2) Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan cairan
3) Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
4) Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5) Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan
evaporasi.
27

e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang
tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Kriteria hasil :
1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi
2) Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi
Rencana tindakan :
1) Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang kebutuhan
fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterus
2) Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan
informasi tentang variasi normal dan karakteristik seperti :
pseudomentruasi, pembesaran payudara
3) Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang
berhubungan dengan posisi menyusui dan menggendong
4) Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari satu
pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji keadekuatan
hidarasi dan nutrisi
5) Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan
pemberi pelayanan kesehatan
Rasional :
1) Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan
informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
2) Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat menurunan
ansietas
3) Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik
perawatan bayi baru lahir
4) Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan bayi
bervariasi dari pemberian makan ke pemberian makan selanjutnya.
Membantu menjamin persiapan dan pemberian formula yang tepat
28

5) Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan dan


perkembangan
29

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.

Bopak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4 . : Jakarta: EGC.

Dewi, V.N.L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Kemenkes RI. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

Lissauer, Avroy. 2013. Selayang Neonatalogi . edisi kedua. Jakarta : Indeks. 150-
156.

M. Sholeh kosim , dkk. (2012).Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta.

Maryanti, dkk. (2011). Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Penerbit Trans
Info Media.

Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

NANDA. (2015).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rochmah, et al. (2012). Panduan Belajar: Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Jakarta: Penerbit Buku Kedoktern EGC.

Varney; Kriebs, Dan Georger. (2007). Buku ajar asuhan kebidanan :538-543.
…..Jakarta : ECG.

Vivian, Nanny Lia Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai