KUMPULAN SOAL
PENOKOHAN DAN WAWANCARA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KOMPETENSI DASAR: 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi.
7. Tokoh yang potensial untuk menggerakkan alur cerita dan paling banyak diceritakan dan
banyak hadir dalam setiap kejadian disebut ….
A. tokoh tamahan
B. tokoh utama
C. tokoh latar
D. tokoh protagonis
8. Tokoh yang kemunculannya sedikit, memiliki peran yang tidak terlalu penting disebut ….
A. tokoh latar
B. tokoh utama
C. tokoh protagonis
D. tokoh tamahan
9. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang mendukung cerita, biasanya tokoh jenis ini berwatak
….
A. jahat
B. baik
C. kikir
D. durhaka
10. Tokoh antagonis merupakan tokoh menjadi penentang cerita, biasanya tokoh jenis ini berwatak
….
A. baik
B. dermawan
C. tekun
D. jahat
Bacalah teks cerita fiksi berikut untuk menjawab soal nomor 11 – 17!
Asal Mula Talaga Warna
Dahulu kala di Jawa Barat, ada Raja dan Permaisuri yang belum dikarunia anak. Akhirnya, Raja
memutuskan untuk bertapa di hutan. Di hutan Raja terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Raja
meminta agar segera dikarunia anak. Doa Raja pun terkabul. Permaisuri melahirkan seorang bayi
perempuan.
Tak terasa Putri Raja telah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hari itu dia berulang tahun
ketujuh belas. Raja mengadakan pesta besarbesaran. Semua rakyat diundang ke pesta. Raja dan
Permaisuri telah menyiapkan hadiah istimewa berupa kalung. Kalung terbuat dari untaian permata
berwarna-warni. Saat pesta berlangsung, Raja menyerahkan kalung itu.
”Kalung ini hadiah dari kami. Lihat, indah sekali, bukan? Kau pasti menyukainya,” kata Raja.
Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak
mengenakan kalung itu.
”Aku tak suka kalung ini, Ayah,” tolak Putri dengan kasar. ”Aku tidak mau! Aku tidak suka
kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri. Tanpa sengaja, kalung
itu terjatuh. Permata-permatanya terceraiberai di lantai. Permaisuri sangat sedih. Permaisuri terduduk
dan menangis. Tangisan Permaisuri menyayat hati. Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka
sedih melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.
Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Aliran air
menghanyutkan permata-permata yang berserakan. Air tersebut mengalir ke luar istana dan
membentuk danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna-warna permata kalung Putri.
Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.
Disadur dari: Dian K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014.
11. Siapa saja tokoh cerita di atas?
A. Raja dan Putri Raja
B. Permaisuri dan Putri Raja
C. Raja, Senopati, dan Putri Raja
D. Raja, Permaisuri, dan Putri Raja
(Disadur dari: Dian K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2014 )
18. Cerita di atas termasuk jenis cerita ….
A. legenda
B. saga
C. fabel
D. mite
Bacalah teks cerita fiksi berikut untuk menjawab soal nomor 25 – 29!
Terjadinya Selat Bali
Manik Angkeran adalah putra Sidhimantra, seorang Brahmana. Manik Angkeran dan ayahnya
tinggal di Kerajaan Daha, Bali saat Pulau Bali belum terpisah dengan Pulau Jawa. Manik Angkeran
suka sekali menghambur-hamburkan harta orang tuanya.
Berulang kali Sidhimantra menasihati anaknya. Namun, Manik Angkeran tidak mau
mendengarkan nasihat ayahnya. Harta orang tuanya pun dihabiskan. Bahkan, dia berani berutang
kepada orang lain. Pada akhirnya Manik dikejar-kejar penagih utang. Sidhimantra tidak tega.
Hartanya sudah habis, tapi Sidhimantra tidak mau anaknya celaka.
Suatu saat, Sidhimantra mendapat petunjuk lewat mimpi untuk meminta pertolongan pada Naga
Besukih di Gunung Agung. Naga Besukih adalah naga hijau besar, ekornya penuh dengan emas dan
permata. Sidhimantra segera bergegas untuk menemui Naga Besukih di Gunung Agung.
Sidhimantra menjelaskan maksud kedatangannya kepada Naga Besukih. Sidhimantra meminta
sedikit harta untuk membayar utang-utang Manik Angkeran. Naga Besukih bersedia untuk membagi
sebagian hartanya. Naga Besukih mulai menggoyang-goyangkan ekornya, seketika beberapa emas
dan permata pun rontok.
Sayangnya, harta yang didapat ayahnya kembali digunakan Manik Angkeran untuk berfoya-
foya. Manik Angkeran yang kehabisan harta akhirnya mencari tahu tempat ayahnya mendapat harta.
Seseorang memberitahunya bahwa Sidhimantra memperoleh harta dari Naga Besukih. Manik
Angkeran segera menemui Naga Besukih di Gunung Agung seperti yang telah dilakukan ayahnya.
”Naga Besukih, sudilah kiranya kau bagi sedikit hartamu untuk membayar utang-utangku,” kata
Manik Angkeran kepada Naga Besukih.
”Aku sudah memberi ayahmu, Sidhimantra emas dan permata. Apakah itu masih kurang?” kata
Naga Besukih sedikit kesal.
”Aku mohon, beri aku sedikit lagi hartamu Naga Besukih yang murah hati,” mohon Manik
Angkeran kepada Naga Besukih.
”Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu, asal kau berjanji tidak akan berfoya-foya
lagi,” kata Naga Besukih.
Naga Besukih akhirnya luluh. Dia mulai menggoyangkan ekornya. Manik Angkeran silau
melihat begitu banyak emas dan permata yang menempel di ekor Naga Besukih. Dia segera
memotong ekor Naga Besukih dengan pedang. Namun, Naga Besukih berhasil menghindar. Dia
segera menyemburkan api dari mulutnya sehingga Manik Angkeran terbakar menjadi abu.
Sidhimantra yang melihat kejadian itu segera memohon kepada Naga Besukih untuk menghidupkan
kembali Manik Angkeran.
”Wahai Naga Besukih, sudikah kau menghidupkan kembali anakku Manik Angkeran? Beri dia
kesempatan untuk memperbaiki diri,” mohon Sidhimantra.
”Aku akan menghidupkan Manik Angkeran lagi. Tapi dengan satu syarat, Manik Angkeran
tidak boleh pulang bersamamu. Dia harus tinggal bersamaku dan menjadi muridku. Aku akan
mengajarkan dia menjadi orang yang baik dan berilmu.” Kata Naga Besukih sambIl menghela napas.
”Baiklah, Naga Besukih. Aku serahkan anakku kepadamu untuk dididik menjadi anak yang
baik,” jawab Sidhimantra.
Akhirnya, Manik Angkeran hidup kembali. Sidhimantra segera mengeluarkan tongkat dan
membuat garis memisahkan dirinya dan anaknya. Garis itu mengeluarkan air yang deras dan
memisahkan Gunung Agung dengan sekitarnya. Sampai sekarang, garis itu dikenal sebagai Selat Bali
yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Disadur dari: Dian. K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2016.
25. Siapa saja tokoh cerita di atas?
A. Manik Angkeran, Sidhimantra, dan Brahmana
B. Manik Brahmana, Sidhimantra, Naga Besukih
C. Manik Angkeran, Manik Brahmana, Naga Besukih
D. Manik Angkeran, Sidhimantra, Naga Besukih
26. Sipa tokoh protagonis cerita di atas?
A. Manik Angkeran dan Sidhimantra
B. Sidhimantra dan Naga Besukih
C. Manik Angkeran dan Naga Besukih
D. Manik Angkeran dan Brahmana
27. Siapa tokoh antagonis cerita di atas?
A. Manik Angkeran
B. Sidhimantra
C. Naga Besukih
D. Brahmana
28. Watak tokoh utama cerita di atas adalah ….
A. dermawan
B. penyayang
C. boros dan serakah
D. peduli terhadap orang lain
29. Apa pesan moral yang bisa kita teladani dari cerita di atas?
A. Sebaiknya kita jangan menjadi orang yang boros dan serakah.
B. Jadilah orang yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas.
C. Sebaiknya kita mengabdi kepada bangsa dan negara.
D. Jadilah anak yang rajin dan belajar dengan giat.
Bacalah teks cerita fiksi berikut untuk menjawab soal nomor 30 – 35!
Caadara
Panglima Wire adalah panglima perang dari Desa Kramuderu yang gagah berani. Panglima
Wire mempunyai seorang putra bernama Caadara. Caadara kecil memiliki bakat dalam ilmu bela diri
dan ketangkasan. Panglima Wire melatih Caadara dengan harapan Caadara dapat menggantikannya
kelak.
Caadara tumbuh menjadi pemuda tangkas dalam ilmu bela diri dan berburu. Panglima Wire
ingin menguji kemampuan anaknya. Dia merasa sudah saatnya Caadara menjadi panglima perang
menggantikan Panglima Wire. Panglima Wire mengutus Caadara untuk pergi berburu selama
beberapa hari. Dia meminta Caadara membawa binatang hasil buruannya sebagai tanda bahwa
Caadara telah menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh Panglima Wire.
Caadara mematuhi perintah Panglima Wire. Dia segera berangkat ke hutan bersama beberapa
temannya. Perjalanan mereka melewati hutan yang lebat dan bukit yang terjal. Setelah menempuh
perjalanan berat, Caadara dan teman-temannya berhasil memperoleh binatang-binatang buruan.
Mereka melanjutkan perjalanan pulang.
Saat perjalanan pulang, Caadara dan teman-temannya bertemu anjing pemburu. Anjing
pemburu adalah penanda adanya sekelompok orang asing yang bisa mencelakai mereka. Caadara dan
teman-temannya segera menyusun rencana, mereka bersembunyi sambil menyiapkan seluruh senjata
yang mereka punya. Tidak lama berselang, terdengar pekikan tanda permusuhan. Ternyata benar,
pekikan itu berasal dari suku Kuala yang mengajak berperang.
Caadara memerintahkan teman-temannya pergi ke bukit yang tinggi dan membentuk benteng
pertahanan. Tetapi peperangan tidak terelakkan lagi. Caadara dan teman-temannya berperang dengan
suku Kuala. Pekikan mengerikan di sela suara senjata-senjata yang beradu tidak henti-hentinya
terdengar. Namun, Caadara tidak gentar. Dia berhasil mengalahkan pasukan suku Kuala. Berkat
petunjuk Caadara, teman-temannya pun berhasil mengalahkan musuh.
”Kamu hebat Caadara. Kamu pantas menjadi panglima perang kami.” Kata teman Caadara.
”Kami akan mengusulkan kepada Panglima Wire untuk mengangkatmu menjadi panglima
perang yang baru.” Sahut seorang teman Caadara lainnya.
”Jujur saja aku tidak mengincar jabatan, teman-teman. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik
untuk desa kita.” Kata Caadara rendah hati.
Caadara dan teman-temannya kembali ke Desa Kramuderu dengan selamat. Cerita tentang
keberhasilan mereka mengalahkan suku Kuala segera terdengar oleh Panglima Wire. Panglima Wire
sangat bangga kepada Caadara. Dia meminta Caadara menyusun siasat perang untuk
berjaga-jaga jika suatu saat suku Kuala kembali menyerang mereka.
Caadara segera menyusun siasat perang. Siasat perang ini dinamakan Caadara Ura. Siasat
perang Caadara Ura meliputi cara melempar senjata, menyerbu lawan, mempertahankan diri, dan seni
bela diri jarak dekat. Caadara pun menggantikan ayahnya sebagai panglima perang Desa Kramuderu.
Disadur dari: Dian. K, 100 Cerita Rakyat Nusantara, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2016.
C. Watak tokoh utama berdasarkan cerita dia atas adalah seorang yang durhaka terhadap
orang tua.
D. Watak tokoh utama berdasarkan cerita dia atas adalah seorang yang penyayang
binatang.
32. Latar tempat cerita di atas adalah ….
A. Desa Kramuderu dan sungai
B. Desa Kramuderu dan pesisir pantai
C. Desa Kramuderu dan kerajaan
D. Desa Kramuderu dan hutan
33. Mengapa Panglima Wire menyuruh Caadara berburu?
A. Karena Panglima Wire ingin menguji kemampuan anaknya.
B. Karena Panglima Wire ingin melihat anaknya berburu.
C. Karena Panglima Wire ingin anaknya bisa berburu.
D. Karena Panglima Wire ingin anaknya mersakan berburu di hutan.
34. Bagaimana sifat Cadara dalam cerita di atas?
A. Caadara adalah anak yang penolong dan santun.
B. Caadara adalah anak yang egois dan pembangkang.
C. Caadara adalah anak yang santun dan dermawan.
D. Caadara adalah anak yang penurut, pemberani, rendah hati dan cerdas
35. Apa pesan moral berdasarkan cerita di atas?
A. Kita harus menghormati orang tua agar kita tidak durhaka.
B. Kita harus menjadi anak yang penurut, cerdas, dan melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya.
C. Kita harus setiakawan terhadap teman yang memerlukan bantuan.
D. Kita harus menjadi anak yang rajin dan membantu siapa saja yang membutuhkan
pertolongan.
36. Suatu cara untuk mengumpulkan data atau memperoleh informasi dengan mengajukan
pertanyaan langsung kepada narasumber disebut ….
A. pidato
B. diskusi
C. seminar
D. wawancara
37. Orang yang menjadi sumber informasi disebut ….
A. pewawancara
B. narasumber
C. moderator
D. pelaku wawancara
38. Orang yang tepat dijadikan narasumber dalam wawancara adalah ….
A. mampu menguasai permasalahan
B. dekat dengan pewawancara
C. mempunyai kedudukan lebih tinggi
D. ditunjuk oleh yang berwenang
39. Tujuan melakukan wawancara adalah ….
A. Berdialog
B. mengisi waktu luang
C. memperoleh informasi
D. mendapatkan teman baru
40. Berikut ini yang merupakan etika dalam berwawancara dengan narasumber adalah ….
A. tersenyum terus menerus saat wawancara
B. menundukkan kepala
C. bertanya secara panjang dan berbelit-belit
D. bertanya dengan bahasa yang sopan dan santun
Tanda baca yang tepat untuk melengkapi penggalan wawancara di atas adalah ….
A. titik dua ( : )
B. tanda tanya ( ? )
C. titik ( . )
D. koma ( , )
45. Kebersihan lingkungan harus selalu kita jaga, karena bagaimana pun lingkungan yang baik
akan membuat warganya nyaman dan produktif dan kalau lingkungannya buruk maka itu juga
akan menjadi salah satu sumber penyakit.
52. Perhatikan bagian laporan wawancara berikut untuk menjawab soal nomor 52 – 53!
Hari / tanggal : minggu 19 april 2020
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Tempat : Desa Mekar Sari
Bagian laporan wawancara di atas adalah ….
A. Judul laporan wawancara
B. Topik laporan wawancara
C. Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
D. Kesimpulan wawancara
53. Penulisan hari dan tanggal laporan di atas yang tepat adalah ….
A. minggu 19 April 2020
B. minggu, 19 April 2020
C. Minggu, 19 april 2020
D. Minggu, 19 April 2020
54. Pewawancara : Apa harapan Bapak untuk kondisi lingkungan yang lebih baik?
Narasumber : ….
Kalimat yang tepat disampikan narasumber untuk menjawab pertanyaan dari pewawancara
adalah ….
A. Kebersihan lingkungan bukan salah satu solusi untuk mencegah polusi udara.
B. Harapan saya masyarakat tidak perlu membersihkan lingkungan, cukup petugas
kebersihan saja,
C. Harapan saya semua pihak peduli terhadap kebersihan lingkungan.
D. Kondisi lingkungan yang utama adalah bagaimana kita bisa memenuhi gaji petugas
kebersihan lingkungan.
55. Pada suatu hari, peserta didik kelas 4 mendapatkan tugas untuk melakukan wawancara. Topik
wawancara tersebut adalah “Kekayaan Hayati” yang ada di daerah tempat tinggal masing-
masing.