Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc PDF
Mineralogi Pembentuk Batuan Muskovit Roc PDF
PENDAHULUAN
1
3.1 Ruang Lingkup Kajian
Kajian yang akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah pada makalah ini
melingkupi penjelasan mengenai pengamatan muskovit secara mikroskopis maupun
makroskopis untuk menentukan karakteristik dan sifat mineral Muskovit sebagai mineral
pembentuk batuan.
4.1 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui karakteristik mineral Muskovit secara makroskopis maupun
mikroskopis
2. Mengetahui proses genesa mineral Muskovit
3. Mengetahui pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara umum genesa mineral atau tempat pembentukan mineral menentukan karakteristik
dari suatu mineral yaitu bentuk, sifat, dan kimia dari kristal mineral itu sendiri. Secara umum
terdapat tiga macam lingkungan genesa mineral yaitu lingkungan magmatik, lingkungan
sedimen dan lingkungan metamorfik.
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan magmatik adalah lingkungan tempat mineral terbentuk yang
berhubungan dengan aktivitas magma yang memiliki suhu dan teknan cukup tinggi.
Batuan hasil pembekuan magma disebut dengan batuan beku yang menempati hampir
95% dari kerak bumi namun sering tak terlihat karena tertutup oleh batuan sedimen
dan metamorf.
B. Lingkungan Sedimen
Proses-proses sedimentasi mampu menghasilkan endapan-endapan mineral
seperti mangan, besi, tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang. Selain itu
proses sedimentasi mampu mengendapkan mineral yang terjadi akibat penguapan
(evaporasi). Proses ini terjadi secara maksimum pada daerah yang beriklim panas dan
kering. Contoh dari mineral pada daerah evaporasi adalah halit yang berasal dari
penguapan air laut. Sedangkan penguapan daerah lagun atau rawa-rawa meenghasilkan
mineral anhidrit atau gypsum.
C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan metamorf mampu mengubah batuan yang telah ada sebelumnya
yang memiliki lingkungan pembentukan awal sama sekali berbeda. Mineral-mineral
meiliki batas-batas kestabilan baik itu secara struktur, tekstur, dan komposisi. Apabila
mineral-mineral dalam batuan tersebut berada pada daerah dengan tekanan dan
temperatut yang lebih tinggi daripada permukaan, batas kestabilan mineral dapat
terlampaui, terjadilah penyesuaian mekanis dan kimiawi dan terjadilah pembentukan
mineral-mineral baru yang stabil.
2.2 Identifikasi Mineral Secara Makroskopis
Setiap mineral memiliki sifat-sifat fisik yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
mineral. Sifat-sifat fisik yang umum diamati antara lain adalah warna, transparansi, kilap, gores,
perawakan, kekerasan, belahan, densitas, sifat kemagnetan dan hantara listrik.
1. Transparansi, adalah kemampuan suatu sinar untuk dapat melalui atau menembus
kristal. Transparansi terbagi menjadi tiga yaitu transparan, translucent, dan opak
2. Warna,adalah kenampakan yang disebabkan karena adanya absorbs atau refraksi sinar
pada panjang gelombang tertentu. Keberagaman warna pada suatu mineral juga
bergantung dari adanya komponen atau atom asing pada mineral tersebut.
3. Kilap, adalah kenampakan umum pada permukaan mineral pada sinar pantul. Kilap
tebagi menjadi kilap logam dan kilap non logam. Pada umumnya mineral berkilap non-
logam berwarna lebih terang, tembus, cahaya (pada sayatan tipis). Sedangkan mineral
berkilap logam biasanya menunjukan kenampakan opak, bahkan pada sayatan tipis.
7. Belahan, adalah kemampuan suatu mineral untuk membelah melalui bidang datar.
Belahan terletak pada bagian mineral dengan struktur ikatan atom penyusun yang
terlemah Bidang belah biasanya dinyatakan dengan sempurna, tidak sempurna, halus,
distinct, ataupun tidak sempurna.
8. Pecahan, beberapa mineral akan membelah selain pada bidang belahnya. Kenampakan
ini dikenal dengan pecahan. Contoh dari pecahan adalah choncoidal dan blocky.
9. Specific Gravity, ditentukan dari komposisi mineral. Specific gravity diukur dengan
membandingkan masa dari mineral dengan keseluruhan volume dari air.
Gambar 2.10 Pengamatan Ortoskopik dan Konoskopik tipis ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
ITB, 2014)
Gambar 2.10 Penggambaran Euhedral, Subhedral, dan Anhedral dalam sayatan tipis ( Modul Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi ITB, 2014)
B. Warna
Hampir sama seperti pengamatan makroskopis warna menunjukan absorbs yang
melintasi kristal pada panjang gelombang tertentu. Yang membedakan adalah warna
yang kita lihat pada handspesimen belum tentu menunjukan warna yang sama pada
sayatan tipis.
Gambar 2.10 Kenampakan Warna Olivin dalam nikol sejajar dan nikol bersilang ( MacKenzie, 1988)
C. Pleokroisme
Pleokroisme adalah gejala pada mineral yang menunjukan perubahan warna
ketika meja preparat diputar akibat adanya perbedaan daya absorbs dari sumbu-
sumbu kristal.
D. Indeks bias
Indeks bias merupakan suatu angka yang menunjukan perbandingan antara sinus
sudut dating dengan sinus sudut pantul. Metode yang biasa digunakan adalah
penentuan indeks bias relative dengan menggunakan metode Garis Becke. Apabila
jarak lensa objektif dan objek dijauhkan (diturunkan) maka Garis Becke akan
bergerak menuju media yang indeks biasnya lebih besar
Gambar 2.10 Metode penentuan indeks bias relative menggunakan Garis Becke ( Modul Praktikum Mineral
Optik dan Petrografi ITB, 2014)
E. Relief
Relief adalah kenampakan pada mineral yang timbul akibat adanya perbedaan
indeks bias mineral dengan sekitarnya. Makin besar perbedaan indeks bias, maka
relief akan semakin terlihat jelas (tinggi)
B. Orientasi
Orientasi dalam suatu pengamatan bertujuan untuk mengamati arah indikatriks
dalam suatu mineral. Pengamatan orientasi harus dilakukan dengan menggunakan
komparator, biasanya untuk pengamatan digunakan komparator gypsum 530nm.
Orientasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Length Fast Orientation dan
Length Slow Orientation.
Lengh Fast berarti sumbu panjang indikatriks hampir tegak lurus atau tegak
lurus dengan sumbu panjang indikatiks (ᵧ). Sedanhkan length slow artinya sumbu
Gambar 2.10 Kenampakan Length Slow dan Length Fast ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
ITB, 2014)
C. Pemadaman
Pemadaman terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak
lurus terhadap arah getar dari polarisator atau analisator. Pemadaman terbagi
menjadi tiga jenis yaitu pemadaman pararal, pemadaman miring, dan pemadaman
simetri.
Pemadaman pararel terjadi ketika sumbu panjang mineral (sumbu c) sejajar
dengan analisator atau polarisator. Pemadaman miring terjadi apabila sumbu
panjang mineral membentuk sudut terhadap analisator atau polarisator. Sedangkan
pemadaman simetri terjadi pada kristal rhombik dimana bentuk diagonal rhobik
sejajar polarisator atau analisator.
Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan mengamati sampel batuan yang telah
ada melalui pengamatan secara kasat mata sifat-sifat fisik yang ada pada mineral. Pengamatan
dilakukan di Laboratorium Petrografi Reservoir, Program Studi Teknik Geologi, Institut
Teknologi Bandung. Sampel batuan dengan kode sampel 5 adalah batuan Pegmatit yang kaya
akan komposisi lithium.
Plagioklas
Kuarsa
K-Feldspar
Muskovit
Nomer sampel :5
Nama batuan : Pegmatit
Deskripsi Makroskopis:
Batuan pegmatite memiliki tekstur holokristalin, fanerik, porfiritik-inequigranular terdiri
atas mineral kuarsa (45%), plagioklas (20%), K-Feldspar (20%), dan muskovit (15%).
Mineralogi:
Kuarsa (45%) tidak berwarna dan ungu, kekerasan >5,5 ; prismatik, transparan-translusent, kilap
kaca, ukuran ……
Plagioklas (20%) putih buram, kekerasan>5,5 ; prismatic, kilap kaca, translusen
K-Feldspar (20%) warna merah muda, kekerasan >5,5, prismatik, kilap kaca, translusen
Muskovit (15%) warna putih, kekerasan 2,5<H<5,5 ; berlembar, kilap mutiara, transparan
Pengamatan kedua dilakukan di Laboratorium Petrologi, Program Studi Teknik
Geologi, Institut Teknologi Bandung. Sampel mineral teramati terdiri dari mineral muskovit
tunggal yang nantinya akan dianalisis sifat fisiknya. Sampel muskovit pertama memiliki warna
putih kekuningan, kilap mutiara, translusent, kekerasan 2,5 , bentuk berlembar gores putih, dan
dimensi 6cm x 3cm x 3cm. sedangkan sampel kedua merupakan kenampakan muskovit yang
nampak berlembar, dengan warna putih kecoklatan, kilap kaca, transparan, dan lentur.
Gambar 3.2 Sampel muskovit pertama Gambar 3.3 Sampel muskovit kedua
Dari pengamatan makroskopis dapat terlihat bahwa mineral pada hand specimen
pertama berupa batuan pegmatite memiliki komposisi mineral muskovit yang memiliki sifat
fisik yang serupa dengan muskovit pada umumnya. Komposisi muskovit yang cukup banyak
mengindikasikan bahwa muskovit merupakan salah satu mineral utama yang menyusun batuan
beku felsik (granit) yang berasosiasi dengan mineral kuarsa, k-feldspar, dan plagioklas. Hal ini
menunjukkan bahwa muskovit terbentuk dari kristalisasi magma dalam jumlah yang banyak
sehingga mempengaruhi nama, sifat, dan jenis dari suatu batuan.
3.2 Pengamatan Mikroskopis Muskovit
Gambar 3.4 Kenampakan nikol pararel dan nikol bersilng dari mineral muskovit
Muskovit terdapat hampir disemua jenis batuan mulai dari bauan beku, batuan
sedimen, sampai dengan metamorf. Pada batuan beku, keberadaan muskovit banyak
ditemukan dalam batuan beku felsik terutama pada batuan granit atau granit pegmatite.
Pada batuan sedimen keberadaan muskovit hanya sebagai material detritus dan
keberadaannya tidak melimpah, muskovit ditemukan pada batupasir arkose. Muskovit
melimpah kehadirannya dalam batuan metamorf terutama dalam gneiss, sekis, dan filit.
Batupasir Arkose Filit
Granit Pegmatit
Gambar 3.5 Keterdapatan muskovit dalam batuan metamorf, beku, dan sedimen
( sumber : www.imperial.ac.uk )
Pada batuan beku granit pegmatite seperti pada percontoh yang diberikan di
laboratorium, umumnya mika yang tumbuh adalah muskovit atau biotit. Pertumbuhan mika
dalam pegmatite dikontrol oleh struktur misalnya adanya rekahan. Distribusi mika dalam granit
sendiri dipengaruhi oleh tektonik dan umumnya posisi mika berdekatan dengan country rock
(batuan samping).
Pembentuka muskovit terbagi menjadi tiga jenis menurut Monier, 1984 yaitu
pembentuka pada fasa magmatik, magmatik akhir-setelah magmatik, dan melalui proses
hidrotermal. Pada fasa magmatik dapat dicirikan dengan komposisi Ti yang tinggi disbanding
kedua jenis lainnya. Sedangkan untuk kedua proses lainnya memiliki komposisi Ti yang lebih
rendah, namun pada fasa magmatik akhir-setelah magmatik memiliki komposisi Fe yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pembentukan pada proses hidrotermal.
Dari ketiga jenis proses, pembentukan muskovit dapat pula dibedakan melalui
perbandingan kandungan natrium dengan natrium ditambah dengan pottasium (Na/Na+K).
Pada proses akibat magmatik perbandingan (Na/Na+K) antara 0.06- 0.12, magmatik akhir
antara 0.01-0.07, dan pada proses hidrotermal (Na/Na+K) lebih kecil dari 0.04.
Gambar 3.6 Grafik yang menunjukkan terbentuknya muskovit pada batuan beku (Bailey S.W, 1984)
Menurut percobaan kestabilan termal muskovit menurun seiring dengan pergantian
potassium (K) oleh Natrium (Na). (Chatterjee, 1972 dalam Bailey, 1984). Selain itu tekanan
3.5Kb atau 0.35Gpa adalah tekanan minimal untuk pembentukan kristal muskovit dalam suatu
magma. Parameter berikutnya adalah temperature untuk pembentukan muskovit adalah 650ºC-
700ºC. Namun hal ini tidak selamanya paten atau tetap, menurut Miller, 1981, pembentukan
muskovit terutama pada granit dapat terbentuk pada tekanan 1Kb dan tempertatur 125ºC.
Pengaruh ion-ion seperti boron, besi, dan magnesium yang membuat kestabilan termal
pembentukan muskovit berubah. Pada Fe,Mg pengeruhnya relative lebih kecil dibanding
dengan boron.
Gambar 3.7 Grafik yang menunjukan kestabilan temperature dan tekanan pembentukan muskovit (Chatterjee,
1970)
Muskovit merupakan salah satu dari keluarga mika yang bersifat elastis dan banyak
dimanfaatkan dalam kegiatan industri. Muskovit memiliki sifat dielektrik yang berarti mampu
menyimpan muatan atau energy elektrostatik dan penahan medan listrik yang baikHal ini
diakibatkan kestabilan kimia muskovit yang baik. Oleh karena itu muskovit digunakan secara
luas sebagai isolator pada alat-alat listrik. Roket, rudal, dan jet juga tak lepas dari material yang
berasal dari muskovit.
Muskovit dikenal sebagai material tahan panas, salah satu contoh kegunaanya adalah
kaca refraktori pada oven suhu tinggi. Selain sebagai bahan dielektrik dan material tahan panas,
muskovit dalam keadaan bubuk dapat digunakan sebagai campuran pelumas.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Muskovit dapat dibedakan dengan mineral lain dari ciri fisiknya yaitu warna putih,
memiliki kekerasan 2.5<H<5.5, berlembar, kilap mutiara-kaca, transparan. dan sifat
mikroskopisnya antara lain perawakan prismatic dengan belahan 1 arah, relief bergelombang,
bias rangkap nmin > nepoxy. Pada pengamatan nikol bersilang dapat diamati bahwa muskovit
memiliki bias rangkap orde 2 (Bf 0.037-0.041), orientasi length slow, pemadaman pararel
dengan struktur mata burung.
Muskovit memiliki struktur filosilikat, termasuk kedalam true mica dengan system
monoklin prisma(2/m). Muskovit hadir pada semua jenis batuan baik itu batuan beku,
sedimen, maupun metamorf. Pembentukan muskovit pada batuan beku dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu pembentukan pada fasa magmatik, late to post-magmatic, dan
melalui fasa hidrotermal. Melalui percobaan diketahui kesetimbangan pembentukan kristal
muskovit pada suhu 650ºC-700ºC dan tekanan minimum adalah 3.5 Kbar. Kegunaan
muskovit adalah sebagai bahan isolator atau material dielektrik serta material tahan panas
akibat kestabilan kimianya. Selain itu muskovit dalam bentuk bubuk dapat digunakan sebagai
bahan campuran pellumas.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, S.W, 1984. Reviews in Mineralogy Volume 13, MICAS. Chelsea, Michigan. Book
Crafter, Inc, copyright Mineralogical Society of America.
Deer, Howie, dan Zuzman. 2003. Rock-Forming Minerals, MICAS second edition. Oxford,
UK. Alden Press.
Louis, Ronald and Bonewitz. 2008. Rocks and Minerals, the Definitive Visual Guide.
London. Dorling Kindersley Limited
Pellant, Chris. 1966. Rocks and Minerals. London, UK. Dorling Kindersley.
Priadi, Bambang. 2009. Slide Kuliah Kristalografi Mineralogi : Aspek Kimia Mineral.
Geologi-ITB
Susanto, Arif. 2014. Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi. Bandung. Geologi-
ITB