Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan keilmuan geologi berkembang semakin pesat seiring dengan
berkembangnya zaman dan peradaban manusia. Hal ini ditunjang dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi dalam bidang geologi misalnya penggunaan software,
peralatan digital portable, dan masih banyak lagi.
Demikian pula dalam cabang ilmu Petrologi yang membahas mengenai proses
terbentukknya batuan. Penggunaan teknologi dirasa seperti dua sisi mata uang, dapat
membantu atau bahkan menurunkan kepekaan kita sebagai geologiawan. Batuan tersusun
atas berbagai mineral pembentuk yang perlu untuk diketahui sifat, karakteristik, dan
kenampakan khusus baik secara megaskopis maupun mikroskopis agar kita mampu
menentukan jenis batuan dan pemanfaatannya.
Penentuan mineralogy pembentuk batuan secara manual baik pengamatan hand
specimen maupun mikroskopis dirasa perlu dilakukan agar kita mengetahui karakteristik
dari masing-masing mineral secara utuh. Apabila kita terlena menggunakan teknologi
tanpa kita mengetahui sifat-sifat khas dari mineral tersebut, maka akan sangat fatal sebagai
seorang geologiawan melakukan hal tersebut. Oleh karena itu penulis membuat makalah
ini untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari mineral pembentuk batuan terutama
Muskovit.

2.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, muncul persoalan
yaitu,
1. Apakah karakteristik mineral Muskovit baik secara makroskopis maupun
mikroskopis?
2. Bagaimanakah proses genesa mineral Muskovit ?
3. Bagaimanakah pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia?

1
3.1 Ruang Lingkup Kajian
Kajian yang akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah pada makalah ini
melingkupi penjelasan mengenai pengamatan muskovit secara mikroskopis maupun
makroskopis untuk menentukan karakteristik dan sifat mineral Muskovit sebagai mineral
pembentuk batuan.

4.1 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui karakteristik mineral Muskovit secara makroskopis maupun
mikroskopis
2. Mengetahui proses genesa mineral Muskovit
3. Mengetahui pemanfaatan mineral Muskovit dalam kehidupan manusia.

5.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah
metode studi literatur dan penelitian. Metode studi literatur, yaitu pengumpulan data yang
diperoleh dari berbagai sumber tertulis yang diperoleh dari internet, jurnal geologi, dan
buku-buku geologi yang saling menunjang satu sama lainnya. Sedangkan metode
penelitian, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium
untuk mengamati mineral secara makroskopis (hand specimen) dan mikroskopis dengan
menggunakan mikroskop polarisasi. Sehingga penulisan makalah ini bersifat deskriptif
analitis dengan pendekatan empiris dan rasional.

6.1 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terbagi menjadi empat bab dengan pembahasan seperti berikut :
BAB I Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup
kajian, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.
BAB II Bab ini memaparkan dasar teori mengenai genesa mineral, identifikasi minera
secara makroskopis dan identifikasi mineral secara mikroskopis.
BAB III Bab ini menjelaskan pengamatan makroskopis muskovit, pengamatan
mikroskopis muskovit, keterdapatan muskovit, paragenesa muskovit pada
batuan beku, dan pemanfaatan muskovit

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Genesa Mineral

Secara umum genesa mineral atau tempat pembentukan mineral menentukan karakteristik
dari suatu mineral yaitu bentuk, sifat, dan kimia dari kristal mineral itu sendiri. Secara umum
terdapat tiga macam lingkungan genesa mineral yaitu lingkungan magmatik, lingkungan
sedimen dan lingkungan metamorfik.
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan magmatik adalah lingkungan tempat mineral terbentuk yang
berhubungan dengan aktivitas magma yang memiliki suhu dan teknan cukup tinggi.
Batuan hasil pembekuan magma disebut dengan batuan beku yang menempati hampir
95% dari kerak bumi namun sering tak terlihat karena tertutup oleh batuan sedimen
dan metamorf.

B. Lingkungan Sedimen
Proses-proses sedimentasi mampu menghasilkan endapan-endapan mineral
seperti mangan, besi, tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang. Selain itu
proses sedimentasi mampu mengendapkan mineral yang terjadi akibat penguapan
(evaporasi). Proses ini terjadi secara maksimum pada daerah yang beriklim panas dan
kering. Contoh dari mineral pada daerah evaporasi adalah halit yang berasal dari
penguapan air laut. Sedangkan penguapan daerah lagun atau rawa-rawa meenghasilkan
mineral anhidrit atau gypsum.

C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan metamorf mampu mengubah batuan yang telah ada sebelumnya
yang memiliki lingkungan pembentukan awal sama sekali berbeda. Mineral-mineral
meiliki batas-batas kestabilan baik itu secara struktur, tekstur, dan komposisi. Apabila
mineral-mineral dalam batuan tersebut berada pada daerah dengan tekanan dan
temperatut yang lebih tinggi daripada permukaan, batas kestabilan mineral dapat
terlampaui, terjadilah penyesuaian mekanis dan kimiawi dan terjadilah pembentukan
mineral-mineral baru yang stabil.
2.2 Identifikasi Mineral Secara Makroskopis

Setiap mineral memiliki sifat-sifat fisik yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
mineral. Sifat-sifat fisik yang umum diamati antara lain adalah warna, transparansi, kilap, gores,
perawakan, kekerasan, belahan, densitas, sifat kemagnetan dan hantara listrik.

1. Transparansi, adalah kemampuan suatu sinar untuk dapat melalui atau menembus
kristal. Transparansi terbagi menjadi tiga yaitu transparan, translucent, dan opak

Gambar 2.1 Transparansi pada mineral ( Pellant, 1922)

2. Warna,adalah kenampakan yang disebabkan karena adanya absorbs atau refraksi sinar
pada panjang gelombang tertentu. Keberagaman warna pada suatu mineral juga
bergantung dari adanya komponen atau atom asing pada mineral tersebut.
3. Kilap, adalah kenampakan umum pada permukaan mineral pada sinar pantul. Kilap
tebagi menjadi kilap logam dan kilap non logam. Pada umumnya mineral berkilap non-
logam berwarna lebih terang, tembus, cahaya (pada sayatan tipis). Sedangkan mineral
berkilap logam biasanya menunjukan kenampakan opak, bahkan pada sayatan tipis.

Gambar 2.1 Kilap pada mineral ( Pellant, 1922)


4. Gores, adalah warna dari serbuk mineral ketika digores denga menggunakan
permukaan porselen. Gores dari suatu mineral relative lebih konsisten disbanding
dengan warnanya.

Gambar 2.1 Gores pada mineral ( Pellant, 1922)

5. Perawakan (habbit), adalah penggambaran bentuk kristal (prismatik, granular, tabular,


dll). Selain itu perawakan kristal berkaitan dengan kristal tunggal atau kumpulan
kristal.

Gambar 2.1 Sistem Kristal pada mineral ( Pellant, 1922)

Gambar 2.1 Perawakan pada mineral ( Pellant, 1922)


6. Kekerasan, adalah ketahanan permukaan kristal terhadap goresan atau kikisan.
Kekerasan suatu mineral berkaitan dengan komposisi kimia dari mineral tersebut.
Kekerasan suatu mineral dinyatakan secara relative dengan skala Mohs (1-10).

Gambar 2.1 Skala Kekerasan Mohs pada mineral ( Pellant, 1922)

7. Belahan, adalah kemampuan suatu mineral untuk membelah melalui bidang datar.
Belahan terletak pada bagian mineral dengan struktur ikatan atom penyusun yang
terlemah Bidang belah biasanya dinyatakan dengan sempurna, tidak sempurna, halus,
distinct, ataupun tidak sempurna.
8. Pecahan, beberapa mineral akan membelah selain pada bidang belahnya. Kenampakan
ini dikenal dengan pecahan. Contoh dari pecahan adalah choncoidal dan blocky.
9. Specific Gravity, ditentukan dari komposisi mineral. Specific gravity diukur dengan
membandingkan masa dari mineral dengan keseluruhan volume dari air.

Gambar 2.1 Contoh Specific Gravity pada mineral ( Pellant, 1922)


2.2 Identifikasi Mineral Secara Mikroskopis

Pengamatan secara makroskopis kadang memerlukan identifikasi lebih lanjut untuk


mengetahui sifat-sifat optis dari suatu mineral dalam sayatan tipis. Pengamatan mineral dalam
sayatan tipis dilakukan melalui dua pengamatan yaitu secara ortosopi dan konoskopi.
Pengamatan ortoskopi adalah pengamatan seolah-olah kita mengamati mineral pada bidang
datar sedangkan pengamatan konoskopi adalah pengamatan seolah-olah kita mengamati bagian
dalam dari mineral. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengamatan sayatan tipis
secara ortoskopi.

Gambar 2.10 Pengamatan Ortoskopik dan Konoskopik tipis ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
ITB, 2014)

2.2.1 Pengamatan ortoskipik nikol sejajar

A. Bentuk dan Belahan Mineral


Bentuk mineral dalam sayatan tipis adalah tergantung dari sumbu manakah kita
menyayatnya. Bentuk-bentuk mineral antara lain adalah prismatik panjang,
prismatikpendek, heksagonal, granular, menjarum, berserabut, ataupun radial.
Kesempurnaan bentuk kristal dapat dibedakan menjadi euhedral, subhedral, dan
anhedral. Euhedral apabila dibatasi oleh bidang-bidang kristal iru sendiri. Subhedral
bila sebagian dibatasi oleh bidang-bidang kristal itu sendiri, dan Anhedral bila
kristal tidak dibatasi oleh bidang-bidangnya.
Belahan dikontrol oleh struktur atom yang menunjukkan kecenderungan mineral
untuk membelah pada arah tertentu. Dalam sayatan tipis belahan dinyatakan dengan
belahan 1 arah, 2 arah, dst.

Gambar 2.10 Penggambaran Euhedral, Subhedral, dan Anhedral dalam sayatan tipis ( Modul Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi ITB, 2014)

B. Warna
Hampir sama seperti pengamatan makroskopis warna menunjukan absorbs yang
melintasi kristal pada panjang gelombang tertentu. Yang membedakan adalah warna
yang kita lihat pada handspesimen belum tentu menunjukan warna yang sama pada
sayatan tipis.

Gambar 2.10 Kenampakan Warna Olivin dalam nikol sejajar dan nikol bersilang ( MacKenzie, 1988)

C. Pleokroisme
Pleokroisme adalah gejala pada mineral yang menunjukan perubahan warna
ketika meja preparat diputar akibat adanya perbedaan daya absorbs dari sumbu-
sumbu kristal.
D. Indeks bias
Indeks bias merupakan suatu angka yang menunjukan perbandingan antara sinus
sudut dating dengan sinus sudut pantul. Metode yang biasa digunakan adalah
penentuan indeks bias relative dengan menggunakan metode Garis Becke. Apabila
jarak lensa objektif dan objek dijauhkan (diturunkan) maka Garis Becke akan
bergerak menuju media yang indeks biasnya lebih besar

Gambar 2.10 Metode penentuan indeks bias relative menggunakan Garis Becke ( Modul Praktikum Mineral
Optik dan Petrografi ITB, 2014)

E. Relief
Relief adalah kenampakan pada mineral yang timbul akibat adanya perbedaan
indeks bias mineral dengan sekitarnya. Makin besar perbedaan indeks bias, maka
relief akan semakin terlihat jelas (tinggi)

2.2.1 Pengamatan ortoskipik nikol bersilang

A. Bias Rangkap (Birefringence)


Bias rangkap adalah perbedaan indeks bias maksimum antara sinar ordiner dan
sinar ekstra ordiner. Bias rangkap kadang sukar untuk dijadikan penciri mineral
dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi suatu mineral, misalnya arah
potongan dari sayatan kita (memotong sumbu berbeda menghasilkan indeks bias
berbeda), ketebalan sayatan, dan jenis sinar yang masuk. Oleh karena itu, mineral
yang sama bisa sajamemiliki bias rangkap yang berbeda tergantung factor-faktor
tersebut.
Cara penentuan bias rangkap adalah meletakkan mineral dalam keadaan terang
maksimum, amati warna, lalu gunakan chart Michel-Levy untuk menentukan
besarnya indeks bias dan ordenya.

B. Orientasi
Orientasi dalam suatu pengamatan bertujuan untuk mengamati arah indikatriks
dalam suatu mineral. Pengamatan orientasi harus dilakukan dengan menggunakan
komparator, biasanya untuk pengamatan digunakan komparator gypsum 530nm.
Orientasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Length Fast Orientation dan
Length Slow Orientation.
Lengh Fast berarti sumbu panjang indikatriks hampir tegak lurus atau tegak

lurus dengan sumbu panjang indikatiks (ᵧ). Sedanhkan length slow artinya sumbu

panjang indikatriks sejajajr dengan sumbu panjang mineral (sumbu c).

Gambar 2.10 Kenampakan Length Slow dan Length Fast ( Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
ITB, 2014)

C. Pemadaman
Pemadaman terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak
lurus terhadap arah getar dari polarisator atau analisator. Pemadaman terbagi
menjadi tiga jenis yaitu pemadaman pararal, pemadaman miring, dan pemadaman
simetri.
Pemadaman pararel terjadi ketika sumbu panjang mineral (sumbu c) sejajar
dengan analisator atau polarisator. Pemadaman miring terjadi apabila sumbu
panjang mineral membentuk sudut terhadap analisator atau polarisator. Sedangkan
pemadaman simetri terjadi pada kristal rhombik dimana bentuk diagonal rhobik
sejajar polarisator atau analisator.

Gambar 2.10 Tabel interferensi warna menurut Michel-Levy


BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengamatan Makroskopis Muskovit

Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan mengamati sampel batuan yang telah
ada melalui pengamatan secara kasat mata sifat-sifat fisik yang ada pada mineral. Pengamatan
dilakukan di Laboratorium Petrografi Reservoir, Program Studi Teknik Geologi, Institut
Teknologi Bandung. Sampel batuan dengan kode sampel 5 adalah batuan Pegmatit yang kaya
akan komposisi lithium.

Plagioklas

Kuarsa

K-Feldspar

Muskovit

Gambar 3.1 Pegmatit kaya lithium

Nomer sampel :5
Nama batuan : Pegmatit
Deskripsi Makroskopis:
Batuan pegmatite memiliki tekstur holokristalin, fanerik, porfiritik-inequigranular terdiri
atas mineral kuarsa (45%), plagioklas (20%), K-Feldspar (20%), dan muskovit (15%).
Mineralogi:
 Kuarsa (45%) tidak berwarna dan ungu, kekerasan >5,5 ; prismatik, transparan-translusent, kilap
kaca, ukuran ……
 Plagioklas (20%) putih buram, kekerasan>5,5 ; prismatic, kilap kaca, translusen
 K-Feldspar (20%) warna merah muda, kekerasan >5,5, prismatik, kilap kaca, translusen
 Muskovit (15%) warna putih, kekerasan 2,5<H<5,5 ; berlembar, kilap mutiara, transparan
Pengamatan kedua dilakukan di Laboratorium Petrologi, Program Studi Teknik
Geologi, Institut Teknologi Bandung. Sampel mineral teramati terdiri dari mineral muskovit
tunggal yang nantinya akan dianalisis sifat fisiknya. Sampel muskovit pertama memiliki warna
putih kekuningan, kilap mutiara, translusent, kekerasan 2,5 , bentuk berlembar gores putih, dan
dimensi 6cm x 3cm x 3cm. sedangkan sampel kedua merupakan kenampakan muskovit yang
nampak berlembar, dengan warna putih kecoklatan, kilap kaca, transparan, dan lentur.

Gambar 3.2 Sampel muskovit pertama Gambar 3.3 Sampel muskovit kedua

Dari pengamatan makroskopis dapat terlihat bahwa mineral pada hand specimen
pertama berupa batuan pegmatite memiliki komposisi mineral muskovit yang memiliki sifat
fisik yang serupa dengan muskovit pada umumnya. Komposisi muskovit yang cukup banyak
mengindikasikan bahwa muskovit merupakan salah satu mineral utama yang menyusun batuan
beku felsik (granit) yang berasosiasi dengan mineral kuarsa, k-feldspar, dan plagioklas. Hal ini
menunjukkan bahwa muskovit terbentuk dari kristalisasi magma dalam jumlah yang banyak
sehingga mempengaruhi nama, sifat, dan jenis dari suatu batuan.
3.2 Pengamatan Mikroskopis Muskovit

Pada pengamatan nikol sejajar muskovit menunjukkan bentuk prismatik memanjang,


subhedral, dan belahan 1 arah. Tidak memiliki warna dan relief yang rendah. Pada pengamatan
relief terlihat kenampakan relief bergelombang. Dengan menggunakan metode relative Garis
Becke diketahui nmin > nepoxy.
Pengamatan nikol bersilang menghasilkan bias rangkap tinggi dengan warna merah
muda biru pada muskovit yaitu Bf (0,40) atau berada pada orde 3 dalam tabel Michel-Levy.
Pada pengamatan menggunakan keeping gypsum, terlihat orientasi mineral length slow.
Pemadaman muskovit merupakan pemadaman pararel dengan struktur mata burung yang khas

pada muskovit dengan sumbu c // dengan ᵧ .

Gambar 3.4 Kenampakan nikol pararel dan nikol bersilng dari mineral muskovit

3.3 Keterdapatan Muskovit

Muskovit terdapat hampir disemua jenis batuan mulai dari bauan beku, batuan
sedimen, sampai dengan metamorf. Pada batuan beku, keberadaan muskovit banyak
ditemukan dalam batuan beku felsik terutama pada batuan granit atau granit pegmatite.
Pada batuan sedimen keberadaan muskovit hanya sebagai material detritus dan
keberadaannya tidak melimpah, muskovit ditemukan pada batupasir arkose. Muskovit
melimpah kehadirannya dalam batuan metamorf terutama dalam gneiss, sekis, dan filit.
Batupasir Arkose Filit

Granit Pegmatit

Gambar 3.5 Keterdapatan muskovit dalam batuan metamorf, beku, dan sedimen
( sumber : www.imperial.ac.uk )

Pada batuan beku granit pegmatite seperti pada percontoh yang diberikan di
laboratorium, umumnya mika yang tumbuh adalah muskovit atau biotit. Pertumbuhan mika
dalam pegmatite dikontrol oleh struktur misalnya adanya rekahan. Distribusi mika dalam granit
sendiri dipengaruhi oleh tektonik dan umumnya posisi mika berdekatan dengan country rock
(batuan samping).

3.4 Paragenesa Muskovit pada Batuan Beku

Muskovit memiliki rumus kimia KAl2(Si3Al)O10(OH,F)2 dan memiliki struktur kristal


filosilikat (phyllosillicate) dan system kristal monoklin, kelas prisma, SI (2/m). Struktur dasar
dari phyllosilicates didasarkan pada ikatan antara enam cincin anggota SiO4-4. Tiga dari 4
oksigen dari setiap tetrahedra dibagi dengan tetrahedra lain. Hal ini menyebabkan unit
struktural dasar Si2O5-2. Muskovit sendiri merupakan perselingan antara ion yang mengandung
tetrahedral-oktahedral dengan unsur potassium (K) berada di tengahnya. Muskovit dapat
dengan mudah dibedakan dengan mineral lain karena sifanya yang elastis dan berwarna lebih
terang disbanding mika yang lain. Kelompok mineral mika terbagi menjadi dua olongan yaitu
brittle mika dan fleksibel mika. Muskovit masuk kedalam fleksibel mika.

Gambar 3.7 Struktur Filosilikat pada muskovit

Pembentuka muskovit terbagi menjadi tiga jenis menurut Monier, 1984 yaitu
pembentuka pada fasa magmatik, magmatik akhir-setelah magmatik, dan melalui proses
hidrotermal. Pada fasa magmatik dapat dicirikan dengan komposisi Ti yang tinggi disbanding
kedua jenis lainnya. Sedangkan untuk kedua proses lainnya memiliki komposisi Ti yang lebih
rendah, namun pada fasa magmatik akhir-setelah magmatik memiliki komposisi Fe yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pembentukan pada proses hidrotermal.
Dari ketiga jenis proses, pembentukan muskovit dapat pula dibedakan melalui
perbandingan kandungan natrium dengan natrium ditambah dengan pottasium (Na/Na+K).
Pada proses akibat magmatik perbandingan (Na/Na+K) antara 0.06- 0.12, magmatik akhir
antara 0.01-0.07, dan pada proses hidrotermal (Na/Na+K) lebih kecil dari 0.04.

Gambar 3.6 Grafik yang menunjukkan terbentuknya muskovit pada batuan beku (Bailey S.W, 1984)
Menurut percobaan kestabilan termal muskovit menurun seiring dengan pergantian
potassium (K) oleh Natrium (Na). (Chatterjee, 1972 dalam Bailey, 1984). Selain itu tekanan
3.5Kb atau 0.35Gpa adalah tekanan minimal untuk pembentukan kristal muskovit dalam suatu
magma. Parameter berikutnya adalah temperature untuk pembentukan muskovit adalah 650ºC-
700ºC. Namun hal ini tidak selamanya paten atau tetap, menurut Miller, 1981, pembentukan
muskovit terutama pada granit dapat terbentuk pada tekanan 1Kb dan tempertatur 125ºC.
Pengaruh ion-ion seperti boron, besi, dan magnesium yang membuat kestabilan termal
pembentukan muskovit berubah. Pada Fe,Mg pengeruhnya relative lebih kecil dibanding
dengan boron.

Gambar 3.7 Grafik yang menunjukan kestabilan temperature dan tekanan pembentukan muskovit (Chatterjee,
1970)

3.5 Pemanfaatan Muskovit

Muskovit merupakan salah satu dari keluarga mika yang bersifat elastis dan banyak
dimanfaatkan dalam kegiatan industri. Muskovit memiliki sifat dielektrik yang berarti mampu
menyimpan muatan atau energy elektrostatik dan penahan medan listrik yang baikHal ini
diakibatkan kestabilan kimia muskovit yang baik. Oleh karena itu muskovit digunakan secara
luas sebagai isolator pada alat-alat listrik. Roket, rudal, dan jet juga tak lepas dari material yang
berasal dari muskovit.
Muskovit dikenal sebagai material tahan panas, salah satu contoh kegunaanya adalah
kaca refraktori pada oven suhu tinggi. Selain sebagai bahan dielektrik dan material tahan panas,
muskovit dalam keadaan bubuk dapat digunakan sebagai campuran pelumas.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Muskovit dapat dibedakan dengan mineral lain dari ciri fisiknya yaitu warna putih,
memiliki kekerasan 2.5<H<5.5, berlembar, kilap mutiara-kaca, transparan. dan sifat
mikroskopisnya antara lain perawakan prismatic dengan belahan 1 arah, relief bergelombang,
bias rangkap nmin > nepoxy. Pada pengamatan nikol bersilang dapat diamati bahwa muskovit
memiliki bias rangkap orde 2 (Bf 0.037-0.041), orientasi length slow, pemadaman pararel
dengan struktur mata burung.
Muskovit memiliki struktur filosilikat, termasuk kedalam true mica dengan system
monoklin prisma(2/m). Muskovit hadir pada semua jenis batuan baik itu batuan beku,
sedimen, maupun metamorf. Pembentukan muskovit pada batuan beku dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu pembentukan pada fasa magmatik, late to post-magmatic, dan
melalui fasa hidrotermal. Melalui percobaan diketahui kesetimbangan pembentukan kristal
muskovit pada suhu 650ºC-700ºC dan tekanan minimum adalah 3.5 Kbar. Kegunaan
muskovit adalah sebagai bahan isolator atau material dielektrik serta material tahan panas
akibat kestabilan kimianya. Selain itu muskovit dalam bentuk bubuk dapat digunakan sebagai
bahan campuran pellumas.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, S.W, 1984. Reviews in Mineralogy Volume 13, MICAS. Chelsea, Michigan. Book
Crafter, Inc, copyright Mineralogical Society of America.

Deer, Howie, dan Zuzman. 2003. Rock-Forming Minerals, MICAS second edition. Oxford,
UK. Alden Press.

Louis, Ronald and Bonewitz. 2008. Rocks and Minerals, the Definitive Visual Guide.
London. Dorling Kindersley Limited

Pellant, Chris. 1966. Rocks and Minerals. London, UK. Dorling Kindersley.

Priadi, Bambang. 2009. Slide Kuliah Kristalografi Mineralogi : Aspek Kimia Mineral.
Geologi-ITB

Suparka, Emmy. 2014. Slide Kuliah Petrologi : Batuan Metamorf. Geologi-ITB

Susanto, Arif. 2014. Modul Praktikum Mineral Optik dan Petrografi. Bandung. Geologi-
ITB

Anda mungkin juga menyukai