Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)

Stase Kebutuhan Dasar Manusia

RSUD DJOJONEGORO TEMANGGUNG

Disusun oleh:

AGUS BUDI SETIAWAN

20100320101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


1. Definisi

Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar


manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) (Potter & Perry, 2006).
Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (IASP, 2006).
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan
terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc Caffery, 2006).

2. JENIS PENYEBAB NYERI

Jenis penyebab Dasar fisiologis

1.      Mekanik - Kerusakan jaringan, iritasi langsung


pada reseptor nyeri, inflamasi.
- Trauma jaringan (ex: operasi).
- Penekanan pada reseptor nyeri
- Perubahan jaringan
- Distensi pada lumen
   (ex:edema).
- Penekanan pada reseptor nyeri,
- Penyumbatan pada saluran iritasi ujung saraf.
   tubuh. - Stimulasi pada reseptor nyeri.
- Tumor. - Kerusakan jaringan, perangsangan
- Spasme otot. pada reseptor nyeri.

2.      Termal - Perangsangan pada reseptor nyeri


karena akumulasi asam laktat atau
Panas/ dingin (ex: combustio). zat kimia lain seperti asam laktat
pada jaringan.
3.      Kimia
- Sekunder terhadap stimulasi
- Iskemia jaringan karena mekanik yang menyebabkan
iskemia jaringan.
   sumbatan arteri koroner.

- Spasme otot.
3. Gejala Klinis

1.      Tekanan darah meningkat


2.      Nadi meningkat
3.      Pernafasan meningkat
4.      Raut wajah kesakitan
5.      Menangis, merintih
6.      Posisi berhati-hati

4. Fisiologi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri
yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani
salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-
abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri.
a.         Resepsi
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin dan kalium, yang
bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap
stimulus yang membahayakan) untuk memulai transmisi neural, yang dikaitkan
dengan nyeri. Beberapa reseptor hanya berespon pada satu jenis nyeri, sedangkan
reseptor yang lain juga sensitif terhadap temperatur dan tekanan. Apabila
kombinasi dengan reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas
stimulus minimum yang dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf),
kemudian terjadilah aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk
dan ukuran tubuh, maka distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi stimulus
nyeri: Serabut A-Delta yang bermielinasi dengan cepat dan serabut C yang tidak
bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim sensasi
tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C menghantarkan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral,
dan terus menerus.
Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari serabut saraf
perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan dan
membuat peka respons nyeri. Misalnya, kalium, prostaglandin dilepaskan ketika
sel-sel lokal mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut sampai
transmisi tersebut berakhir dibagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam
kornu dorsalis, neurotransmiter, seperti substansi P dilepaskan, sehingga
menyebabkan suatu transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke
dalam sisitem saraf pusat.
b.         Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman
nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor. Neuroregulator dibagi menjadi
dua kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti
substansi P mengirim impuls listrik melewati celah sinap diantara dua serabut saraf
(eksitator dan inhibitor). Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan
menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung
menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinap. Endorfin merupakan salah satu
contoh neuromodulator.
Untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu mempelajari 3 komponen
fisiologi nyeri, antara lain:

a.       Resepsi      : Proses perjalanan nyeri.

b.      Persepsi     : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.

Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan


menyebabkan pelepasan substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ).
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor
mencapai ambang nyeri maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa
menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus.
Reseptor terletak di struktur permukaan.

c.       Reaksi       : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.


5. Penanganan Nyeri
1)      Farmakologi
a      Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan
penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun,
penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernafasan di medulla
batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam
status pernafasan jika menggunakan analgesik jenis ini (Smeltzer & Bare, 2001).

b       Analgesik Non Narkotik


Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat
golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi
prostalglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer &
Bare, 2001). Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan
pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster.
c.       Non Farmakologi
a)      Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2006).
b)      Stimulasi Kutaneus Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang
dikenal oleh klien sebagai obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya.
Placebo umumnya terdiri dari larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa
(Tamsuri, 2007).
c)      Teknik Nafas dalam dan Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami ( Priharjo, 1996 ).
6. Pengukuran Nyeri
a. Pengkajian Nyeri OPQRSTUV

7. DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN


a)      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b)      Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
c)      Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
d)     Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan


Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011.
Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai