Anda di halaman 1dari 12

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian tentang pengalaman pasien fraktur yang menjalani terapi

tradisional sangkal putung ini menggunakan desain kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Menurut Yusuf, et al (2017) yang bertujuan untuk

menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep

atau gejala, termasuk didalamnya konsep diri atau pandangan hidup mereka

sendiri.

Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena yang sesungguhnya

terjadi pada pasien fraktur yang menjalani terapi tradisional sangkal putung.

Penelitian fenomenologi ini mengunakan pendekatan fenomenologi

deskriptif, dimana penelitian ini ingin menggambarkan setiap pengalaman

partisipan dalam menjalani terapi sangkal putung.

3.2 Rekruitmen Informan

Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien fraktur beberapa daerah di

Provinsi Maluku antara lain: Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan

Kabupaten Seram Bagian Barat. Aktivitas yang diteliti adalah pengalaman

partisipan menjalani terapi tradisional sangkal putung.

Partisipan dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien fraktur yang pernah menjalani terapi sangkal putung

2. Pengalaman pasien yang berobat ke sangkal putung dalam 1 tahun

terakhir. Pengalaman berobat diketahui dengan melakukan wawancara dari


30

tujuh pertanyaan yakni: penyebab fraktur, jangka waktu setelah terjadinya

fraktur saat dibawa ke sangkal putung, tindakan awal saat terjadinya

fraktur, pengalaman nyeri saat menjalani terapi sangkal putung, koping

pasien, cara mengontrol nyeri, serta pesan yang disampaikan terapis

kepada pasien.

3. Berusia 21-59 tahun. Menurut Nursalam (2016) bahwa Peneliti membatasi

usia maksimal dari responden hanya sampai 59 tahun, karena mulai umur

60 tahun, individu khususnya wanita rentan mengalami osteoporosis

(Sholihah, 2018).

4. Mampu berkomunikasi dengan baik

5. Bersedia menjadi partisipan dengan memberikan persetujuan secara

tertulis dengan menggunakan format informed consent.

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2020 dengan cara pengambilan

data kepada pastisipan melalui indepth interview (wawancara mendalam).

Peneliti memilih partisipan sesuai dengan kriteria inklusi di Provinsi Maluku,

meliputi: Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram

Bagian Barat. Alasan peneliti melakukan penelitian di Provinsi Maluku

adalah karena masyarakat setempat saat mengalami patah tulang banyak yang

menjalani terapi tradisional sangkal putung. Terapisnya juga banyak yang

membuka keahlian terapi ini di daerah tersebut. Tahap penelitian yaitu

wawancara dan pengolahan data membutuhkan waktu 1 bulan.


31

3.4 Kerangka Kerja

Social situation yaitu partisipan yang pernah mengalami fraktur


dan menjalani terapi tradisional sangkal putung di Provinsi Maluku

Pemilihan partisipan sesuai dengan kriteria inklusi

Melakukan indepth interview kepada partisipan sesuai dengan


tempat yang telah disepakati

Melakukan validasi terhadap partisipan

Menganalisis data dengan metode : analisis colaizzi

Penyajian hasil

Gambar 3.1 Kerangka kerja


32

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif,yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi

terhadap peneliti meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logiknya.

Menurut Suharsimi Arikunto, pengumpulan data adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Mamik, 2014).

Pada saat pengumpulan data peneliti dibantu menggunakan perangkat

lunak handphone, sebagai alat bantu untuk merekam informasi dari

partisipan.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

wawancara semi terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk

menentukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana partisipan yang

diwawancarai diminta pendapat maupun ide-idenya, dengan menjelaskan dan

menggambarkan secara mendalam sesuai pengalaman pastisipan yang

mengalami fraktur dalam menjalani terapi tradisional sangkal putung.

Dalam melakukan wawancara, peneliti harus mendengarkan dengan

seksama, mencatat hal-hal penting yang dikemukakan oleh partisipan, serta

merekam sebagai bukti fisik wawancara.


33

3.6.1 Tahap persiapan

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mempersiapkan

lingkungan yang nyaman, terang dan jauh dari kebisingan. Wawancara

dilakukan dirumah terapis saat partisipan datang berobat, di rumah

pasien, maupun melalui via telpon. Wawancara dilakukan saat

partisipan sudah cukup tenang setelah melakukan terapi, dan bagi

partisipan yang berada dirumah saat partisipan tidak sibuk atau

mempunyai waktu kosong. Peneliti dan partisipan duduk saling

berhadapan, sehingga peneliti dapat memperhatikan secara seksama

yang dikatakan partisipan. Alat-alat yang digunakan saat pengumpulan

data disiapkan satu jam sebelum wawancara. Alat perekam dalam hal

ini handphone diletakkan ditengah, antara peneliti dan partisipan

dengan jarak 30-45 cm agar kualitas suara partisipan terdengar jelas.

Sedangkan jika melalui via telpon, peneliti menghidupkan perekam di

handphone peneliti.

3.6.2 Tahap pelaksanaan

Wawancara dilakukan berdasarkan kontrak waktu dan tempat yang

telah disepakati bersama antara peneliti dan partisipan. Selanjutnya

pengisian demografi partisipan. Proses wawancara mengenai topik

pengalaman pasien fraktur dalam menjalani terapi tradisional sangkal.

Pertanyaan yang dilontarkan peneliti meliputi penyebab fraktur, jangka

waktu dari terjadinya fraktur sampai menjalani terapi tradisional

sangkal putung, tindakan yang dilakukan pertama kali saat terjadinya


34

fraktur, pengalaman nyeri selama menjalani penanganan terapi

tradisional sangkal putung, koping pasien saat menjalani penanganan

terapi tradisional sangkal putung, manajemen nyeri yang dijalani pasien

saat menjalani terapi tradisional sangkal putung, dan pesan yang

disampaikan terapis kepada saat menjalani terapi tradisional sangkal

putung. Peneliti menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh

partisipan dan melakukan klarifikasi atas jawaban partisipan bila

dirasakan jawaban yang diberikan kurang jelas. Partisipan memberikan

pertanyaan mendalam dan memberi kesempatan kepada partisipan

untuk bercerita sesuai pengalam partisipan agar mendapatkan data yang

maksimal sesuai tujuan penelitian. Selama proses wawancara

berlangsung, percakapan peneliti dan partisipan direkam keseluruhan

dan durasi wawancara yang paling cepat adalah 30 menit, dan paling

lama adalah 45 menit. Selama proses wawancara yang dilakukan

dirumah partisipan, walaupun terdapat beberapa keluarga partisipan

yang wawancaranya didistraksi oleh keluarga, partisipan tetap fokus

terhadap pertanyaan yang diberikan. Setelah peneliti merasa semua

topik terjawab oleh partisipan, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada partisipan atas partisipasinya serta membuat kontrak waktu

untuk pertemuan selanjutnya.


35

3.6.3 Tahap terminasi

Tahap terakhir, peneliti melakukan validasi verbatim dengan kata

kunci sesuai dengan tahap ke delapan menurut Colaizzi (1978) dalam

(Tristi Agustin, 2015). Proses validasi dilakukan dengan meminta

partisipan membaca hasil validasi verbatim sesuai dengan penyampaian

partisipan selama proses wawancara. Peneliti juga melakukan kisi-kisis

hasil analisis kepada partisipan. Semua partisipan menyetujui isi

verbatim sebagai hasil penelitian, kemudian peneliti gambaran yang

dialami partisipan berdasarkan insting peneliti terhadap tema hasil

analisis. Setelah partisipan menyetujui semua yang disampaikan

peneliti, maka proses validasi selesai. Kemudian peneliti mengucapkan

terima kasih, atas kesediaan dan kerjasama selama penelitian

berlangsung.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Penulisan hasil pengumpulan data dilakukan segera setelah proses

wawancara, yaitu dari hari pertama hingga hari ketujuh wawancara dilakukan.

Penulisan dilakukan dengan pembuatan transkip yaitu catatan tertulis dari

bahasa lisan dalam bentuk verbatim yaitu seni mengubah kata yang

diucapkan kedalam sebuah teks sehinga pesan yang disampaikan sesuai yang

dikatakan partisipan. Unit analisis yang digunakan adalah unit analisis

kelompok.
36

Analisis data menggunakan metode Colaizzi (1978) yang terdiri dari 9

tahapan sebagai berikut:

1. Peneliti mendeskripsikan fenomena yang diteliti, yaitu mengenai

pengalaman pasien fraktur dalam menjalani terapi tradisional sangkal

putung di Provinsi Maluku pendekatan Studi Fenomenologi.

2. Peneliti mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat atau

pernyataan partisipan, peneliti melakukan wawancara dan menuliskannya

dalam bentuk naskah transkip untuk dapat mendeskripsikan gambaran

konsep penelitian.

3. Peneliti membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh

semua partisipan.

4. Peneliti membaca kembali transkip hasil wawancara secara berulang-ulang

dan mengutip pernyataan-pernyataan yang bermakna dari semua

partisipan.

5. Peneliti menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan semua

partisipan secara signifikan.

6. Peneliti mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan

kedalam kelompok tema. Peneliti membaca seluruh kategori yang ada,

membandingkan dan mencari persamaan diantara kategori tersebut, dan

pada akhirnya mengelompokkan kategori-kategori yang serupa kedalam

tema dan sub tema.

7. Peneliti menuliskan deskripsi secara lengkap dalam bentuk hasil

penelitian.
37

8. Peneliti menemui partisipan kembali untuk melakukan validasi deskripsi

analisis, hal ini dilakukan agar dapat menyamakan persepsi antara peneliti

dan pastisipan.

9. Peneliti menggabungkan data hasil validasi kepada partisipan kedalam

deskripsi hasil analisis.

(Tristi Agustin, 2015).

3.8 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif akan dinyatakan abash bila memiliki derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability),

dan kepastian (confirmability) (Desiyani, 2019)

1. Kepercayaan (credibility): kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil

penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif

partisipan dalam penelitian ini. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas

data pada penelitian ini adalah melakukan triangulasi data. Triangulasi

data yang dilakukan yaitu triangulasi metode dan member chek.

Triangulasi metode yan dilakukan yaitu: dengan metode observasi,

wawancara, dan dokumen. Sedangkan member chek yaitu peneliti

melakukan pembacaan kembali naskah transkip hasil wawancara

kemudian pasrtisipan diminta umpan balik apakah yang tertulis telah

sesuai dengan maksud yang disampaikan partisipan terkait pengalaman

yang dialaminya.

2. Keteralihan (transferability): kriteria ini merujuk pada tingkat kemampuan

hasil penelitian kualitatif dapat ditransfer kepada konteks yang lain. Dari
38

sebuah perspektif kualitatif transferabilitas adalah tanggung jawab

seseorang dalam melakukan generalisasi. Nilai transfer ini berkenaan

dengan pertanyaan, sampai mana penelitian ini dapat diterapkan dala

situasi lain.

3. Ketergantungan (dependability): dalam penelitian kualitatif dependebilitas

disebut juga dengan reliabilitas. Artinya, orang lain dapat mereplikasi

penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji ini ditempuh dengan

cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit

dilakukan oleh auditor yaitu pembimbing mulai dari bagaimana peneliti

menentukan masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber

data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai

membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.

4. Kepastian (confirmability): aplikasi konfirmabilitas dalam penelitian

kualitatif adalah jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang, maka

penelitian dikatakan obyektif. Pada penelitian ini konfirmabilitas

dilakukan oleh peneliti dan pembimbing saat menentukan tema hasil

penelitian.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang

berhubungan dengan etika penelitian, meliputi:


39

3.9.1 Respect to Human Dignity (menghargai hak asasi manusia)

1. Informed consent (lembar perseujuan menjadi partisipan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan subyek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan kepada partisipan sebelum dilakukan

penelitian dengan tujuan agar subyek yang akan diteliti mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Subyek setuju untuk menjadi

partisipan dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar

persetujuan. Subyek merasa keberatan atau tidak mau menjadi

partisipan dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati haknya sebagai subyek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Nama partisipan tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan

data, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan partisipan.

Keikutsertaan partisipan ditandai dengan kode pada masing-masing

lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang telah diperoleh dari partisipan akan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Dokumen atau berkas penelitian akan

disimpan pada lokasi yang aman. Peneliti hanya akan menyajikan

informasi terutama dilaporkan pada hasil riset.


40

4. Fidelity (kesetiaan)

Peneliti setia pada komitmennyadan menempati janji serta

menyimpan rahasia partisipan. Kesetiaan adalah kewajiban peneliti

untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.

5. Autonomy (otonomi)

Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek peneliti terhadap

partisipan, juga dipandnag sebagai persetujuan tidak memaksa dan

bertindak rasional.

6. Freedom (kebebasan)

Partisipan bebas menentukan pilihan yang menurut

pandangannya sesuatu yang terbaik, tanpa ada paksaan dari

siapapun.

3.9.2 Beneficiency & Non Maleficience

1. Beneficiency (berbuat baik)

Peneliti berkewajiban untuk melakukan hal yang baik dan

bermanfaat bagi partisipan.

2. Non Maleficience (tidak merugikan)

Segala tindakan yang dilakukan tidak membahayakan atau

menimbulkan cedera fisik dan psikologis bagi partisipan.

3.9.3 Justice

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikusertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia dan dikeluarkan dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai