Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM XI

Judul praktikum : Identifikasi bahan tambahan pangan (Rhodamin B)

Hari dan Tanggal :-

Nama praktikan : MARYAM FADHILLAH

Nim : PO713203181020

Dosen pembimbing : 1. Nuradi,S.Si.,M.Kes.

2. Rahman,S.Si.,M.Si

3. Mawar,S.Si.,M.Kes

4. Zulfian Armah,S.Si.,M.Si.

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya bahan tambahan pangan (Rhodamin B) dalam
suatu bahan.

B. Landasan Teori
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang sengaja ditambahkan pada makanan.
Untuk maksud pada pembuatan, pengolahan penyiapan, pengemasan, dan penyimpanan.
Penggunaan bahan tambahan makanan dapat berakibat positif dan negatif (berbahaya) bagi
masyarakat. Salah satu bahan tambahan makanan yang berbahaya adalah zat pewarna
Rhodamin B (Cahyadi, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/Menkes/PER/X/1999 meyebutkan bahwa
bahan tambahan pewarna yang dilarang salah satunya adalah Rhodamin B (pewarna merah)
(Cahyadi, 2008).
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis yang tidak berbau, berbentuk serbuk kristal
berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah yang digunakan sebagai bahan
pewarna tekstil atau pakaian. Secara kimia Rhodamin B adanya ikatan dengan klorin (-Cl)
pada struktur molekulnya menyebabkan Rhodamin B berbahaya jika dikonsumsi. Hal ini
dikarenakan klorin merupakan senyawa anorganik sangat reaktif, toksik, dan bersifat
karsinogenik atau memicu kanker (Wijaya, 2011).
Rhodamin B dapat bersifat karsinogenik dan memacu pertumbuhan sel kanker jika
digunakan terus menerus (Alhamedi dkk., 2009). Sifat karsinogenik tersebut disebabkan
oleh unsur N+(nitronium) dan Cl- (klorin) yang terkandung pada Rhodamin B yang bersifat
sangat reaktif dan berbahaya. Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang digunakan
pada industry tekstil. Pengaruh buruk Rhodamin B bagi kesehatan antara lain meimbulkan
iritasi pada saluran pernapasan, kulit, mata, dan saluran pencernaan (Wijaya, 2011).
Penumpukan Rhodamin B dalam hati akan menyebabkan gangguan fungsi hati berupa
kanker hati dan tumor hati (Chen et al., 2012)

C. Alat dan Bahan


1) Alat

1. Batang pengaduk 12. Hot plate


2. Beaker glass 13. Bejana kromatografi
3. Cawan penguap (chamber, developing tank)
4. Gelas ukur 14. Tip putih
5. Timbangan 15. Mikropipet 1-5 ul
6. Kompor listrik 16. Kertas whatman nomor
7. Corong 17. Spektrofotometer uv-vis
8. Kertas saring 18. Neraca analitik
9. Benang wol bebas lemak 19. Tabung reaksi
10. Pipet volumetrik 20. Lempeng klt (silica gel 254).
11. Bulf

2) Bahan :

1. Etanol 96 % 5. Etanol 70%


2. NH4OH 6. Asam asetat 10%
3. Kloroform 7. Akuades
4. Amonia 2% 8. Sampel

9. Asetat p.a 13. Etanol p.a


10. Butanol p.a 14. Standar/baku pembanding
11. Etil asetat p.a rhodamin B
12. Amoniak p.a

D. Prosedur Kerja
1) Uji Kualitatif
 Metode deskriptif kualitatif berdasarkan terikatnya warna Rhodamin B
pada benang wol
1. Benang wol didihkan di dalam akuades lalu dikeringkan
2. Dicuci dengan kloroform, dibilas dengan akuades dan dikeringkan
3. Sampel ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipanaskan dalam 10 ml
larutan amonia 2% (dalam etanol 70%) selama kurang lebih 30 menit
kemudian disaring.
4. Selanjutnya filtrat diuapkan diatas penangas air.
5. Residu dilarutkan dalam 10 ml air yang mengandung asam (10 ml air
dicampur dengan 5 ml asam asetat 10%)
6. Benang wool dimasukkan ke dalam larutan asam dan didihkan hingga 10
menit.
7. Benang wool diangkat, zat warna akan mewarnai benang wool. Benang
wool dicuci dengan air (sni 01-2895,1992).
8. Analisis dilakukan dengan melihat warna merah pada benang wool setelah
dicuci dengan air mengalir. Hasil positif ditandai dengan warna merah
tidak dapat dicuci oleh air.

 Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (Yamlean, 2011)


1. Sebanyak 1-5 ul sample ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan
tip putih pada mikropipet pada jarak 1 cm dari bagian bawah plat;
kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering;
2. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan dimasukkan ke
dalam chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak
berupa (N – butanol : etil asetat : ammonia 10 : 4 : 5, N – butanol : asam
asetat : air = 40 :10 : 50 );
3. Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna, kemudian plat KLT
diangkat dan dikeringkan;
4. Diamati warna secara visual jika terdapat bercak berwarna hampir sama
dan nilai Rf yang hampir mendekati maka sampel dikatakan positif
mengandung Rhodamin B.

2) Uji Kuantitatif Metode Spektrofotometri UV-Vis


1. Pembuatan Larutan Baku
Ditimbang 0.01 gram padatan rhodamin B, dilarutakan dalam 100 ml air aquades
2. Pembuatan Larutan Standar
Dibuat larutan standar Rhodamin B 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm
konsentrasi berbeda menggunakan pelarut air dengan volume 25 ml. 3.
3. Larutan blanko dengan menggunakan aquades.
4. Larutan sampel mengandung Rhodamin pada sampel dilarutkan dengan aquades
hingga 25 ml.
5. Larutan standar dan sampel diukur absorbansinya menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Cahyadi, W. (2009). Analisis Aspek dan Kesehatan Bahan Tambahan Pangan 2nd ed. Jakarta:

BumiAksara.

Chen, Xiaoyang, Zhiyong X., Yanlai Y., Weiping W., Fengxiang Z. & Chunlai H. (2012).

OxidationDegradation of Rhodamine B in Aqueous by UV/S2O8 2 Treatment System.

Int. J. Of Photoenergy Vol. 2012 Article ID 754691: 5.

Wijaya, D., 2011. Waspadai Zat Aditif dalam Makananmu. Jogjakarta: Buku Biru
PRAKTIKUM XII

Judul praktikum : Uji kualitatif bahan tambahan pangan (Klorin)

Hari dan Tanggal :-

Nama praktikan : MARYAM FADHILLAH

Nim : PO713203181020

Dosen pembimbing : 1. Nuradi,S.Si.,M.Kes.

2. Rahman,S.Si.,M.Si

3. Mawar,S.Si.,M.Kes

4. Zulfian Armah,S.Si.,M.Si.

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya bahan tambahan pangan (Klorin) dalam suatu
bahan pangan secara kualitatif.

B. Landasan Teori
Klorin merupakan suatu zat kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman.
Tetapi pada saat sekarang ini, klorin telah digunakan sebagai bahan pemutih atau pengkilat
beras agar beras yang bersifat standar terlihat seperti beras super. Klorin akan bereaksi
dengan air dan membentuk asam hipoklorus yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia
akan merusak sel-sel tubuh. Klorin yang terdapat pada beras akan bersifat korosif sehingga
akan merusak lambung. Dalam jangka panjang, klorin akan mengakibatkan penyakit kanker
dan gangguan ginjal (Cahyadi, 2012).
Berdasarkan penelitian, dampak yang ditmbulkan oleh klorin tergantung pada kadar,
jenis senyawa klorin dan yang terpenting tingkat toksisitas senyawa tersebut.
Pengaruhklorin pada kesehatan dapat menggganggu sistem kekebalan tubuh, merusak hati
dan ginjal, gangguanpencernaan, gangguan pada sistem saraf, dapat menyebabkan kanker
dan gangguan sistem reproduksi yang dapat menyebabkan keguguran (Norlatifah, 2012)
Klorin sangat penting digunakan sebagai pemutih dalam pabrik kertas dan pakaian.
Klorin juga digunakan sebagai bahankimia pereaksi dalam pabrik logam klorida, bahan
pelarut klorinasi, pestisida, polimer, karet sintetis dan refrigetan. Sodium hipoklorit
merupakan komponenpemutih yang digunakan sebagai larutan pembersih, dan desinfektan
untuk air minum sertasistem penyaringanlimbah dan kolam renang (Sinuhaji, 2009).
Berdasarkan Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Pangan, menyatakan bahwa klorin tidak termasuk ke dalam bahan tambahan pangan yang
diizinkan penggunaannya dalam makanan.6 Karena hal-hal tersebut maka pada penelitian
ini akan dilakukan identifikasi dan penentuan kadar klorin pada beras yang dijual di Pasar
Raya Kota Padang karena kemungkinan beras tersebut juga mengandung klorin (Sartono,
2012).

C. Alat dan Bahan


1) Alat

1. Erlemeyer 250 ml 8. Kompor listrik


2. Gelas ukur 50 ml 9. Tabung reaksi
3. Gelas beker 50 ml 10. Corong
4. Pipet volum 5 ml 11. Neraca analitik
5. Labu ukur 100 ml 12. Aluminium foil
6. Buret 13. Kertas saring
7. Statif dan klem

2) Bahan

1. Akuades
2. Sampel (beras)
3. Amilum 1 %
4. Kalium iodida 10%

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Amilum 1 %
Ditimbang 0,5 g amilum. Dimasukkan ke dalam erlemeyer, ditambahkan 50 ml akuades.
Diadukdan dipanaskan di atas kompor listrik sampai larutan homogen.Didinginkan, lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades sampai batas tanda.

2. Pembuatan Kalium Iodida 10%


Ditimbang 5 g kalium iodida.Dimasukkan ke dalam erlemeyer.Ditambahkan 50 ml
akuades.Diaduk dan dipanaskan di atas kompor listrik agar larutan
homogen.Didinginkan dan dimasukkan larutan ke dalam labu ukur.Ditambahnkan
akuades sampai batas tanda.

3. Cara Pemeriksaan Klorin Secara Kualitatif


 Cara pemeriksaan kontrol sampel negatif
Ditimbang 10 g beras lalu ditambahkan akuades 50 ml. Dikocok, ditutup
menggunakan aluminium foil. Disaringair beras dan diambil
filtratnya.Ditambahkan larutan amilum 1% 3 tetes dan kalium iodida 10% 3-5
tetes. Warna akan tetap bening.
 Cara pemeriksaan kontrol sampel positif
Ditimbang 10 g beras, lalu ditambahkan 50 ml akuades. Dikocok dan ditutup
menggunakan aluminium foil. Disaring air beras dan diambil filtratnya.Filtrat
ditambahkan larutan pemutih secukupnya. Lalu ditambahkan amilum 1% 3 tetes
dan laurtankalium iodida 10% 3-5 tetes. Warna air beras akan berubah menjadi
biru lembayung.
 Cara pemeriksaan sampel
Ditimbang 10 g beras, lalu ditambahkan 50 ml akuades.Dikocok dan ditutup
menggunakan aluminium foil.Disaring air beras dan diambil filtratnya.Filtrat
ditambahkan amilum 1% 3 tetes dan laurtan kalium iodida 10% 3-5 tetes.
Selanjutnya diamati warna air beras, jika warna air beras tetap bening
menandakan hasil negatif namun jika warna air beras berubah menjadi biru
lembayung menandakan hasil positif beras mengadung klorin.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. (2012). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan


Makanan

Norlatifah. (2012). Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang Dijual Di Pasar Besar

Kecamatan Pahandut Palangka Raya.Prosiding. Vol 2. No.1.

Sartono. (2012). Racun Dan Keracunan. Jakarta: Penerbit Widya Medika.

Sinuhaji. D.N. (2009). Perbedaan Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras Sebelum dan Sesudah

Dimasak . Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai