Referat Typhoid
Referat Typhoid
Pendahuluan
akut. Demam ini disebabkan oleh bakteri patogen enterik Salmonellae typhi yang
secara morfologi identik dengan Escherichia coli. Sinonim demam tifoid dan
demam paratifoid : Typhoid fever dan paratyphoid fever, Enteric fever, Typhus
dan paratyphus abdominalis. Walaupun patogen kuat, kuman ini tidak bersifat
eosinofil.
Sumber infeksi S. typhi umumnya manusia, baik orang sakit maupun orang
sehat yang dapat menjadi pembawa kuman. Infeksi umumnya disebarkan melalui
jalur fekal-oral dan berhubungan dengan higienis dan sanitasi yang buruk yaitu
melalui makanan yang terkontaminasi kuman yang berasal dari tinja, kemih atau
pus yang positif. Kontaminasi pada susu sangat berbahaya karena bakteri dapat
berkembang biak dalam media ini. Penyebaran umumnya terjadi melalui air atau
kontak langsung. Oleh karena itu pencegahan harus diusahakan melalui perbaikan
sanitasi lingkungan, kebiasaan makanan, proyek MCK (Mandi, Cuci, Kakus), dan
Oleh karena penyebab demam tifoid secara klinis hampir selalu Salmonella
yang beradaptasi pada manusia maka sebagian besar kasus dapat ditelusuri pada
karier manusia. Penyebab yang terdekat kemungkinan adalah air (jalur yang
paling sering) atau makanan yang terkontaminasi oleh karier manusia. Carrier
adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengekskresi
Salmonella typhi dalam feses dan urine selama > 1 tahun. Karier menahun
umumnya berusia lebih dari 50 tahun, lebih sering pada perempuan, dan sering
1
menderita batu empedu. S. typhi sering berdiam di batu empedu, bahkan di bagian
dalam batu, dan secara intermiten mencapai lumen usus dan diekskresikan ke
II. Etiologi
berbentuk batang, gram (-), anaerob fakultatif, tidak berkapsul dan hampir selalu
motil dengan menggunakan flagela peritrikosa, yang menimbulkan dua atau lebih
somatik yang terlibat dalam serogrouping (S. typhi termasuk serogrouping D) dan
antigen yang satu lagi adalah antigen Vi (virulen) capsular yang berhubungan
dengan resistensi terhadap lisis yang dimediasi oleh komplemen dan resistensi
III. Patogenesis
mencapai usus halus. Infeksi manusia secara eksperimental dengan strain Quailes
simtomatik tetapi 105 bakteri dapat menyebabkan gejala pada 27 persen relawan.
Dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan penyakit yang lebih sering, terutama
jika kuman menghasilkan antigen polisakarida kapsuler Vi. Kuman ditelan oleh
2
fagosit mononuklear, lalu bertahan hidup dan memperbanyak diri dalam sel
Masa inkubasi bervariasi dan tergantung pada ukuran inokulum dan keadaan
difagositosis dalam keadaan hidup. Daya tahan dalam sel tergantung pada faktor
mikroba yang menunjang resistensi terhadap pembinasaan dan pada imunitas yang
diaktifkan oleh sel limfosit T pejamu, yang berada di bawah kendali genetik.
ambang batas kritis, bakteremia sekunder dapat terjadi dan menimbulkan invasi
pada kelenjar empedu dan Plaque Peyeri pada usus halus. Bakteremia yang
menetap menjadi penyebab demam yang menetap pada tifoid klinis, sementara
(kolesistitis, perdarahan usus atau perforasi). Dengan invasi kelenjar empedu dan
Plaque Peyeri, kuman kembali masuk ke dalam lumen usus, dan dapat ditemukan
jumlah yang jauh lebih kecil daripada biakan darah yang positif. Endotoksin
sistemik lain, tetapi kejadian gejala ini pada individu yang dibuat toleran terhadap
endotoksin menunjang peranan untuk faktor lain, seperti sitokin yang dilepaskan
3
1. Bakteriemi I (1-7 hari)
Melalui mulut makanan dan air yang tercemar Salmonella typhi (10 6-109)
lambung dan sebagian lagi kuman masuk ke dalam usus halus Di usus halus,
kuman mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang sudah
Kuman menembus lamina propia, kemudian masuk ke dalam aliran limfe dan
bakteriemi I dan melalui sirkulasi portal dari usus halus, dan masuk kembali ke
dalam hati.
Melalui sirkulasi portal dan usus halus, sebagian lagi masuk ke dalam hati
terminalis, hati, lien, bagian lain sistem RES kemudian masuk kembali ke
inflamasi lokal pada jaringan tempat Salmonella typhi berkembang biak dan
endotoksin Salmonella typhi merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
4
IV. Patofisiologi
Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminal / distal, tetapi terkadang
bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga dapat terinfeksi (Minggu I). Pada
tampak seperti infiltrat atau hiperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu
pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada
di kolon sesuai dengan ukuran Plaque Payeri yang ada disana. Kebanyakan
5
Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh
6
biasanya juga membesar dan melunak. Hati menunjukkan proliferasi sel
selalu terlibat. Kandung empedu selalu terinfeksi dan bakteri hidup dalam
empedu. Sesudah sembuh, empedu penderita dapat tetap mengandung bakteri dan
Itu sebabnya pada minggu pertama ditemukan kumannya dalam air kemih. Bila
Parotitis dan orkitis kadang ditemukan, sedangkan bronkititis hampir selalu ada
dan kadang terjadi pneumonia. Selain disebabkan oleh basil tifus, pneumonia pada
7
Otot jantung membengkak dan menjadi lunak serta memberikan gambaran
femoralis, v. safena dan sinus di otak. Otot lurik dapat mengalami degenerasi
Otot yang sering terserang adalah otot diafragma, m.rektus abdomis dan otot
tibia, sternum, iga dan ruas tulang belakang. Pada demam tifoid sering didapat
8
gambaran piogenik disertai adanya basil tifus yang dapat hidup di darah. Infeksi
V. Anamnesa Umum
Keluhan :
- Nyeri kepala (frontal) 100%
- Kurang enak di perut ≥ 50%
- Nyeri tulang, persendian dan otot ≥ 50%
- BAB 50%
- Muntah 50%
Gejala :
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik > 60%
- Letargik > 60%
- Lidah tifus (“kotor”) 40%
mengakibatkan gejala toksik umum, seperti letargi, sakit kepala, demam dan
bradikardia. Demam ini khas karena gejala peningkatan suhu setiap hari seperti
naik tangga sampai dengan 40 atau 410C, yang dikaitkan dengan nyeri kepala,
malaise dan menggigil. Ciri utama demam tifoid adalah demam menetap yang
misalnya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri perut. Kelompok
penyulitnya. Masa tunas biasanya lima sampai empat belas hari, tetapi dapat dapat
sampai lima minggu. Pada kasus ringan dan sedang, penyakit biasanya
9
berlangsung empat minggu. Timbulnya berangsur, mulai dengan tanda malaise,
Pada minggu pertama terdapat demam remitten yang berangsur makin tinggi
(Gambar 1-11 dan 1-12) dan hampir selalu disertai dengan nyeri kepala. Biasanya
terdapat batuk kering dan tidak jarang ditemukan epistaksis. Hampir selalu ada
rasa tidak enak atau nyeri pada perut. Konstipasi sering ada, namun diare juga
ditemukan.
10
Pada minggu kedua, demam umumnya tetap tinggi (demam kontinu) dan
penderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan
pencernaan. Diare dapat mulai, kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan
berat ini berlangsung sampai dengan minggu ketiga. Selain letargi, penderita
ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa bradikardia relatif dengan limpa
membesar lunak. Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan
suhu badan menurun dan keadaan umum tampak membaik. Tifus abdominalis
dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang. Kekambuhan ini
dapat ringan namun dapat juga berat, dan mungkin terjadi sampai dua atau tiga
kali.
11
Demam yang tinggi.
terdapat pada kulit perut bagian atas dan dada bagian bawah. Rose spot
tersebut agak meninggi dan dapat menghilang jika ditekan. Kelainan yang
berjumlah kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama dua sampai empat
hari pada minggu pertama. Bintik merah muda juga dapat berubah menjadi
perdarahan kecil yang tidak mudah menghilang yang sulit dilihat pada pasien
Bradikardia relatif.
Hepatosplenomegali.
Bila sudah terjadi perforasi maka akan didapatkan tekanan sistolik yang
menurun, kesadaran menurun, suhu badan naik, nyeri perut dan defens
mungkin terjadi syok hipovolemik. Kadang ada pengeluaran melena atau darah
segar.
Bila telah ada peritonitis difusa akibat perforasi usus, perut tampak distensi,
bising usus hilang, pekak hati hilang dan perkusi daerah hati menjadi
timpani. Selain itu, pada colok dubur terasa sfingter yang lemah dan
12
Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya udara bebas di bawah
VII. Laboratorium
sel polimorfonuklear. Pada sebagian besar pasien, jumlah sel darah putih normal,
Leukopenia (<2000 sel per mikroliter) dapat terjadi tetapi jarang sekali. Pada
kejadian perforasi usus atau penyulit piogenik, leukositosis sekunder dapat terjadi.
Albuminuria terjadi pada fase demam. Uji benzidin pada tinja biasanya positif
Kultur Salmonella typhi dari darah pada minggu pertama positif pada 90%
penderita, sedangkan pada akhir minggu ketiga positif pada 50% penderita.
Pembawa kuman lebih banyak pada orang dewasa daripada anak dan pria lebih
Pada akhir minggu kedua dan ketiga pembiakan darah menjadi positif untuk
basil usus. Ini menunjukkan adanya ulserasi di ileum. Jika terjadi perforasi yang
diikuti peritonitis terdapat toksemia basil aerob (E. coli) dan basil anaerob (B.
fragilis). Titer aglutinin O dan H (reaksi Widal) biasanya sejajar dengan grafik
demam dan memuncak pada minggu ketiga. Interpretasinya kadang sulit karena
ada imunitas silang dengan kuman salmonela lain atau karena titer yang tetap
meninggi setelah diimunisasi. Antibodi H dapat ditemukan bahkan pada titer yang
13
lebih tinggi, tetapi karena reaksi silangnya yang luas maka sulit untuk ditafsirkan.
Peninggian antibodi empat kali lipat pada sediaan berpasangan adalah kriteria
yang baik tetapi sedikit kegunaannya pada pasien yang sakit akut dan dapat
menjadi tidak bermanfaat akibat pengobatan antimikroba yang dini. Semakin dini
sediaan awal diambil, maka semakin mungkin ditemukan peningkatan yang nyata.
1. Leukosit.
normal. Pada demam tifoid tidak ditemukan adanya leukopenia, tetapi kadang-
SGOT dan SGPT dapat meningkat, tetapi dapat kembali normal setelah
3. Biakan darah.
Biakan darah (+) dapat memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah ()
tidak menyingkirkan demam tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan
4. Uji Widal.
14
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dan antigen
Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella yang
serum pada :
Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, maka di dalam tubuh pasien membuat
a. Aglutinin O.
b. Aglutinin H.
c. Aglutinin Vi.
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi uji Widal, yaitu :
- Penyakit-penyakit tertentu.
- Reaksi anamnestik.
- Aglutinasi silang.
demam tifoid.
• Tidak ada konsensus mengenai tingginya titer uji Widal yang mempunyai
• Uji Widal positif atau negatif dengan titer rendah tidak menyingkirkan
• Uji Widal positif dapat disebabkan oleh septikemia karena Salmonella lain.
16
• Uji Widal bukan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
kesembuhan pasien, karena pada seseorang yang telah sembuh dari demam
tifoid, aglutinin akan tetap berada dalam darah untuk waktu yang lama.
VIII. Penyulit
perforasi tukak di ileum, kolesistitis akut dan kronik, hepatitis tifosa, osteomielitis
dan perdarahan pada otot yang rusak karena toksin kuman tifoid. Kerusakan otot
dapat menyebabkan abses terutama di otot paha dan otot perut. Peradangan di
perforasi pada 3% dengan mortalitas tinggi. Komplikasi ini biasanya terjadi pada
minggu kedua atau ketiga. Beberapa keadaan ternyata disertai dengan resiko
17
tinggi terjadinya perdarahan dan perforasi, yaitu kadar albumin serum yang
rendah (< 2,5 gr%) yang menunjukkan gizi kurang, kadar obat yang tidak
memadai, banyak gerak, diet padat yang diberikan lebih dini, dan keadaan
penyakit berat, misalnya demam lebih dari tiga minggu. Pada keadaan toksik
usus, penderita dianjurkan mendapatkan diet cukup dan lunak sampai demam
hilang sama sekali. Penderita pun harus membatasi geraknya. Obat antitifus perlu
diberikan secara tepat dengan dosis yang memadai dan diminum secara teratur.
Gejala yang harus dicurigai sebagai tanda awal perforasi adalah tekanan
sistolik yang menurun, kesadaran menurun, suhu badan naik, nyeri perut dan
ditegakkan karena penderita sudah letargik dan somnolen. Perut yang kembung
usus sering tampil sebagai anemia. Pada perdarahan hebat mungkin terjadi syok
keadaan pasien tampak baik, tanda klasik dari perforasi muncul bila ditekan, tetapi
keadaan umum pasien akan menurun dengan cepat. Pasien biasanya respon
cairan dan elektrolit. Jika perforasi intestin dioperasi, angka kematiannya akan
lebih tinggi.
18
Bila telah ada peritonitis difusa akibat perforasi usus, perut tampak distensi,
bising usus hilang, pekak hati hilang dan perkusi daerah hati menjadi timpani.
Selain itu, pada colok dubur terasa sfingter yang lemah dan ampulanya kosong.
Penderita biasanya mengeluh nyeri perut, muntah dan kurva suhu-denyut nadi
bebas di bawah diafragma, sering disertai gambaran ileus paralitik. Penyulit tak
langsung berupa infeksi fokal yang dapat terjadi pada setiap organ. Infeksi fokal
ini antara lain berupa tromboflebitis di v.femoralis, v.safena maupun sinus otak,
juga berupa nefritis, orkitis, parotitis dan bronkitis yang mudah berlanjut menjadi
19
IX. Diagnosis banding
1. TBC milier.
2. TBC paru.
3. Meningitis TBC.
4. Efusi pleura.
5. Ricketsiosis (tifus).
IX. Diagnosis
klinik serta pemeriksaan laboratorium serologi. Bila didapati titer O yang tinggi
tanpa imunisasi sebelumnya, maka diagnosis demam tifoid dapat dianggap positif.
Diagnosis dapat dipastikan bila biakan dari darah, tinja, urin, sumsum tulang,
Demam tinggi dengan atau tanpa bronkitis, disertai keluhan sakit kepala dan
X. Komplikasi
20
1. Komplikasi Intestinal
- Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra-Intestinal
hemolitik
dalam dosis yang sesuai (3 sampai 4 g/hari pada orang dewasa atau 50 sampai
75 mg/kgBB per hari pada anak yang lebih muda). Obat diberikan per os
selama 2 minggu, dan dosis dapat dikurangi sampai 2 g/hari atau 30 mg/hari
21
jika pasien menjadi tidak demam, yang biasanya terjadi setelah hari kelima
pengobatan.
Amoksisilin (4 sampai 6 g/hari dalam empat dosis terbagi pada orang dewasa
harian terbagi pada orang dewasa atau 185 mg/m2 luas permukaan tubuh per
tidak mampu menelan obat per os. Antimikroba parenteral efektif lainnya adalah
demikian, tidak ada satupun yang aksinya begitu cepat atau begitu efektifnya
dibandingkan dengan seftriakson, yang dapat menandingi atau lebih baik daripada
kloramfenikol dalam hal kecepatan penurunan panas. Sejak itu, rekomendasi awal
pemberian 7 hari tidak diturunkan menjadi 3 hari, 3-4 g sekali sehari pada orang
dewasa atau 80 mg/kgBB sekali sehari, selama 5 hari pada anak, tanpa kehilangan
daya gunanya (efikasi). Lagi pula, dibandingkan dengan angka kekambuhan yang
berhubungan dengan obat lainnya, angka kekambuhan tampak lebih rendah pada
orang dewasa atau anak-anak yang sedikit diberi seftriakson; namun, jumlah
Prevalensi S.typhi yang resisten terhadap obat oral garis pertahanan pertama
22
karena kemahiran plasmid menjadikan β-laktamase yang tidak aktif dan enzim
yang berusia lebih dari 17 tahun, dengan seftriakson sebagai pilihan terbaik untuk
toksik, dengan dosis dan cara pemberian : oral atau perenteral dalam dosis yang
besar lagi pada pasien dengan demam tifoid karena pasien demam tifoid
dari sumber energi (karbohidrat, amino acid dan lemak). Simpana karbohidrat
dalam tubuh, terutama glikogen, sangat cepat berkurang dalam 24 jam setelah
23
injury. Oleh karena itu, lemak dan protein digunakan sebagai sumber energi.
keadaan ini untuk menjaga kebutuhan organ vital. Keadaan perforasi usus akan
penurunan nafsu makan dan gangguan saluran pencernaan maka biasanya pasien
tifoid akan mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan tersebut
adalah :
menurun cepat.
terjadi kehilangan protein dalam jaringan sebanyak 250 – 500 gram setiap
harinya.
24
Adanya demam juga akan mengakibatkan kehilangan cairan sehingga akan
Pada tifoid dengan perforasi, traktus intestinal mengalami inflamasi dan iritasi
Pada pasien tifoid juga akan terjadi penurunan nafsu makan sehingga terjadi
energi dalam tubuh yang tidak diikuti oleh masukan energi yang cukup. Untuk itu
yang terjadi dan juga kebutuhan energi yang diperlukan pasien tifoid.
Peningkatan energi dipengaruhi oleh Basal Metabolic Rate (BMR) dan tingkat
Faktor strees untuk strict bedrest adalah 1,2; 1,0 + 0,13/0C untuk demam dan
Harris-Benedict :
BEE (laki-laki) = 66,47 + 13,75 (W) + 5,0 (H) – 6,76 (A) kkal/hari
BEE (perempuan) = 65,51 + 9,56 (W) + 1,85 (H) – 4,68 (A) kkal/hari
25
H = tinggi badan (cm)
A = umur (tahun)
pada pertengahan olecranon dan acromion dan Triceps Skinfold /TSF pada
Nilai MAMC kurang dari standar berdasarkan umur dan jenis kelamin
26
XV. Terapi Nutrisi
enegi yang cukup karena adanya penurunan nafsu makan pada pasien dan
perforasi dan perdarahan usus. Selain gizi yang buruk, perforasi dan perdarahan
dapat terjadi bila pasien tifoid diberikan makanan padat lebih dini. Oleh karena
itu, pasien tifoid dianjurkan untuk diet makanan yang lunak dan cair (lampiran).
Makanan yang dianjurkan untuk pasien tifoid biasanya makanan yang tinggi
kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, rendah lemak, cairan yang banyak,
rendah serat dan makanan lunak. Pada saat awal makanan yang diberikan harus
mengandung banyak cairan, tinggi energi dan tinggi protein. Makanan yang
diberikan biasanya dalam porsi yang kecil dan sering setiap 2-3 jam. Intake yang
cukup dari cairan dan garam harus diperhatikan. Setelah demam menurun,
makanan lunak, rendah serat dan makanan yang mudah dicerna dan diabsorbsi
harus diberikan pada pasien, yaitu seperti puding dan bubur. Makanan yang
diberikan boleh dalam porsi yang lebih besar dan diberikannya setiap 4 jam atau 4
27
- mengkoreksi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit
Modifikasi makanan :
Energi
pada saat puncak demam sulit untuk dipenuhi, walaupun demikian pemberian
tinggi kalori yang sering harus tetap diberikan. Istirahat juga akan
kebutuhan energi sebesar 13%. Tetapi pada awalnya, pasien hanya boleh
Protein
Intake protein juga meningkat sampai 50% lebihnya dari kebutuhan sehari-
yang nilai gizinya tinggi dan mudah dicerna seperti susu dan telur. Makanan
28
Untuk memperkirakan kebutuhan protein yang diperlukan, maka perlu
diketahui jumlah ekskresi nitrogen dalam urin selama 24 jam (Urine Urea
(UUN + 4) x 6,25
keterangan :
- kurang lebih 4 gram nitrogen dikeluarkan melalui feses dan keringat setiap
harinya.
Karbohidrat
yang mudah dicerna dan diabsorbsi seperti starched, glukosa, madu dan sugar
cane. Glukosa yang kurang manis dan lebih mudah diabsorbsi lebih
diperlukan. Untuk starch, sereal dan sejenis sereal dimasak sangat halus atau
dijadikan puding.
Lemak
Lemak diperlukan untuk meningkatkan energi. Pada kasus diare, lemak harus
bentuk mentega, minyak sayur, dan makanan yang digoreng harus dihindari
selama demam.
Mineral
29
Terdapat kehilangan elektrolit yang banyak seperti sodium, potassium dan
klorida karena peningkatan keringat. Sup yang asin, jus buah dan susu akan
Vitamin
obat lain.
Cairan
akut. Pada demam seharusnya diberikan cairan yang banyak yaitu 3-4
liter/hari untuk mengganti kehilangan cairan pada saat demam yang berupa
keringat dan pengeluaran urin. Susu, air gula, sup, jus buah, teh dan air putih
Serat
Karena pada tifoid terjadi injuri pada traktus digestive maka segala bentuk
dihindari. Makanan yang dianjurkan untuk pasien tifoid adalah makanan yang
rendah serat karena tidak merangsang saluran cerna. Macam diet rendah serat
seharusnya bebas dari rasa pedas dan serat. Refine sereal, telur, kentang rebus,
puding serta bubur seharusnya diberikan pada pasien tifoid dengan inflamasi
intestinal (perforasi).
30
Makanan yang harus diberikan :
- Jus buah, sup dan air putih dalam jumlah yang banyak (2,5 sampai 5 liter )
- Air gandum
- Air kelapa
- Puding
- Makanan yang mengandung protein yang nilai biologisnya tinggi seperti telur,
- Makanan yang rendah serat seperti sereal, buah dan sayuran yang lembut dan
- Mentega
- Minyak sayur
- Pastrie
- Cream sup
31
1. Pasien akan kehilangan nafsu makan dan makanan yang diberikan harus
menimbulkan selera tergantung dari apa yang disuka dan tidak disukai pasien.
2. Hari pertama sampai ketiga, makanan yang harus diberikan makanan cair dan
diberikan sesering mungkin dalam jumlah yang sedikit. Kemudian bila terjadi
3. Kalori yang tinggi, protein yang tinggi, cairan, vitamin dan mineral yang tidak
4. Intake cairan harus bebas diberikan untuk menganti kehilangan dari keringat
dan urin. Susu, air gula, jus buah, sup dan air dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.
5. Protein yang diberikan harus mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mudah
6. Makanan yang berlemak, makanan yang berserat tinggi dan makanan yang
pedas adalah makanan yang sulit dicerna, oleh karena itu harus dihindari.
Personal data
Umur 10 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Aktivitas fisik Bed rest
Kebiasaan makan Tidak vegetarian
Kondisi fisik Masa penyembuhan dari demam tifoid
32
Vitamin C 40 mg
Food plan
Meal Menu
Early morning Biskuit susu
Breakfast Bubur
Telur rebus
Mid morning Sandwich
Lunch Sup tomat
Daging yang lembut dan bayam yang
direbus
Kentang
Tea time Ice cream
Dinner Campuran sayuran dan daging
Mie ayam
Puding apel
XVI. Prognosis
rumah sakit tipe A berkisar antara llima sampai sepuluh persen. Pada operasi atas
alasan perforasi, angka kematian berkisar antara 15 dan 25%. Kematian pada
pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
33
Almatsier, Sunita Dr. M.Sc. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rampengan TH, Laurentz IR. 1993. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
Shils, Maurice. M. D. Sc.d. 2006. Modern Nutritional in Health and Disease 10 th Edition.
Sjamsuhidayat, R. de Jong, Wim. 1997. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
LAMPIRAN
34
Makanan Cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca perdarahan saluran cerna serta
pra dan pasca bedah. Makanan ini dapat diberikan secara oral atau parenteral.
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cairan
jernih pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal. Jenis cairan
yang diberikan tergantung pada keadaan penyakit atau jenis operasi yang
karbohidrat. Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah,
sirop, air gula, kaldu jernih serta cairan yang mudah dicerna, seperti cairan
Makanan cair penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau semicair pada
suhu ruang dengan kandungan serat minimal. Makanan ini dapat diberikan
langsung atau sebagai peralihan dari makanan cair jernih ke makanan cair
kental.
Makanan cair penuh penuh dapat diberikan melalui oral, pipa atau enteral
35
Ada 2 golongan makanan cair penuh, yaitu :
1) Dengan susu
normal.
2) Makanan blender
3) Rendah laktosa
intolerance).
4) Tanpa susu
1) Rendah/bebas laktosa
4) Protein tinggi
5) Protein rendah
36
Indikasi pemberiannya : gagal ginjal.
6) Protein terhidrolisa
7) Tanpa susu
8) Dengan serat
9) Rendah sisa
Makanan cair kental adalah makanan yang mempunyai konsistensi kental atau
semipadat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses mengunyah dan
mudah ditelan. Makanan ini diberikan kepada pasien yang tidak mampu
mengunyah dan menelan serta untuk mencegah aspirasi seperti pada penyakit
Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
lunak yaitu pada pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan penyakit infeksi
37
dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan kesulitan
tapioka, maizena,
madu.
Sumber protein hewani Daging, ikan, ayam, Daging dan ayam
38
banyak dan dimasak seperti daun singkong,
diberikan).
Bumbu-bumbu Dalam jumlah terbatas : Cabe dan merica.
cuka, kecap.
Minuman Sirop, teh dan kopi encer, Minuman yang
39
kopi.
Selingan Es krim, puding. Kue kacang, kue kenari,
Makanan rendah serat adalah makanan yang hanya sedikit meninggalkan sisa
yaitu bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam
susu dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar (liat). Makanan
Diet sisa rendah I adalah makanan yang diberikan dalam bentuk disaring atau
bumbu yang tajam, susu, daging berserat kasar (liat) dan membatasi
penggunaan gula dan lemak. Kandungan serat maksimal 4 gram. Diet ini
40
tepungan dipuding atau dibuat kue manis.
dibubur.
Sumber protein hewani Daging empuk, hati, Daging berserat kasar,
minuman.
Sumber protein nabati Tahu ditim dan direbus, Kacang-kacangan seperti
oncom
Sayuran Sari sayuran Sayuran dalam keadaan
utuh
Buah-buahan Sari buah Buah dalam keadaan
utuh
Minuman Teh, sirup, kopi encer Teh dan kopi kental,
mengandung soda
Mineral Garam, vetsin, gula Bawang, cabe, jahe,
41
Diet sisa rendah II merupakan makanan peralihan dari diet sisa rendah I ke
makanan biasa. Makanan yang diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
Susu diberikan maksimal 2 gelas sehari. Lemak dan gula diberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Bumbu kecuali cabe, merica dan cuka, boleh diberikan
gurih.
Sumber protein hewani Daging empuk, hati, Daging berserat kasar
dicampur dalam
makanan dan
minuman; susu
42
pindakas; susu kedelai. seperti kacang tanah,
ditumis
Buah-buahan Semua sari buah; buah Buah-buahan yang
dan setup
Minuman Kopi, teh encer dan Kopi dan teh kental;
43
mengandung soda dan
alkohol
jumlah terbatas.
44
Lampiran / Gambar : Salmonella spp (2)
45
Lampiran / Gambar : Proses Entry Salmonella spp
46
Lampiran / Gambar : Komplikasi Demam Tifoid
47
Lampiran / Gambar : Klasifikasi Salmonella spp
48