Anda di halaman 1dari 9

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN “ULKUS PEPTIKUM”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Dari Bapak Agus Nurdin S.Kp., M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 1

Oleh:
Kelompok 4
 Feni Nopiyanti
 Karlina Dewi
 Mutiara Citra R
 Pranindha Nia j
 Siti Komalasari

Kelas: II-B
Prodi: D III Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2018
B. Asuhan Keperawatan Ulkus Peptikum
1. Pengkajian
Menurut (Gaffar,1999) langkah awal dalam proses keperawatan adalah pengkajian.
Pengkajian memiliki tujuan yaitu mengumpulkan data, mengelompokkan data, dan
menganalisa data, sehingga dapat disimpulkan menjadi diagnosa keperawatan. Pada
pengkajian, data tentang pasien dan keluarga dapat didapatkan melalui wawancara, observasi
dan pemeriksaan.
a. Biodata
1) Kaji identitas pasien, meliputi : nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan suku bangsa.
2) Kaji identitas penanggung jawab, meliputi : nama, umur, agama, pekerjaan,
pendidikan, hubungan, dan sumber biaya.
b. Kaji riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan masalalu, meliputi : riwayat infark miokard sebelumnya,
penyakit pernafasan kronis, masalah tekanan darah, DM, penyakit arteri koroner.
2) Riwayat kesehatan sekarang,
Pengkajian nyeri ulkus peptikum berdasarkan pendekatan PQRST

Variabel Deskripsi dan Pertanyaan Hasil Pengkajian


Provoking Mengidentifikasi faktor yang  Keluhan nyeri dicetuskan akibat
Incident menjadi presdiposisi nyeri: peningkatan kandungan asam
 Apakah ada peristiwa lambung dan duodenum. Hal
yang menjadi faktor tersebut menimbulkan erosi,
penyebab nyeri? serta merangsang ujung saraf
 Faktor apa saja yang bisa yang terpajan, atau akibat
menurunkan nyeri kontak lesi ulkus dengan
peningkatan asam. Dengan
demikian mekanisme refleks
lokal terangsang dan kontaksi
otot polos disekitarnya dimulai.
 Pada beberapa pasien, keluhan
nyeri biasanya terjadi kira-kira
dua jam setelah makan. Faktor
presdiposisi lain yang
mencetuskan nyeri meliputi
kebiasaan mengkonsumsi
makanan pedas, penggunaan
banyak bumbu, konsumsi
minuman kafein atau alkohol,
dan stimulus psikologis akibat
stres pekrjaab atau masalah
keluarga
Quality of Menilai bagaimana rasa nyeri  Keluhan nyeri sering bersifat
pain dirasakan secara subjektif. Ingat, tumpul seperti ditusuk-tusuk,
kebanyakan deskripsi sifat dan sensai terbakar, atau terasa
nyeri sulit dibedakan. seperti ada yang menggerogoti
 Seperti apa rasa nyeri disekitasr epigastrium tengah
yang dirasakan pasien? atau di punggung.
 Bagaimana sifat nyeri  Pasien biasanya menyatakan
yang digambarkan bahwa nyeri dapat berkurang
pasien? dengan menggunakan antasida,
mengkonsumsi sedikit
makanan, dan dengan muntah-
kondisi tersebut dapat
menetralisasiasam- atau dengan
menggunakan alkali. Namun
bila lambung telah kosong atau
alkali tidak digunakan maka
nyeri akan kembali timbul.
Region: Mengidentifikasi lokasi nyeri  Keluahn nyeri berlokasi di
Radiation secara tepat, adanya radiasi, dan sekitar epigastrium tengah atau
, relief penyebaran nyeri. di pinggang
 Dimana (tunjukan dengan  Nyeri terasa menyebar ke
satu jari) rasa nyeri abdomen atas, area dada, dan
paling hebat mulai kadang terasa tembus
dirasakan? kebelakang
 Apakah rasa nyeri
menyebar pada area
sekitar nyeri?
Severety Menentukan seberapa jauh rasa  Skala nyeri pada pasien ulkus
(Scale) of nyeri yang dirasakan pasien, bisa peptikum bervariasi pada sakala
Pain berdasarkan skala nyeri/gradasi, 1-4 (nyeri ringan sampai nyeri
dan pasien menerangkan tak tertahankan).
seberapa jauh rasa sakit  Perbedaan skala nyeri ini
memengaruhi kemampuan dipengaruhi oleh beberapa
funsinya. Berat ringannya suatu faktor, meliputi tingkat
keluhan nyeri bersifat subjektif. kerusakan mukosa akibat ulkus;
 Seberapa berat keluhan predisposisi banyaknya
nyeri yang dirasakan kandungan asam, dan
apakah keluhan tersebut bagaimana pola pasien dalam
memengaruhi kegiatan menurunkan respons nyeri
normal atau tidak?
 Dengan menggunakan
skala 0-4, pasien menilai
seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan.
Keterangan:
0= tidak ada nyeri
1= nyeri ringan
2= nyeri sedang
3= nyeri hebat
4= nyeri berat
sekali/tidak tertahankan

Time Mendeteksi berapa lama nyeri  Keluhan nyeri pada beberapa


berlangsung, kapan dan nyeri pasien terjadi bervariasi
bertamabah buruk pada malam  Nyeri ulkus peptikum biasanya
atau siang hari? hilang timbul sesuai dengan
 Kapan nyeri muncul faktor predisposisi seperti
(onset)? terlambat makan, atau mendapat
 Kapan nyeri paling berat tekanan psikologis
dirasakan dan berapa
lama nyeri dirasakan?
 Apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-
lahan, atau seketika itu
juga?
 Apakah gejala-gejala
timbul secara terus-
menerus atau hilang
timbul (intermiten)?
 Kapan terakhir kali
pasien merasa nyaman
atau merasa sangat sehat?
3) Keluhan Utama
Biasanya dengan pasien ulkus peptikum mengalami nyeri tumpul seperti tertusuk
atau sensasi terbakarpada area abdominal.
4) Kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga pasien apakah ada di dalam keluarga yang menderita
penyakit ulkus peptikumm
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
Kedaan umum klien dimulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan
mengukur TTV kemudian mengukur GCS :
 Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
 Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
b. Tanda-tanda vital
Diukur tekanan darah,nadi, frekuensi nafas, dan suhu
c. Pemeriksaan fisik per sistem
a) Sistem persarafan meliputi : kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh
ekstremitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal
(Aziza,2010).
b) Sistem penglihatan
inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil.
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosa sclera
c) Sistem pendengaran, apakah pada klien mengalami gangguan sistem
pendengaran telinga atau tidak. (Gordon,2015)
d) Sistem abdomen, inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
e) Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan
diperut
f) Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala
tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian meliputi presntase
fraksi oksigen, volume tidal, frekuensi pernafasan dan modus yang digunakan
untuk bernafas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya. Pemeriksaan
analisa gas darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia (Azizah,2010)
g) Sistem gastrointestinal meliputi auskultasi bising usus, palpasi abdomen
(nyeri, distensi) (Azizah,2010)
h) Sistem Integumen, Inspeksi : warna kulit,benjolan Palpasi : nyeri tekan pada
kulit
i) Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar .
(Aziza,2010: hal 13)
d. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa ulkus peptikum secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan
penunjang, diantaranya:
1) Diagnosa ulkus terutama berdasarkan pengkajian riwayat kesehatan dan
endoskopi.dengan endoskopi, tidak hanya lapisan usus yang dapa terlihta, tetapi
juga dapat mengambil sampel jaringan untk biopis dan dapat menentukan ada
tidaknya h.pylori.
2) Infeksi h.pylori juga dapat didiagnosis dengan pemeriksaan darah untuk antibodi
dan pemeriksaan napas yang mengukur produksi sampah metabolik
3) Hitung darah lengkap dapat memperlihatkan anemia yang terjadi sekunder karena
perdarahan ulkus.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosis keperawatan yang lazim pada pasien dengan ulkus peptikum :
a. Aktual/ resiko tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume darah sekunder
akibat hematemesis dan melena masif.
b. Pemenuhan informasi b.d ketidak adekuatan informasi penatalaksanaan diet dan
faktor pencetus iritan pada mukosa lambung, adanya evaluasi diagnostic,
intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan gastrektomi, dan rencana
perawatan rumah.
c. Kecemasan b.d adanya nyeri, muntah darah, prognosis penyakit, dan rencana
pembedahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing Care Plan)
1)
Aktual/ risiko tinggi syok hipovolemik berdasarkan penurunan volume darah
sekunder akibat hematemesis dan melena masif
Tujuan: Dalamwaktu 3 x 24 jam tidakterjadisyokhipovolemik.
Kriteriaevaluasi:
- Pasien menunjukkan perbaikan system kardiovaskular.
- Hematemesis dan melena terkontrol.
- Konjungtiva tidak anemis.
- Pasien tidak mengeluh pusing, membrane mucosa lembap, turgor kulit normal
dan akral hangat.
- TTV dalambatas normal, CRT = 3 detik, urine > 600ml/hari.
- Laboratorium: nilai hemoglobin, seldarahmerah, hematocrit, dan BUN/
kreatinin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji sumber dan respons Deteksi awal mengenai seberapa jauh tingkat
pendarahan dari melena dan pemberian intervensi yang akan diberikan sesuai
hematemesis. kebutuhan individu.
Monitor TTV  Penurunan kualitas dan kuantitas denyut
jantung merupakan parameter penting sejak
awal syok.
 Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemia, hal
tersebut memberikan manifestasi terlibatnya
system kardiovaskular dalam melakukan
kompensasi mempertahankan tekanan darah.
 Peningkatan frekuensi napas merupakan
manifestasi dan kompensasi respirasi untuk
mengambil sebanyak-banyaknya oksigen,
akibat penurunan kadar hemoglobin sekunder
dari penurunan volume darah.
 Hipotermi dapat
terjadipadapendarahannmasif.
Monitor status cairan (turgor Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari
kulit,membrane mukosa, keluaran keadaan status cairan. Penurunan volume
urine) darahmengakibatkanmenurunnyaproduksi urine,
monitor yang ketat urine < 600 ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok
hipovolemik.

Lakukan kolaborasi pemberian Pemberian PRC disesuaikan dengan banyaknya


transfuse eritrosit (PRC) darah yang keluar dan hasil pemeriksaan Hb.

Evaluasi adanya respon klinik dari Secara fisiologis tubuh pasien akan bereaksi
pemberian tranfusi terhadap darah yang masuk sehingga memiliki
kecenderungan terjadi reaksi alergi
Lakukan gastric cooling Agar memvaso kontriksikan pembuluh darah
lambung dan menurunkan perdarahan
Evaluasikondisipasiensetiappergen Perubahan pasien biasanya bervariasi sesuai
tiansif dengan tingkat toleransi individu

2)
Pemenuhan informasi b/d ketidakadekuatan informasi factor pencetus iritasi pada
lambung
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
1. Pasien mampu menjelaskankembalipendidikankesehatanyang diberikan.
a. Pasien termotivasi untukmelaksanakanpenjelasan yang diberikan.
b. Pasien tidak mengeluh pusing, membranmucosalembap, turgor kulit normal
dan akral hangat.
c. TTV dalam batas normal, CRT = 3 detik, urine > 600ml/hari.
d. Laboratorium: nilai hemoglobin, sel darah merah, hematocrit, dan BUN/
kreatinin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Dengan mengetahui tingkat pengetahuan
prosedur pasien, perawat dapat lebih terarah dalam
pemberikan pendidikan yang sesuai dengan
efektif dan efisien.

3)
Kecemasan b/d nyeri, mual, muntah darah, dan rencana pembedahan
Intervensi Rasional
Catat reaksi dari pasien/keluarga, berikan Kecemasanan aggota keluarga terhadap apa
kesempatan untuk mendiskusikan yang terjadi dapat disampaikan keperawat.
perasaan/konsentrasinya , dan harapan
masa depan
Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian Sejumlah aktivias pengalihan dapat
sesuai kemampuan (menulis, menonton menurunkan tingkat kebosanan yang dapat
TV, dan ketermpilan tangan) menjadi stimulus kebosanan.

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada pasien ulkus peptikum setelah mendapatkan
intervensi keperawatan adalah :
a. Tidak terjadi syok hipovolemik.
b. Informasi kesehatan terpenuhi.
c. Tingkat kecemasan berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin dan Kumalasari, 2011, Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Beda, Jakarta, Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai